Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA

Nabila Putri Azkiya , Yoga Saputra

Universitas Islam Nusantara, Bandung

Putrinabila871@gmail.com , ygsptr350@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagamana Pendidian Agama dalam sistem
pendidian nasional, dan bagaimana implementasi nilai nilai agama dalam sistem Pendidikan
nasional. pengumpulan data dengan cara mencari sumber dan merkontruksi dari berbagai
sumber seperti buku, jurnal, dan riset-riset yang sudah ada. Hasilnya diketahui bahwa
Pendidikan agama mendapat perhatian besar bahkan dominan dalam pengaturan
kurikulum. Perihal prinsip-prinsip penyusunan kurikulum, peningkatan iman dan taqwa
serta peningkatan akhlak mulia dan agama ditempatkan sebagai prinsip paling atas.
Pendidikan agama kemudian menjadi semakin kuat eksistensinya dalam undang-undang
sistem pendidikan Nasional ini dengan keharusan pendidikan agama masuk dalam muatan
kurikulum semua jenjang Pendidikan. Untuk pencapaian upaya Pendidikan Islam dalam
Pendidikan nasional yaitu dengan cara mengoptimalkan fungsi Pendidikan agama Islam dan
memaksimalkan program melalui upaya-upaya kesetaraan sejawat di sekolah, sarana
penunjang kegiatan,dukungan dari pihak yang berkaitan, melakukan evaluasi. Keberhasilan
ditandai dengan tercapainya tujuan kemampuan yang diharapkan. Dengan demikian
untuk mencapai sebuah keberhasilan sangat memerlukan berbagai upaya dan pengorbanan,
serta keuletan dalam menghadapi tantangan. Dengan tercapainya tujuan -tujuan
Pendidikan Islam tersebut, maka keberhasilan Pendidikan Islam dapat dirasakan oleh semua
masyarakat muslim kususnya dan masyarakat Indonesia secara umum.

PENDAHULUAN

Pendidikan agama Islam menjadi salah satu isu penting dalam setiap pembahasan yang
menyangkut kehidupan umat Islam. Itulah sebabnya berbagai pertemuan ilmiah baik yang
berskala lokal, nasional maupun internasional mengenai pendidikan agama Islam sudah
sekian banyak dilaksanakan. Dalam konteks nasional, bahkan isu itu mengemuka secara
inheren setiap kali muncul permasalahan dalam pendidikan nasional. Ketika orientasi dan
tujuan pendidikan di Indonesia dibicarakan, masalah pendidikan agama Islam pasti menjadi
salah satu topik pembahasan. 1

Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum PAI dijelaskan sebagai upaya yang disengaja
dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengetahui, memahami, menghayati, beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber kitab suci Al-
Quran dan Al-Hadits melalui penggunaan bimbingan, petunjuk, praktik, dan pengalaman.2

1 Samrin, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA,” Jurnal Al-Ta’dib
13, no. 3 (2015): 1576–1580.
2 Abdul Majid, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Pendidikan Agama Islam, ed. Pipih Latifah (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2019).


Bagi umat manusia dimanapun, Pendidikan Agama Islam sangat penting guna menjadi
pedoman dan pondasi dalam menjalankan tugas ketaatan kepada Allah SWT.

Pendidikan agama Islam pada dasarnya dapat dipahami dalam tiga aspek. Pertama,
sebagai sumber nilai adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya
didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam , baik
yang tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatan yang diselenggarakan.
Kedua, sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan sebagai ilmu yang lain adalah
jenis pendidikan yang memberikan perhatian sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai
pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Ketiga, jenis pendidikan yang
mencakup kedua pengertian di atas. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai
sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program studi yang
diselenggarakan. 3

METODE PENELITIAN

Metode pada artikel ini menggunakan studi pustaka (library research) yaitu metode
dengan pengumpulan data dengan cara memahami dan mempelajari teori-teori dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Ada Empat tahap studi pustaka
dalam penelitian yaitu menyiapkan perlengkapan alat yang diperlukan, menyiapkan
bibliografi kerja, mengorganisasikan waktu dan membaca atau mencatat bahan penelitian.
Pengumpulan data tersebut menggunakan cara mencari sumber dan menkontruksi dari
berbagai sumber contohnya seperti buku, jurnal dan riset - riset yang sudah pernah
dilakukan. Bahan pustaka yang didapat dari berbagai referensi tersebut dianalisis secara kritis
dan harus mendalam agar dapat mendukung proposisi dan gagasannya.4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional


Penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Indonesia didasarkan pada
Peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di institusi
Pendidikan formal. Dasar Hukum Pendidikan merupakan dasar ideal, yakni falsafah
negara yaitu pancasila, dengan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Bangsa
Indonesia memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
guna merealisasikan hal itu, diperlukan Pendidikan Agama. 5
Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003
pada bab I tentang ketentuan umum disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

3 Samrin, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA .”


4 Miza Nina Adlini et al., “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka,” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1
(2022): 974–980.
5 Samrin, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA.”
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 6
Sedangkan pendidikan nasional dalam undang-undang tersebut diartikan sebagai
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sementara sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Salah satu bab diterangkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari pengertian pendidikan
nasional dan tujuan pendidikan nasional, sangat kental nuansa nilai-nilai agamanya.
Pada beberapa bab lainnya juga sangat tampak bahwa kata agama dan nilai-nilai
agama kerap mengikutinya.
Dari rumusan di atas menunjukkan bahwa agama menduduki posisi yang sangat
penting dan tidak dapat dipisahkan dalam membangun manusia Indonesia
seutuhnya. Hal yang wajar jika pendidikan nasional berlandaskan pada nilai-nilai
agama, sebab bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama. Agama bagi
bangsa Indonesia adalah modal dasar yang menjadi penggerak dalam kehidupan
berbangsa. Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan
diri sendiri. Dengan demikian terjadilah keserasian dan keseimbangan dalam hidup
manusia. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Mastuhu dalam Abuddin Nata,
mengungkapkan bahwa pendidikan agama Islam di Indonesia harus benar benar
mampu menempatkan dirinya sebagai suplemen dan komplemen bagi pendidikan
nasional, sehingga sistem pendidikan nasional mampu membawa cita-cita nasional,
yakni bangsa Indonesia yang modern dengan tetap berwajah iman dan takwa. 7
Pendidikan agama Islam merupakan komponen yang sangat menentukan
perjalanan pendidikan nasional. Terlepas dari nilai-nilai agama yang menjadi dasar
dari pendidikan nasional, pendidikan agama sempat menjadi masalah ketika masuk
dalam sistem pendidikan nasional. Persoalan yang diperdebatkan adalah posisi
pendidikan agama tertentu dalam lembaga pendidikan agama tertentu. Misalnya,
pada lembaga pendidikan Islam terdapat siswa yang bukan muslim, mungkinkah bisa
diajarkan pendidikan agama lain pada lembaga tersebut dan atau sebaliknya. Dengan
demikian perlu kiranya dilakukan kerjasama yang sinergis antara Kemenag dan
Depdiknas serta kementerian lain untuk secara serius mengembangkan pendidikan
agama Islam. Sebab, apapun adanya, pendidikan agama Islam merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan nasional. Artinya jika saat ini masih dipahami posisi
pendidikan agama Islam sebagai subsistem dalam konteks pendidikan nasional,
sekadar berfungsi sebagai pelengkap (suplemen) maka hendaklah terjadi pergeseran
”peran” dari sekadar suplemen menjadi bagian yang juga turut berperan dan

6 Republik Indonesia, “Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidika Nasional) (UU RI No. 20 Th. 2003” 71
(2003): 7.
7 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005).
menentukan (substansial). Hanya saja, jika masih tetap dalam posisi yang sama maka
sudah selayaknya Kementerian Agama memberikan hak pengaturan pendidikan
kepada Depdiknas, sehingga untuk masa mendatang, pengaturan masalah
pendidikan berada pada satu unit Kementerian saja. 8
Usaha meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di
segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global, bangsa
Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan
Undang-undang sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang sisdiknas nomor 2003
yang terdiri dari 22 bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari
salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam undang-undang sisdiknas yang
baru tersebut antara lain adalah demokrasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta
masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur dan jenjang
pendidikan serta peserta didik. Pendidikan merupakan salah satu struktur
institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Masalah pendidikan
sangat berbeda dengan masalah pemerintahan dan hukum yang ikut mengendalikan
kekuasaan. Pendidikan Agama Islam menjadi institusi penting dalam keseluruhan
system pendidikan nasional, dapat dilihat dari keberadaan pendidikan islam
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan masyarakat, maka keberadaan pendidikan
agam Islam sebagai Mata Pelajaran dan nilai menjadi institusi penting dalam tatanan
sosial masyarakat.
Pendidikan agama mendapat perhatian besar bahkan dominan dalam pengaturan
kurikulum ini. Perihal prinsip-prinsip penyusunan kurikulum, peningkatan iman dan
taqwa serta peningkatan akhlak mulia dan agama ditempatkan sebagai prinsip paling
atas. Pendidikan agama kemudian menjadi semakin kuat eksistensinya dalam
undang-undang sistem pendidikan Nasional ini dengan keharusan pendidikan agama
masuk dalam muatan kurikulum semua jenjang pendidikan mulai dari dasar,
menengah, sampai pendidikan tinggi, namun demikian, pasal ini mengandung
kelemahan konsep. Kelemahan atau kekeliruan konsep ini terletak pada penyamaan
pendidikan dengan sekolah.Padahal sekolah hanya merupakan bagian kecil dari
pendidikan.Ada pendidikan itu sendiri mencakup keluarga, sekolah, dan
masyarakat.9
Eksistensi pendidikan Agama Islam dalam system pendidikan Nasional semakin
terlihat dengan beberapa hal seperti beberapa peraturan yang diterbitkan:
1. Peraturan pemerintah no 55 tahun 2007 Peraturan Pemerintah atau sering
disingkat PP ini membahas tentang pendidikan agama dan keagamaan,
pendidikan agama didefinisikan sebagai pendidikan sebagai pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Kelebihan rumusan ini terletak pada
jangkauan pendidikan agama terhadap ranah kognitif, afektif dan psikomotor
yang justru selama ini terabaikan dari pendidikan agama. Pengabaian ini pula

8Samrin, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA.”


9Hanif Masykur, “Eksistensi Dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional” (2015): 1 –
89, http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/618/1/Hanif Masykur_11412004.pdf.
yang melahirkan kritik terhadap pendidikan agama yang hanya mengajarkan
pengetahuan agama bukan cara beragama.
2. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 Dalam
peraturan menteri Agama ini yang dimaksud dengan Pendidikan agama
adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam lxv mengamalkan ajaran
agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran
pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
3. Peraturan Menteri Agama nomor 13 Tahun 2012 Ke depan eksistensi
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) pada sekolah semoga semakin
menggembirakan setelah pada tanggal 24 Agustus 2012 diundangkan
Peraturan Menteri Agama ( PMA ) Republik Indonesia tentang organisasi dan
tata kerja organisasi vertikel kementerian agama. Kenapa, karena melalui PMA
ini, selain memperjelas instansi vertical di jajarn kementerian agama, sekaligus
juga memperkuat posisi pendidikan agama
4. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Dalam peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan Nasioanl
yang bermutu. Disini jelas terlihat eksistensi Pendidikan Agama Islam dalam
sistem pendidikan Nasional terutama pada pasal 7 ayat (1) yang berbunyi lxvi
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD / MI / SDLB /
Paket A, SMP / MTs / SMPLB / Paket B, SMA / MA / SMALB /Paket C, SMK
/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan atau
kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah nomor 32 Tahun 2013 Peraturan Pemerintah ini
merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah yang telah diterbitkan
sebelumnya yaitu PP nomor 19 Tahun 2005, salah satu hal yang berbeda dari
PP No. 32 Tahun 2013 adalah mengatur tentang Pendidikan Agama Islam di
sekolah setelah berlakunya kurikulum 2013, yaitu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang tadinya 3 jam mata pelajaran dalam seminggu menjadi 4
jam untuk jenjang Sekolah Dasar, sedangkan untuk SMP dan SMA dari 2 jam
mata pelajaran menjadi 3 jam mata pelajaran dalam seminggu

B. Implementasi Nilai Nilai Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional


1. Upaya Pencapaian Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan
Nasional
Pendidikan Agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional memiliki tujuan
untuk menumbuhkan, meningkatkan ataupun memupuk pengetahuan dari
sebuah penghayatan, pemahaman serta pengalaman peserta didik tentang agama
dan nilai Pendidikan lainnya sehingga bisa manjadi manusia yang mampu
mengembangkan potensinya, maupun berkembang dalam hal keimanan,
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjadi manusia yang bertanggung
jawab untuk bangsa dan negara. Pendidikan Islam sering dipandang tidak
memiliki paksaan dalam memproses system kependidikan, sehingga terkesan
diremehkan. Dan ini seakan-akan perwujudan yang sangat eronis dalam
perjuangan menuju cita-cit adan tujuan pendidikan Nasional. 10
Pendidikan agama yang dilakukan di sekolah merupakan bagian yang
integraluntuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-undang
nomor 20 tahun2003 tentang pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potesi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliandiri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan agama Islam sering disebut
pendidikan agama yang dilaksanakan sejak sekolah dasar sampai perguruan
tinggi selama ini secara kuantitatif telah menyumbang tidak kecil terhadap
peningkatan kehidupan keagamaan.11
Untuk pencapaian upaya Pendidikan Islam dalam Pendidikan nasional yaitu
dengan cara mengoptimalkan fungsi Pendidikan agama Islam dan
memaksimalkan program melalui upaya-upaya kesetaraan sejawat di sekolah,
sarana penunjang kegiatan,dukungan dari pihak yang berkaitan, melakukan
evaluasi. Keberhasilan ditandai dengan tercapainya tujuan kemampuan yang
diharapkan. Dengan demikian untuk mencapai sebuah keberhasilan sangat
memerlukan berbagai upaya dan pengorbanan, serta keuletan dalam
menghadapi tantangan. Dengan tercapainya tujuan-tujuan Pendidikan Islam
tersebut, maka keberhasilan Pendidikan Islam dapat dirasakan oleh semua
masyarakat muslim kususnya dan Masyarakat Indonesia secara umum.

2. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia


a) Lembaga Pendidikan Formal
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan
bahwa lembaga pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan jalur normal terdiri dari lembaga
pendidikan prasekolah, lembaga pendidikan dasar (SD/SMP), lembaga
pendidikan menengah (SMA/SMK), dan lembaga pendidikan tinggi. Dalam
sistem pendidikan nasional juga dinyatakan bahwa setiap warga negara
diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai selesai tingkat SMP.
Lembaga pendidikan formal berorientasi pada pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya.12
Sedangkan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal antara lain:
- Taman Kanak-kanak (TK)
- Raudatul Athfal (RA)
- Sekolah Dasar (SD)
- Madrasah Ibtidaiyah (MI)

10 Erna Lisdiawati Fery Diantoro, Endang Purwati, “UPAYA PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PENDIDIKAN NASIONAL DIMASA PANDEMI COVID-19,” MA’ALIM: Jurnal Pendidikan Islam 2 (2021): 22–33.
11 Elly Manizar, “Optimalisasi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,” Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.

3, no, no. pp. 251 – 278 (2018).


12 Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam Di Indoesia,” Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 06,

no. 11 (2017): 59–72, http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/ei/article/view/95.


- Sekolah Menengah Pertama (SMP)
- Madrasah Tsanawiyah (MTs)
- Sekolah Menengah Atas (SMA)
- Madrasah Aliyah (MA)
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
- Perguruan Tinggi, meliputi; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut, dan Universitas.
b) Lembaga Pendidikan Non Formal
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan
bahwa lembaga pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Lembaga pendidikan non formal adalah lembaga pendidikan yang disediakan
bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti atau menyelesaikan
pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal.13
Sedangkan lembaga penyelenggara pendidikan nonformal antara lain:
- Kelompok bermain (KB)
- Taman penitipan anak (TPA)
- Lembaga khusus
- Lembaga pelatihan
- Kelompok belajar
- Pusat kegiatan belajar masyarakat
- Majelis taklim
- Lembaga ketrampilan dan pelatihan

KESIMPULAN

Pendidikan agama Islam pada dasarnya sebagai sumber nilai yang pendirian dan
penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita cita untuk mengejawantahkan
nilai-nilai Islam, selain itu pendidikan agama Islam juga sebagai suatu bidang studi. Sistem
pendidikan agama Islam di Indonesia adalah lebih menekankan kepada aspek keimanan dan
keyakinan dalam beragama. Pendidikan agama Islam merupakan suatu program pendidikan
yang menanamkan nilai-nilai ajaran Islam, melalui proses pembelajaran, dikemas dalam mata
pelajaran, yang diberi nama Pendidikan Agama Islam (PAI), baik di sekolah umum maupun
sekolah di bawah naungan kementerian Agama.

Pendidikan agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional merupakan penghapusan


dikotomi ilmu umum dan ilmu agama, madrasah mengalami perubahan definisi, dari sekolah
agama menjadi sekolah umum. Perubahan definisi ini penting artinya, karena dengan
demikian berarti madrasah tidak hanya mendapat legitimasi sepenuhnya sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional. Akan tetapi, perubahan definisi itu selanjutnya menuntut ada
perubahan kurikulum. Karena madrasah tidak lagi sekolah agama, maka kurikulumnya
harus didominasi oleh mata pelajaran umum. Meski pendidikan agama Islam memiliki peran
dalam konteks pendidikan nasional, hanya saja harus pula dimaklumi dan dipahami jika
hingga hari ini secara kelembagaan, pendidikan agama Islam kerap menempati posisi kedua

13 Ibid.
dalam banyak situasi, dan harus diakui hingga saat ini posisi pendidikan agama Islam belum
beranjak dari sekadar sebuah subsistem dari sistem pendidikan nasional.

REFERENSI

Abuddin Nata. Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005.
Adlini, Miza Nina, Anisya Hanifa Dinda, Sarah Yulinda, Octavia Chotimah, and Sauda Julia
Merliyana. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka.” Edumaspul: Jurnal Pendidikan
6, no. 1 (2022): 974–980.
Bafadhol, Ibrahim. “Lembaga Pendidikan Islam Di Indoesia.” Jurnal Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam 06, no. 11 (2017): 59–72.
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/ei/article/view/95.
Elly Manizar. “Optimalisasi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah.” Tadrib: Jurnal Pendidikan
Agama Islam Vol. 3, no, no. pp. 251 – 278 (2018).
Fery Diantoro, Endang Purwati, Erna Lisdiawati. “UPAYA PENCAPAIAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN NASIONAL DIMASA PANDEMI
COVID-19.” MA’ALIM: Jurnal Pendidikan Islam 2 (2021): 22–33.
Indonesia, Republik. “Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidika Nasional) (UU RI
No. 20 Th. 2003” 71 (2003): 7.
Majid, Abdul. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Pendidikan Agama Islam. Edited by Pipih
Latifah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2019.
Masykur, Hanif. “Eksistensi Dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional” (2015): 1–89. http://e-
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/618/1/Hanif Masykur_11412004.pdf.
Samrin. “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI
INDONESIA__.” Jurnal Al-Ta’dib 13, no. 3 (2015): 1576–1580.

Anda mungkin juga menyukai