Anda di halaman 1dari 39

Promosi Kesehatan pada Remaja Sesuai Tahapan Usia

Disusun oleh Kelompok 4 :

1. Melynia Purwatiningrum (131811133020)


2. Melania Natalia Tia Darmiati (131811133033)
3. Marthalia Oktavianty D.C. (131811133034)
4. Atikah Nuraini (131811133071)
5. Nofita Dwi Rohmawati (131811133072)
6. Nafilah Azmi Yaswar (131811133073)
7. Purwestri Dyah Kinanti (131811133079)
8. Dhuriatul Nurcholisa Agustin (131811133080)
9. Dina Shifana (131811133128)
10. Fitri Millenia (131811133123)
11. Hani salsabila deva (131811133136)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. ii

BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1. Definisi Remaja dan Tahapan Usianya.......................................................................3
2.2 Perkembangan Fisik dan Psikologi Remaja Sesuai Tahapan Usia............................5
2.2.1 Perkembangan dan Perubahan Fisik Remaja Sesuai Tahapan Usia..................5
2.2.2 Perkembangan dan Perubahan Psikologis Remaja Sesuai Tahapan Usia.........9
2.3. Metode dan Media Pendidikan serta Promosi Kesehatan pada Remaja...............10
2.3.1. Metode Promosi Kesehatan pada Remaja Sesuai Tahapan Usia.....................10
2.3.2. Media Promosi Kesehatan pada Remaja Sesuai Tahapan Usia.......................11
BAB 3.......................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
Kesimpulan.............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah
penulis yang berjudul  “Promosi Kesehatan pada Remaja Sesuai Tahapan Usia”.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntutan belajar bagi mahasiswa pendidikan kesehatan
khususnya program studi S-1 Keperawatan. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberi
banyak pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri,
makalah ini terselesaikan karena bantuan banyak pihak.
Tentunya penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari kata
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari para
pembaca untuk perbaikan tulisan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 29 Maret 2020

Tim Penyusun

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usia remaja adalah suatu perkembangan dari munculnya tanda-tanda seks sekunder
sehingga tercapainya kematangan seksual dan reproduksi, serta suatu proses pembentukan
mental dan identitas dewasa serta peralihan dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
WHO juga mendefinisikan remaja sebagai periode peralihan dari masa anak-anak menuju
masa peralihan dewasa yaitu antara usia 11-19 tahun. Masalah umum yang terjadi pada
remaja sebagian besar adalah bentuk perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik
secara kesehatan, moral maupun sosial. Masa remaja adalah suatu fase yang sangat vital
dalam keterkaitannya dengan kondisi sehat atau tidak sehat. Semakin berkembangnya
zaman di eraglobalisasi dengan teknologi dan IT yang semakin canggih serta semakin
mudahnya akses media sosial untuk dijangkau menjadi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat pada remaja, contohnya emaja menjadi menarik diri setelah
mendapat pengalaman yang kurang baik lewat media sosialnya.

Ners sebagai tenaga kesehatan mempunyai peran sebagai konselor yaitu untuk
mempromosikan kesehatan. Dalam kondisi ini, pengetahuan kesehatan pada usia remaja
sangat penting dalam menunjang perkembangan fisik maupun psikologis remaja. Karena
dalam usia ini, seseorang dalam keadaan yang sangat rentan untuk dipengaruhi dan mudah
melakukan kesalahan dengan berbagai cara salah satunya penasaran, coba-coba, dan tidak
ingin ketinggalan zaman. Promosi Kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya
pemberdayaan masyarakat untuk mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Banyak permasalahan kesehatan di Indonesia dapat dicegah melalui kegiatan promosi
kesehatan. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah, maka perlu
dikembangkan strategi komunikasi serta langkah-langkah yang dapat mendukung upaya
pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Keberhasilan
strategi komunikasi promosi kesehatan tersebut tidak hanya menitikberatkan kepada unsur

1
internal yang harus memiliki sumber daya manusia yang maksimal, lebih dari itu
pendekatan kepada khalayak atau masyarakat yang menjadi sasaran melaui teknik
komunikasi yang tepat juga menjadi unsur penting guna menunjang keberhasilan strategi
komunikasi promosi kesehatan. Tanpa adanya pemahaman akan teknik komunikasi dalam
melakukan pendekatan kepada masyarakat, maka mustahil strategi promosi kesehatan akan
berjalan dengan baik.

Pada hakikatnya, strategi adalah sebuah taktik atau cara operasional dari suatu
perencanaan dan manajemen suatu organisasi atau instansi dalam upaya untuk mencapai
sasaran dan tujuannya. Demikian pula halnya dengan strategi komunikasi yang merupakan
paduan antara perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis
harus dilakukan, artinya pendekatannya (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung
situasi dan kondisi. Dalam hal ini strategi komunikasi dan mediannya akan sangat
menunjang pada keberhasilan target yang hendak dicapai. Promosi yang berhubungan
dengan kesehatan masyarakat pada hakikatnya merupakan sebuah cara untuk memperoleh
hasil yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi yang hendak diraih. Selain itu, promosi
kesehatan akan sangat membutuhkan strategi komunikasi yang cukup efektif hingga pada
akhirnya dapat diterima oleh masyarakat nantinya.

1.2.Rumusan Masalah

a. Bagaimana perkembangan fisik dan psikologi pada remaja sesuai tahapan usianya?
b. Bagaimana metode dan media Pendidikan dan Promosi Kesehatan Pada Remaja sesuai
tahapan usianya?

2
1.3.Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini menjabarkan tentang Pendidikan kesehatan pada remaja sesuai tahapan
usianya, pembaca diharapkan memahami mengenai pendidikan kesehatan pada remaja
sesuai tahapan usianya.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui perkembangan fisik dan psikologi pada remaja sesuai tahapan usianya?
b. Mengetahui metode dan media Pendidikan dan Promosi Kesehatan Pada Remaja sesuai
tahapan usianya?

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui tentang pendidikan kesehatan pada remaja sesuai tahapan
usianya, sehingga perawat akan lebih mudah mendalam menyampaikan informasi dalam
setiap pendidikan kesehatan pada remaja dan remaja dapat menyerap informasi lebih baik.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi remaja dan tahapan usianya
World Health Organization (WHO) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence
yang berarti tumbuh kearah kematangan. remaja adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO
adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas
usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Pengertian remaja sendiri
menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud,
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi
perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan
cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Perkembangan pada remaja terjadi sangat cepat baik secara fisik maupun psikologis. Pada
remaja laki-laki biasanya terjadi pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja
perempuan terjadi pada usia 10 sampai 15 tahun. Pada anak perempuan,perekembangan
terjadi lebih cepat dibandingkann pada lelaki karena dipengaruhi oleh hormon seksual.
Perkembangan secara fisik contohnya terjadi pada perkembangan seks sekunder, pada
perempuan akan terjadi menstruasi dan perubahan pada tubuh seperti tumbuhnya payudara
dan melebarnya pinggul. Sedangkan pada laki-laki akan terjadi mimpi basah atau ejakulasi,
pada fisiknya akan terjadi perubahan seperti tumbuhnya jakun. Pematangan remaja
bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial pada setiap individu, misalnya
bersikap tidak ingin bergantung pada orang tua, ingin mengembangkan keterampilan
secara interaktif dengan kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial
(Soetjiningsih, 2007).
Menurut (Sarwono, 2011) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :
a) Remaja awal
Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early adolescence memiliki
rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini mereka masih heran dan belum
mengerti akan perubahan perubahan yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan pikiran-
pikiran baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang secara
erotis.
b) Remaja madya

4
Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle adolescence memiliki
rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja madya atau pertengahan sangat
mebutuhkan temannya. Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat yang
mencintai dirinya sendiri (narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih bingung
dalam mengambil keputusan atau masih labil dalam berperilaku.
c) Remaja akhir
Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence merupakan remaja yang
berusia antara 17-20 tahun. Masa ini merupakan masa menuju dewasa dengan
sifat egois yaitu mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja
akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya sudah berpikir
secara matang dan intelek dalam mengambil keputusan.

2.2. Perkembangan Fisik dan Psikologis Remaja Sesuai Tahapan Usia

2.2.1. Perkembangan dan Perubahan Fisik Remaja Sesuai Tahapan Usia

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa yang berusia 10-19
tahun (WHO). Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial
yang berlangsung secara sekuensial. Pada anak perempuan awitan pubertas terjadi pada
usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi,
dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik
yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis.
(Batubara, 2016). Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang
akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan
spermatogenesis, dan anak perempuan dengan ovulasi.

Pertumbuhan dan perkembangan selama masa remaja dibagi dalam tiga tahap, yaitu
remaja awal (usia 11-14 tahun), remaja pertengahan (usia14-17 tahun) dan remaja akhir
(usia 17-20 tahun). Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja meningkat
cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14 tahun) karakteristik
seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan,
pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis.
Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia
14-17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan
reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik (Wulandari, 2014).

a) Perubahan Hormonal pada pubertas

Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone


(GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks

5
yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan
diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk
reproduksi. Gonadotropin releasing hormone disekresikan dalam jumlah cukup banyak
pada saat janin berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20
minggu dan kemudian menurun pada saat akhir kehamilan (Batubara, 2016). Hal ini
diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan balik hipotalamus karena peningkatan
kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH meningkat lagi secara periodik setelah
pengaruh estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun
ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi GnRH. Pubertas normal diawali oleh
terjadinya aktivasi aksis hipotalamus– hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara
menetap (Gambar 1).

Gambar 1: Aksis hipotalamus–hipofisis–gonad pada anak


perempuan

6
Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui secara pasti.
Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan pubertas, antara lain faktor
genetik, nutrisi, dan lingkungan lainnya. Secara genetik terdapat berbagai teori yang
mengatur awitan pubertas, antara lain pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled
protein receptor. Mutasi pada gen GPR54 dapat menyebabkan terjadinya
hipogonadotropik hipogonadisme idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54
menyebabkan volume testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina
menyebabkan terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan vagina.

Pada tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap awitan
pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg
untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa
dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas
dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Leptin, suatu hormon yang dihasilkan di
jaringan lemak (white adipose) yang mengatur kebiasaan makan dan termogenesis
diperkirakan juga berperan dalam mengatur awitan pubertas. Pada keadaan puasa kadar
leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin. Penemuan ini menunjang
hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan pubertas. Pada penelitian selanjutnya ternyata hal
ini masih dipertanyakan karena kadar leptin tetap stabil selama pre-dan pasca pubertas. Di
samping itu terdapat berbagai faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi awitan
pubertas, seperti pertumbuhan janin intrauterin, migrasi ke negara lain, dan faktor
lingkungan lainnya.

Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap hipotalamus
menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat sensitivitas gonadalstat.
Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif terhadap rendahnya kadar steroid
yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas akan terjadi umpan balik akibat kadar
steroid yang rendah sehingga GnRH dan gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang
banyak. Pada awalnya GnRH akan disekresi secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun.
Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel
gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun
sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang pulsatil terus berlanjut sampai awal pubertas.

Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8
tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode
selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan
inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan
inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamushipofisis-

7
gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya
ovulasi.10Hormon androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai
meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin.
Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke.

Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase
luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian merangsang
pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen yang menginduksi
proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel
yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan
ovulasi terjadi 12 jam setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase
ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel
folikel. Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron.
Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium yaitu
menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga memungkinkan
terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan produksi human
chorionic gonadotropine (hCG), korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan terlepasnya
endometrium, proses tersebut dikenal sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14
hari setelah ovulasi.

Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan LH,
kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan menstimulasi sel
Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya akan merangsang
pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan
inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamushipofisis-gonad. Fungsi lain FSH
menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran
testis. Pada saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron
yang dihasilkan oleh sel Leydig.

Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad,


ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar selama pubertas
yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada periode pubertas, GH
dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses pacu tumbuh
selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari
tinggi dewasa anak lakilaki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid
seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak perempuan
terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini

8
terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan
perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki
dan perempuan.

b) Perubahan Fsik pada Pubertas

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan
memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada
pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks
sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta
perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan
stamina tubuh.

Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat cepat
dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2: Perubahan yang terjadi pada laki-laki selama pubertas

9
Gambar 3: Perubahan yang terjadi pada perempuan selama pubertas

Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada
perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan pertambahan tinggi badan
sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi
badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak
pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada anak perempuan terjadi sekitar usia
12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan,
pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18

10
tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai.
Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis.
Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan
berhenti. Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh,
pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak
perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi
karena pengaruh hormon steroid seks.

Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang
terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya
pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis,
perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta
terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,
dan timbulnya jerawat.

c) Perubahan Fisik pada Remaja Laki-laki


Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran
testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat
orkidometer Prader. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian
diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh.
Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun (Tabel 2). Rambut aksila akan
tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh
belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena
variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara
akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara
terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas.
Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak
pertumbuhan tinggi badan.

Gambar 4: Tahapan pubertas yang terjadi pada anak laki-laki 11


Tahap Genitalia Rambut Pubis
Tahap 1 Prapubertas Prapubertas; tidak ada rambut pubis
Pertambahan volume testis,
Jarang, sedikit pigmentasi dan agak
Tahap 2 skrotum membesar, menipis dan
ikal, terutama pada pangkal penis
kemerahan
Penis mulai membesar baik dalam
panjang maupun diameter, volume Tebal, ikal meluas hingga ke mons
Tahap 3
testis dan skrotum terus bertambah pubis
besar
Testis dan skrotum terus
membersar warna kulit skrotum
Bentuk dewasa tetapi beum meluas ke
Tahap 4 yang makin gelap penis makin
medial paha
membesar baik panjang maupun
diameter
Tahap 5 Bentuk dan ukuran dewasa Bentuk dewasa meluas ke medial pubis

d) Perubahan Fisik pada Remaja Perempuan


Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas
payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang
menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun (Tabel 3). Rambut pubis mulai tumbuh
pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke

12
terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan
pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan
bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada
perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa
lemak sebelum pubertas. Dari survei antroprometrikdi tujuh daerah di Indonesia
didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan
13,6 tahun.

Gambar 5: Tahapan pubertas yang terjadi pada anak perempuan

13
Tahap Payudara Rambut Pubis
Tahap 1 Prapubertas Tidak ada rambut pubis
Breast building, menonjol speerti Jarang, berpigmne sedikir, lurus, atas
Tahap 2
bukit kecil, areola membesar medial labia
Payudara dan areola membesar, Lebih hitam, mulai ikal, jumlah
Tahap 3
tidak ada kontur pemisah bertambah
Areola dan papilla membentuk Kasar, keriting, belum sebanyak
Tahap 4
bukit kedua dewasa
Bentuk dewasa, papilla Bentuk segitiga seperti pada
Tahap 5 menonjol, areola sebagai bagian perempuan dewasa, tersebar sampai
dari kontur buah dada medial paha

2.2.2. Perkembangan dan perubahan psikologis sesuai tahapan usia

Definisi psikologi menurut beberapa pakar, Psikologi secara bahasa berasal dari Yunani
yaitu dari dua kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu, dengan
demikian psikologi adalah ilmu jiwa atau disebut juga ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia (Masganti, 2015).

Berberapa ilmuwan telah mengungkapkan gagasan mereka diantaranya pengertian


psikologi berdasarkan Pendapat Santrock tentang objek yang dipelajari dalam psikologi.
Santrock Menyatakan “Psychology is the scientific study of behavior and mental
processes” [Psikologi adalah kajian ilmiah terhadap proses perilaku dan mental].

Dari pendapat beberapa ahli, penulis berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji dan meneliti proses mental dan perilaku seseorang (Masganti,
2015). Proses tersebut diketahui seorang pengkaji atau peneliti psikologi melalui
penelitian yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan
metode-metode pengumpulan data antara lain eksprimen, tes, angket, sosiometri, dan
sejenisnya. Sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode

14
pengumpulan data antara lain observasi, wawancara mendalam, biografi, autobiografi,
atau studi dokumen.

Pada anak remaja (usia dini) mengalami fase perkembangan yang sangat diunggulkan
yang biasa disebut dengan “Golden Age” atau masa keemasan. Karena pada massa
keemasan ini terjadi perkembangan yang Sangat menakjubkan dan terbaik sepanjang
hidup manusia (Masganti, 2015). Perkembangan Yang menakjubkan tersebut mencakup
perkembangan fisik dan psikhis. Dari segi fisik anak mengalami perkembangan yang
sangat luar biasa, Mulai dari pertumbuhan sel-sel otak dan organ tubuh lainnya sampai
Perkembangan kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari Melompat, memanjat,
dan sebagainya. Perkembangan fisik lainnya yang tidak kalah pentingya adalah
perkembangan kemampuan motorik yang merupakan kemampuan melakukan koordinasi
gerakan tangan Dan mata, misalnya menggenggam, meraih, menulis, dan sebagainya.

Perkembangan psikis juga mengalami Hal-hal menakjubkan, dari kemampuan


berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai kemampuan berinteraksi dengan orang lain
(Masganti, 2015). Mulai kemampuan Berpikir sensori-motoris sampai kemampuan
berpikir pra operasional Konkrit. Anak-anak pada tahap sensori motoris hanya dapat
memahami sesuatu setelah menggunakan inderanya, tetapi kemudian pemahaman tersebut
berkembang pada tahap pra operasional konkrit menjadi pemahama terhadap benda
bercampur dengan imajinasi anak. Perkembangan kemampuan kognitif ini memberikan
sumbangan yang besar terhadap kemampuan Bahasa, kemampuan emosional, kemampuan
moral, bahkan kemampuan Agama.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah Penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum Menikah. Remaja adalah
suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki
pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi
badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan
waktu di luar keluarga (Diananda, 2019).

a) Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)

15
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih Hanya satu tahun;
untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun – 13 atau 14 tahun (Diananda, 2019). Fase pra
remaja ini bisa juga dikatakan dengan fase negatif, karena bisa dilihat perilaku yang
dilakukan anak-anak pada masa ini cenderung negatif. Di fase ini juga terdapat hubungan
yang sukar terhadap komunikasi antara anak dan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi
tubuh juga terganggu karena Mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
Menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah Dan
meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka. Seperti
penampilan fisik, sifat seseorang dan gaya hidup remaja.

b) Remaja Awal (13 atau 14 tahun – 17 tahun)

Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya.
Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam Banyak hal terdapat pada usia
ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan
sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak
untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian
dan identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan Idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga (Diananda, 2019).

c) Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)

Pada fase ini remaja ingin menjadi pusat perhatian, menonjolkan bakat dirinya dengan
cara menonjolkan kemampuannya, kreatifitas, maupun kelebihan yang dimilikinya.
Bersifat idealis, mempunyai keinginan dan cita-cita yang tinggi, mempunyai semangat
dan energi dorongan internal yang sangat besar, serta tidak ingin ketergantungan terhadap
emosionalnya (Diananda, 2019).

Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat, misalnya
perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot
serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan mental pun mengalami
perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin banyak waktu diluangkan di luar
keluarga. Selanjutnya, perkembangan tersebut diatas disebut fase pubertas (puberty) yaitu
suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat
dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang terjadi
secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah peristiwa

16
tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi
berangsur-angsur (gradual).

Karena pada tubuh remaja hormon-hormon seksnya sudah bekerja dan berfungsi maka
ada ketertarikan tersendiri terhadap lawan jenis. Biasanya remaja akan merasa malu
apabila kekuranganmya diketahui oleh orang lain, dan mereka akan berusaha semaksimal
mungkin intuk menutupi kekurangan yang mereka punya. Sebenarnya pada masa
pubertas remaja akan berusaha tampil ideal dan berbaur dengan teman-teman sebayanya
tapi mereka kecenderungan malu apabila berbicara dengan orang yang lebih dewasa.

Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah pertama
tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai masalah “pergolakan
dan stres” (strorm-and-stress). Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah merupakan
masa-masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati dimana
pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak pada kisaran antara kesombongan dan
kerendahan hati, kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan kesedihan (Diananda,
2019). Anak remaja mungkin nakal kepada teman sebayanya pada suatu saat dan baik
hati pada saat berikutnya, atau mungkin ia ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa
detik kemudian ingin bersama-sama dengan sahabatnya.

2.3 Metode dan Media Pendidikan serta Promosi Kesehatan Pada Remaja

2.3.1 Metode promosi kesehatan pada remaja sesuai tahapan usia

Dalam promosi kesehatan terdapat banyak metode untuk menyampaikan informasi.


Pemilihan metode promosi kesehatan pada remaja harus dipertimbangkan secara cermat
dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima
informasi (termasuk sosial budaya), dan hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi
seperti ruang dan waktu. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, oleh karena
itu seringkali metode promosi kesehatan sering digabungkan untuk memaksimalkan
hasilnya.

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir
menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu masa remaja awal, masa
remaja pertengahan dan masa remaja akhir. kriteria usia masa remaja awal pada
perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa
remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19
tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada
laki-laki 19-21 tahun.

17
Metode promosi kesehatan pada remaja yang sering digunakan sesuai tahapan usia itu
sendiri ada beberapa macam, diantaranya:

a) Metode Individual (perorangan)

Metode individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang sudah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru
tersebut. Pada metode pendekatan individual ini ada 2 bentuk pendekatan yakni:

- Bimbingan dan penyuluhan


- Interview

b) Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan
lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya
sasaran pendidikan.
i) Kelompok besar
Disebut kelompok besar apabila peserta kegiatan lebih dari 15 orang, metode yang
digunakan dalam pendekatan pada kelompok besar antara lain:
- Ceramah: Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah.
Merupakan metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan
kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
- Seminar: Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang
ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
ii) Kelompok kecil
Disebut kelompok kecil apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Dalam
pendekatan pada kelompok kecil antara lain:
- Diskusi kelompok: Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi
dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong
penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu
alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan yang seksama.

18
- Curah pendapat (Brain Storming): Metode ini merupakan modifikasi metode
diskusi kelompok, yang diawali dengan pemberian kasus atau pemicu untuk
menstimulasi tanggapan dari peserta. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak
boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
- Bola salju (Snow Balling): Metode dimana kesepakatan akan didapat dari
pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan
kelompok yang lebih besar. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang
2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih
kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
anggota kelompok.
iii) Kelompok-kelompok kecil
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil
dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
- Role play (memainkan peran): Metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk
sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota
yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan,
misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan
tugas.
- Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara
role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya
persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah),
selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.

Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak – anak menuju masa
dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial.
Banyak permasalahan yang dapat dialami oleh remaja diantaranya: masalah emosi pribadi,
perilaku, kesehatan reproduksi, sosial, pubertas yang terlalu cepat atau terlambat, serta

19
adanya masalah psikologi. Faktor penyebab masalah- masalah tersebut dapat berasal dari
dalam individu anak tersebut, keluaarga, masyarakat, atau bahkan dari lingkungan sekolah.
Untuk melakukan promosi kesehatan paada remaja, kita perlu menerapkan beberapa
pendekatan atau metode yang sesuai dengan usia sasaran agar mendapatkan hasil yang
maksimal.

2.3.2. Media Promosi Kesehatan pada Remaja Sesuai Tahapan Usia


Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi kesehatan, media
promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni :

a) Media cetak pada masa remaja awal


Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah
kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah
booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada
surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada
beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya
rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman
dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak
dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b) Media elektronik pada masa remaja pertengahan


Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini
adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan modem),
SMS (telepon seluler). Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki
kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat,
bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat
dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media
ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk
produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c) Media luar ruang pada masa remaja akhir


Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar,
umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan atau logo. Kelebihan dari media ini adalah
lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap
muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan
jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit
rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu

20
berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untuk mengoperasikannya.

d) Media Lain, seperti :


1)  Iklan di bus.
2)  Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang diadakan di pusat
perbelanjaan atau hiburan yang menarik perhatian pengunjung :
a. Road Show, suatu kegiatan yang diadakan dibeberapa tempat / kota.
b. Sampling, contoh produk yang diberikan kepada sasaran secara gratis.
c. Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi program dan pesan-
pesan promosi (Susilowati, 2016)

21
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa yang berusia 10-19 tahun
(WHO). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun, dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, dan psikologis yang berlangsung secara
sekuensional. Pertumbuhan dan perkembangan selama masa remaja dibagi dalam tiga tahap,
yaitu remaja awal (usia 11-13 tahun), remaja pertengahan atau madya (usia14-16 tahun) dan
remaja akhir (usia 17-20 tahun). Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja
meningkat cepat. Perkembangan psikis juga mengalami hal-hal menakjubkan, dari
kemampuan berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai kemampuan berinteraksi dengan
orang lain, mulai kemampuan berpikir sensori-motoris sampai kemampuan berpikir pra-
operasional konkrit.

Promosi kesehatan adalah suatu metode untuk menyampaikan informasi. Pada remaja,
pemilihan metode promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan
memperhatikan beberapa hal yaitu, materi atau informasi yang disampaikan, keadaan
penerima informasi (termasuk lingkup sosial budaya), dan lingkungan komunikasi (ruang,
waktu, keadaan yang bising). Metode promosi kesehatan pada remaja dibagi menjadi dua
yaitu, metode individual dan metode kelompok. Pada metode individual terdapat dua bentuk
pendekatan yaitu, bimbingan dan penyuluhan. Pada metode promosi kesehatan kelompok
terbagi menjadi dua yaitu, kelompok besar (contohnya ceramah dan seminar) dan kelompok
kecil (contohnya diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, roleplay, dan kelompok-
kelompok kecil.

22
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif
terhadap kesehatan. Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu
memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan
sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan
yang disampaikan. Media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk membantu
pendidik/pengajar dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke
penerima pesan belajar (sasaran belajar). Media sebagai penyaji dan penyalur pesan, media
belajar dalam hal-hal tertentu, bisa mewakili pengajar menyajikan informasi belajar kepada
peserta didik. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi
itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan pengajar. Media berguna
untuk mempermudah penyampaian informasi, menghindari kesalahan persepsi, memperjelas
informasi, mempermudah pengertian, mengurangi komunikasi verbalistik, menampilkan
objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata, dan memperlancar komunikasi. Dengan
adanya media promosi kesehatan, maka metode promosi kesehatan yang akan diterapkan
kepada seorang remaja akan lebih mudah dimengerti.

23
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri.


https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal ISTIGHNA, 1(1), 116–
133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

Ginting, Marlina, dkk. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan. Jakarta : .
Kementrian Kesehatan Indonesia Pusat Promosi Kesehatan

IDAI. 2013. Kesehatan Remaja di Indonesia (online). Diakses dari


http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-di-indonesia

pada Sabtu, 28 Maret 2020 pukul 22.00

Masganti. (2015). Psikologi perkembangan anak usia dini.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Panji, M. (2013). Hubungan antara Penerimaan Perkembangan Fisik dengan Kematangan


Emosi pada Remaja Awal. 10–49.

Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga.

24
Saputro, K. Z. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. Aplikasia: Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), 25-32.

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka

Cipta.

Susilowati, D. (2016). Modul Bahan Ajaran Cetak Keperawatan.

Wulandari, A. (2014). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja dan Implikasinya


Terhadap Masalah Kesehatan dan Keperawatannya. Jurnal Keperawatan Anak, 2, 40.

25
LIST DISKUSI KELOMPOK 4

Pemandu Diskusi

Ketua : Dhuriatul Nurcholisa Agustin (131811133080)

Sekretaris : Purwestri Dyah Kinanti (131811133079)

1. Nama : Lidia Letiawati


Nim : 131811133030
Kelompok : 1
K&S: Saya Lidia Lestiawati ingin memberikan saran kepada kelompok untuk
menambahkan pada makalah dan ppt contoh mengenai program promosi kesehatan yang
cocok untuk diberikan pada anak diusia remaja

2. Nama : Hairunnisak
Nim : 131811133029
Kelompok : 2
Q : Pada zaman sekarang banyak sekali remaja yang melakukan hal yang tidak baik
seperti seks bebas, narkoba dll. bagaimana peran perawat dalam mengedukasi remaja
seperti itu?
A : Marthalia Oktavianty D.C. NIM 131811133034 dari kelompok 4, ingin menjawab.
Peran perawat dalam kasus tersebut dapat melakukan sosialisasi tentang seks bebas,
narkoba, dan lain sebagainya, guna untuk memberikan wawasan pada anak pada usia
remaja agar lebih waspada terhadap hal-hal yang terlarang. Sosialisasi ini juga termasuk
upaya preventif perawat untuk masyarakat, terutama anak usia muda atau remaja.
Dina Shifana/ 131811133128/ Kelompok 4
peran perawat sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Perawat melakukan proses
keperawatan terhadap remaja tersebut. Perawat dapat mengetahui penyebab terjadinya
kasus ini seperti dikarenakan remaja sedang berpotensial untuk pembentukan identitas
diri yang memiliki resiko tidak efektifnya dalam mengambil peran tersebut. Perawat
dapat mengajak remaja dalam diskusi atau penyuluhan mengenai perkembangan diri,
menganjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang-orang yang membuat nyaman dan
26
membawanya ke hal-hal yang lebih positif, serta memberikan bimbingan dan motivasi
terhadap remaja tersebut.

Bachruddin, Wustha. (2017). PengaruhPenyuluhan tentang Bahaya Seks Bebas Terhadap


Pengetahuan Remaja Tetamg Seks Bebas di SMA Negeri Binsus di Manado. Jurnal Ilmu
Keperawatan Universitas Sam Ratulangi.

3. Nama : Julfia Aina Sari


Nim : 131811133025
Kelompok : 1
Q : Dalam PPT kelompok 3 yang menjelaskan promosi kesehatan yang sesuai dengan
tahapan usia remaja, yang mau saya tanyakan adakah metode promosi kesehatan yang
efektif untuk remaja madya? Dimana remaja madya itu terkenal dengan semaunya sendiri
dan apabila diberitahu sesuatu suka menyangkal.
A : Melania Natalia Tia Darmiati/ 131811133033/ Kelompok 4
Terimakasih atas pertanyaan dari julfia, ingin menjawab, sependek pengetahuan saya,
dari beberapa referensi yang ada metode yang saya rasa tepat untuk kasus remaja yang
ditanyakan itu adalah metode individual, lebih tepatnya metode interview yang lebih
ditekankan pada proses remaja menjelaskan keinginannya karena setiap remaja
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaannya
masing-masing. karena interview/Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
Sumber: Susilowati, Dwi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperwatan: Promosi
Kesehatan. Jakarta, Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Promkes-
Komprehensif.pdf
Syafira Dhea Fitra/ 131811133019/ kelompok 3

27
disini saya membantu menjawab kelompok 4, terimaksih atas pertanyaan yang telah
diamukan. Metode yang tepat digunakanan adalah metode individual dengan guidance
and counseling dengan cara ini kontak anatara anak dengan petugas lebih intensif. setiap
permaslaahan pada anak lebih mudah dikorek dan dibantu penyelesainnya. akhirnya klien
dengan sukarela, dengan kesadarannya akan menerima perilaku tersebut dan mau
merubah perilaku tersebut. terimakasih.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Renekacita.


Depok.

4. Nama : Tiyani
Nim : 131811133023
Kelompok : 1
Q : Selamat pagi, saya dari kelompok 1 mau bertanya kepada kelompok 4.
Pada usia remaja, anak lebih rentan dan mudah terpengaruh dalam pergaulan. Saat ini
yang lebih marak adalah kasus bunuh diri pada remaja dan penyalahgunaan obat-obatan
terlarang. Bagaiman peran perawat dalam memberikan educator kepada remaja? Metode
apa yang paling tepat diterapkan? Seperti contoh banyak remaja laki-laki yang merokok,
disisi lain mereka juga sudah mengetahui bahwa merokok tidak baik untuk kesehatannya.
Terima kasih
A: Fitri Millenia / 131811133123/ Kelompok 4
bisa menggunakan metode dengan memberikan kuisioner serta mewawancarai kepada
beberapa remaja agar mengetahui apa penyebab mereka merokok dan sejauh mana
pengetahuan mereka tentang bahaya merokok. lalu metode selanjutnya yang dilakukan
adalah metode kelompok dengan membuat kelompok-kelompok kecil, lalu menjelaskan
bahaya merokok sambil menunjukan contoh gambar orang perokok serta
menjelaskannya.

5. Nama : Rona Meilynasari


Nim : 131811133081
Kelompok : 3

28
Q : Saya mau bertanya pada kelompok 4. Kebanyakan anak punk adalah yang kurang
perhatian dari orang tuanya dan mungkin mengalami salah pergaulan, karena hal tersebut
mereka sangat sering membuat masalah, seperti kadang sering saya jumpai mereka
bahkan menciumi lem yang entah apa tujuannya, padahal kita tau bahwa itu sangatlah
berbahaya. Namun saat dinasehati mereka hanya mengabaikan nasehat-nasehat itu.
Bagaimana sikap kita sebagai tenaga medis dalam menanggapi hal tersebut dan metode
promosi kesehatan apakah yang tepat digunakan dalam menangani situasi tersebut?
terimakasih

A : Nofita Dwi Rohmawati / 131811133072/ Kelompok 4. Saya akan mencoba menjawab


pertanyaan dari Rona. Sikap kita sebagai tenaga medis yaitu perawat dalam menanggapi
hal tersebut dengan melakukan pendekatan-pendekatan seperti dengan membagikan
makanan kemudian sekaligus juga melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan
metode brainstorming dan roleplay. Dengan metode brainstorming kita dapat memancing
mereka untuk berpikir kritis mengenai pemecahan suatu masalah, disitu perawat juga
berusaha menjelasakan mengenai dampak-dampak penggunaan zat berbahaya seperti
menciumi lem, lalu diedukasi lebih lanjut mengenai zat-zat berbahaya yang masuk dalam
narkoba. Sedangkan dengan menggunakan metode roleplay kita dapat mengajak mereka
untuk bermain peran mengenai suatu permasalahan yang juga diselingi edukasi mengenai
narkoba.
Referensi:
Nofalia, I. (2018) ‘Pengaruh Metode Brainstorming, Buzz Group, and Simulation (BBS)
terhadap Pengatahuan, Sikap, dan Tindakan Merokok pada Remaja’, Surabaya :
Universitas Airlangga, (1–285), p. 2018.

6. Nama : Rahajeng Mahardini


Nim :131811133085
Kelompok : 1
Q : Saya pernah mendengar dari beberapa orang apabila seorang wanita yg mens diusia
yg kurang dari 12 thn rentan terhadap penyakit kanker, apakah pernyataan itu benar ?
Terimakasih

29
A : Melynia Purwatiningrum/ 131811133020/ KEL 4
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa usia menarche
memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian kanker payudara pada perempuan
di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2013.
Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16
tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi.
Perempuan yang mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia < 12 tahun
berisiko terkena kanker payudara 3,492 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan
yang mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia ≥ 12 tahun.(Dewi &
Hendrati, 2015)

Adapun faktor risiko terjadinya kanker payudara, yaitu usia > 50 tahun, adanya riwayat
kanker payudara pada keluarga, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
pemakaian alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama, paparan radiasi,
tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama kali pada usia lebih dari 35 tahun, serta
tidak menyusui. Menopause yang terlambat, yaitu pada usia > 50 tahun, dan menarche
dini, yaitu usia pertama kali mengalami menstruasi < 12 tahun juga merupakan faktor
risiko dari kanker payudara (Depkes RI, 2014).
Usia menarche yang dini pada seorang perempuan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
yaitu dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup yang
dapat memicu terjadinya menarche dini. Seorang perempuan yang mengalami menarche
dini kemungkinan akan memiliki anak perempuan yang nantinya juga akan mengalami
menarche dini. Perempuan yang hidup di daerah perkotaan juga kemungkinan berisiko
mengalami menarche dini yang lebih tinggi daripada perempuan yang hidup di daerah
pedesaan karena adanya keadaan sosial ekonomi yang kompleks (Anggraini, 2014).
Pertumbuhan jaringan payudara dipengaruhi oleh beberapa hormon, yaitu hormon
prolaktin, hormon pertumbuhan, hormon progesteron, serta hormon estrogen
(Suryaningsih dan Sukaca, 2009). Paparan hormon estrogen secara berlebihan dapat
memicu pertumbuhan sel secara tidak normal pada bagian tertentu (Dinkes Provinsi
Sumatera Barat, 2014).

30
Usia menarche yang terlalu dini pada perempuan, yaitu kurang dari 12 tahun
menyebabkan paparan hormon estrogen pada tubuh menjadi lebih cepat. Hormon
estrogen dapat memicu pertumbuhan sel pada bagian tubuh tertentu secara tidak normal
(Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2014).
Usia menarche yang dini juga dapat menyebabkan seorang perempuan mengalami masa
menopause yang lebih dini pula. Hal ini menyebabkan paparan hormon estrogen
berkurang pada usia yang relatif masih muda, padahal hormon estrogen juga berfungsi
untuk mencegah serangan jantung dan melindungi tulang sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan peningkatan risiko seorang perempuan untuk mengalami gangguan
jantung dan tulang (Salirawati, 2014).
Salah satu masukan yang diberikan adalah dengan melakukan upaya pencegahan dalam
mengurangi risiko terjadinya menarche dini pada perempuan. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan menjaga pola makan, yaitu dengan menghindari konsumsi makanan
berlemak maupun makanan cepat saji secara berlebihan, serta membiasakan diri
melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk mencegah terjadinya obesitas yang dapat
mempercepat terjadinya menarche.
Referensi :
Dewi, G. A., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisi risiko kanker payudara berdasarkan
riwayat kontrasepsi hormonal dan menarche. Breast Cancer Risk Analysis by the Use of
Hormonal Contraceptives and Age of Menarche. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3,
12–23. 

7. Nama : Febry Hayyu Hanifah


Nim : 131811133083
Kelompok : 1
Q : Ingin bertanya di ppt kan dijelaskan bahwa pada usia kelompok madya remaja lebih
mencintai dirinya sendiri dan masih labil dalam berperilaku
Yg saya tanyakan, Bagaimana peran perawat dalam membimbing remaja yg keterusan
dalam mencintai dirinya sendiri hingga dia menghiraukan orang orang sekitarnya,
bagaimana juga memberikan edukasi aagar remaja tidak labil

31
A : Nofita Dwi Rohmawati / 131811133072/ Kelompok 4, Peran perawat dalam
mebimbing remaja yang keterusan dalam mencintai dirinya sendiri sehingga dia tidak
menghiraukan orang sekitarnya dengan melakukan pendekatan dengan remaja tersebut
dimana perawat memposisikan dirinya sebagai teman. Kemudian perawat membangun
suasana maupun hubungan yang nyaman dengan remaja tersebut, dengan begitu perawat
lebih mudah dalam menjelaskan kepada remaja apa saja dampak dari sikap yang
keterusan dalam mencintai dirinya sendiri sehingga dia tidak menghiraukan orang
sekitarnya. Di samping itu perawat juga menjelaskan bahwa mencintai diri sendiri itu
perlu namun harus tetap pada batasannya, selain itu juga tidak boleh sampai tidak
menghiraukan orang-orang di sekitarnya karena kita tahu bahwa manusia merupakan
makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.
Perawat dalam memberikan edukasi kepada remaja agar tidak labil baik dalam bersikap
maupun dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dengan mengarahkan remaja
pada hal-hal apa saja yang dapat mengembalikan mood remaja agar tidak labil. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal yang disukai oleh remaja seperti
menonton film, makan makanan kesukaan, mendengarkan music, dll. Diharapkan dengan
begitu remaja dapat mengontrol moodnya menjadi tidak labil sehingga dapat lebih mudah
dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri

Daftar Pustaka: Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal


ISTIGHNA, 1(1), 116–133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

8. Nama : mellisa dwi mustika


Nim : 131811133070
Kelompok : 2
Q : Saya ingin bertanya kepada Kelompok 4. anak yang memiliki kasus broken home
dengan orang tua yang sering bertengkar, dan dari kecil orang tua tersebut bisa dibilang
tidak pernah mengasuh anak itu. ibunya yang selalu memarahi anaknya dan ayahnya
yang tidak pernah pulang. dan semakin lama anak ini mempunyai resiko bunuh diri. yang
ingin saya tanyakan bagaimana peran perawat sebagai educator, untuk mengedukasi

32
orang tua anak tersebut. dan media apa yang bisa digunakan untuk edukasi agar
maksimal?
A : Marthalia Oktavianty D.C. NIM 131811133034 dari kelompok 4, Cara mengedukasi
orang tua yaitu dengan memberikan saran ke orangtua anak untuk lebih memperhatikan
anak, dan urusan orangtua jika bertengkar diharapkan untuk tidak melakukan perdebatan
dihadapan seorang anak, karena hal tersebut dapat memicu stress psikologis pada anak.
Media yang tepat untuk promosi kepada orangtua yang seperti sosialisasi keluarga,
tujuannya agar keluarga tersebut dapat menangani masalah dengan tepat, serta tidak
menimbulkan perdebatan.

9. Nama : yunia ika wahyuningsih


Nim : 131811133074
Kelompok : 3
S : Terima kasih kepada kelompok karena telah memberikan materi yang sesuai. Akan
tetapi, saya ingin memberikan masukan. Akangkah lebih baik jika diberikan edukasi
mengenai merokok dan narkoba, karena selain perubahan tubuh, perilaku seperti
merokok dan mengonsumsi narkoba juga diperlukan
Q : Saya ingin bertanya kepada kelompok 4, Bagaimana cara mempromosikan dan
mengedukasi remaja yang merokok dan sudah mengenal narkoba? berikan contoh
strateginya.
A : Atikah Nuraini / 131811133071/ Kelompok 4
saya mencoba menjawab pertanyaan yunia. remaja yang sudah kecanduan sebaiknya
menggunakan metode individual karena lebih efektif untuk membina perilaku baru., yaitu
dengan menumbuhkan BHSP dengan remaja dan mendengarkan ceritanya., setelah itu
perawat memberikan saran dan edukasi terhadap permasalahnya

10. Nama : nurika dian


Nim : 131811133075
Kelompok : 2

33
K&S : Sebelumnya saya ingin mengomentari mengenai ppt yang telah dikerjakan oleh
kelompok sudah bagus, akan tetapi coba untuk lebih menarik lagi karena menurut saya
agak terlalu banyak tulisan dan terlalu padat sehingga agak bosan. Terima kasih.

Q : Saya juga ingin bertanya bagaimana cara kita sebagai perawat dalam mengatasi
apabila metode pendekatan individual yakni: bimbingan atau penyuluhan yang kita
lakukan tidak berhasil dalam memperbaiki derajat kesehatan remaja tersebut ?

A : Atikah Nuraini / 131811133071/ Kelompok 4, jika bimbingan atau penyuluhan tidak


berhasil sebaiknya dilakukan evaluasi terhadap promosi kesehatan bagi remaja tersebut,
dan memulai kembali menganalisa kebutuhan dan cara yang tepat agar remaja mau
menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari tenaga kesehatan.

11. Nama : Ambrosia Desi Meliana dl


Nim : 131811133021
Kelompok : 3
Q : Bagaimana metode yg tepat untuk melakukan promosi kesehatan pada kelompok usia
remaja yang susah dikasih arahan (bandel)?
A : Dhuriatul Nurcholisa Agustin/131811133080/Kelompok 4, metode yang tepat pada
saat promosi kesehatan pada usia remaja telah dibahas di ppt yang telah diupload, jadi
metodenya ada dua secara individu dan kelompok. Metode individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang sudah mulai tertarik pada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena
setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Pada metode pendekatan individual ini ada 2
bentuk pendekatan yakni bimbingan dan penyuluhan dan Interview. Selain itu diharapkan
perawat dapat membangun suasana maupun hubungan yang nyaman dengan remaja
tersebut, sehingga perawat lebih mudah dalam menjelaskan kepada remaja mengenai
prndidikan kesehatan.

34
Referensi:
Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal ISTIGHNA, 1(1),
116–133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

12. Nama : fauziah dinda pratama


Nim : 131811133022
Kelompok : 3
Q : Usia remaja adalah adalah usia yang rawan pelecehan seksual. Bagaimana cara kita
mempromosikan kesehatan pada remaja yang telah mengalami pelecehan seksual?
A : Dina Shifana/ 131811133128/ Kelompok 4, Menurut Triwijati dan Amira (2011),
Tindak kejahatan seksual yang sering dialami oleh remaja khususnya remaja putri yakni
adanya pelecehan yang dilakukan oleh pelaku seperti memegang bagian tubuh, berkata
seksual, bahkan sampai pemerkosaan. Beberapa peran perawat yang dapat dilakukan
terhadap ko0rba pelecehan seksual adalah memastikan keamanannya, termasuk
keamanan emosional. Beberapa penanganan dengan pendekatan psikoterapi yang umum
diberikan untuk korban perkosaan adalah Eye Movement Desensitisation and
Reprocessing (EMDR), Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dan support group therapy.
Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasikan empatucapan berikut ini
pada korban perkosaan : saya prihatin hal ini terjadipadamu, anda aman disini, saya
senang anda hidup,anda tidak bersalah.Anda adalah korban. Ini bukan kesalahan anda.
Apapun keputusan yangAnda buat pada saat pengorbanan adalah hak seseorang karena
anda hidup
Jelaskan setiap prosedur pengkajianyang akan dilakukan dan mengapadilakukan.
Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam perawatan,cara tidak menghakimi
Pastikan bahwa anak memiliki privasiyangadekuat untuk semuaintervensi-intervensi
segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orangyang memberikan perawatan segera
atau mengumpulkan bukti segera.Atau mengumpulkan bukti segera
Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikandukungan atau
bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelahperawatan
Bawa anak tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukanwawancara

35
Dorong secara perlahan dan tidak membuat anak cemas untuk mendiskusikan
peristiwapemerkosaan yang telah dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakahhal ini
telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku kekerasan seksual minum obatbius, jika anak
tersebut memiliki tempat yang aman untuk pergi danapakah ia berminat dalam tuntutan
yang mendesak
Berikan dukungan, tetapi ingat bahwa keputusan akhir harusdibuat oleh anak
Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yangmenyertai anak
Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten didalam berespons
dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dantulus
Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan danpengurangan
ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihandengan musik, pekerjaan rumah
tangga,permainan-permainan kelompok.
Referensi :
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhankeperawatan
Psikiatri (terjemahan).Edisi 3.Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran EGC
Triwijati, E. dan Amira, S. 2011. Tindak Kekerasan Seksual Terhadap Penyalahgunaan
Kekuasaan Atau Otoritas. Pustaka Makalah Ilmu Budaya Dasar, 08 Januari 2011:
http://www.smallcrab.com.

36

Anda mungkin juga menyukai