NIM : 19087159
Artiketl Belajar Behavioristik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
Ø Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu aliran psikologi yang tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan dalam pembelajaran.
Teori behaviorisme/ behavioristik dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan
(reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Penguatan dibagi
menjadi dua yaitu penguatan positif berupa hadiah dan penguatan negatif berupa
hukuman.
Pada teori ini pembelajaran di kelas itu akan dianggap pasif.
Dalam teori ini juga diutamakan sebuah kebiasaan dan juga pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984)
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah
berusaha giat, dan gurunyapun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak
tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap
belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dari
definisi belajar yang dianutnya, Ia masih mengakui ada perasaan , pemikiran atau hal lain yang
yang dapat ditangkap oleh panca indra dari peserta didik sebagai stimulusnya, meskipun
tindakan merupakan hal yang terpenting. Namun, ia juga menemui sebuah pemikiran
bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar , itu dapat
berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. Dari pemikirannya tersebut ia masih tidak bisa menjelaskan bahwa bagaimana cara
mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati meskipun dalam teori behaviorisme pengukuran
sangat diutamakan.
Teori dari Thorndike ini juga dapat disebut sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism).
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur. Dari pernyataannya dapat diambil kesimpulan bahwa Watson
sebenarnya mempercayai bahwa perubahan-perubahan mental dalam diri peserta didik selama
proses belajar pada faktanya namun ia tetap tidak mengakui hal tersebut karena perubahan
mental yang terjadi tidak bisa diukur sedangkan teori behaviorisme mengutamakan sebuah
pengukuran.
c. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Teori dari Clark hull ini sedikit berbeda dari 2 orang tokoh sebelumnya. Teori Clark
Hull ini sangat terpengaruhi oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi
Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis
dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam
bentuknya. Jadi ia mengatakan bahwa belajar itu sangat penting dan menempati posisi sentral
seperti halnya dengan kebutuhan biologis.
Edwin Guthrie masih menggunakan hubungan stimulus dan respon dalam teorinya
tentang proses belajar. Ia mengatakan bahwa stimulus dan respon hanya bersifat sementara, jadi
agar bersifat tetap maka harus diberikan stimulus berulang atau berbagai macam stimulus yang
berkaitan dengan respon tersebut. Menurutnya, Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Stimulus-stimulus yang didapatkan
oleh seorang peserta didik tersebut akan saling berhubungan dan berinteraksi sehingga stimulus
tersebut akan menghasilkan suatu bentuk respon yang akan diberikan yaitu sebuah perilaku. Jadi
apabila kita ingin memahami tingkah laku seseorang maka memahami hubungan antar stimulus-
stimulus yang orang itu dapat kan selama ini. Skinner juga mendukung adanya penguatan positif
yaitu penambahan stimulus dan penguatan negatif yaitu pengurangan stimulus sebagai
kesempatan untuk memperbaiki kesalahan jadi berbeda dengan hukuman. Dalam hal ini Skinner
tidak mengikutsertakan masalah perubahan-perubahan mental didalam teorinya.
Ø Implementasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran
Penerapan teori behavioristik ini biasanya masih diterapkan pada sekolah-sekolah dasar
maupun menengah seperti SD, SMP dan SMA, sedangkan untuk perguruan tinggi dan
pendidikan tinggi lainnya sudah tidak di terapkan lagi. Dalam kehidupan mahasiswa hadiah dan
hukuman sudah tidak diberikan lagi dan aturan juga sudah tidak seketat saat menjadi siswa. Hal
tersebut disebabkan siswa masih dalam tahap pembentukan diri sedangkan mahasiswa dianggap
sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
4. Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil meliputi pokok bahasan sub bahasan
dll
6. Memberikan stimulus dapat berupa pertanyaan lisan maupun tulis , tes atau kuis , tugas-tugas
8. Memberikan penguatan positif yaitu hadiah dan penguatan negatif yaitu hukuman,
memberikan stimulus baru
11. Demikian seterusnya