Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTEK KERJA PSIKOLOGI

PRODI PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Peminatan :

Psikologi Pendidikan

Dosen Pembimbing :

Yulia Hairina, M. Psi, Psikolog

Oleh :

Fitri Amalia (180103040028)

Cici Febriyanti (180103040078)

Nova Hestika Pertiwi (180103040251)

Prodi Psikologi Islam

Fakultas Ushuluddin dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

2021
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

PRAKTEK KERJA PSIKOLOGI

PRODI PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Nama Mahasiswa :

1. Fitri Amalia 180103040028


2. Cici Febriyanti 180103040078
3. Nova Hestika Pertiwi 180103040251

Banjarmasin, 1 Juni 2021

Mensetujui Mengetahui

Dosen Pembimbing Ketua Prodi

Yulia Hairina, M. Psi., Psikolog Yulia Hairina, M. Psi., Psikolog


NIP. 19840318 201101 2 009 NIP. 19840318 201101 2 009

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatan kehadirat Allah SWT., karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan praktek kerja non
lapangan ini yang berjudul “Analisis Kurikulum Pendidikan 2013 terhadap Pembelajarann
Daring pada Siswa/i”. Shalawat serta salam tak lupa pla kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta pada kerabat, sahabat serita orang yang istiqomah meingikuti
petunjuknya hingga akhir zaman. Kami sepenuhnya menyadari bahwa penulisan ini tidak
terlepas dari bantuan semua phak baik dalam bentuk bimbingan, arahan dan motivasi
sehingga laporan ini dapat di selesaikan.

Dalam penyusunan laporan praktek kerja non lapangan ini, banyak pihak yang telah
membantu kami, khususnya, kami ucapkan terimasik kepada,

1. Ibu Yulia Hairina, M. Psi, Psikolog selaku ketujua Jurusan Psikologi Islam serta sebagai
pembimbing kami dalam penyelesaian laporan ini.
2. Bapak Imadduddin, MA selaku sekretaris Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin
dan Humaniora.
3. Orang tua, keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi agar kami
semangat dalam menyelesaikan laporan ini.

Banjarmasin, 1 Juni 2021

Kelompok 3 Peminatan Psikologi Pendidikan

iii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ................................................................................................................i

Lembar Persetujuan .........................................................................................................ii

Kata Pengantar .................................................................................................................iii

Daftar Isi ............................................................................................................................iv

Ringkasan ..........................................................................................................................v

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................................4
D. Manfaat ...................................................................................................................4

Bab II Tinjauan Teoritis

A. Pengertian Kurikulum 2013 ....................................................................................5


B. Pembelajaran Online ...............................................................................................6
C. Penerapan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Online .......................................8
D. Problematika dalam Penerapan Kurikulum 2013 di Masa Pandemi ......................9

Bab III Hasil dan Pembahasan

A. Gambaran Umum ...................................................................................................17


B. Identifikasi Masalah ...............................................................................................18
C. Prioritas Masalah ....................................................................................................18
D. Akar Masalah ..........................................................................................................19
E. Alternatif Solusi ......................................................................................................19

Bab IV Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan .............................................................................................................21
B. Saran .......................................................................................................................21

Lampiran ...........................................................................................................................23

Daftar Pustaka ..................................................................................................................28

iv
RINGKASAN

Selama pandemi Covid-19 terjadi, pendidikan di Indonesia berjalan tidak semestinya,


yaitu dengan melakukan pembelajaran melalui daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
yang mengakibatkan permasalahan dalam sistem pembelajaran yang digunakan. Baik itu
guru, maupun siswa, dan orang tua mengalami permasalahannya masing-masing. Seperti
pada guru juga mengalami kesulitan untuk menerapkan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) yang mana pada Kurikulum 2013 itu sendiri memiliki jam yang cukup
banyak sedangkan selama PJJ ini terjadi pengurangan jam pelajaran.

Banyak permasalahan yang di alami oleh guru, orangtua dan siswa itu sendiri. Pada
guru misalnya sulit berkomunikasi kepada siswa dan orang tua juga menjadi hambatan untuk
guru mengawasi siswa. Guru juga selalu berpikir untuk bagaimana agar siswa tidak bosan
pada PJJ ini sehingga guru untuk dituntut agar selalu memberikan pembelajaran yang kreatif.
Hal lain yang menjadi permasalahan guru untuk menerapkan Kurikulum 2013 di mana
pandemi Covid-19 adalah terkendalanya sinyal. Sedangkan permasalahan yang dialami orang
tua sendiri pada pandemi ini yaitu orang tua atau keluarga justru menjadi guru sekolah di
rumah. Orang tua sendiri mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi
anak saat mendampingi belajar di rumah. Faktor ekonomi juga mengakibatkan tidak dapat
memenuhi fasilitas yang memadai seperti internet, serta perangkat elektronik. Permasalahan
yang dialami siswa yaitu sulitnya memahami materi tanpa adanya tatap muka. Banyak siswa
juga mengalami hilangnya rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas. Tidak semua
siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga sering
merasa bosan karena guru hanya memberikan tugas saja kepada siswa.

Kesulitan dalam pencapaian kurikulum 2013 menjadi kecemasan yang masih


menghantui Guru, karenanya banyak guru yang berfokus pada kegiatan pembelajaran yang
mengacu pada bahasan yang tetap mengacu pada kurikulum, bukan menyusun rencana
pembelajaran yang selaras untuk sebuah kinerja jangka panjang. Maka Solusi yang diberikan
untuk mengatasi masalah pembelajaran di masa pandemi dengan ketentuan kurikulum 2013
adalah dengan diterapkannya kurikulum darurat yang merupakan penyederhanaan jumlah
kurikulum darurat yang mengacu pada kurikulum 2013.

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 dipakai sejak tahun ajaran 2013/2014 dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Kurikulum 2013 adalah kelajutan dan penyempurna Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013
ini sudah berajalan hingga tahun 2013-2019 namun menjadi sebuah problem semenjak
adanya Covid-19 yang melanda seluruh dunia tanpa terkecuali di Indonesia.
Akibat dari pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru
demi menghentikan pemencaran Covid-19 yaitu mengimplementasikan ajakan
masyarakat untuk pelaksanaan Physical Distancing memberi jarak dengan orang lain
sejauh satu meter dan menghindari kerumunan dan berbagai acara pertemuan yang
menimbulkan perkumpulan. Selain itu pemerintah menerapakan kebijakan untuk di
rumah saja seperti kerja di rumah atau Work From Home (WFH) dan kegiatan apapun
yang berhubungan dengan perkempulan atau pertemuan ditiadakan dan diganti dengan
media online. Kemendikbud, 2020 mengeluarkan Surat Edaran tentang Pembelajaran
secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.
Isi dari surat ini salah satunya adalah meliburkan kegiatan belajar mengajar dan
mengganti dengan pembelajaran berbasis jaringan (daring) via E-learning yang dapat
digunakan berbagai instansi pendidikan.
Pada kondisi seperti ini semua guru atau tenaga pendidikan diharuskan untuk
mengganti pembelajaran menggunakan E-learning atau melalui media online. Seluruh
siswa diwajibkan untuk mendukung proses pembelajaran. Pembelajaran daring dengan
tatap muka melalui aplikasi menjadi hal yang paling menguntungkan guna memutus
penyebaran Covid-19 serta menjaga kesehatan keselamatan jiwa guru dan siswa dari
terpaparnya virus tersebut. Kondisi ini membuat guru harus merubah strategi
pembelajaran yang tepat mampu perilaku dan sikap guru dalam pembelajaran selama
program belajar dari rumah (BDR). Semua ini dilakukan untuk memberikan akses
pembelajaran yang tidak terbatas ruang dan waktu kepada kepada peserta didik selama
diberlakukannya masa darurat Covid-19.
Pandemi memaksa belajar mengajar di sekolah yang biasanya langsung berbubah
menjadi daring. Namun pada faktanya ternyata beberapa pihak tidak siap akan
pembelajaran secara online, baik guru, siswa ataupun orang tua. Apalagi jika harus

1
menerapkan sistem Kurikulum 2013 yang kompleks dalam pembelajaran daring. Hal ini
diungkapkan dari hasil penelitian “Kurikulumm 2013 dalam Proses Pembelajaran Online
pada Masa Pandemi Covid-19” oleh E. Kurniyati dan Siswati. Penelitian ini bertujuan
melakukan identifikasi untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan dampak
pandemi Covid-19 terhadap proses pembelajaran dan pelaksanaan kurikulum 2013. Hasil
penelitian ini terdapat beberapa problematika yang dialami oleh peserta didik, guru serta
orang tua dalam kegiatan belajar mengajar online seperti penguasaan teknologi masih
kurang, adanya penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjaan tambahan untuk
orang tua dalam mendampingi anak-anak belajar, komunikasi dan sosialisasi antar siswa
yang menurun, guru dan orang tua menjadi kurang interaksinya dan jam kerja yang
menjadi tidak terbatas bagi guru karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan
orang tua, guru antar guru dan guru dengan kepala sekolah. 1

Hal lain juga disampaikan dalam artikel berjudul “Penerapan Kurikulum 2013 pada
Masa Pandemi Covid-19 di SMP IT Ad-Durrah Medan” oleh Saddan Yasir, Hamidah dan
Putri Dewi Anggia. Penelitian ini membahas tentang penerapan kurikulum 2013 selama
pandemi Covid-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kurikulum
2013 saat pandemi Covid-19 di SMP IT Ad-Durrah Medan masih melakukan
pembelajaran daring, namun dilakukan secara jarak jauh berbasis online.2 Penelitian yang
serupa juga dengan judul: “Pandemi Covid-19 dan Online Learning : Apakah
Berpengaruh terhadap Proses Pembelajaran pada Kurikulum 13?” oleh In Setyorini,
mengungkapkan beberapa problematika yang dialami oleh peserta didik, guru serta orang
tua dalam kegiatan belajar mengajar online seperti penugasan teknologi masih kuranng,
adanya penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan untuk orang tua
dalam mendampingi anak-anaknya belajar, komunikasi dan sosialisasi antar siswa yang
menurun, guru dan orangtua menjadi berkurang interaksinya dan jam kerja yang menjadi
tidak terbatas bagi guru karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua,
guru lain dan kepala sekolah setiap waktu.3

1
E Kurniyati dan Siswati, “Kurikulum 2013 dalam Proses Pembelajaran Online pada Masa Pandemi
COVID-19,” Tadarus Tarbawy, No. 2, Vol. 2 (2020).
2
Kurniaman O dan Noviana E, “Penerapan Kurikulum 2013 dalam meningkatkan keterampilan, sikap,
dan pengetahuan,” Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar vol.6 no.2 (2017).
3
In Setyorini, “Pandemi Covid-19 dan Online Learning: Apakah Berpengaruh terhadap Proses
Pembelajaran pada Kurikulumm 13?,” Jurnal of Industrial Engineering&Managrment Research (JIEMAR), No.
1, Vol. 1 (2020).

2
Dalam penerapan kurikulum 2013, bahwa setiap mata pelajaran meliputi tiga
kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal tidak mudah dilakukan jika
tidak secara tatap muka. Dalam penelitian dengan judul: “Implementasi Penilaian
Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Daring di SMPN
4 Prambanan” oleh Muhammad Bahrudin Yusuf, menunjukkan bahwa guru PAI di
SMPN 4 Prambanan melakukan inovasi dalam penilaian pembelajaran Pendidikan
Agama Islam berbasis daring. Penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi media pembelajaran berbentuk platfrom Google
Classroom, Google from dan WhatsApp. Sedangkan problem yang muncul dalam
pelaksanaan penilaian pembelajaran PAI berbasis daring di SMPN 4 Prambanan
diantaranya, kepemilikian teknologi, ketimpangan akses internet dan kurangnya
kerjasama antara guru dan orang tua.
Hambatan lainnya juga ialah kurangnya infrastruktur pendukung pembelajaran online
itu sendiri. Maka ketidak tercapainya menjalankan kurikulum 2013 dalam pembelajaran
online/daring. Belum lagi kendala yang dirasakan oleh orang tua siswa yang ekonominya
tidak semua berada di atas, ada yang sebagian menengah ke bawah sehingga tidak dapat
menyediakan fasilitas pembelajaran online/daring seperti kuota internet. Sehingga banyak
kendala yang dirasakan dalam melakukan penerapan kurikulum 2013 yang
mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan efesien.
Maka, dengan didasarkan pada hal di atas, penulis disini memutuskan untuk
melakukan penelitian studi kasus secara mendalam yang dituangkan dalam bentuk
laporan magang dengan judul “Analisis Kurikulum Pendidikan 2013 terhadap
Pembelajarann Daring pada Siswa/i”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
kami sangat tertarik pada masalah yang kami temui dari kasus tersebut, sehingga
dirumuskan 2 fokus masalah yang hendak kami analisis, yaitu :
1. Apa penerapan implementasi kurikulum 2013 efektif digunakan dalam proses
pembelajaran online pada masa pandemic Covid-19?
2. Apa solusi alternatif agar masalah penerapan implementasi kurikulum 2013 selama
proses pembelajaran online pada masa pandemic Covid-19 dapat diatasi?

3
C. Tujuan
1. Tujuan umum, untuk meningkatkan wawasan pengetahuan, pengalaman, kemampuan
dan keterampilan mahasiswa jurusan Psikologi Islam khusunya di peminatan
Psikologi Pendidikan.
2. Tujuan Khusus, untuk mengetahui apa penerapan implementasi kurikulum 2013
efektif digunakan dalam proses pembelajaran online pada masa pandemic Covid-19
dan merumuskan solusi untuk masalah penerapan implementasi kurikulum 2013
selama proses pembelajaran online pada masa pandemic Covid-19.

D. Manfaat
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengembangan pendidikan, terutama dalam meningkatkan kesiapkan kerja mahasiswa
itu sendiri.
2. Bagi pendidikan, hasil penelitian ini bisa menjadi sumber infromasi dan sumbangan
pemikiran ketika ingin mengambil kesimpulan dari kasus yang serupa.
3. Bagi orang lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dalam
pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Kurikulum 2013


Kurikulum adalah sebuah rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
yang mencakup jenis, ruang lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Selain itu,
kurikulum adalah suatu bidang studi, yang ditekuni para ahli kurikulum, yang menjadi
sumber konsep-konsep teoritis terhadap pengembangan kurikulum berbagai lembaga
pendidikan.
Prinsip dasar dalam kurikulum 2013 adalah penekanan terhadap kemampuan guru
mengaplikasikan proses pembelajaran yang otentik, dan bermakna bagi peserta didik
sehingga berkembang potensi peserta didik. Kurikulum 2013 mendefenisikan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai kriteria terkait kualifikasi kemampuan lulusan yang
meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Acuan penyusunan kurikulum 2013
mengacu pada pasal 36 Undang-undang No. 20 tahun 2003, yakni penyusunan kurikulum
memperhatikan peningkatan imtaq, potensi akhlak terpuji, dan minat dunia kerja,
teknologi, dan seni, agama, perkembangan global, dan persatuan nasional.4
Kurikulum 2013 diusulkan diproduksi warga Indonesia dengan toleransi beragama
dan mental kesehatan, ini didasarkan pada fakta bahwa akhir-akhir ini banyak generasi
muda yang tidak lagi memiliki karakter, seperti tidak adanya toleransi dan empati kepada
orang lain. Karakteristik pengembangan kurikulum 2013 menekankan pada kesetaraan
spiritual sosial, keingintahuan, kreatifitas, dan pengetahuan dan kolaborasi psikomotorik.
Kata kunci dalam kurikulum 2013 yang diterapkan adalah penilaian otentik. Penilaian
otentik adalah proses siswa menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang
pemikiran, motivasi, dan tindakan budaya agar bisa menanggapi komunitas dan tempat
kerja yang melampaui tingkat kenyamanan mereka. Menilai keterampilan belajar
mengakui kebutuhan siswa berpikir kritis, menganalisis informasi, memahami ide-ide
baru, berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan masalah dan membuat keputusan yang
tepat. Daryanto berpendapat bahwa tema pembaharuan dan perbaikan pada kurikulum

4
Kurniaman O dan Noviana E, “Penerapan Kurikulum 2013 dalam meningkatkan keterampilan, sikap,
dan pengetahuan.”

5
2013 yakni menciptakan manusia yang berfikir kreatif, produktif, dan inovatif melalui
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.5

B. Pembelajaran Online
Internet merupakan perpustakaan yang tanpa batas cakupannya. Dengan
menggunakan media internet, informasi begitu mudah dan cepat diperoleh tidak terbatas
ruang dan waktu. Di dunia pendidikan, internet memberikan suatu akses data yang dapat
memudahkan proses belajar mengajar. Bahkan sudah banyak di negara maju, yang telah
memanfaatkan internet tidak hanya sebagai jendela informasi, namun juga sebagai media
pembelajaran yang interaktif. Dengan adanya internet, proses pembelajaran dapat
ditunjang oleh media pembelajaraan online. Meluasnya jaringan internet sehingga mudah
diakses, membuat media pembelajaran online menjadi salah satu cara untuk menunjang
proses belajar mengajar.6
Pembelajaran online menghubungkan pembelajar (peserta didik) dengan sumber
belajarnya (database, parak/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau
bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi.
Pembelajaran online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informmasi, misalnya internet, CD-ROOM
(secara langsung dan tidak langsung).7 Media pembelajaran online adalah salah satu
bentuk media pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan fasilitas internet sehingga
mereka dapat saling berkomunikasi secara online.
Menurut Arif S. Sadiman dkk menyatakan bahwa Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi Pendidikan (Association of educational and communication
technology/AECT) di Amerika, membatasi pengertian media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Media
pembelajaran online dapat dipahami sebagai suatu proses pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana
telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video)

5
Setyorini, “Pandemi Covid-19 dan Online Learning: Apakah Berpengaruh terhadap Proses
Pembelajaran pada Kurikulumm 13?”
6
Nurita Putranti, “Cara Membuat Media Pembelajaran Online Menggunakan Edmodo,” Jurnal
Pendidikan Informatika dan Sains, No. 2, Vol. 2 (2013).
7
Zainal Abidin, Rumansyah, dan Kurniawan Arizona, “Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah
Satu Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19,” Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, No. 1,
Vol. 5 (2020).

6
sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar dan
pembelajar. Kelebihan dalam pembelajaran online menurut Bates dan Wulf diantaranya :
1. Meningkatkan interaksi pembelajar (enchange interactivity)
2. Mempermudah interaksi pembelajaran di mana dan kapan saja (time and place
flexibility)
3. Memiliki jangkauan yang lebih luas (potential to reach a global audience)
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities).

Terkait dengan fungsinya sebagai penunjang metode pembelajaran konvensioal


terdapat berbagai elemen yang terdapat dalam sistem media pembelajaran online
diantaranya :

1. Soal-soal (materi dapat disedikan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang
disedikan dan hasil pegerjaannya dapat ditampilkan.
2. Komunitas (para pelajar dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh
dukungan dan berbagai informasi yang menguntungkan)
3. Pengajar online (para pengajar selalu online untuk memberikan arahan kepada para
pelajar, menjawab pertanyaan dan membantu diskusi)
4. Kesempatan bekerjasama (adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan
online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau realtime tanpa kendala
jarak)
5. Multimedia (penggunaan teknologi audio dan video, dalam penyampaian materi
sehingga menarik minat dalam belajar seperti telepon, voice mail telephone, radio,
audio, televisi, videotape, video text, video messaging).8
Pembelajaran online pada pelaksanaanya membutuhkan dukungan perangkat-
perangkat mobile seperti telepon pintar, tablet, dan laptop yang dapat digunakan untuk
mengakses informasi dimana saja dan kapan saja. Penggunaan teknologi mobile memiliki
kontribusi besar di dunia pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan
pembelajaran jarak jauh. Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung
pelaksanaan pembelajaran secara online. Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan
layanan Goggle Classroom, Edmodo, Schoology dan aplikasi pesan instan seperti
WhatsApp. Pembelajaran secara online bahkan dapat dilakukan melalui media sosial

8
Putranti, “Cara Membuat Media Pembelajaran Online Menggunakan Edmodo.”

7
seperti Facebook dan Instagram.9 Banyak aplikasi pembelajaran online yang bisa
diterapakan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran online dalam aplikasi tersebut dapat
berlangsung dengan bebagai materi dan tugas yang diberikan oleh pengajar ke peserta
didik.

C. Penerapan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Online


Kurikulum 2013 digunakan sejak tahun ajaran 2013/2014 dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Kurikulum 2013 adalah kelanjutan dan penyempurnaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
penerapan kurikulum 2013, bahwa setiap mata pelajaran meliputi tiga kompetensi, yaitu
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hal ini tidak mudah dilakukan jika tidak secara tatap muka. Berdasarkan salah satu
penelitian, adapun teknis yang dilakukan dalam penerapan kurikulum 2013 pada saat
pembelajaran online, yaitu seperti tabel berikut :

Penerapan Kurikulum
No. Teknis Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan
2013
1. Pembelajaran dilakukan Wali kelas bersama dengan orang Semenjak keluar edaran
secara daring dengan tua membuat sebuah grup KEMENDIKBUD terkait
menggunakan jaringan WhatsApp. pembelajaran daring.
internet.
2. Metode pembelajaran a) Luring, yaitu mengundang a) Luring dilaksanakan
dilakukan dengan dua cara, siswa ke sekolah bagi orang tua sekali seminggu
yaitu luring dan daring. yang mengizinkan anaknya b) Daring dilaksanakan
konsultasi. sekali seminggu
b) Daring, yaitu mengadakan dengan google
pembelajaran jarak jauh classroom dan dua
menggunakan aplikasi google kali sebulan dengan
classroom dan Videocall videocall whatsapp.
WhatsApp.
3. Evaluasi perkembangan Mengevaluasi perkembangan siswa 1x seminggu
siswa. terkait kondisi siswa dan lokasi
rumahnya dari virus Covid-19
4. Mengintegrasikan dengan Menyetor hafalan Al-Qur’an 1x seminggu
kurikulum agama

Dari tabel di atas diketahui bahwa pembelajaran pada masa pandemi Covid-19
dilakukan secara daring dengan menggunakan jaringan internet. Wali kelas bersama
dengan orangtua membuat sebuah group whatsapp agar memudahkan terjadinya

Firman dan Sari Rahayu Rahman, “Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19,” Indonesian
9

Journal of Educational Science (IJES), No. 2, Vol. 2 (2020).

8
komunikasi dan pembelajaran jarak jauh antara siswa yang diawasi orang tua dengan guru
di sekolah. Metode pembelajaran dilakukan dengan dua cara, yaitu luring dan daring :
1. Luring, yaitu mengundang siswa bagi orang tua yang mengizinkan anaknya
konsultasi. Mengadakan pertemuan secara tatap muka langsung dengan siswa datang
ke sekolah teruntuk bagi orang tua yang mengizinkan dengan ketentuan durasi waktu
dan menaati protokol kesehatan. Pembelajaran kombinasi yang diizinkan pemerintah,
pihak sekolah tidak melarang siswa untuk datang ke sekolag namun membatasi skala
jumlahnya dengan ketentuan sekali seminggu datang ke sekolah dan maksimal 7
orang perkelas.
2. Daring, yaitu mengadakan pembelajaran jarak jauh menggunakan aplikasi google
classroom dengan memberikan materi dan mengadakan quiz agar siswa tidak stress
jika hanya diberikan tugas. Juga melakukan pembelajaran virtual minimal dua kali
sebulan, guru memberikan materi melalui video dari rumah kemudian ditonton oleh
siswa yang didampingi oleh orang tua di rumah sebab masih bingung dengan materi
dan tugas yang diberikan oleh karena itu perlu diadakan sistem tatap muka online.
Tidak serta merta siwa belajar hanya melalui google classroom sebab siswa tidak
mengerti walaupun terkadang telah didampingi bersama orang tua makan sekolah
bertanggung jawab untuk pencapaian target siswa.
Setiap pekan dilakukan evaluasi apakah siswa tinggal di closter Covid-19. Jika
diketahui tempatnya closter Covid-19 sementara orang tua mengizinkan ke sekolah maka
akan ditolak, sebab siswa harus menjalani isolasi mandiri dan melakukan pembelajaran
dari rumah, kendatipun tidak positif terkena Covid-19.10

D. Problematika dalam Penerapan Kurikulum 2013 di Masa Pandemi


Pembelajaran selama pandemi Covid-19 mengakibatkan perubahan yang luar biasa,
seolah seluruh jenjang pendidikan dipaksa bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-
tiba untuk melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Ini tentu
bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap. Problematika dunia
pendidikan yaitu belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar maupun kualitas
capaian pembelajaran yang diinginkan. Hal ini tentu dirasa berat oleh pendidik dan

Saddan Yasir, Hamidah, dan Putri Dewi Anggia, “Penerapan Kurikulum 2013 pada Masa Pandemi
10

COVID-19 di SMP IT Ad-Durrah Medan,” Jurnal Ilmuna, No. 1, Vol. 3 (2021).

9
peserta didik. Terutama bagi pendidikan dituntut kreatif dalam penyampaian materi
melalui media pembelajaran daring.11
Implementasi pembelajaran secara daring ini paling banyak dilaksanakan dengan
menggunakan aplikasi WhatsApp (Dewi, 2020), (Gunawan et al., 2020), (Purwanto et al.,
2020) dengan pertimbangan rata-rata guru dan siswa atau orang tua siswa memiliki
aplikasi ini pada gadget masing-masing. Aplikasi ini memiliki fitur WhatsApp Group
sehingga guru dan siswa dapat berdiskusi serta saling berbagi dokumen. Guru
memanfaatkan fitur ini untuk membagi dokumen materi pembelajaran dan tugas bagi
siswa, kemudian siswa akan mengirimkan tugas yang telah mereka selesaikan melalui
grup ini pula.
Hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian tugas disertai pemantauan dan
pendampingan oleh guru. Langkah yang dilakukan adalah guru meminta bantuan orang
tua maupun kakak siswa sebagai nara hubung dengan pemberitahuan lebih dulu melalui
WhatsApp Group. Selain itu, perlu disertakan pula koordinasi dan interaksi antara guru
dan orang tua siswa berupa video call maupun foto dokumentasi kegiatan belajar siswa di
rumah sebagai bentuk laporan bahwa siswa benar-benar melaksanakan pembelajaran di
rumah (Wicaksono & Rachmadyanti, 2017).
Menurut Putri et al dan Purwanto et al (2020) mengungkapkan beberapa tantangan
dan kendala yang dialami oleh siswa, guru, dan orang tua dalam pembelajaran online.
Tantangan yang terkait dengan siswa adalah: komunikasi dan sosialisasi yang terbatas di
antara siswa, tantangan yang lebih tinggi bagi siswa dengan kebutuhan pendidikan
khusus, dan waktu penyaringan yang lebih lama. Orang tua melihat masalah itu lebih
terkait dengan kurangnya disiplin belajar di rumah, lebih banyak waktu yang dihabiskan
untuk membantu belajar anak-anak mereka di rumah terutama untuk anak -anak di bawah
kelas 4 di Sekolah Dasar, kurangnya keterampilan teknologi, dan tagihan internet yang
lebih tinggi.
Menurut Putri et al (2020) Guru mengidentifikasi lebih banyak tantangan dan kendala,
termasuk beberapa pembatasan dalam pilihan metode pengajaran yang biasanya berlaku
di kelas tatap muka reguler, cakupan materi kurikulum yang lebih sedikit, kurangnya
keterampilan teknologi yang menghambat potensi pembelajaran online, kurangnya
kemampuan -berbagai sumber dalam bahasa Indonesia yang menghasilkan lebih banyak
waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan konten-e, waktu layer yang lebih lama

11
Afip Miftahul Besar, “Problematika Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi
Kasus di SMPIT Nurul Fajri – Cikarang – Bekasi),” Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, No. 1, Vol. 2 (2021).

10
sebagai hasil dari pembuatan konten-e dan memberikan umpan balik pada pekerjaan
siswa, komunikasi yang lebih intens dan memakan waktu dengan orang tua, tantangan
untuk koordinasi yang lebih baik dengan guru, kepala sekolah, dan tagihan internet yang
lebih tinggi.
Menurut Zahra et al (2020) kelas online dalam waktu Covid-19 menghabiskan banyak
biaya. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk pengajaran yang lebih baik
dalam proses pembelajaran kelas online, yaitu:
1. Video yang direkam dapat membantu pembelajaran jika koneksi internet tertunda
2. Yakinkan bingkai video yang direkam wajah guru, sehingga siswa memahami lebih
baik saat kelas berjalan
3. Video kurang dari 10 menit sudah cukup untuk menutupi materi. Jika materi semakin
lama, pertimbangkan untuk membuat serangkaian video pembelajaran
4. Pertimbangkan memiliki teks yang dapat dibaca pada layar kecil
5. Optimalkan video yang tersedia daripada membuat yang baru
6. Letakkan video di akses terbuka
7. menginstruksikan agar para siswa tidak hanya menonton tetap ingin juga, mereka
mencoba mengikuti instruksi yang diberikan
8. Buat satu set pelajaran interaktif yang baik untuk mempromosikan pemikiran kritis
siswa
9. Atur kuis untuk mendapatkan jawaban dari sumber yang disediakan
10. Gunakan sistem otomatis untuk menghadiri kelas dan menilai tes
11. berikan pilihan untuk rapat konferensi. Hal ini memungkinkan siswa untuk memiliki
tanggung jawab dalam belajar dan untuk mengelola koneksi internet mereka (setiap
siswa berbeda)
12. Biarkan mereka melakukan diskusi kelompok kecil untuk menjaga aspek social
13. Tunjukkan kebenarannya pada guru. Ini membantu pembelajaran emosional siswa
dan akan mendorong mereka untuk mendukung proses pembelajaran bersama.
Mempertimbangkan untuk mengebor kegiatan untuk menemukan proses belajar yang
cocok di kelas
14. Meminta orang tua untuk mendukung proses pembelajaran online12

12
Kurniyati, “Kurikulum 2013 dalam Proses Pembelajaran Online pada Masa Pandemi COVID-19.”

11
Problematika implementasi kurikulum 2013 pada masa pandemi covid-19 yang
dialami oleh guru, peserta didik bahkan orang tua peserta didik. Yakni sebagai berikut :
1. Problematika yang dihadapi Guru
Implementasi kurikulum 2013 di masa pandemik COVID19 menghadirkan
problematika, tak terkecuali pada pihak guru sebagai tenaga pendidik. Problematika
itu berupa kesulitan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal,
kesulitan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, penguasaan teknologi
pembelajaran yang rendah, sarana dan prasarana yang belum memadai untuk
pelaksanaan proses pembelajaran secara daring, dan sulitnya melakukan penilaian
terhadap proses pembelajaran (terutama aspek sikap) para peserta didik.
a) Guru kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran
Ketidaksesuaian dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
sebelumnya sehingga guru mengalami kesulitan-kesulitan didalamnya dan
kompetensi dasar yang telah dibuat oleh guru tidak dapat dilaksanakan dengan
sempurna atau tidak sampai akan poin-poin yang telah direncanakan sebelumnya.
Contohnya, dalam RPP ada 3 KD dalam 2 atau 3 kali tatap muka namun karena
kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya hanya 1 KD saja yang dapat
terselesaikan.
b) Guru tidak mampu memberikan materi pembelajaran secara maksimal
Materi pembelajaran tidak mampu diberikan oleh guru secara maksimal
dikarenakan keterbatasan interaksi di antara peserta didik dan guru. Sehingga guru
terkendala dalam menyampaikan materi ajar. Terlebih lagi proses pembelajaran
pada tingkat sekolah dasar dilaksanakan secara tematik integratif yang di dalam
pelaksanaanya kegiatan belajar berpusat pada siswa dan bertujuan untuk
memberikan pengalaman langsung pada masing-masing siswa.
c) Kurikulum 2013 menuntut guru yang terampil dan kreatif dalam teknologi
pembelajaran
Salah satu yang menjadi tantangan bagi pengimplementasian kurikulum 2013
di masa pandemik Covid-19 yaitu adanya tuntutan penguasaan teknologi
pembelajaran. Namun, masih banyak sebagian guru yang belum menguasai dan
memiliki kemampuan IT sehingga hanya beberapa guru saja yang mampu
membuat media pembelajaran online.

12
d) Sarana dan parasana yang belum memadai dalam menunjang proses pembelajaran
secara daring
Sarana dan prasana merupakan salah satu faktor penunjang pembelajaran di
masa pandemik Covid-19, tanpa adanya sarana dan prasarana maka aktivitas
pembelajaran tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. Sebelum
penerapan kebijakan pembelajaran daring, guru melaksanakan pembelajaran
secara langsung tanpa memanfaatkan teknologi pembelajaran. Hal inilah menjadi
salah satu kendala dikarenakan ketidaksiapan peralatan untuk menerapkan
pembelajaran daring. Hanya beberapa guru yang memiliki laptop. Mereka hanya
mengandalkan handphone untuk memberikan materi dan tugas kepada peserta
didik.
e) Kesulitan dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik
Ketercapaian proses belajar peserta didik dapat diketahui melalui penilaian.
Proses penilaian yang baik membutuhkan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan yang objektif, efektif, dan efisien. Pada pelaksanaan penilaian sikap,
sebelum diberlakukannya kebijakan pembelajaran daring, para guru menggunakan
lembar (jurnal) observasi perilaku peserta didik. Namun diberlakukannya
kebijakan pembelajaran daring, hal tersebut sulit dilakukan.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran daring menghadapi hambatan yaitu ketidaktersediaannya
teknologi pembelajaran yang memadai , isi materi pembelajaran yang diberikan
secara online belum tentu dapat dimengerti oleh para peserta didik, kemampuan guru
dalam mengaplikasikan teknologi pembelajaran yang masih terbatas, guru mengalami
kesulitan dalam mengontrol keterlaksanaan proses pembelajaran secara online , akses
internet yang terbatas, dan penyediaan anggaran pelaksanaan pembelajaran online
yang belum siap.

2. Problematika yang dihadapi Peserta didik


Permasalahan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan adanya
kebijakan pembelajaran daring tidak hanya dialami oleh guru, tetapi peserta didik juga
mengalami hal demikian. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dalam
penerapan kurikulum 2013 dimasa pandemic Covid-19 yaitu lingkungan belajar yang
tidak kondusif dikarenakan harus belajar di rumah dan fasilitas belajar yang tidak

13
mendukung. Hal tersebut berdampak pada menurunya pemahaman dan motivasi
peserta didik.
a) Lingkungan belajar yang tidak kondusif
Kebijakan pembelajaran daring mengharuskan para peserta didik
melaksanakan proses belajar di rumah masing-masing. Hal ini menjadi tantangan
bagi mereka karena tidak semua peserta didik memiliki rumah yang kondusif
untuk proses belajar. Sangat berbeda ketika berada di sekolah dengan kultur dan
iklim belajar yang mendukung.
b) Sulitnya memahami materi yang diberikan oleh guru secara daring
Proses pembelajaran yang dilaksanakan secara online membatasi peserta didik
dalam melakukan tanya jawab kepada guru yang menjadikan mereka tidak mampu
menuntaskan materi yang dipelajari. Tidak tuntasnya satu materi akan
berpengaruh pada ketuntasan materi selanjutnya.
c) Minat belajar siswa berkurang
Dari hambatan-hambatan yang dihadapi peserta didik selama pembelajaran
online diperoleh informasi bahwa mereka mengalami penurunan minat belajar.
Peserta didik bosan dikarenakan proses pembelajaran hanya didominasi dengan
pemberian tugas. Mereka hanya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan
berbagai tugas tanpa memahami materi pembelajaran.
d) Fasilitas pembelajaran yang tidak mendukung
Fasilitas pembelajaran dalam pembelajar online merupakan salah satu penentu
keberhasilah proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran online
dilaksanakan, smartphone merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan
antara guru, peserta didik, dan orang tua. Namun, dari hasil penelitian diperoleh
informasi bahwa tidak semua peserta didik yang orang tua/keluarganya memiliki
smartphone.
3. Problematika yang dihadapi Orang Tua
Dampak diberlakukanya belajar di rumah juga dirasakan oleh orang tua karena
tidak sedikit orang tua peserta didik yang memiliki keterbatasan ekonomi akibat
pandemik Covid-19. Beberapa dari orang tua peserta didik harus kehilangan mata
pencaharian semenjak adanya pandemik COVID-19. Beban ekonomi yang bertambah
akibat harus menyediakan fasilitas pembelajaran untuk anak-anak seperti smartphone
dan kuota internet. Selain itu, kendala ketidakmampuan mendampingi anak-anak

14
ketika belajar dan mengerjakan tugas merupakan salah satu problematika dalam
pelaksanaan pembelajaran online.
a) Menambah beban perekonomian keluarga
Belajaran online memerlukan sarana pendukung seperti smartphone dan kuota
internet. Hal inilah yang menambah beban perekonomian keluarga. Belum lagi
selama masa pandemik COVID-19, penghasilan para orang tua peserta didik
mengalami penurunan. Bahkan ada beberapa orang tua yang harus kehilangan
mata pencaharian selama masa pandemik COVID-19.
b) Orang tua merasa kesulitan mendampingi anak dalam belajar daring
Pelaksanaan proses pembelajaran online menuntut orang tua untuk
mendampingi anak-anak di dalam proses belajarnya. Terlebih pada anak tingkat
sekolah dasar, pendampingan orang tua sangatlah penting. Namun temuan
penelitian ini menyatakan bahwa orang tua mengalami kesulitan dalam
mendampingi anakanaknya belajar. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu,
ketidakpahaman orang tua terhadap materi yang dipelajari oleh anak, dan
banyaknya tuntutan pekerjaan lain.
Dampak pembelajaran daring yang dilaksanakan di rumah juga dialami oleh
orang tua karena adanya tambahan peran. Setelah kebijakan pembelajaran daring
diberlakukan, orang tua berbagi peran dengan guru dalam menemani anak belajar
daring. Orang tua harus mendampingi anak dalam proses belajar di rumah,
mendampingi dalam mengerjakan tugas, dan memantau proses belajarnya. Selain
harus menjadi guru bagi anak-anak, salah satu keluhan orang tua adalah
penambahan biaya untuk kuota internet, tidak sedikit orang tua peserta didik yang
memiliki keterbatasan ekonomi, sehingga dengan pembelajaran yang dilaksanakan
di rumah menjadikan orang tua harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan
pelaksanaan proses pembelajaran anaknya.
Dari berbagai permasalahan kurikulum 2013 pada masa pandemik Covid-19
di Indonesia kurikulum 2013 dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang
terjadi dan juga kondisi sekolah maupun guru. Guru harus mampu dan berusaha
sebaik mungkin untuk memiliki motivasi, inovasi dalam segi pembelajaran
sehingga peserta didik mampu dengan mudah menyerap materi pembelajaran
yang disampaikan. Selain itu, peserta didik tidak boleh hanya berdiam diri saja
haruslah bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan kondisi seperti
apapun dan juga mencari sumber-sumber pembelajaran yang dapat diakses
15
dimana saja contohnya di Google, YouTube, dan lain sebagainya. Kondisi seperti
ini menuntut seluruh pihak baik guru, peserta didik, maupun orang tua agar
mampu bekerja sama untu mencapai tujuan pembelajaran dan juga agar mencapai
proses pembelajaran yang baik.13

13
Fauziah Zahrawati dan Andi Nur Ramadan, “Problematika Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap
Proses Pembelajaran Pada Masa Pandemik Covid-19,” Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, No. 1,
Vol. 04 (2021).

16
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
Saat ini dunia tengah dikejutkan dengan wabah Covid-19 (Corona Virus Desease)
dikabarkan berasal dari Wuhan, Cina sejak Desember 2019 (Lee, 2020). WHO
menyatakan wabah ini sebagai pandemi global karena penularan virus ini sangatlah cepat
dan sebagian besar negara di dunia turut terpapar virus ini.14 Hampir seluruh sektor
kehidupan terdampak, tidak terkecuali di sektor pendidikan. Di sektor pendidikan,
pemerintah melalui kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD) telah
menerapkan learning from home atau belajar dari rumah (BDR) tertutama bagi satuan
pendidikan yang berada di wilayah zona kuning, orange, dan merah. Hal ini mengacu
pada Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa Covid-19.15
Sejak Maret 2020, sistem pendidikan yang biasanya belajar tatap muka menjadi
pembelajaran daring (belajar di rumah). Di Indonesia sistem pembelajarannya adalah
kurikulum 2013, dimana dimasa pandemi ini dalam kurikulum 2013 pada materi
pembelajaran dirampingkan dan ada materi pembelajaran yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan seperti Bahasa Indonesia, IPS, PPKN dan beberapa materi lainnya,
sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Secara langsung dan
tidak langsung tentu berdampak kepada kurikulum pendidikan saat ini, seperti hasil
pencapaian belajar sesuai dengan kurikulum 2013 tidak tercapai, kompetensi sikap siswa
tidak tercapai dan tidak terlaksana rutinitas kegiatan siswa seperti biasa. Jadi penerapan
kurikulum 2013 di masa pandemi Covid-19 ini sangatlah sulit dan sangat berdampak
tidak baik, hal ini terjadi karena susahnya belajar melalui komunikasi jarak jauh tidak
semua siswa dapat meikutinya dikarenakan masalah waktu, tempat dan biaya bagi orang
tua. Selain itu juga memiliki pengaruh besar pada keefektifan belajar. Pada pembelajaran
daring/online ini mengalami penurunan minat belajar, menjadi beban perekonomian,
waktu kerja guru yang tidak teratur, dan fasilatas belajar yang kurang memandai.

14
Setyorini, “Pandemi Covid-19 dan Online Learning: Apakah Berpengaruh terhadap Proses
Pembelajaran pada Kurikulumm 13?”
15
Asumi, “Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahnya,”
Jurnal Paedagogy, No. 4, Vol. 4 (2020).

17
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan gambaran umum deskripsi kasus Kurikulum Pendidikan 2013 pada
pembelajaran daring, maka ada beberapa hasil permasalahan yang ditemukan adalah
sebagai berikut :
1. Memiliki hambatan terhadap penerapan sistem pembelajaran kurikulum 2013 melalui
pembelajaran daring/online.
2. Tidak tercapainya hasil belajar dan kompetensi sikap siswa yang sesuai dengan
kurikulum 2013.
3. Memiliki dampak kepada peran orang tua harus mendampingi dan menjadi guru saat
anak belajar dirumah.
4. Guru mengalami kesulitan dalam pemberian nilai dan pengajaran kepada siswa, serta
menurunnya keefektifan dan minat belajar siswa.

C. Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah maka akan ditemukan prioritas masalah yang
paling penting untuk dibahas dan ditangani atau diselesaikan terlebih dahulu yaitu
mengenai masalah penerapan implementasi kurikulum 2013 selama pembelajaran online
pada masa pandemi Covid-19. Alasan kami memilih prioritas masalah ini adalah
berdasarkan teori yang dijelaskan pada bab II bahwa penerapan kurikulum 2013 di masa
pandemic Covid-19 ini memiliki hambatan, di Indonesia masih banyak sekolah yang
kesulitan dalam menerapakan sistem pembelajaran kurikulum 2013 di masa pandemi
Covid-19 ini karena belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar maupun
kualitas capaian pembelajaran yang diinginkan. Dalam penerapan kurikulum 2013, bahwa
setiap mata pelajaran meliputi tiga kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Hal ini tidak mudah dilakukan jika tidak secara tatap muka. Pada masa
pandemi Covid-19 pun mata pelajaran ada yang mengalami perampingan dan ada yang
mengalami penambahan. Sehingga terjadi hambatan dalam melakukan tiga kompetensi
yang disebutkan dalam setiap mata pelajaran . Maka dari itu dalam kasus ini kami
memilih penerapan implementasi kurikulum 2013 selama pembelajaran online pada masa
pandemic Covid-19 sebagai prioritas masalah yang akan dibahas dan diselesaikan.

18
D. Akar Penyebab Masalah
Pada bagian ini akan diuraikan akar satu masalah yang sudah ditemukan dalam
prioritas masalah dan dalam menguraikan akar masalah inni menggunakan model
fishbone, seperti gambar di bawah ini :

Kurikulum
Guru Orang Tua 2013

Mata Pelajaran Peserta Didik

E. Alternatif Solusi
Berdasarkan hasil analisis akar dari masalah, kami menemukan alternatif solusi
mengenai kasus ini yaitu bagi guru, terdapat beberapa solusi yang bisa diterapkan, yaitu
pertama, guru hendaknya menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin, guru
dapat menggunakan teknologi yang pengoperasianya lebih sederhana misalnya aplikasi
whatsapp, dan guru mata pelajaran bersama guru BK berusaha mencari tahu apakah
kendalanya dengan menghubungi orang tuanya.
Kedua, guru hendaknya tidak perlu semua sub bahasan yang ada didalam kurikulum
pembelajaran diterapkan karena akan membuat semakin banyak tugas yang diberikan.
Maka diperlukan sikap luwes dari guru untuk menerapkan pembelajaran yang lebih
fleksibel namun tetap mengacu pada materi pokok yang harus diberikan kepada siswa
Ketiga, bagi peserta didik yang tidak memiliki perangkat atau bergiliran
menggunakannya dengan orang tua atau yang tidak memiliki akses jaringan internet,
peserta didik dapat mengerjakan tugas secara manual, terpenting tetap belajar dan berada
di rumah.

19
Keempat, pada sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, tidak harus semua KD
yang ada disampaikan, maksudnya dalam satu tema ada beberapa KD yang sama maka
cukup diambil satu KD sehingga tidak terlalu banyak tugas yang diberikan. Untuk
memenuhi ketercapaian KD tersebut maka guru boleh saja menerapkan pembelajaran
dengan memegang KI nya pada setiap pembelajaran. Sehingga tugas yang diberikan
langsung mengarah ke inti kompetensi yang hendak dicapai. Hal ini akan memudahkan
guru, siswa, maupun orang tua dimasa darurat seperti ini.
Keempat bagi orang tua, melakukan komunikasi dengan para orangtua untuk
meluangkan waktu untuk segara ke rumah dari tempat kerja agar handphone/gadget bisa
digunakan untuk anaknya belajar daring; meminta bantuan wali kelas untuk
menginformasikan kemajuan belajar peserta didik melalui whatsapp group orang tua
sehingga orang tua diharapkan mampu memotivasi da mendampingi anaknya belajar di
rumah.
Untuk alternatif solusi selanjutnya yaitu dari pihak sekolah mempersilahkan bagi
orangtua siswa konsultasi terhadap perkembangan anaknya dan dengan diterapkannya
kurikulum darurat yang merupakan penyederhanaan jumlah kurikulum darurat yang
mengacu pada kurikulum 2013. Kurikulum darurat ini diharapkan akan memudahkan
proses pembelajaran dimasa pandemi dengan adanya pemilihan kurikulum darurat
esensial. Dampak yang diharapkan setelah penerapan kurikulum darurat bagi guru,
orangtua, dan peserta didik antara lain tersedianya acuan kurikulum yang sederhana ,
berkurangnya beban guru mengajar, dan peserta didik tidak lagi merasa terbebani tuntutan
untuk menuntaskan seluruh pencapaian kurikulum yang ada.

20
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari semua penjelasan diatas dan berdasarkan rumusan
masalah yang ditemukan maka kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1. Dalam penerapan kurikulum 2013, bahwa setiap mata pelajaran meliputi tiga
kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini tidak mudah
dilakukan jika tidak secara tatap muka. Pembelajaran pada masa pandemi Covid-19
dilakukan secara daring dengan menggunakan jaringan internet. Wali kelas bersama
dengan orangtua membuat sebuah group whatsapp agar memudahkan terjadinya
komunikasi dan pembelajaran jarak jauh antara siswa yang diawasi orang tua dengan
guru di sekolah. Metode pembelajaran dilakukan dengan dua cara, yaitu luring dan
daring. Setiap pekan dilakukan evaluasi apakah disiswa tinggal di closter Covid-19.
Jika diketahui tempatnya closter Covid-19 sementara orang tua mengizinkan ke
sekolah maka akan ditolak, sebab siswa harus menjalani isolasi mandiri dan
melakukan pembelajaran dari rumah, kendatipun tidak positif terkena Covid-19.
2. Solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah pembelajaran dimasa pandemi
dengan ketentuan kurikulum 2013 adalah dengan diterapkannya kurikulum darurat
yang merupakan penyederhanaan jumlah kurikulum darurat yang mengacu pada
kurikulum 2013. Kurikulum darurat ini diharapkan akan memudahkan proses
pembelajaran dimasa pandemi dengan adanya pemilihan kurikulum darurat esensial.
Dampak yang diharapkan setelah penerapan kurikulum darurat bagi guru, orangtua,
dan peserta didik antara lain tersedianya acuan kurikulum yang sederhana,
berkurangnya beban guru mengajar, dan peserta didik tidak lagi merasa terbebani
tuntutan untuk menuntaskan seluruh pencapaian kurikulum yang ada.

B. Saran
1. Dalam laporan praktek kerja psikologi ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam hal penjabaran teori maupun kasus yang kami dapatkan serta
referensi yang kami gunakan, dan diharapkan selanjutnya agar bisa memperbaiki
segala kekurangan yang ada dalam laporan ini.
2. Untuk keterbatasan dan kelemahan praktek kerja psikologi ini karena mungkin
dilakukannya berdasarkan online (non- lapangan), maka mungkin banyak kekurangan

21
yang didapatkan karena tidak langsumg terjun kelapangan dan semoga kedepannya
ada alternatif dalam pelaksanaan praktek kerja psikologi non-lapangan ini.
3. Untuk pemerintah, tenaga pengajar instusi maupun pihak-pihak lain diharapkan
dengan adanya laporan masalah pembelajaran daring ini agar sama-sama mencari
solusi untuk kedepannya sehingga proses pembelajaran dapat terlaksanakan tanpa ada
kendala atau masalah.

22
LAMPIRAN

Permasalahan Kurikulum 2013 di Masa Pandemi COVID-19 (Kumparan Senin, 23


April 2021)

Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia.
Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk
menggantikan Kurikulum-2006 atau yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang telah berlaku selama kurang lebih enam tahun. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap
dan perilaku.

Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi
bahasa Indonesia, IPS, PPKN, dan beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan
adalah materi Matematika.

Selama pandemi COVID-19 terjadi, pendidikan di Indonesia berjalan tidak semestinya, yaitu
dengan melakukan pembelajaran melalui daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pembelajaran Jarak Jauh atau daring mengakibatkan permasalahan dalam sistem
pembelajaran yang digunakan. Baik itu guru, maupun siswa, dan orang tua mengalami
permasalahannya masing-masing.

23
Seperti pada guru juga mengalami kesulitan untuk menerapkan Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang mana pada Kurikulum 2013 itu sendiri memiliki jam
yang cukup banyak sedangkan selama PJJ ini terjadi pengurangan jam pelajaran.

Guru juga sulit berkomunikasi kepada siswa dan orang tua juga menjadi hambatan untuk
guru mengawasi siswa. Hambatan ini terjadi karena keterbatasan model pembelajaran daring
yang tidak lagi pada ruang kelas di sekolah, melainkan sekolah berpindah di masyarakat atau
dirumah. Guru juga selalu berpikir untuk bagaimana agar siswa tidak bosan pada PJJ ini
sehingga guru untuk dituntut agar selalu memberikan pembelajaran yang kreatif. Hal lain
yang menjadi permasalahan guru untuk menerapkan Kurikulum 2013 di mana pandemi
COVID-19 adalah terkendalanya sinyal.

Permasalahan yang dialami orang tua sendiri pada pandemi ini yaitu orang tua atau keluarga
justru menjadi guru sekolah di rumah. Orang tua sendiri mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah. Tidak semua
orang tua dapat mendampingi anak pada saat PJJ berlangsung. Faktor ekonomi juga
mengakibatkan tidak dapat memenuhi fasilitas yang memadai seperti internet, serta perangkat
elektronik.

Permasalahan yang dialami siswa yaitu sulitnya memahami materi tanpa adanya tatap muka.
Banyak siswa juga mengalami hilangnya rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas.
Tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga
sering merasa bosan karena guru hanya memberikan tugas saja kepada siswa. Hal ini
menjadikan siswa menjadi malas belajar dan malas mengikuti kegiatan pembelajaran.

Mindset guru dalam proses pembelajaran di masa pandemi ini masih belum banyak berubah
maju. Kecemasan akan ketidak tercapaian Kurikulum 2013 masih menghantui mereka. Guru
masih banyak berfokus pada kegiatan pembelajaran yang mengacu pada bahasan yang tetap
mengacu pada kurikulum, bukan menyusun rencana pembelajaran yang selaras untuk sebuah
kinerja jangka panjang.

Itulah permasalahan yang dihadapi pada kurikulum 2013 pada masa pandemi COVID-19. Hal
ini membuktikan bahawa Kurikulum 2013 kurang sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi
ini, karena hal tersebut sangat memberatkan bagi guru,siswa, dan juga orang tua. Dengan hal
ini, pemerintah seharusnya ikut andil dalam persoalan permasalahan kurikulum 2013 di masa
pandemi ini.

24
Pemerintah harus segera mungkin untuk mengeluarkan kebijakan kurikulum yang dapat
disesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi seperti ini. Jika dibiarkan, bisa saja kualitas
pendidikan Indonesia akan menurun.

Sebaiknya guru maupun maupun orang tua, sangat berperan penting bagi keberhasilan
pembelajaran jarak jauh ini berlangsung. Peran guru sebagai fasilitator untuk siswa belajar
dirumah dengan memberikan tugas, materi, kuis dan ulangan. Sedangkan orang tua berperan
sebagai pendamping yang cerdik dalam memantau anaknya yang sedang melakukan
pembelajaran jarak jauh di masa pandemi COVID-19 sekarang ini.

25
Alisa Wahid: Sekolah Harus Lebih Adaptif Sesuaikan Kurikulum Masa Pandemi
(Suara.com Kamis, 7 Januari 2021)

Suara.com - Psikolog, penggerak, sekaligus pendidik, Alisa Qotrunnada Munawaroh


Wahid mendorong sekolah untuk lebih adaptif dalam menyesuaikan kurikulum di masa
pandemi. Sehingga pembelajaran jarak jauh  atau PJJ bisa diterima dengan baik oleh
anak dan berjalan efektif.
"Sebenarnya kalau sistem pendidikan nasional kita lincah dan adaptif, kita akan tetap
bisa memanfaatkan situasi saat ini untuk perkembangan pendidikan," kata Alisa dalam
dialog virtual bertema Sekolah dari Rumah: Kesempatan Memperkuat Nilai-Nilai
Keluarga di Jakarta, Kamis (7/1/2021).
Wanita yang akrab disapa Alisa Wahid ini mengatakan di tengah pandemi yang
menyengsarakan bagi sebagian besar orang, memaksa orang tua untuk bisa
mendampingi dan menyelesaikan pelajaran-pelajaran anak di sekolah akan
memberikan beban cukup besar kepada orang tua.
Selain harus memikirkan pekerjaan dan tugas sehari-hari di rumah, saat ini orang tua
juga ditambahi beban untuk mendampingi anak belajar secara daring dari rumah akibat
pandemi yang memaksa pemerintah membatasi aktivitas masyarakat di luar rumah.
"Pasti akan keteteran juga. Kalau memaksakan kurikulum yang ada dengan target
pelajaran yang sudah ada di dalam kurikulum, itu juga ketinggian. Itu sesuatu yang
sekarang harus kita lepaskan," ujar Alisa.

26
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini mengingatkan proses
pembelajaran secara umum memiliki empat pilar. Pilar pertama adalah pengetahuan.
Bagaimana anak-anak bisa menyerap pengetahuan yang ia peroleh selama proses
belajar.
Pilar berikutnya adalah to do atau bagaimana anak-anak bisa mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, pilar ketiga adalah learn to be atau melalui proses pembelajaran yang ada
anak-anak diasah untuk menjadi independen, bertanggung jawab, sehingga
memperkuat karakter mereka.
Dan pilar keempat adalah learn to live together atau proses pembelajaran yang
mendorong anak untuk belajar bagaimana bisa hidup secara berdampingan dengan
orang lain di sekitarnya.
"Misalnya belajar berkolaborasi, team work, leadership dan respect," tuturnya.
Melalui kurikulum yang seharusnya bisa disesuaikan dengan situasi pandemi, sekolah
semestinya bisa memanfaatkan kurikulum tersebut agar anak bisa langsung mencapai
pilar ketiga dan keempat, sehingga anak bisa langsung belajar bagaimana caranya
bertanggung jawab dan hidup berdampingan dengan orang lain di sekitarnya.
"Sehingga, kurikulum-kurikulum yang ada itu justru digunakan untuk memperkuat to
be dan learn to live tigether ini. Enggak dipaksakan di learn to know-nya. Inilah yang
kita maksud dengan penyesuaian proses belajar, proses pembelajaran, termasuk di
dalamnya target-target belajar," kata Alisa.
"Kalau yang tadinya target belajarnya adalah tentang reaksi kimia. Sekarang ini perlu
digeser reaksi kimianya itu dalam kehidupan sehari-hari. Kira-kira reaksi kimia itu
bisa ditemukan dalam hal apa saja," ujarnya. (Antara)

27
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Rumansyah, dan Kurniawan Arizona. “Pembelajaran Online Berbasis Proyek
Salah Satu Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19.” Jurnal
Ilmiah Profesi Pendidikan, No. 1, Vol. 5 (2020).

Asumi. “Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi


Pemecahnya.” Jurnal Paedagogy, No. 4, Vol. 4 (2020).

Firman, dan Sari Rahayu Rahman. “Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.”
Indonesian Journal of Educational Science (IJES), No. 2, Vol. 2 (2020).

Kurniaman O, dan Noviana E. “Penerapan Kurikulum 2013 dalam meningkatkan


keterampilan, sikap, dan pengetahuan.” Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar vol.6 no.2 (2017).

Kurniyati, E, dan Siswati. “Kurikulum 2013 dalam Proses Pembelajaran Online pada Masa
Pandemi COVID-19.” Tadarus Tarbawy, No. 2, Vol. 2 (2020).

Miftahul Besar, Afip. “Problematika Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19
(Studi Kasus di SMPIT Nurul Fajri – Cikarang – Bekasi).” Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, No. 1, Vol. 2 (2021).

Putranti, Nurita. “Cara Membuat Media Pembelajaran Online Menggunakan Edmodo.”


Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, No. 2, Vol. 2 (2013).

Setyorini, In. “Pandemi Covid-19 dan Online Learning: Apakah Berpengaruh terhadap Proses
Pembelajaran pada Kurikulumm 13?” Jurnal of Industrial Engineering&Managrment
Research (JIEMAR), No. 1, Vol. 1 (2020).

Yasir, Saddan, Hamidah, dan Putri Dewi Anggia. “Penerapan Kurikulum 2013 pada Masa
Pandemi COVID-19 di SMP IT Ad-Durrah Medan.” Jurnal Ilmuna, No. 1, Vol. 3
(2021).

Zahrawati, Fauziah, dan Andi Nur Ramadan. “Problematika Implementasi Kurikulum 2013
Terhadap Proses Pembelajaran Pada Masa Pandemik Covid-19.” Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, No. 1, Vol. 04 (2021).

28

Anda mungkin juga menyukai