Anda di halaman 1dari 15

PELAJARAN 1

SETIAP ANGGOTA KELUARGA PUNYA PERAN


Titus 2:1-8

Tujuan :
1. Anggota keluarga menyadari bahwa setiap mereka berperan dalam kasih.
2. Anggota keluarga mulai berperan aktif untuk hadir dan saling
mengingatkan

Dalam permainan sepakbola dikenal istilah key player. Key player atau pemain
kunci inilah yang biasanya paling diandalkan di antara pemain pemain yang lain.
Namun sebenarnya satu tim ini tidak bisa hanya mengandalkan key player.
Setiap anggota wajib berpartisipasi, yaitu dengan mendukung satu sama lain
untuk satu tujuan yakni memenangkan pertandingan.

Demikian juga di dalam kehidupan berumah tangga, meskipun kepala keluarga


adalah key player atau pemain kuncinya, namun setiap anggota keluarga juga
memiliki peran. Dalam keluarga semua harus berpartisipasi.

TEKS DAN KEHIDUPAN


Titus adalah salah satu kader penerus Paulus dalam mengembangkan
penggembalaan jemaat. Di tengah pergumulan dalam menggembalakan jemaat,
Paulus tetap menjadi mentor Titus dengan cara memberikan arahan-arahan
dalam bentuk surat penggembalaan.

Dari beberapa hal yang disinggung oleh Paulus, kehidupan keluarga menjadi
salah satu bahan penting dalam surat penggembalaan Paulus yang diteruskan
ke jemaat yang dipimpin Titus.

Titus 2:1-8 menggambarkan bagaimana setiap anggota harus berpartisipasi


dalam kasih. Partisipasi dalam kasih bukan hanya dibebankan pada suami atau
ayah. Oleh sebab itu, Paulus memberikan pesan khusus kepada Titus agar
memberikan tekanan juga kepada setiap anggota keluarga untuk berpartisipasi
dalam kasih.

Dalam teks bacaan kita hari ini Paulus membagi ke dalam 4 peran kehidupan.
Kita hanya akan menekankan pada 3 peran yang mencakup dalam kehidupan
berkeluarga/berumah tangga.
Bagi laki-laki (Papa, Paman, Kakek)
 Hidup sederhana → sopan, rendah hati, tidak suka menonjolkan diri, tidak
berlebihan dan tidak memamerkan kekayaan
 Terhormat → mulia, berbuat yang tidak memalukan
 Bijaksana → arif, mampu memutuskan dengan baik, mampu mengambil
keputusan yang tepat, tidak grasa grusu
 Sehat dalam iman, kasih dan ketekunan → memiliki kepercayaan kepada
Tuhan, menunjuk pada kondisi kehidupan rohani yang stabil, hidup dalam
keteguhan hati, rajin dalam mengerjakan sesuatu

Bagi perempuan-perempuan (Mama, Tante, Nenek)...


 Beribadah → giat dalam ibadah
 Jangan memfitnah → menggunakan mulut dengan baik, menghindarkan
diri dari gosip
 Jangan menjadi hamba anggur → tidak mabuk-mabukan, bijak dalam
menggunakan kekuangan, tidak gelap mata
 Cakap mengajar hal-hal baik → pengajaran

Pada bagian ini, Paulus juga menekankan aspek pengajaran apabila


perempuan-perempuan tua telah melaksanakan apa yang diperintahkan
Paulus. Pengajaran itu adalah teladan kepada perempuan-perempuan yang
lebih muda. Dengan keteladanan itulah perempuan-perempuan muda kelak
menjadi perempuan yang:
 Mengasihi suami dan anak-anaknya,
 Hidup bijaksana dan suci,
 Rajin mengatur rumah tangga,
 Baik hati,
 Taat terhadap suami,
Hal ini dilakukan agar firman Allah tidak dihujat orang.

Orang muda (anak).


 Nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal →
berani mengingatkan orang lain
 Menjadi teladan dalam berbuat baik
 Jujur,
 Bersungguh-sungguh dalam pengajaran,
 Sehat
 Tidak bercela dalam pemberitaan, sehingga lawan menjadi malu, karena
tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.
Melalui pesan penggembalaan ini terlihat bagaimana Paulus menekankan
pentingnya partisipasi seluruh anggota keluarga. Kasih yang sudah banyak
diungkapkan oleh orang Kristen dijabarkan menjadi contoh-contoh yang
kongkrit.

Contoh-contoh yang diberikan Paulus merupakan contoh yang bisa dilakukan,


bisa dilihat, dan bisa dinilai oleh orang lain.

Maka dari itu, setiap anggota keluarga memiliki partisipasi dalam setiap kasih
yang dijabarkan oleh Paulus. Dalam berpartisipasi tidak bisa saling menunggu
satu sama lain.

Contohnya ibu menantikan ayah berbuat baik terlebih dahulu, barulah si ibu
berbuat baik. Dengan demikian, kasih akan bersifat transaksional layaknya
perdagangan. Menawar dahulu baru membeli. Berbicara tentang kasih, tak
perlu menantikan satu sama lain untuk melakukannya.

Lalu bagaimana caranya? Untuk memiliki kasih yang partisipatif dengan tidak
saling menunggu, dibutuhkan inisiatif atau keaktifan. Mau tidak mau harus ada
yang membuka diri untuk memulainya dan saling memulai sehingga kasih
benar-benar bisa dihidupi

Partisipasi dalam kasih akan memberikan dampak yang baik. Inilah yang
ditekankan Paulus apabila partisipasi kasih ini terjadi. Paulus mengatakan
bahwa:
1) “Firman Allah jangan dihujat orang.” (ay. 5)
2) “... dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juru Selamat kita.” (ay. 10)
Inilah dampak apabila seluruh anggota keluarga berpartisipasi dalam kasih.

Di sinilah tugas kesaksian terjadi dalam keluarga Kristen. Bersaksi bukan sekedar
banyak berbicara tentang Tuhan, namun yang paling utama adalah bersaksi
melalui perbuatan melakukan kehendak Bapa seperti yang diungkapkan Yesus
dalam Matius 7:21.
PELAJARAN 2

MARI MEMUJI TUHAN


MAZMUR 134:1-3

Tujuan:
Membimbing anggota KPW mendapatkan pengertian yang benar tentang
memuji Tuhan bersama di Rumah Tuhan (Gereja)

Pendahuluan:
Ketika kita sedang menyukai sesuatu, entah menyukai seseorang atau sebuah
benda, maka sudah pasti kita akan memberikan pujian untuk hal-hal itu. Kita
akan menceritakan kebaikan-kebaikannya dan ingin agar orang lain
menyaksikan dan menyetujui serta akhirnya juga ikut memberikan pujian.

Tentu saja dalam ibadah, persekutuan, pendalaman Alkitab, saat teduh pribadi,
berdoa kita sering dan pasti memuji Tuhan.

Perntanyaannya:
 Sudahkah kita memahami arti memuji Tuhan?
 Sudahkah pujian kita kepada Tuhan lahir dari kesungguhan hati atau baru
sekedar rutinitas, dengan sedikit atau bahkan tanpa penghayatan sama
sekali?.

(Diskusikan dengan singkat jangan terlalu lama - cukup meminta pendapat


kepada beberapa anggota KPW)

Untuk mengetahui hal itu mari kita memperhatikan bacaan kita hari ini. Dari
Mazmur 134:1-3, kita akan melihat apa makna ajakan memuji Tuhan ini buat
kita para hamba-Nya masa kini?

1. Memuji Tuhan oleh Siapapun dan Kapanpun (Ayat 1)


Dari ajakan Pemazmur, kita dapat belajar bahwa memuji Tuhan artinya
menyampaikan kekaguman kita atas kebaikan dan kebesaran Tuhan melalui
kata-kata hormat dan penyembahan. Ajakan untuk memuji Tuhan ini
merupakan ajakan yang diberikan kepada semua orang yang sudah menerima
Yesus yang dalam ayat 1 ini disebut sebagai hamba Tuhan.

Ajakan memuji atau menyembah Tuhan merupakan kesempatan untuk


menghayati ulang kebesaran dan kemuliaan-Nya, serta terkagum-kagum akan
karya-Nya yang ajaib. Dengan memuji Tuhan bersama-sama, iman kita semakin
dikuatkan. Itu sebabnya kita begitu semangat bila memuji Tuhan besama-sama
di gereja. Semakin sering kita memuji Tuhan, semakin kita merasakan kebaikan
Tuhan dan iman kita semakin bertumbuh.

2. Memuji Tuhan dengan Sepenuh Hati (Ayat 2)


 Apakah ada di antara kita ketika menyanyi di gereja, bibir kita bernyanyi
tetapi pikiran kita sedang kemana-mana?
 Bagaimana seharusnya sikap hati kita, tubuh kita, pikiran kita saat kita
memuji Tuhan?

Ketika kita sedang membicarakan sesuatu yang hebat, tanpa sadar fisik kita,
entah tangan kita, mimik wajah kita, kepala kita, dsb., ikut bergerak dam
menunjukkan ekspresi. Saat kita melakukan suatu pekerjaan dengan sepenuh
hati, maka kesungguhan itu dapat kita lihat dari gerakan fisik kita, dahi kita yang
berkerut, sampai tangan kita yang cekatan mengerjakan sesuatu, dsb. Atau
ketika kita sedang kesal, maka ekspresi wajah kita akan cenderung cemberut,
menunjukkan kemarahan, dsb., berbeda dengan ketika kita merasa sukacita,
ekspresi wajah kita akan sumringah, ceria, penuh semangat, dsb.

Demikian juga ketika kita sedang memuji Tuhan, maka seharusnya tubuh akan
mendukung gerakan fisik sekecil apapun itu. Misalnya menutup mata,
menautkan telapak tangan di depan dada, mengangkat tangan, dsb. Selama kita
menyanyi bersama-sama di gereja, maka kita bebas mengekspresikan
kesungguhan hati kita ketika memuji Tuhan, selama itu tidak mengganggu
jemaat yang lain.

Ingatlah bahwa dalam memuji Tuhan kita sedang mengangkat tangan ke tempat
kudus. Itu artinya, pujian kita kita tujukan bagi Tuhan semata-mata. Tuhan
adalah alasan kita memuji Tuhan. Kita tidak memuji Tuhan untuk
menyenangkan jemaat atau diri kita melainkan untuk menyenangkan Tuhan.
Karena itu kita perlu sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam memuji Tuhan.

3. Tuhan Memberkati Orang yang Memuji Dia (Ayat 3)


Pada akhir dari Ayat 3, kita dapat melihat bahwa siapa memuji Tuhan dengan
tulus akan diberkati Tuhan. Luar biasa bukan, Tuhan pencipta langit bumi
beserta dengan isinya, berkenan menerima pujian kita dan kemudian Dia sendiri
memberkati kita.
Kesimpulan
Kita semua diajak untuk memuji Tuhan bersama-sama. Alasan puji-pujian kita
adalah karena pengenalan kita akan Allah, akan karya Allah. Karena itu, kita
harus memujji Tuhan dengan tulus dan sungguh-sungguh.

Pencapaian Belajar:
1. Jelaskan kembali apa artinya memuji Tuhan?
2. Bagaimana cara kita memuji Tuhan?
PELAJARAN 3

PENGABDIAN HARTA
MALEAKHI 3:6-12

Tujuan:
Membimbing anggota KPW untuk menyatakan pengabdian harta kepada Tuhan

Pendahuluan:
Seseorang sedang membuat wawancara berkaitan dengan meberikan
persembahan dan persepuluhan kepada Tuhan melalui gereja. Dari wawancara
itu didapati bahwa beberapa orang tidak memberikan persembahan atau
persepuluhan dengan alasan kondisi keuangan yang tidak mencukupi. Di sisi lain
ada seorang yang sangat kaya dengan penghasilan miliayaran setiap bulan. Dia
berkata: “Saya memberikan persembahan besar, tetapi tidak memberi
sepersepuluh, karena rasanya tidak mungkin.” Lalu pewawancara menanggapi
dengan bercanda “Bagaimana kalau kita berdoa saat ini agar Tuhan
menurunkan pendapatan Bapak sampai pada level persepuluhan yang masuk
akal menurut Bapak?.”

Begitu banyak alasan yang diucapkan orang Kristen ketika sampai pada
pengajaran tentang pengabdian harta yaitu persembahan dan persepuluhan.
Orang yang berpenghasilan kecil menjadikan kurangnya penghasilan sebagai
alasan untuk tidak memberi persepuluhan. Orang yang berpenghasilan besar
menolak memberi persepuluhan karena rasanya terlalu besar memberikan
uangnya kepada Tuhan melalui gereja. Pendapatan kecil atau besar sama-sama
menghadapi tantangan untu memberi atau tidak memberi.

Lalu, mengapa Allah menghendaki kita untuk menaati perintahNya dalam hal
pengabdian harta?

1. Memberi Persembahan dan Persepuluhan Melatih Ketaatan (Ay. 7-8)


Nabi Maleakhi menegur bangsa Israel yang sering tidak taat kepada Tuhan,
namun mereka tidak sadar akan kesalahan mereka. Bahkan lebih keras,
Maleakhi menyebut bangsa Israel telah menipu Tuhan. Mereka telah melakukan
kecurangan dalam memberikan persembahan dan persepuluhan, sehingga
mereka tidak berkenan kepada Tuhan.

Jangan salah mengira, Tuhan tidak membutuhkan harta kita. Ingat, Dia adalah
pemilik segala sesuatu. Umat Israel, memberi persembahan atau tidak, harta itu
tetaplah milik Tuhan. Jadi, harta atau uang bukanlah tujuan utama, tetapi
apakah umatNya menaati perintahNya, itulah tujuan utamaNya.

 Bagaimana dengan kita saat ini? Apa tanggapan kita pada perintah Tuhan
untuk memberi persembahan dan persepuluhan di gereja?
 Apakah kita sudah menaatinya?

Dengan mempersembahkan harta kita secara jujur dihadapan Tuhan melalui


persembahan dan persepuluhan kita membuktikan ketaatan kita kepada Tuhan.

2. Memberi Persembahan dan Persepuluhan Merupakan Tindakan


Pengorbanan (Ay. 9-10)
Tujuan memberikan persembahan dan persepuluhan menurut Ayat 10 adalah
agar ada makanan di rumah Allah. Untuk saat ini, itu berarti adalah agar kita
dapat membiayai kegiatan-kegiatan gereja dan juga memberi tanda kasih
kepada gembala sidang, staf gereja. Jelas, Tuhan tidak berkenan jika jemaat
melalaikan tugas memelihara kehidupan hamba Tuhan.

Tuhan mau kita memberikan eprsembahan harta yang terbaik. Memberi yang
terbaik dari milik kita itulah yang dimaksud dengan mempersembahkan korban.
Jadi, ketika kita tidak siap memberikan persembahan dan persepuluhan maka
kita tidak siap untuk berkorban.

Di Ay. 10 dikatakan bahwa persepuluhan itu harus diberikan seluruhnya, bukan


sebagian. Artinya ketika kita memberikan persembahan dan persepuluhan kita
kepada Tuhan, kita harus memberi yang terbaik.

Diskusikanlah bagaimana maksudnya memberi persembahan sebagai korban


yang terbaik: (Mintalah pendapat anggota KPW) kemudian simpulkan
beberapa hal berikut ini:

 Persiapkan persembahan atau persepuluhan sebelum berangkat ke gereja,


jangan baru mencari-cari di saat kantong persembahan diedarkan.
 Persiapkan uang yang kondisinya baik tidak kumal atau digulung-gulung
 Berikan jumlah maksimal yang kita bisa berikan kepada Tuhan
 Berikan persepuluhan dalam jumlah utuh - jujur sesuai dengan apa yang
Tuhan berikan
3. Tuhan Memberakti Orang yang Mempersembahkan Hartanya (Ay. 11-12)
Seorang pendeta pernah berkata: “Jangan bicara iman sampai kamiu terlebih
dahulu membuktikan kesetiaanmu memberi persembahan dan persepuluhan
kepada Tuhan.” Artinya, ketika kita memberikan persembahan dan
persepuluhan kita dengan jujur dihadapan Tuhan kita adalah orang yang
percaya pada pemeliharaan Tuhan.

Dalam Ay. 11-12, Tuhan berfirman bahwa Dia akan membuka pintu berkat bagi
mereka yang menaati firmanNya dalam hal persembahan dan persepuluhan.
Asal kita mendahulukan Tuhan dalam hidup kita, maka segala keperluan hidup
kita akan di tambahkan.

Kesimpulan
Memberi persembahan persepuluhan bukan tentang uangnya ettapi tentang
ketaatan kita pada perintah Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh beriman bahwa
Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita, maka tidak ada keraguan untuk
mempersembahkan yang terbaik bagi Dia dan Tuhan akan menepati janjiNya
untuk memberkati berlimpah orang yang setia dalam persembahan dan
persepuluhan.

Pencapaian belajar:
 Sudahkah kita setia dalam memberikan persembahan dan persepuluhan
kita?
 Apa pengalaman saudara ketika memberikan persembahan dan
persepuluhan dengan jujur? (Sebagai pengajar, bagikan pengalaman Anda
dalam ketaatan memberikan persembahan dan persepuluhan?)
PELAJARAN 4

BELAJAR MENCUKUPKAN DIRI


FILIPI 4:10-13

Tujuan:
Membimbing anggota KPW untuk belajar merasa cukup dengan apa yang Tuhan
percayakan
Anggota KPW tidak menjadikan materi/harta sebagai berhala

Pendahuluan
Kapankah kita pernah merasa cukup? Tidak peduli seberapa keras kita bekerja
dan menghasilkan uang, bukankah rasanya selalu ada yang kurang? Selalu ada
barang-barang keren yang ingin kita beli atau tempat makan nge-hits yang mau
kita coba. Awalnya, mungkin kita hanya mengikuti teman-teman kita, tetapi
lama-lama, kita pun terjatuh ke dalam gaya hidup konsumerisme.

Diskusikanlah hal-hal yang membuat kita seringkali sulit merasa cukup


Kita tidak lagi menimbang apakah sebenarnya kita benar-benar
membutuhkannya atau hanya sekedar ingin.

Jika kita tidak berhati-hati, uang dapat menjadi masalah besar. Kecuali kita
belajar untuk merasa cukup, kita tidak akan pernah bisa keluar dari jerat hutang
yang membayangi hidup kita.

Bagaimana kita merasa bisa merasa cukup?


1. Menempatkan Sukacita kita di Dalam Tuhan (Ay. 10)
Banyak orang berpendapat bahwa sumber sukacita dalam diri seseorang
berasal dari materi , tidak ada masalah dan semua dibawah kendali kita. Tetapi
jika kita mendasari sukacita pada situasi dan kondisi maka sukacita yang kita
rasakan tidak akan bertahan lama alias hanya sementara. Berbeda sekali jika
kita bersukacita di dalam Tuhan (tema), dimana sukacita yang kita rasakan akan
bersifat permanen. Karena sukacita dari Tuhan adalah sukacita disegala situasi,
tidak dipengaruhi keadaan, tapi dikerjakan oleh Roh Kudus yang bekerja dalam
kita.

Kita harus menyadari bahwa kekayaan duniawi bukanlah sesuatu yang dapat
kita andalkan. Lagi pula, banyak kekayaan dapat hilang dengan sekejap mata
karena sesuatu sesederhana salah investasi. Lebih lagi, kita tidak mungkin dapat
memilikinya lagi setelah kita meninggal. Apabila kita memahami kenyataan ini,
kita harus menerima nasihat Paulus kepada jemaat Filipi dan mencukupkan diri.

Sebagai anak-anak Allah, kita mengalami sukacita yang tak terukur bukan
karena harta benda yang kita miliki, tetapi karena status sosial kita. Kita tahu
bahwa sukacita kita berasal dari Allah.

2. Kita Harus Belajar Mencukupkan Diri (Ay. 11-12)


Memang tidak mudah untuk mengubah gaya hidup, lebih-lebih jika kita sudah
terbiasa. Namun bukan berarti tidak mungkin. Dalam suratnya, Rasul Paulus
pernah mengatakan bahwa ia belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Ia belajar. Ya, rupanya rasul sebesar dirinya pun pernah merasakan kekurangan
dan kelaparan. Kemudian, ia melanjutkan kisahnya dengan membagikan kunci
rahasia yang membuatnya sanggup menanggung semua kesusahannya.
Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri. Karena Tuhanlah
yang akan memberikan kekuatan kepada anak-anak-Nya yang
membutuhkannya.

3. Senantiasa Bersyukur = Tidak Membiarkan Diri Dikuasai Keinginan (Yak


1:14)
Belajar mencukupkan diri juga berarti senantiasa bersyukur dan tidak
membiarkan diri dikuasai keinginan. Kita juga harus belajar menyesuaikan
pikiran kita dengan keadaan kita sembari mengambil sisi terbaik darinya. Tanpa
mengesampingkan sikap optimis untuk sebuah pencapaian, sikap mencukupkan
diri memampukan kita untuk menyesuaikan diri di kala sengsara mau pun
sejahtera.

Pencapaian Belajar:
 Bagaimana kita dapat merealisasikan perkataan Rasul Paulus tentang
mencukupkan diri dalam segala keadaan?
 Pernahkah meminta secara berlebihan kepada Tuhan? Hal apakah itu? Dan
bagaimana kita bisa segera menyadari bahwa Tuhan tidak berkenan
atasnya?
 Hal-hal dunia apakah yang menghalangi Anda merasa cukup?
PELAJARAN 5

BAHASA CINTA
1 YOHANES 4:20-21

Tujuan:
Anggota KPW mampu memahami dan mempraktikkan bahasa cinta dalam
kehidupan berkeluarga

Pendahuluan:
Demi cintaku padamu, gunung tinggi akan kudaki, lautan luas akan kuseberangi.
Kata-kata di atas sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang
dengan menggebu-gebu menyatakan betapa besarnya cinta yang ia miliki untuk
sang kekasih. Melalui bahasa yang puitis menyatakan kasihnya, siap
menghadapi dan melibas berbagai tantangan demi sang kekasih.

Tetapi akhirnya pernyataan yang luar biasa itu hanya omong kosong belaka,
gara-gara sebuah masalah kecil. Tidak jarang, kata-kata “lebay” di atas dipakai
untuk menyindir orang yang dianggap sebagai bisa “ngomong tapi tak bisa
bertindak”

Yohanes juga mengingatkan orang-orang yang seperti ini, yang “sesumbar”


tentang kasihnya, tetapi tidak terbukti. Dalam 1 Yohanes 4:20-21 dinyatakan,
“Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya,
maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah
ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya.

Melalui ayat ini rasul Yohanes mengingatkan orang-orang yang dengan


menggebu-gebu menyatakan kasihnya kepada Allah. Tidak jarang menyatakan
kasih kepada Allah dengan menggunakan kata-kata yang hebat, yang
spektakuler. Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan, bahkan menyerahkan
seluruh hidupnya bagi Tuhan, siap menghadapi segala resiko sebagai anakanak
Allah. Mengasihi Allah memang tidak mudah, sebab Allah tidak kelihatan.
Membutuhkan totalitas, dengan sepenuh hidup. Tetapi menurut rasul Yohanes,
kasih kepada Allah akan menjadi omong kosong ketika diperhadapkan dengan
hal yang lebih mudah, lebih “sepele”, yaitu mengasihi sesama manusia, yang
justru tidak bisa dilaksanakan. “Sesumbar” mengasihi Allah yang tidak nampak,
tetapi kepada sesama manusia yang nampak justru tidak bisa mengasihi.
Ini yang disebut dusta. Tidak jarang kita juga berdusta dalam cinta/kasih.
Menyatakan mengasihi Allah, tetapi justru membenci orang lain. Di dalam
tempat ibadah menaikkan pujian yang isinya menyatakan kasih kepada Allah,
tapi pada saat yang bersamaan masih menyimpan kebencian kepada sesama
warga gereja yang duduknya berseberangan. Dusta seperti ini sering juga terjadi
di dalam keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mengasihi dan
mengampuni orang lain, tetapi sebaliknya sulit untuk mengampuni dan
mengasihi anggota keluarga sendiri. Tentu dalam realitas ada banyak faktor
yang mempengaruhi keadaan ini.

Tapi setidaknya melalui ayat ini kita diingatkan, bahwa ada orang-orang yang
nyata di depan mata kita yang membutuhkan kasih dan perhatian kita. Mari kita
belajar untuk menyatakan kasih dengan sungguh-sungguh kepada mereka,
sambil kita tetap berusaha menyatakan kasih kepada siapa saja. Mari kita
belajar dan juga mengajar keluarga kita untuk mengasih sesama, sebagai wujud
nyata kita mengasihi Allah.

KEGIATAN
Aplikasi 5 Bahasa Cinta:
Gary Chapman dalam bukunya 5 Bahasa Kasih menjabarkan 5 bahasa Kasih,
Anggota keluarga dapat mendiskusikan. Apakah sudah dilakukan? dan Apakah
sudah dirasakan?

1. Kata-kata Pujian, Penghargaan, Dukungan


Katakan "aku mencintaimu", "aku mengasihimu", atau kata-kata lain yang
menunjukkan betapa setiap anggota keluarga berarti bagi kita. Lakukanlah
sesering mungkin bahkan akan lebih baik jika pengucapan tersebut
menjadi sebuah kebiasaan.

Misalnya dengan mengucapkan "I love you" setiap anaknya berangkat sekolah
atau tiap suami/istri berangkat kerja sambil mencium anak atau isteri/suami.
Usahakan selalu menghargai setiap usaha pasangan atau anak dengan cara
memberikannya pujian. Tidak perlu menunggu pasangan atau anak kita
melakukan suatu pencapaian luar biasa, namun cukup dengan ucapan "terima
kasih, “wah kamu hebat sekali" saat anak selesai menggambar atau "terima
kasih suamiku, kamu memang yang terbaik" saat suamimu mau membantu
mencuci piring, dsb.
2. Hadiah
Berikan hadiah di saat-saat yang tidak terduga. Hadiah bisa menjadi suatu
simbol cinta, sehingga hadiah menjadi salah satu bahasa cinta. Berikan hadiah
tidak hanya dalam momen-momen penting, seperti ulang tahun.

Suami/Istri dan anak-anak ini akan lebih senang lagi jika kita bisa
memberikannya di saat-saat yang tidak terduga. Hadiah tidak perlu mahal,
melainkan bisa juga diwujudkan dengan kejutan dalam bentuk kehadiran kita
atau hasil karya. Bahkan bisa juga sekedar membelikan makanan.

3.Berikan bantuan dengan inisiatif sendiri. Chapman dalam bukunya menuliskan


bahwa saat kita menjadi orang tua, maka diri kita berubah menjadi "Full Time
Service" bagi anak kita. Begitu pun dengan isteri yang memiliki kewajiban untuk
melayani suaminya. Walaupun demikian, melayani bisa sangat melelahkan dan
bahkan menjadi beban. Oleh sebab itu, diperlukan kesehatan fisik dan mental
yang bisa diwujudkan dengan tidur-makan cukup, memiliki keluarga yang
suportif, dll. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi tangki emosional
seseorang yang memiliki bahasa cinta pelayanan? Berikan bantuan dengan
inisiatif sendiri dan bukan karena disuruh. Misalnya suami bersedia membantu
isterinya menggantikan popok anak tanpa disuruh isterinya.

4. Sentuhan Fisik
Sentuh dengan penuh kasih sayang. Physical touch merupakan bahasa cinta
yang bisa dilakukan dengan mudah. Menurut Chapman, sentuhan fisik yang
umum dilakukan adalah mencium dan memeluk. Sebagai contoh orang tua bisa
melakukan "tos" dengan anaknya atau membacakan cerita di pangkuan.
Lakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang.

5. Waktu yang Berkualitas


Ciptakan banyak momen akrab. Waktu yang berkualitas tidak harus diisi dengan
tamasya jauh, namun bisa dengan momen-momen sederhana yang kita
ciptakan sendiri. Sebagai contoh, orang tua bisa bermain dengan anaknya
atau pasangan bisa saling berdiskusi mengenai kegiatan di hari ini. Di minggu
kedua keluarga bisa berkomitmen mengambil waktu quality time dan dapat
mengupload di Instagram Bulan Keluarga

Penerapan
Cobalah untuk mempraktekkan bahasa kasih itu di dalam keluarga kita. Kenali
bahasa kasih pasangan atau anggota keluarga kita.

Anda mungkin juga menyukai