Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rahel Alfaniah NRP : 170117063

PANDANGAN IMAN KRISTEN TERHADAP VALENTINE DAY


Valentine's day yang jatuh setiap tanggal 14 Februari selalu menuai kontroversi. Hampir
sebagian besar remaja pernah merayakan budaya yang lahir dari dunia barat itu. Salah satu versi
mengatakan Valentines Day berasal dari nama seorang Santo beragama Katolik Roma, yaitu
Santo Valentine. Romawi pernah diperintah oleh Kaisar Claudius II, yang dalam masa
kepemimpinannya pernah terjadi perang besar (tidak ada penjelasan mendetail tentang perang
itu). Sementara itu, rakyatnya menentang terjadinya perang dan tidak secara sukarela mengikuti
kebijakan pemerintah, yaitu wajib militer.

Alasan masyarakat yang paling logis pada saat itu adalah mereka sudah berkeluarga dan tidak
mau hal buruk terjadi pada mereka di kemudian hari, sebagai akibat dari mengikuti perang
tersebut. Ada juga yang beralasan karena dalam waktu dekat, mereka akan segera bertunangan
ataupun menikah. Mendengar hal itu, Kaisar Claudius II menjadi murka. Akhirnya, ia
mengeluarkan peraturan bahwa di seluruh kerajaan Roma dilarang adanya pertunangan dan/atau
pernikahan, dan semua rakyatnya yang berjenis kelamin laki-laki harus mengikuti wajib militer.

Kebijakan Kaisar ini mengakibatkan banyak sekali kehancuran dan ketidaktenteraman bagi
rakyatnya. Banyak keluarga yang kehilangan suami dan/atau anak laki-laki mereka karena
kesewenang-wenangan Kaisar Claudius II pada saat itu.

Seorang Pastor dari biara kecil di daerah Roma, secara diam-diam memberikan pemberkatan
pernikahan bagi pasangan-pasangan yang berniat untuk menikah dan menyembunyikan sertifikat
mereka dengan baik. Hal ini berlangsung terus, sampai kemudian rahasia kecil ini terbongkar
dan pastor tersebut ditangkap, lalu dijebloskan ke dalam penjara. Selama di penjara, pastor
tersebut berkenalan dengan anak gadis dari kepala sipir penjara. Gadis itu secara rutin menemui
pastor dan mereka saling bertukar cerita kesukaan juga kesedihan dari balik pintu penjara.
Karena kebaikan hati dan pertolongan yang telah diberikan oleh pastor tersebut, masyarakat pada
saat itu menuntut pembebasannya. Kaisar Claudius II akhirnya menjatuhkan hukuman mati,
yaitu dipenggal kepalanya. Sehari sebelum hari kematiannya, pastor dengan nama Valentine itu
membuat sebuah surat yang ditujukan kepada teman-temannya dan teristimewa untuk putri
kepala sipir penjara yang dibubuhkan tulisan "from your Valentine".

Ironisnya, Kaisar Claudius menetapkan tanggal 14 Februari tahun 270 sebagai hari pelaksanaan
hukuman mati bagi Pastor Valentine. Semenjak itu, masyarakat menyebut hari itu sebagai
Valentines Day dan keesokkannya merayakan Lupercalia.

Kurang lebih 800 tahun kemudian, golongan Gereja Katolik Roma yang menganut Paganism
(tidak percaya pada hal-hal mistis) menolak adanya Perayaan Lupercalia untuk memberikan
persembahan kepada Dewi Cinta ataupun Dewi Kesuburan Wanita. Mereka mengangkat Pastor
Valentine menjadi seorang Santo dan mendeklarasikan bahwa setiap tanggal 14 Februari adalah
St. Valentines Day. Secara garis besar, kita dapat menyimpulkan bahwa perayaan-perayaan
tersebut awalnya merupakan wujud ungkapan syukur suatu bangsa.

Seorang bernama Eleanor Whitesides menulis: "To make a valentine God took two shafts of
wood and on that wood in love and anguish placed His Son, who gave His Heart that mine might
be made new." Secara bebas dapat diartikan: "Untuk menciptakan suatu valentine, Allah telah
mengambil dua potong kayu dan di atas kayu itu, dengan kasih dan derita, Ia menempatkan
Anak-Nya yang telah memberikan hati-Nya supaya hatiku dapat dijadikan baru."

Seharusnya, inilah yang menjadi makna dari Hari Kasih Sayang bagi kita sebagai umat kristiani
di seluruh dunia. Bukan karena menghormati seorang Santo, yang adalah seratus persen manusia,
melainkan memberikan penghargaan tertinggi kepada Allah yang 100 persen manusia dan 100
persen Allah. Bukti kasih Allah sangat nyata bagi manusia, yang adalah "pengantin-pengantin-
Nya", seperti sudah tertulis dalam 2 Korintus 11:2. Rasul Paulus memberikan analogi,
sehubungan dengan gencarnya perayaan Valentines Day, tentang hubungan kasih antara Kristus
dengan jemaat-Nya (Efesus 5:25).

Rasul Yohanes menulis dalam 1 Yohanes 4:7-11 yang intinya berbunyi: "Marilah kita saling
mengasihi, sebab KASIH itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari
ALLAH dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah
adalah kasih. Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, kita juga harus saling mengasihi. Tidak
ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita
dan kasih-Nya sempurna di dalam kita."

Firman Tuhan sangat tegas mengatakan bahwa Kasih berasal dari Allah, dan mengasihi
merupakan respons kita terhadap kasih yang sudah diberikan kepada kita. Dan, Tuhan tidak
mengatakannya hanya pada satu momen atau hanya beberapa kali saja, tetapi selalu (saling)
karena saat kita mengasihi, sosok Kristus terpancar dalam diri kita.

Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen dalam menghadapi Valentine?

1. MENGASIHI BUKAN HANYA KEPADA ORANG YANG BAIK, TETAPI JUGA


KEPADA MUSUH KITA :
"Tuhan mengajarkan kepada kita agar orang kristen bukan hanya mengasihi sesama yang
baik kepadanya, tetapi juga harus mengasihi musuhnya. Mengasihi orang yang mengasihi
kita adalah hal yang biasa dan dapat di lakukan oleh semua orang,termasuk orang jahat
dan mereka yang tidak mengenal Allah. Tetapi orang kristen mempunyai kelebihan, kita
sanggup mengasihi orang yang berbuat jahat kepada kita (Matius 5:44-47; 2 Petrs 1:5-7).
Mari kita belajar untuk mengasihi mereka yang memusuhi kita, bukan hanya menyatakan
kasih kepada orang tertentu yang kita hormati atau kita kasihi saja. Kasihilah musuhmu,
paling tidak berdoalah bagi mereka".
2. MENGASIHI BUKAN HANYA DENGAN PERKATAAN, TETAPI JUGA DENGAN
PERBUATAN :
"Alkitab mengajarkan bahwa kasih tidaklah cukup hanya di rasakan atau di ucapkan,
tetapi juga harus brani di nyatakan dalam perbuatan. Rassul Yohanes, murid Tuhan yang
biasa di sebut sebagai "Murid yang di kasihi", sangat menekankan kasih di dalam
kehidupan pelayanannya. Ia berkata,"Anak-anak-Ku, marilah kita mengasihi bukan
dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran" (1
Yohanes 3:18). Jika orang banyak merayakan valentine dengan mengirimkan kartu atau
bingkisan kepada orang yang di kasihinya, maka orang kristen harus merealisasikan kasih
dalam bentuk yang lebih nyata, yaitu berupa pelayanan, pertolongan atau suatu perbuatan
yang dapat menjadi berkat bagi mereka yang kita kasihi"
3. MENGASIHI BUKAN SEKALI-KALI, TETAPI SETIAP HARI :
"Perintah untuk saling mengasihi di dalam Alkitab sering di sebutkan sebagai "Perintah
baru" (Yohanes 13: 34-35; 1 Yohanes 2: 7-8). Ini berarti bahwa hal mengasihi tidak cukup
hanya yang sudah kita lakukan pada hari-hari yang telah lampau, sehingga merupakan
sesuatu yang lama, yang kuno. Sebaliknya hal mengasihi harus selalu merupakan hal
yang baru, yang masih berlaku sekarang, yang belum kita lakukan, dan sebagai anak-
anak Allah kita harus terus belajar melakukannya dan memperbaharuinya seumur hidup
kita.Mengasihi harus selalu merupakan sesuatu yang baru dan bukan pada event-event
khusus saja,seperti hari natal atau valentine".

Anda mungkin juga menyukai