Anda di halaman 1dari 1

Renungan St.

Alexsander Ladjati
Mengasihi seperti cara Yesus mengasihi (Yohanes 15:9-17)
Salam dalam cinta Hati Kudus Yesus.
Para Frater yang terkasih, Selamat pagi.
Kasih adalah kata yang tidak asing lagi dalam kamus orang Kristiani. Bahkan sejak kecil kita
semua sebagai pengikut Kristus sudah sering mendengar kata dan melihat tindakan kasih. Sampai-sampai
tidak terhitung lagi berapa banyak renungan-renungan tentang sikap kita sebagai orang Kristiani yang penuh
dengan cinta kasih.
Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia untuk mencintai dan dicintai sangat besar, setiap orang
tidak pernah bosan berbicara dan mencari arti sebuah kasih dan cinta, setiap orang berlomba-lomba untuk
mengalami secara langsung dikasihi dan dicintai. Bila kita membuat suatu perbandingan orang ingin
mengasihi atau ingin dikasihi, banyak orang masih lebih suka untuk dicintai dari pada mencintai dikasihi
dari pada mengasihi. Memang itu terbukti dalam kehidupan nyata kita, masih banyak pengalaman orang
begitu sulit untuk mengasihi dan mencintai orang lain yang ada di sekitarnya. Bahkan yang terjadi bukan
kehidupan saling mengasihi tetapi pertentangan, permusuhan, bahkan perkelahian.
Hal ini bukan hanya terjadi di tengah umat awam atau orang-orang di luar Gereja. Orang-orang di
dalam komunitas-komunitas rumah bina, biara-biara, kaum selibater atau kaum berjubah pun tidak jarang
melakukan tindakan-tindakan yang tidak menunjukkan belas kasih, misalnya dalam hal-hal yang kecil,
seorang frater yang dengan sadar atau pun tidak, mengambil makanan lebih sampai-sampai teman frater
yang lain tidak mendapat bagian, atau pada saat Labor tidak peka membantu teman yang belum selesai
bekerja padahal dia sendiri sudah selesai pada pos kerjanya.
Injil hari ini berbicara tentang mengasihi. Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya pada malam terakhir
bersama para murid-Nya, mau mengingatkan kita untuk saling mengasihi satu sama lain. “Inilah perintah-
Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” Dalam ungkapan Tuhan
Yesus pada ayat 12 ini, membuat saya bertanya-tanya dalam hati apa maksud dari perkataan itu. Tuhan
Yesus mengingatkan kita untuk saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Ia telah lebih dulu mengasihi
kita. Ada dua pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama dalam hati kita masing-masing, apa benar kita
dikasihi oleh Yesus. Dengan cara seperti apa Yesus mengasihi kita.
Dalam refleksi dan perenungan saya, saya menemukan dan percaya bahwa kita dikasihi oleh Tuhan
Yesus, karena Tuhan Yesus telah memilih kita menjadi sahabat-sahabat-Nya, kita telah diangkat menjadi
orang yang merdeka bukan lagi hamba atau budak. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau. Kita ada saat
ini karena Tuhan Yesus begitu mengasihi kita. Dan cara Tuhan Yesus mengasihi kita, yang saya refleksikan
ada empat. Pertama, “Tinggal di dalam kasih Bapa.” Yesus mampu mengasihi karena Ia menuruti perintah
Bapa untuk tinggal di dalam kasih-Nya. Relasi yang intim dengan Bapa menjadi kekuatan Yesus untuk
selalu hidup dalam Kasih. Dalam hal ini kita perlu membangun relasi dengan Tuhan melalui doa; Kedua,
“Wartakan kasih Bapa.” Yesus sadar bahwa segala yang Ia miliki bukan semata-mata kepunyaan-Nya
sendiri, oleh karena itu Yesus selalu mewartakan kasih Bapa kepada para rasul-Nya dan diteruskan hingga
saat ini. Hal kedua ini kita untuk selalu hidup rendah hati; Ketiga, Yesus bersahabat dengan semua orang
tanpa terkecuali. Yesus menampilkan kepada kita kasih itu tidak mementingkan diri sendiri; dan yang
Keempat, menyerahkan seluruh hidup-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya. Menyerahkan nyawa-Nya untuk
kita. Pada poin keempat ini Tuhan Yesus ingin menunjukkan kepada kita bahwa kasih itu butuh
pengorbanan. Tuhan Yesus bukan hanya berkata-kata tentang kasih namun bertindak dengan kasih.
Sudahkah kita mengasihi seperti Yesus mengasihi?
Mari kita berdoa semoga kita mampu mengasihi seperti Yesus mengasihi.

Anda mungkin juga menyukai