Anda di halaman 1dari 23

KODE ETIK GURU

Disusun guna memenuhi tugas diskusi


Mata Kuliah :

ETIKA PROFESI KEGURUAN

Dosen Pengampu :

Ibdaul Lathifah, M.Pd.

Disusun Oleh :

Satria Bintang Ramadhan (23020200004)

Khisan Bisri Syahari (23020200005)

Indana Yaqutazzahro’ (23020200007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Kode Etik
Guru" ini dengan tepat waktu.

Penyusunan Makalah ini merupakan tugas terstruktur dalam pelaksanaan mata kuliah
Etika Profesi Keguruan sekaligus sebagai wahana pembelajaran bagi mahasiswa dalam
mempelajari dan menambah wawasan tentang kode etik guru.

Untuk semua hal yang terdapat di dalam makalah ini belumlah sempurna untuk
sebagai bahan pembelajaran yang sangat baik, sehingga kami sangat membutuhkan kritik dan
saran dari Dosen pengajar dan rekan-rekan mahasiswa sekalian.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kepada semua pihak yang
memberi saran untuk memperbaiki isi makalah ini, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 1 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1. Pengertian Kode Etik Guru Indonesia.........................................................................3

2.2. Dasar Kode Etik Guru Indonesia.................................................................................4

2.3. Tujuan Kode Etik Guru...............................................................................................6

2.4. Fungsi  Kode Etik Guru...............................................................................................7

2.5. Isi Kode Etik Guru.......................................................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

3.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai dibicarakan.
Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru. Pada saat ini
profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh siswa dan siswi,
hal tersebut karena guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan
bangssa ini, guru yang baik dan berkualitas dapat menjadikn bangsa ini menjadi
bangsa yang berkualitas juga, begitu pun sebaliknya, seorang guru yang tidak
berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa tertinggal dan bahkan bisa
menjadi bangsa yang terjajah lagi, selain itu saat ini profesi guru dijamin
kesejahteraan hidupnya.oleh karena itu, orang-orang berlomba- lomba untuk menjadi
seorang guru. Namun, menjadi seorang bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi antara lain adalah syarat administrasi, teknis, psikis, dan fisik,
selain itu seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian social, dan
professional.

Namun, kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam


menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukuan penyimpangan ataupun
pelanggaran terhadap norma- norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah
menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di
Indonesia yang dikenal dengan “kode etik guru”. Dengan adanya kode etik guru ini,
diharapkan para guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagaimana telah
ditetapkan dalam kode etik guru tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah Pengertian Kode Etik Guru Indonesia ?
1.2.2 Apakah Dasar Kode Etik Guru Indonesia ?
1.2.3 Apakah Tujuan Kode Etik Guru ?
1.2.4 Apakah Fungsi Kode Etik Guru ?
1.2.5 Apakah Isi Kode Etik Guru ?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Untuk Menjelaskan Pengertian Kode Etik Guru Indonesia
1.3.2 Untuk Menjelaskan Dasar Kode Etik Guru Indonesia
1
1.3.3 Untuk Menjelaskan Tujuan Kode Etik Guru
1.3.4 Untuk Menjelaskan Fungsi Kode Etik Guru
1.3.5 Untuk Menjelaskan Isi Kode Etik Guru

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kode Etik Guru Indonesia


Ditinjau dari segi etimologi, pengertian kode etik ini telah dibahas dan
dikembangkan oleh beberapa tokoh yang mempunyai jalan pikiran yang berbeda-
beda. Namun pada dasarnya mempunyai pengetian yang sama. Socrates seorang
filosof yang hidup di zaman Romawi yang dianggap sebagai pencetus pertama dari
etika yang telah menguraikan etika secara ilmu tersusun. Bahkan sampai sekarang
perkembangan etika semakin berkembang. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya
fenomena-fenomena yang realita dalam masyarakat.

Menurut Adi Negoro dalam bukunya Ensiklopedi Umum sebagaimana yang


dikutip oleh Sudarno dkk, mengemukakan etika berasal dari kata Eticha yang berarti
ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan. dan kata Ethica (etika, ethos, adat, budi pekerti,
kemanusiaan)

Menurut Hendiyat Soetopo, "Etik diartikan sebagai tata-susila (etika) atau hal-
hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan".
William Lillie mendefinisikan “Ethics as the normative science of conduct of human
being living in societies – a science which judges this conduct to be right or wrong, to
be good or bad, or in some similar way.”.

Maksud dari pengertian di atas bahwa etik adalah ilmu pengetahuan tentang
norma atau aturan ilmu pengetahuan tentang tingkah laku kehidupan manusia dalam
masyarakat, yang mana ilmu pengetahuan tersebut menentukan tingkah laku itu benar
atau salah, baik atau buruk atau sesuatu yang semacamnya. Kemudian secara
etimologi kode etik berasal dari dua kata kode dan etik. Kode berasal dari bahasa
Prancis Code yang artinya norma atau aturan. Sedangkan etik berasal dari kata
etiquete yang artinya tata cara atau tingkah laku. Sementara itu menurut Elizabeth B.
Hurlock mendefinisikan tingkah laku sebagai berikut: Behaviour which may be called
“true morality” not only conforms tosocial standards but also is carried out
valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and
consists of conduct regulated from within.

3
Arti definisi tersebut di atas adalah tingkah laku boleh dikatakan sebagai
moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi
juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari
kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam
melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).

Selanjutnya definisi guru yaitu semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual atau
klasikal, di sekolah maupun luar sekolah. Sebagai pendidik guru dibedakan menjadi
dua yakni guru kodrati dan guru jabatan. Guru kodrati adalah orang dewasa yang
mendidik terhadap anak-anaknya. Disebut kodrat karena mereka mempunyai
hubungan darah dengan anak (si terdidik). Sedangkan guru jabatan yaitu mereka yang
memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Peran mereka terutama nampak
dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu mentransformasikan
kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik khususnya di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembahasan selanjutnya yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah guru


profesional yang secara khusus mempunyai tugas dan tanggung jawab membimbing
dan membina anak didik dalam proses belajar mengajar di negara Indonesia. Jadi,
“kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-
aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan guru) dilihat dari segi susila.
Kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan,
sopan-santun dan keadaban. Dengan demikian yang dimaksud dengan Kode Etik
Guru Indonesia adalah pedoman atau aturan-aturan atau norma-norma tingkah laku
yang harus ditaati dan diikuti oleh guru profesional di Indonesia dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai guru profesional.

2.2. Dasar Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia merupakan usaha pendidikan untuk mencapai cita-
cita luhur bangsa dan negara Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaan
UUD 1945 yang mutlak diperlukan sebagai sarana yang teratur dan tertib sebagai
pedoman yang merupakan tanggung jawab bersama. Dengan demikian Kode Etik

4
Guru Indonesia yang disusun haruslah merupakan sendi dasar norma-norma tertentu
dari kode etik tersebut. Sebab dalam falsafah suatu negara terkandung pula maksud
dan tujuan dari suatu negara.

Kode Etik Guru Indonesia harus disusun berdasarkan antara lain kepada:
1. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila. Sebab Pancasila juga merupakan dasar
pendidikan dan pengajaran nasional. Sila-sila dari Pancasila di samping
merupakan norma-norma fundamental juga merupakan norma-norma praktis,
sila-sila tersebut menyatakan adanya dua macam interaksi antara hubungan secara
horizontal (manusia dengan sesama makhluk) dan hubungan secara vertikal
(antara manusia dengan Tuhan). Hubungan horizontal tersebut merupakan
realisasi dari sila kedua sampai dengan kelima. Sedangkan hubungan vertikal
adalah merupakan realisasi dari sila pertama. Pancasila merupakan dasar dari
Kode Etik Guru Indonesia yang harus ditanamkan dan menjiwai setiap pendidik
dan profesinya baik sebagai manusia dan sebagai warga negara yang bertanggung
jawab.
2. Tujuan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 yang berbunyi : “Tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia Pancasila sejati yang berdasarkan ketentuan yang dikehendaki oleh
Pembukaan UUD 1945 dan Isi UUD 45.” Tap MPR No. II/1983 Peraturan-
praturan Pemerintah misalnya, menurut PP Nomor 10 tahun 1979 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil maupun PP Nomor 30
tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Semua dasar ini dijadikan
pedoman dalam rangka membina aparatur negara agar penuh kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila dan UUD 45 dan kepada pemerintah untuk bersatu
padu bermental baik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih mutu dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam pembangunan.

Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas


pelaksanaan Kode  Etik  Guru  Indonesia  (KEGI). Kode Etik harus mengintegral pada
perilaku guru. Disamping  itu, guru dan organisasi   guru berkewajiban
menyosialisasikan kode etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, kode etik tidak boleh dilanggar
baik disengaja maupun tidak.

5
Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh
Kode Etik. Kode etik profesi  guru  dirumuskan  dan  disepakati  oleh  organisasi 
atau  asosiasi  profesi  guru.  Kode  etik yang telah disepakati merupakan standar etika
kerja bagi penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen disebutkan bahwa “Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang
bersifat independen.” Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sejalan dengan  itu UU No. 14 Tahun 2005  tentang guru dan dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi  anggota organisasi  atau asosiasi profesi.
Pembentukan organisasi  atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pada sisi  lain UU No. 14 Tahun  2005  tentang 
Guru  dan  Dosen mengamanatkan  bahwa  untuk menjaga  dan meningkatkan
kehormatan  dan  martabat  guru  dalam  pelaksanaan  tugas  keprofesian,  organisasi 
atau  asosiasi profesi  guru  membentuk  kode  etik.  Kode  etik  dimaksud  berisi 
norma  dan  etika  yang  mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.

2.3. Tujuan Kode Etik Guru


Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi


Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat umum agar jangan sampai memandang rendah atau terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai
bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama
baik profesi. Dari segi ini kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya


Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (material)
maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir
para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para
anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan

6
para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium
anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapapun yang mengadakan
tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi.
Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi
petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga
sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi


Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah mengetahui
tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,
kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi


Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi


Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap
anggota untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi,
dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

2.4. Fungsi  Kode Etik Guru


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan
dan pengembangan bagi profesi. Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman

7
yang mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan
dan masyarakat serta dengan misi tugasnya. Pentingnya kode etik guru dengan temab
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang dan
menyukseskan misi dalam mendidik peserta didik. Etika hubungan guru dengan
peserta didik dengan terciptanya hubungan berupaa hubungan yang bersifat
membantu dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik. Dengan ditandai dengan adanya perilaku empati,
penerimaan dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan ketulusan
serta kejelasan ekspresi seorang guru. Seorang guru apabila ingin menjadi guru yang
profesional harusnya mendalam serta memiliki etika diatas. Etika hubungan garis
dengan pemimpin disekolah menuntut adanya kepercayaan. Bahwa guru percaya
kepada pimpinan dalam memberi tugas dapat yang sesuai dengan kemampuan serta
guru percaya apapun yang telah dikerjakan mendapatkan imbalan dan sebaliknya
bahwa pimpinan harus yakin bahwa tugas yang telah diberikan telah sukses
dilaksanakan. Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk
kepentingan pendidikan. Guru juga harus menghaayati apa saja yang menjadi
tanggung jawabnya.

Fungsi kode etik dapat disimpulkan dengan beberapa poin berikut:


1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
5. Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri.

2.5. Isi Kode Etik Guru


Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan hasil kongres PGRI
XIII yang terdiri dari sembilan poin berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing

8
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan. Untuk
itu ada ha-hal yang perlu diperhatikan yakni:
a. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak
didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga tercipta
sifat terbuka, berani mengemukakan pendapat dan mampu memecahkan
segala masalah yang dihadapinya.
b. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur
kasih sayang ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar,
ramah dan terbuka.
c. Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar tidak
menimbulkan suasana konflik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan baik
dengan orang tua murid bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan baik antarsesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan.

Dengan memahami sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas,
diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi
kepada subjek belajar yang dihadapi oleh anak didik atau subjek belajar berarti akan
dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan kemampuan serta kegairahan mereka
sendiri. Dengan demikian, kegiatan belajar-mengajar akan berjalan dengan baik
sehingga hasilnya optimal.

Adapun menurut kesepakatan para guru Indonesia, dalam melaksanakan tugas


profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik

9
Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang sesuai profesinya,
dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-
puteri bangsa. Sehingga Kode Etik Guru Indonesia pun dirumuskan dalam pasal-pasal
sebagai berikut:

Bagian Satu
Pengertian, tujuan, dan Fungsi

Pasal 1
1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan warga
negara.
2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini
adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk,
yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di
dalam dan luar sekolah.

Pasal 2
1)    Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang.
2)    Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.

Bagian Dua
Sumpah/Janji Guru Indonesia

Pasal 3

10
1)    Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-
nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2)    Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi profesi
guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.
3)    Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara
satuan pendidikan.

Pasal 4
1)    Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
2)    Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara perorangan
atau kelompok sebelum melaksanakan tugas.

Bagian Tiga
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional

Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1)    Nilai-nilai agama dan Pancasila
2)    Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
3)    Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,

Pasal 6
1)    Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.

11
c) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik.
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
j) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan
dan hak-hak peserta didiknya.
l) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya
dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan
gangguan kesehatan, dan keamanan.
n) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
o) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama
p) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

12
2)    Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
a) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
b) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
d) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f) Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau
anak-anak akan pendidikan.
g) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-keuntungan pribadi.

3)    Hubungan Guru dengan Masyarakat :


a) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
d) Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
e) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan
peserta didiknya
f) Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
g) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.

13
h) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat.

4)    Hubungan Guru dengan sekolah:


a) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c) Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
d) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
e) Guru menghormati rekan sejawat.
f) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat
g) Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional.
h) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
i) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-
pendapat profesionalberkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan
pembelajaran
j) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
l) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-
kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
m) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan dengan
kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya
o) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas
dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarnya.

14
p) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

5)    Hubungan Guru dengan Profesi :


a) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
b) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan
dan bidang studi yang diajarkan
c) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensiinya.
e) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
g) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya
h) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-
tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.

6)    Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :


a) Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
b) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan
c) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.

15
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
e) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
g) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan

7)    Hubungan Guru dengan Pemerintah :


a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan
bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan
ketentuan Perundang-Undang lainnya.
b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
berbudaya.
c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
pancasila dan UUD1945.
d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah
atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat
pada kerugian negara.

Bagian Empat
Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi

Pasal 7
1)    Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan Kode Etik
Guru Indonesia.

16
2)    Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan
pemerintah.

Pasal 8
1)    Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan protes guru.
2)    Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
3)    Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

Pasal 9
1)    Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
2)    Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif
3)    Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
4)    Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada
guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi
guru.
5)    Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia
wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi
guru, atau pejabat yang berwenang.
6)    Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Bagian Lima
Ketentuan Tambahan

Pasal 10

17
              Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Enam
Penutup

Pasal 11
1)    Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
2)    Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3)    Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah
secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah tersebut adalah:
1. Bahwa kode etik guru merupakan aturan tata susila keguruan. Aturan-aturan
tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan
dari segi usaha.
2. Aturan yang yerdapat dalam kode etik guru dirumuskan oleh PGRI dan para
guru di Indonesia.
3. Kode etik sangatlah penting bagi para guru di Indonesia karena dengan kode
etik penampilan guru akan terarah dengan baik. Dan akan terus menerus
memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruan.
4. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat profess,
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan mutu
profesi dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
5. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah
yang jelas dalam menjalankan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya,
terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal, meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan, membantu memecahkan masalah dan
mengembangkan diri dan terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah.

3.2 Saran
Sebaiknya sebagai seorang guru yang professional harus memiliki kode etik
guru. Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak melakukan
tindakan-tindakan menyimpang dari kode etik guru. Dalam melaksanakan profesi
keguruannya, sebagai seorang guru harus sesuai dengan kode etik guru yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.

19
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta

Purwanto Ngalim.2005.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.PT Remaja Rosdakarya


Offset:Bandung

Sutjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sardiman A.M.2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT Raja Grafindo


Persada:Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai