Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Kode Etik
Guru" ini dengan tepat waktu.
Penyusunan Makalah ini merupakan tugas terstruktur dalam pelaksanaan mata kuliah
Etika Profesi Keguruan sekaligus sebagai wahana pembelajaran bagi mahasiswa dalam
mempelajari dan menambah wawasan tentang kode etik guru.
Untuk semua hal yang terdapat di dalam makalah ini belumlah sempurna untuk
sebagai bahan pembelajaran yang sangat baik, sehingga kami sangat membutuhkan kritik dan
saran dari Dosen pengajar dan rekan-rekan mahasiswa sekalian.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kepada semua pihak yang
memberi saran untuk memperbaiki isi makalah ini, saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Hendiyat Soetopo, "Etik diartikan sebagai tata-susila (etika) atau hal-
hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan".
William Lillie mendefinisikan “Ethics as the normative science of conduct of human
being living in societies – a science which judges this conduct to be right or wrong, to
be good or bad, or in some similar way.”.
Maksud dari pengertian di atas bahwa etik adalah ilmu pengetahuan tentang
norma atau aturan ilmu pengetahuan tentang tingkah laku kehidupan manusia dalam
masyarakat, yang mana ilmu pengetahuan tersebut menentukan tingkah laku itu benar
atau salah, baik atau buruk atau sesuatu yang semacamnya. Kemudian secara
etimologi kode etik berasal dari dua kata kode dan etik. Kode berasal dari bahasa
Prancis Code yang artinya norma atau aturan. Sedangkan etik berasal dari kata
etiquete yang artinya tata cara atau tingkah laku. Sementara itu menurut Elizabeth B.
Hurlock mendefinisikan tingkah laku sebagai berikut: Behaviour which may be called
“true morality” not only conforms tosocial standards but also is carried out
valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and
consists of conduct regulated from within.
3
Arti definisi tersebut di atas adalah tingkah laku boleh dikatakan sebagai
moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi
juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari
kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam
melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).
Selanjutnya definisi guru yaitu semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual atau
klasikal, di sekolah maupun luar sekolah. Sebagai pendidik guru dibedakan menjadi
dua yakni guru kodrati dan guru jabatan. Guru kodrati adalah orang dewasa yang
mendidik terhadap anak-anaknya. Disebut kodrat karena mereka mempunyai
hubungan darah dengan anak (si terdidik). Sedangkan guru jabatan yaitu mereka yang
memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Peran mereka terutama nampak
dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu mentransformasikan
kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik khususnya di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
4
Guru Indonesia yang disusun haruslah merupakan sendi dasar norma-norma tertentu
dari kode etik tersebut. Sebab dalam falsafah suatu negara terkandung pula maksud
dan tujuan dari suatu negara.
Kode Etik Guru Indonesia harus disusun berdasarkan antara lain kepada:
1. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila. Sebab Pancasila juga merupakan dasar
pendidikan dan pengajaran nasional. Sila-sila dari Pancasila di samping
merupakan norma-norma fundamental juga merupakan norma-norma praktis,
sila-sila tersebut menyatakan adanya dua macam interaksi antara hubungan secara
horizontal (manusia dengan sesama makhluk) dan hubungan secara vertikal
(antara manusia dengan Tuhan). Hubungan horizontal tersebut merupakan
realisasi dari sila kedua sampai dengan kelima. Sedangkan hubungan vertikal
adalah merupakan realisasi dari sila pertama. Pancasila merupakan dasar dari
Kode Etik Guru Indonesia yang harus ditanamkan dan menjiwai setiap pendidik
dan profesinya baik sebagai manusia dan sebagai warga negara yang bertanggung
jawab.
2. Tujuan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 yang berbunyi : “Tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia Pancasila sejati yang berdasarkan ketentuan yang dikehendaki oleh
Pembukaan UUD 1945 dan Isi UUD 45.” Tap MPR No. II/1983 Peraturan-
praturan Pemerintah misalnya, menurut PP Nomor 10 tahun 1979 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil maupun PP Nomor 30
tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Semua dasar ini dijadikan
pedoman dalam rangka membina aparatur negara agar penuh kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila dan UUD 45 dan kepada pemerintah untuk bersatu
padu bermental baik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih mutu dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam pembangunan.
5
Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh
Kode Etik. Kode etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi
atau asosiasi profesi guru. Kode etik yang telah disepakati merupakan standar etika
kerja bagi penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen disebutkan bahwa “Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang
bersifat independen.” Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi.
Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi
atau asosiasi profesi guru membentuk kode etik. Kode etik dimaksud berisi
norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.
6
para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium
anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapapun yang mengadakan
tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi.
Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi
petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga
sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi,
dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
7
yang mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan
dan masyarakat serta dengan misi tugasnya. Pentingnya kode etik guru dengan temab
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang dan
menyukseskan misi dalam mendidik peserta didik. Etika hubungan guru dengan
peserta didik dengan terciptanya hubungan berupaa hubungan yang bersifat
membantu dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik. Dengan ditandai dengan adanya perilaku empati,
penerimaan dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan ketulusan
serta kejelasan ekspresi seorang guru. Seorang guru apabila ingin menjadi guru yang
profesional harusnya mendalam serta memiliki etika diatas. Etika hubungan garis
dengan pemimpin disekolah menuntut adanya kepercayaan. Bahwa guru percaya
kepada pimpinan dalam memberi tugas dapat yang sesuai dengan kemampuan serta
guru percaya apapun yang telah dikerjakan mendapatkan imbalan dan sebaliknya
bahwa pimpinan harus yakin bahwa tugas yang telah diberikan telah sukses
dilaksanakan. Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk
kepentingan pendidikan. Guru juga harus menghaayati apa saja yang menjadi
tanggung jawabnya.
8
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan. Untuk
itu ada ha-hal yang perlu diperhatikan yakni:
a. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak
didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga tercipta
sifat terbuka, berani mengemukakan pendapat dan mampu memecahkan
segala masalah yang dihadapinya.
b. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur
kasih sayang ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar,
ramah dan terbuka.
c. Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar tidak
menimbulkan suasana konflik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan baik
dengan orang tua murid bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan baik antarsesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Dengan memahami sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas,
diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi
kepada subjek belajar yang dihadapi oleh anak didik atau subjek belajar berarti akan
dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan kemampuan serta kegairahan mereka
sendiri. Dengan demikian, kegiatan belajar-mengajar akan berjalan dengan baik
sehingga hasilnya optimal.
9
Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang sesuai profesinya,
dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-
puteri bangsa. Sehingga Kode Etik Guru Indonesia pun dirumuskan dalam pasal-pasal
sebagai berikut:
Bagian Satu
Pengertian, tujuan, dan Fungsi
Pasal 1
1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan warga
negara.
2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini
adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk,
yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di
dalam dan luar sekolah.
Pasal 2
1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang.
2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Bagian Dua
Sumpah/Janji Guru Indonesia
Pasal 3
10
1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-
nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi profesi
guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.
3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara
satuan pendidikan.
Pasal 4
1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara perorangan
atau kelompok sebelum melaksanakan tugas.
Bagian Tiga
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,
Pasal 6
1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
11
c) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik.
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
j) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan
dan hak-hak peserta didiknya.
l) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya
dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan
gangguan kesehatan, dan keamanan.
n) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
o) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama
p) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
12
2) Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
a) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
b) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
d) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f) Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau
anak-anak akan pendidikan.
g) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-keuntungan pribadi.
13
h) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat.
14
p) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
15
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
e) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
g) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
Bagian Empat
Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi
Pasal 7
1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan Kode Etik
Guru Indonesia.
16
2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan
pemerintah.
Pasal 8
1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan protes guru.
2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
Pasal 9
1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif
3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada
guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi
guru.
5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia
wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi
guru, atau pejabat yang berwenang.
6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Bagian Lima
Ketentuan Tambahan
Pasal 10
17
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Enam
Penutup
Pasal 11
1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah
secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah tersebut adalah:
1. Bahwa kode etik guru merupakan aturan tata susila keguruan. Aturan-aturan
tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan
dari segi usaha.
2. Aturan yang yerdapat dalam kode etik guru dirumuskan oleh PGRI dan para
guru di Indonesia.
3. Kode etik sangatlah penting bagi para guru di Indonesia karena dengan kode
etik penampilan guru akan terarah dengan baik. Dan akan terus menerus
memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruan.
4. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat profess,
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan mutu
profesi dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
5. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah
yang jelas dalam menjalankan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya,
terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal, meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan, membantu memecahkan masalah dan
mengembangkan diri dan terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah.
3.2 Saran
Sebaiknya sebagai seorang guru yang professional harus memiliki kode etik
guru. Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak melakukan
tindakan-tindakan menyimpang dari kode etik guru. Dalam melaksanakan profesi
keguruannya, sebagai seorang guru harus sesuai dengan kode etik guru yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta
Sutjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
20