Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PROFESI
PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI,
PADA KINERJA AUDITOR

Disusun oleh :

WIKO MARYONO
NPM : 1560100148

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA


PROGRAM STUDI ETIKA PROFESI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah denganPENGARUH
PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, PADA KINERJA AUDITOR, yang mana
makalah ini disususn bertujuan untuk memenuhi tugas Etika Profesi dalam menempuh
pendidikan di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan


dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan
pembaca.

Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Bengkulu, 07 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
1.3 Manfaat .......................................................................................................
1.4 Tujuan .........................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Profesionalisme ...........................................................................................

2.2 Etika Profesi ................................................................................................

2.3 Kinerja Auditor ..........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pada Kinerja Auditor ....

3.2 Metode Penelitian .......................................................................................

3.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan
manipulasi akuntansi. Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir. Saat auditor menjalankan profesinya, auditor akan diatur sesuai kode etiknya yang
dikenal dengan Kode Etik Akuntan. Kebanyakan Masyarakat sekarang mampu menilai
auditor yang telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh
profesinya melalui kode etik.
Negara yang banyak terdapat perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang sifatnya
terbuka, profesi auditor semakin dibutuhkan karena sangat besar kemungkinan manajemen
perusahaan terpisah dengan pemilikan perusahaan. Pemilik perusahaan hanya sebagai
penanam modal, untuk itu jasa dari para auditor yang bekerja di suatu perusahaan sangatlah
dibutuhkan guna menilai apakah laporan keuangan suatu perusahaan sudah di sajikan secara
wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menjaga kepercayaan menjadi kewajiban auditor dihadapan klien maupun pihak ketiga
dengan senantiasa meningkatkan keahlian profesionalnya. Seiring dengan meningkatnya
kompetisi dan perubahan global, profesi auditor pada saat ini dan masa mendatang bersiap
untuk menghadapi tantangan yang semakin berat.
Kinerja auditor merupakan kemampuan seorang auditor dalam menghasilkan temuan
dari kegiatan pemeriksaan. Untuk menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik, sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas.
Kinerja kerap digunakan untuk menunjukan prestasi individu maupun kelompok individu.
.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu Bagaimana
pengaruh profesionalisme, etika profesi, pada kinerja internal auditor.
1.3 Manfaat

Berikut adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah berjudul Pengaruh


Profesionalisme, Etika Profesi, Pada Kinerja Internal Auditor adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pembaca
`Dapat menambah wawasan tentang pentingnya tanggung jawab dalam
menjalankan suatu profesi, khususnya adalah profesi di bidang TI. Serta menambah
wacana baru yang dapat didiskusikan dan dikembangkan dengan lebih baik.
2. Bagi Penulis
Sebagai wadah untuk berbagi wawasan dengan pembaca. Sekaligus untuk
mengembangkan kemampuan dalam menulis.

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan makalah Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pada Kinerja


Internal Auditor adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang pengertian Profesionalisme, Etika Profesi, dan Kinerja Internal
Auditor
2. Dapat mengetahui Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pada Kinerja Internal
Auditor
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PROFESIONALISME

Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau ciri orang yang professional. Yang dimaksud dengan profesionalisme adlah suatu
paham yang menciptakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja, berbekalkan keahlian yang
tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut.
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria,
yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi
yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang
telah ditetapkan.
Ada beberapa menurut para ahli tentang pengertian Profesionalisme ini yaitu :
Menurut Rahma (2012) profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting
tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak.
Menurut Arifin (2011), profesionalisme adalah suatu pandangan bahwa suatu keahlian
tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh
melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.
Selanjutnya, Ada lima dimensi profesionalisme sebagai berikut:
A. Pengabdian pada profesi yang dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
B. Kewajiban sosial berupa pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat
yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan
tersebut.
C. Kemandirian sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
D. Keyakinan terhadap peraturan profesi yakni suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang
luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
E. Hubungan dengan sesama profesi yang menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam
pekerjaan untuk membangun kesadaran profesional.

2.2 ETIKA PROFESI

Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Dengan kata
lain, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika (luas)
berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.Etika (sempit) berarti
seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk
berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral
tersebut juga berfungsi sebagai kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku.

Profesi , Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga
banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan
dalam praktek.
Berikut pengertian profesi menurut pakar ahli DE GEORGE :
- Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
- Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
- Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
- Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Etika Profesi ini merupakan pedoman sikap, tingkah
laku, dan perbuatan untuk melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya,
disini ada beberapa prinsip dasar etika profesi sebagai berikut:
1. Prinsip integritas, setiap praktisi harus bersikap tegas dan jujur dalam menjalin
hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaanya.
2. Prinsip ojektivitas, setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional
competence and due care), setiap praktisi harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional sehingga klien atau
pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
berdasarkan metode pelaksanaan pekerjaan, perundang-undangan, dan perkembangan
terkini dalam praktik.
4. Prinsip kerahasiaan, setiap praktisi diharuskan menjaga kerahasiaan informasi klien
dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
5. Prinsip Perilaku Profesional, setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesinya.

2.3 KINERJA AUDITOR

Kinerja Auditor adalah suatu hasil karya yang telah dihasilkan oleh seseorang dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan ketepatan waktu. Kinerja dapat diartikan suatu hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh individu dimana dalam menyelesaikan
pekerjaanya dengan tepat waktu dan menggunakan waktu tersebut seefisien mungkin untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan. Kinerja Auditor ini kerap digunakan untuk
menunjukan prestasi individu maupun kelompok individu. Untuk menghasilkan kinerja yang
memuaskan seorang auditor harus memiliki sikap yang jujur atau independen dalam
melaporkan hasil audit terhadap laporan yang dibuat oleh Auditor itu tersebut.
Dari uraian diatas dapat di atas simpulkan bahwa Kinerja auditor merupakan
kemampuan seorang auditor dalam menghasilkan temuan dari kegiatan pemeriksaan. Untuk
menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sangatlah
diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pada Kinerja Auditor

Profesionalisme yang meliputi kemampuan penguasaan baik secara teknis, maupun


secara teoritis bidang keilmuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan tugasnya, sebagai
pemeriksa. Adanya keahlian dan kemampuan dalam melaksanakan pemeriksaan akan dapat
mengetahui kekeliruan serta penyimpangan yang merupakan salah satu bagian kompetensi
seorang auditor.
Jadi profesionalisme ini dapat menjadi syarat utama bagi seseorang yang menjadi
auditor, sebab dengan profesionalisme yang tinggi, kebebasan auditor akan semakin terjamin.

Profesionalisme ini berpengaruh terhadap kinerja auditor, karena di samping itu


Profesionalisme ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan motivasi kerja, secara
tidak langsung tingkat materialitas merupakan proksi dan kinerja auditor. Motivasi kerja
merupakan sistem nilai yang diyakini oleh anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Motivasi kerja berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang yang dalam hal ini
adalah para auditor, dan bisa dikatakan bahwa segi sumber daya manusia berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mendukung profesionalisme auditor yaitu dengan
disusun dan disahkannya Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Kode Etik Ikatan Akutan Indonesia merupakan suatu aturan yang mengikat secara
moral atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara akutan dengan peraklien, akuntan
dengan sejawatnya dan antara profesi auditor. Auditor yang menegakkan independensinya,
tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar
diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Dalam
menjalankan profesinya seorang auditor harus memerhatikan dan mematuhi aturan etika
profesi.
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong sesorang pegawai yang menimbulkan dan
menggerakan perilaku, dan juga faktor penting dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Perbedaan motivasi membuat setiap orang berperilaku dan bereaksi berbeda pada suatu jenis
pekerjaan. Disamping itu tinggi rendahnya motivasi seseorang juga berpengaruh pada kinerja.
Selanjutnya Motivasi merupakan suatu pembentukan perilaku yang ditandai bentuk-bentuk
aktivitas atau kegiatan melalui proses psikologis, baik yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik
maupun ekstrinsik yang dapat mengarahkannya dalam mencapai apa yang diinginkannya
yaitu tujuan. Motivasi akan membuat seseorang untuk bekerja semaksimal mungkin. Oleh
karena itu, motivasi kerja juga merupakan faktor penting dalam memprediksi dan menilai
kinerja auditor.

3.2 METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Descriptive dan Explanatory Research. Penelitian deskriptif


merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu peristiwa, siapa yang terlibat,
apa yang dilakukan, kapan dilakukan, kapan dilakukan, di mana, dan bagaimana
melakukannya. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang mencoba menjelaskan
fenomena yang ada.

B. Target/Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Auditor yang Bekerja di KAP wilayah DIY. Sampelnya
adalah seluruh aduitor yang bekerja pada KAP tersebut.

C. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu Data primer
yang diperoleh dari jawaban auditor dengan menggunakan kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
auditor yang bekerja di KAP wilayah DIY.

D. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif berisi mengenai bahasan secara deskriptif terkait tanggapan yang
diberikan oleh responden terhadap kuesioner.
Pengukuran validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) tahapan, yakni
validitas diskriminan dan konvergen. Uji validitas secara diskriminan maupun konvergen
dilakukan dengan menggunakan program Partial Least Square. Partial Least Square (PLS)
merupakan gabungan dari analisis regresi analisis jalur dengan analisis faktor (konfirmatori)
dan atau analisis komponen utama.
Uji validitas diskriminan dilakukan dengan melihat nilai cross loading setiap
indikator dari masing-masing variabel. Setiap indikator pengukur variabel dinilai memenuhi
validitas diskriminan apabila nilai cross loading setiap indikator dari variabel yang
bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan cross loading variabel lain.
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan composite reliability. Nilai
composite reliability dari setiap variabel minimal 0,70 maka variabel yang diuji telah
memenuhi syarat reliabilitas.
Uji goodness of fit inner model dalam penelitian dapat dilihat dari nilai R-square
untuk masing-masing variabel endogen pada persamaan struktural. Selain itu, pemeriksaan
goodness of fit inner model juga dapat dilihat dari nilai Q2 predictive relevance. Besarnya
nilai Q2 = 1 (1 R21) (1 R22)..... (1 R2p).
Dalam rangka mengidentifikasi tingkat kepentingan dari setiap indikator dalam
mengestimasi variabel laten, dapat dilakukan dengan melihat nilai outer loading setiap
indikator dalam mengestimasi masing-masing variabel. Sedangkan nilai yang menunjukkan
kondisi aktual setiap indikator menurut persepsi responden dilihat dari nilai mean dari setiap
indikator.
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis jalur
dengan partial least square untuk menentukan dalam menolak atau menerima hipotesis yang
diajukan. Analisis jalur dilakukan dengan metode resampling Bootstrap yang dikembangkan
oleh Geisser dan Stone. Pengujian dilakukan dengan t-test, hipotesis yang diajukan diterima
apabila memiliki nilai t-statistik 1,96.

3.3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis jalur
dengan partial least square untuk menentukan dalam menolak atau menerima hipotesis yang
diajukan.
Profesional auditor memiliki pengaruh yang signifikan pada pertimbangan tingkat
materialitas. Hasil analisis menggunakan PLS diperoleh koefisien jalur sebesar -0,419 dengan
nilai t-statistik 1,96 yakni sebesar 4,112. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh antara
profesional auditor dan pertimbangan tingkat materialitas dan pengaruhnya bersifat negatif.
Hasil negatif secara statistik, bukan berarti menggugurkan konsep yang sudah mapan yakni
profesionalisme berpengaruh positif pada pertimbangan tingkat materialitas, namun terdapat
kondisi khusus dalam konteks penelitian serta sangat dipengaruhi oleh instrumen yang
digunakan dalam menggali mengenai pertimbangan tingkat materialitas. Dalam konteks
auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Yogyakarta, semakin tinggi tingkat
profesionalisme seorang auditor, maka akan semakin tidak mudah dalam memberikan
keputusan-keputusan dalam rangka memenuhi harapan/keinginan klien.
Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat profesionalisme yang dimiliki seorang auditor,
maka pertimbangan dalam memutuskan pemenuhan keinginan-keinginan klien akan semakin
ketat. Seorang auditor yang profesional tidak akan terlalu mudah dan murah dalam
mengambil keputusan dalam rangka memenuhi keinginan klien. Kondisi inilah yang
menjadikan hubungan antara profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas
berbanding terbalik atau hubungan yang negatif.
Etika profesi tidak berhubungan dengan pertimbangan tingkat materialitas. Hasil
analisis menggunakan PLS menunjukkan nilai t-statistik <1,96 yakni sebesar 1,691
sedangkan nilai koefisien jalurnya sebesar 0,231. Dengan demikian etika profesi tidak
mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas, karena etika profesi lebih cenderung ke
arah perilaku seorang auditor dalam menjalankan tugasnya, bukan terhadap pertimbangan
tingkat materialitas.
Pengalaman tidak berpengaruh signifikan pertimbangan tingkat materialitas. Hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai t-statistik <1,96 yakni 1, 727 dengan koefisien jalur
menunjukkan angka -0,119. Pengalaman auditor dalam memberikan suatu pertimbangan
tentang materialitas tidak berpengaruh karena responden dalam penelitian ini sebagian besar
adalah junior dan senior, yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 70% dari responden
yang menduduki jabatan sebagai junior dan sisanya sebesar 30% menduduki jabatan sebagai
senior, sedangkan yang memberikan suatu pertimbangan adalah auditor yang memiliki
jabatan sebagai supervisor, manajer dan partner. Alasan lain pengalaman auditor tidak
berpengaruh pada pertimbangan tingkat materialitas karena dalam konteks auditor di DIY
jumlah kasus yang ditangani tidak mencerminkan pengalaman auditor, hal ini dimungkinkan
bahwa jumlah penugasan yang di pegang oleh auditor hanya secara kuantitas saja dan bukan
secara kualitas, karena peneliti tidak meneliti tentang kualitas dari penugasan tersebut,
sehingga tidak dapat merepresentasikan tentang pengalaman auditor. Hal ini merupakan salah
satu kelemahan dari penelitian ini.
Kredibilitas klien memoderasi hubungan antara profesionalisme auditor pada
pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-statistik 1,96 yakni
sebesar 4,209. Setelah profesionalisme auditor diinteraksikan dengan kredibilitas klien,
pengaruhnya berubah menjadi bernilai positif (0,415). Artinya, tingkat profesionalisme
seorang auditor dapat berubah setelah memiliki kepercayaan pada klien sehingga akan
berdampak pada keputusan auditor dalam memberikan pertimbangan tingkat materialitas.
Dengan demikian, kredibilitas klien memperkuat hubungan antara profesionalisme auditor
terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hubungan yang positif berarti bahwa seorang
auditor profesional yang sudah memiliki kepercayaan kepada klien, maka akan dapat lebih
longgar atau mudah dalam memberikan pertimbangan tingkat materialitas atau lebih
akomodatif terhadap keinginan klien.
Kredibilitas klien juga memoderasi hubungan antara etika profesi dengan
pertimbangan tingkat materialitas. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai t-statistik 1,96 yakni
2,456 dan koefisien jalur menunjukkan angka -0,314. Setelah etika profesi diinteraksikan
dengan kredibilitas klien, menjadikan pengaruh etika profesi pada pertimbangan tingkat
materialitas menjadi signifikan. Hubungan diantaranya negatif artinya kredibilitas klien
memoderasi secara negatif atau memperlemah hubungan antara etika profesi pada
pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini berarti bahwa ketika seorang auditor yang
memegang etika profesi yang kuat serta memiliki kepercayaan kepada klien, maka akan dapat
memberikan pertimbangan tingkat materialitas meskipun dalam tingkatan pertimbangan yang
sangat ketat. Artinya keputusan yang diberikan auditor tidaklah sangat mudah begitu saja
menuruti keinginan klien.
Kredibilitas klien bukanlah variabel moderating yang dapat mempengaruhi
pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
t-statistik <1,96 yakni 1,580 dengan koefisien jalur sebesar 0,121. Hal tersebut dimungkinkan
karena lamanya bekerja dan banyaknya penugasan auditor belum bisa merepresentasikan
tentang pengalaman auditor meskipun auditor memiliki kepercayaan terhadap klien. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Susetyo (2009) dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas klien tidak memoderasi pengaruh pengalaman
auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
a) Semakin tinggi tingkat profesionalisme yang dimiliki seorang auditor, maka
pertimbangan dalam memutuskan pemenuhan keinginan klien akan semakin ketat
atau akan semakin tidak mudah dalam rangka memenuhi keinginan klien.
b) Etika profesi tidak mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas, hal ini
dikarenakan etika profesi lebih cenderung ke arah perilaku seorang auditor dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang individu, bukan terhadap pertimbangan
auditor.
c) Pengalaman auditor tidak berpengaruh dalam memberikan suatu pertimbangan
tentang materialitas.
d) Kredibilitas klien memperkuat hubungan antara profesionalisme auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
e) Auditor yang memegang etika profesi yang kuat serta memiliki kepercayaan kepada
klien, maka akan dapat memberikan pertimbangan tingkat materialitas meskipun
dalam tingkatan yang sangat ketat.
f) Kredibilitas klien tidak memoderasi pengaruh pengalaman auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas
4.2 Saran
Saran yang bisa diberikan antara lain, bagi kinerja auditor sebaiknya memperhatikan
profesionalisme, etika profesi, independensi dari auditor yang akan mempengaruhi cara kerja
auditor dalam melakukan proses audit. Bagi auditor sendiri, hendaknya selalu meningkatkan
motivasi kerja dibidangnya karena akan mempengaruhi proses kinerjanya. Selain itu, bagi
peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas wilayah penelitian hingga keluar
kabupaten dan propinsi atau mungkin bisa dikembangkan pada perusahaan lainnya sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Meylinda triyanthi, ketut budiartha, 2015. Pengaruh profesionalisme, etika profesi,


independensi, dan motivasi kerja pada kinerja internal auditor. E-jurnal akuntansi
universitas udayana (1):h:798-800
Putu septiani futri, gede juliarsa, 2014. Pengaruh independensi, profesionalisme, tingkat
pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor pada kualitas audit
kantor akuntan publik di bali. E-jurnal akuntansi universitas udayana 7.2 (1):h:445-448
Galeh utami, mahendra adhi nugroho, 2014. Pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi
dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dengan kredibilitas
klien sebagai pemoderasi. Jurnal nominal volume III nomor 1(1):h:78-82
Ni Luh Gede Sukmawati, nyoman trisna herawati, ni kadek sinarwati, 2014. Pengaruh etika
profesi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual
terhadap opini auditor. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Akuntansi Program S1
Kadek yulia widiarini, dharma suputra, 2017. Pengaruh skeptisisme profesional auditor, etika
profesi, komitmen profesional auditor, dan keahlian audit terhadap pemberian opini. E-
jurnal akuntansi universitas udayana vol.18.1.(1):h:89-98
Kompiang martina dinata putri, i.d.g dharma suputra, 2013. Pengaruh independensi ,
profesionalisme, dan etika profesi terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik
di bali. E-jurnal akuntansi universitas udayana 4.1(1):h:40-44
A.m. Kurniawanda, 2013. Pengaruh profesionalisme auditor dan etika profesi terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. E-jurnal binar akuntansi vol.2 no.1 (1):h:28-29
Ade wisteri sawitri nandari, made yenni latrini, 2015. Pengaruh sikap skeptis, independensi,
penerapan kode etik, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. E-jurnal akuntansi
universitas udayana 10.1(1):h:169-171
Desak Made Muliani, Edy Sujana, Gusti Ayu Purnamawati, 2015. Pengaruh Pengalaman,
Otonomi, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor. e-journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1(1):h:2-4
Lusia sedati, abdul halim , retno wulandari, 2014. Pengaruh profesionalisme, etika profesi,
dan gender terhadap tingkat materialitas. Journal riset mahasiswa akuntansi
(jrma)(1):h:2-3

Anda mungkin juga menyukai