Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1. Kewajiban Karyawan Terhadap Perusahaan .............................................. 4
2.1.1. 3 Kewajiban Karyawan yang Penting .................................................. 4
2.1.2. Melaporkan Kesalahan Perusahaan ...................................................... 5
2.2. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan .............................................. 9
2.2.1. Perusahaan Tidak Boleh Mempraktekkan Diskriminasi ...................... 9
2.2.2. Perusahaan Harus Menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja ...... 11
2.2.3 Kewajiban Memberi Gaji yang Adil ................................................ 13
2.2.4 Perusahaan Tidak Boleh Memberhentikan Karyawan dengan Semena-
mena .............................................................................................................. 14
2.3 Analisis Beberapa Jurnal Internasioal .................................................... 16
BAB III................................................................................................................ 19
PENUTUP ........................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya maupun Astiwi Indriani, SE, MM. sebagai dosen pengampu.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.

Semarang, 17 September 2018

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika pada dasarnya adalah standar yang menyangkut apakah benar atau salah. Baik
atau buruknya di dasari oleh hati nurani, kaidah emas, dan penilaian umum. Dalam kerangka
konsep etika bisnis terdapat pengertian yang saalah satunya tentang etika perusahaan. Hal
tersebut menyangkut hubungan-hubungan antara perusahaan dan karyawan.
Dalam hubungan antara perusahaan dan karyawan terdapat kewajiban dua pihak, yaitu
karyawan terhadap perusahaan dan perusahaan terhadap karyawan. Kewajiban tersebut harus
dipenuhi oleh kedua belah pihak. Makalah ini akan membahas kejawiban–kewajiban
karyawan dan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini diangkat beberapa topik permasalah yang nantinya akan di bahas.
Permasalahan tersebut antara lain :
1. Apa kewajiban karyawan terhadap perusahaan?
2. Apa kewajiban perusahaan terhadap karyawan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan bagi penulis membuat makalah ini diantaranya untuk :
1. Memahami kewajiban karyawan terhadap perusahaan.
2. Memahami kewajiban perusahaan terhadap karyawan.
3. Mampu membedakan antara kewajiban perusahaan dan karyawan.
4. Mengetahui etika mengenai karyawan dan perusahaan.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam menyusun makalah, penulis menggunakan Metode pengumpulan data melalui
dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga/institusi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kewajiban Karyawan Terhadap Perusahaan
2.1.1. 3 Kewajiban Karyawan yang Penting
Berikut adalah 3 kewajiban yang menimbulkan masalah khusus,yaitu sebagai berikut :
1. Kewajiban Ketaatan
Karyawan diharuskan taat kepada atasannya diperusahaan, hal itu dikarenakan
ia bekerja di situ. Namun, ada beberapa hal yang tidak semua harus dipatuhi.
Diantaranya adalah :

- Karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang tidak
bermoral,contohnya yaitu pimpinan menyuruh karyawan melakukan penipuan.
- Karyawan tidak wajib mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar walaupun, tidak
ada masalah dari segi etika, hal yang dimaksud yaitu perintah yang tidak ada
hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Salah satu contohnya yaitu memperbaiki
mobil pribadi milik atasan.
- Karyawan tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan perusahaan
tapi tidak sesuai dengan penugasan yang sudah disepakati sebelumnya. Dalam
kontrak kerja sudah tertuang mengenai kesepakatan tentang hal yang dikerjakan oleh
karyawan,hal yang menjadi tanggung jawab oleh karyawan, dan lain sebagainya. Jika
seorang atasan menyuruh karyawan yang sebenarnya bertugas sebagai manajer
keuangan untuk melakukan tugas sebagai sekertaris (misalnya; membuat janji,
mengurus perjalanan si bos, dan lain sebagainya), maka karyawan tersebut berhak
untuk tidak melakukannya.

Untuk menghindari terjadinya kesulitan seputar kewajiban ketaatan adalah membuat


job description yang jelas dan cukup lengkap pada saat karyawan mulai bekerja di
perusahaan. Job description harus dibuat dengan cukup luas sehingga kepentingan
perusahaan selalu diberi prioritas.

2. Keawjiban Konfidensialitas

Adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial dan


karena itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.

Alasan etika yang mendasari kewajiban ini adalah perusahaan menjadi pemilik
informasi rahasia. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan wajib menjaga

4
informasi yang dimiliki mengenai perusahaan. Setelah pindah ke perusahaan lain
karyawan tersebut tidak diperbolehkan membuka data di perusahaan lama, mencuri
ide pikiran, ataupun hal lainnya. Alasan lain yang sebenernya berhubungan erat
dengan alasan pertama tadi adalah membuka rahasia perusahaan bertentangan dengan
etika pasar bebas. Karena dengan membuka rahasia perusahaan akan sangat
mengganggu kompetisi yang fair.

3. Kewajiban Loyalitas

Dengan memulai bekerja disuatu perusahaan, karyawan harus mendukung


tujuan tujuan perusahaan dan ikut merealisasikan tujuan tujuan tersebut. Faktor utama
yang membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan yang artinya
konflik antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan. Contoh konflik
antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan adalah sebagai seorang
orangtua kita harus memperhatikan anak kita. Pada suatu waktu, anak kita sedang
berulangtahun. Namun dihari yang sama kita ditugaskan untuk meeting di luar kota.
Menurut analisis kelompok kita, sebagai karyawan untuk memenuhi kewajibannya
sebagai karyawan maka karyawan tersebut harus tetap menghadiri meeting diluar kota
daripada menghadiri pesta ulangtahun anaknya.

2.1.2. Melaporkan Kesalahan Perusahaan


Melaporkan kesalahan perusahaan sering dikenal dengan istilah whistle
blowing(meniup peluit). Sering diartikan membuat keributan untuk menarik perhatian
orang banyak. Dalam etika bisnis, whistle blowing adalah melaporkan kesalahan yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan kepada dunia luar, seperti instansi pemerintah atau
pers.
Whistle blowing terbagi menjadi 2 yaitu internal dan eksternal :
- Whistle blowing internal adalah orang didalam perusahaan yang membeberkan
kesalahan perusahaan ke atasan langsung, tidak melaporkannya keluar perusahaan.
Misalnya, seorang karyawan bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kepada
direksi, sambil melewati kepala bagian dan manajer umum.
- Whistle blowing external adalah orang didalam perusahaan yang membeberkan
kesalahan perusahaannya kepada instansi diluar perusahaan, entah kepada pemerintah
atau kepada masyarakat melalui media komunikasi. Contohnya, karyawan
melaporkan bahwa perusahaannya tidak memenuhi konstribusinya kepada jamsostek
atau menggelapkan pajak.

5
Syarat syarat supaya pelaporan whistle blowing bisa dibenarkan secara moral yang
ditemukan oleh beberapa ahli :
a. Masalah perusahaan harus besar
Jika kesalahan kecil saja, misalnya hanya membayar pajak sedikit kurang dari
kewajiban, hak itu tidak pantas dilaporkan. Menurut Norman Bowie dan Ronald
Duska menyebut tiga kemungkinan.
- jika menyebabkan kerugian yang tidak perlu untuk pihak ketiga (selain
perusahaan dan si pelapor)
- Kesalahan bisa dianggap besar juga, bila terjadi pelanggaran hak – hak asasi
manusia.
- Bila dilakukan kegiatan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan.
b. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar
Semua fakta tentang kesalahan harus jelas dan dimengerti dengan betul oleh si
pelapor
c. Pelaporan harus dilakukan semata mata untuk mencegah terjadinya kerugian bagi
pihak ketiga, bukan karena motif lain
Whistle blowing dengan motif kurang murni sering terjadi. Misalnya, karyawan yang
sudah memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan karena kecewa mengenai
pimpinan, pada saat ia pergi, dia balas dendam ke perusahaan dengan membuka aib
perusahaan seperti tidak membayar pajak. Motifnya jelas tidak baik, yaitu
mendiskreditkan perusahaan.
d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan
perusahaan dibawa keluar
Jika karyawan merasa bertanggung jawab, ia harus berusaha dulu untuk
menyelesaikan masalah di dalam perusahaan sendiri melalui jalur yang tepat.
e. Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat sukses
Pelapor harus memastikan bahwa pelaporannya harus sukses. Jika pelapor kesalahan
tahu bahwa tidak akan merubah apa apa, lebih baik tidak usah melapor.

Whistle blowing adalah masalah etis dan tidak enak untuk semua pihak yang
tersangkut baik perusahaan maupun si pelapor. Semua kesulitan ini bisa dihindari
dengan mudah jika perusahan memiliki kesungguhan dalam menegakkan etika bisnis.
Contoh Kasus :
Kasus Penggelapan Pajak Oleh PT. Asian Agri Group
6
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di
Grup Raja G
aruda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada
tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan
mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun).
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi
Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis
Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu
menjabat sebagai group financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-
beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan
ke Polda Metro Jaya. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah
dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan
komunikasi antara Vincent dan wartawan Tempo.
Pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk
membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah
dokumen keuangan dan data digital.Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen
yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of Export Sales)”,
disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer pricing PT
AAG secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak
sawit mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri
dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil
dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain
itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA
sebagian adalah perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan
menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang
permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan. Direktur Jendral
Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas
pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut
melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeledahan terhadap kantor PT
AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan
terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan
7
pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu juga “bahwa dalam tahun pajak 2002-2005,
terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa
menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian
transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat
modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan
usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan
berasal dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan
pajak itu diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah
ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN,
EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur
dan penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak Depertemen Hukum dan
HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari
pemberitaan investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan pengungkapan
dari Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut
tergolong perkara kakap, mustinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai
whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming. Alih-alih memberikan
perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba mempidanakan tindakan para
whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang –
karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT AAG.
Analisis :
Menanggapi kasus yang dihadapi oleh PT. Asian Agri Group (AAG)
sebelumnya kami cukup mengapresiasi atas pemberitaan investigatif dari Tempo dan
pengungkapan dari Vincent perihal apa yang telah terjadi. Meskipun Vincent ikut
berperan dalam pencucian uang ini, ia berhasil membeberkan ke KPK tentang kasus
yang terjadi di PT. AAG. Karena jika masalah ini tetap berlangsung dan tidak ada
yang berani mengungkapan maka pajak yang akan dimanipulasi akan terjadi secara
terus-menerus dan kerugian negara akan semakin besar. Dengan begitu diharapkan
KPK atau aparat negara dapat menyelesaikan kasus ini sampai tuntas agar tidak ada
lagi penggelapan pajak dan uang negara dapat diselamatkan.

8
2.2. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan
Yang dibahas disini tidak semua kewajiban terhadap karyawan melainkan ditekankan
pada beberapa kewajiban penting.
2.2.1. Perusahaan Tidak Boleh Mempraktekkan Diskriminasi
Diskriminasi adalah berlaku tidak adil terhadap individu tertentu dan biasanya hal
ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda bedakan satu dengan
yang lainnya. Diskriminasi dapat berupa karena perbedaan agama, suku, ras,
golongan, gender, dan lain sebagainya.
Sekitar pada tahun 1950-an di Amerika masih banyak diskriminasi terhadap
orang berkulit hitam. Pada saat itu merupakan hal biasa jika tidak berlaku adil pada
orang kulit hitam,hal itu dikarenakan mereka dianggap sebagai budak. Sehingga pada
akhirnya orang kulit hitam membentuk gerakan untuk memperoleh hak-hak yang
sama seperti warga-negara Amerika lainnya.
Berikut adalah pembahasan mengenai diskriminasi dalam dunia bisnis :
A. Diskriminasi Dalam Konteks Perusahaan
Diskriminasi dalam konteks perusahaan maksudnya membedakan antara
pelbagai karyawan karena alasan tidak relevan yang berakar dalam prasangka.Hal
itu bisa terjadi dalam menyeleksi karayawan baru,dalam menyediakan kesempatan
promosi,dalam penggajian dan sebagainya.
B.Argumentasi Etika Melawan Diskriminasi
Beberapa Argumentasi yang menjadi dasar etika untuk menolak
diskriminasi,diantaranya:
-Argumentasi menurut teori utilitarianisme
Pihak utilitarianisme berpendapat bahwa perilaku diskriminasi merugikan
perusahaan itu sendiri.Terutama dalam rangka pasar bebas,menjadi sangat
mendesak bahwa perusahaan memiliki karyawan berkualitas yang menjamin
produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik.
-Argumentasi menurut teori Deontologi
Mereka meggaris bawahi bahwa diskriminasi melecehkan martabat dari orang
yang didiskriminasi.Mendiskriminasi karyawan karena warna kulit atau jenis
kelamin berarti menyamakan dia dengan satu ciri saja dan ciri itu(warna kulit
atau gender)justru tidak relevan dalam hubungan pekerjaan
-Argumentasi menurut teori Keadilan

9
Praktek diskriminasi bertentangan dengan keadilan, khususnya keadilan
distributif atau keadilan membagi. Keadilan distributif menuntut bahwa kita
memperlakukan semua orang dengan cara yang sama,selama tidak ada alasan
khusus untuk memperlakukan mereka dengan cara berbeda.
C.Beberapa masalah terkait
Penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena kondisi historis,social
atau budaya dalam masyarakat.Seperti pada zaman dahulu wanita tidak bisa
menjadi pemimpin perusahaan.Pada saat ini di beberapa tempat hal tersebut
merupakan contoh diskriminasi.Namun di tempat lain pula hal tersebut adalah hal
yang biasa.Dikarenakan faktor sejarah dan sosio-budaya.
Yang dinilai sebagai diskriminasi di satu tempat belum tentu akan dianggap
demikian ditempat lain.Contohnya seperti di Negara Arab yang pemimpin harus
bergender laki-laki.Namun di Indonesia diperbolehkan pemimpin seorang wanita.

Contoh Kasus :
Diskriminasi terhadap yahudi
Sejak israel didirikan banyak negara yang memboikot negara baru tersebut.
Disamping itu dalam mengadakan bisnis dengan perusahaan barat, negara arab
menuntut agar perusahaan asing yang beroprasi diwilayah mereka tidak
mempekerjakan karyawan keturunan yahudi disana. Untuk setiap karyawan asing
yang ditugaskan disana perusahaan wajib menyatakan hitam diatas putih bahwa
tidak termasuk grup etnis yahudi. Bagi perusahaan Amerika dan Eropa, ketentuan
ini menciptakan dilema moral yang tidak enak, mempraktekan diskriminasi atau
menghentikan bisnis dengan negara Arab.

Analisis:

Hal ini tentunya dapat merugikan perusahaan sendiri. Hal itu dikarenakan bisa saja
karyawan yang merupakan keturunan yahudi adalah karyawan yang berkompeten.
Seperti yang kita tahu karyawan yang berkompeten dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan. Selain hal tersebut merupakan diskriminasi yang
sebenarnya tidak boleh dilakukan kepada karyawan karena melanggar Hak Asasi
Manusia.

10
2.2.2. Perusahaan Harus Menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ada 3 point yang akan di bahas. Yaitu sebagai berikut ini :
A. Beberapa Aspek Keselamatan Kerja
Secara etika kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak karyawan
yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan. Keselamatan kerja bisa
terwujud bilamana tempat kerja itu aman, tempat kerja yang aman adalah
sangat minimnya tingkat resiko kecelakaan kerja.
B. Pertimbangan Etika
Apa yang mendasari etika bagi kewajiban perusahaan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja yaitu berikut ini :
- Ada yang mencari dasar itu dalam hak si pekerja. Karena setiap
manusia memliki hak untuk hidup. Tempat kerja yang tidak aman akan
dapat mengancam jiwa pekerja.
- Menurut Kant bahwa manusia selalu harus diperlakukan sebagai tujuan
pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka. Jika keselamatan
dan kesehetan karyawan dengan tinggi resiko bahaya, berarti
perusahaan memperbudak para pekerja.
- Menunjukkan dasar itu dengan argumentasi utilitarianisme yang
maksudnya lingkungan kerja yang aman dan sehat akan membawa
dampak baik bagi masyarakat, khususnya bagi ekonomi negara.

Argumen di atas saling memperkuat satu sama lain. Namun tidak bisa juga
seorang atasan disalahkan jika ada kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja terjadi
bisa karena kondisi yang tak terduga seperti bencana alam, selain itu juga
dapat terjadi karena kelalaian karyawan itu sendiri yang tidak menaati
prosedur yang berlaku. Selain itu jelas bahwa resiko tidak dapat dihilangkan,
jika resiko dihilangkan maka proses produksi diberhentikan total. Tidak
berlaku bahwa pekerjaan yang aman atau sehat jika tidak ada resiko sama
sekali. Pekerjaan dianggap aman atau sehat kalau resiko yang menyertainya
masih dibawah ambang toleransi, setelah dipertimbangkan terhadap semua
faktor lain.

Ada argumen lain yang mengatakan bahwa pekerja dengan sukarela menerima
resiko tanpa paksaan. Pada umumnya, pekerjaan dengan resiko tinggi akan
mendapat penghasilan yang tinggi juga. Argumen ini adalah yang

11
membenarkan moralitas pekerjaan beresiko tinggi. Namun ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi supaya dianggap benar secara moral. Yaitu sebagai
berikut :

1. Harus tersedia pekerjaan alternatif, supaya si pekerja dapat membuat


memiliki pilihan lain untuk tidak mengambil pekerjaan yang beresiko
tinggi.
2. Pekerja harus diberi informasi jelas tentang resiko pekerjaan yang akan
dijalani. Informasi tersebut harus diberikan sebelum pekerjaan di mulai
supaya pekerja memiliki kebebasan penuh.
3. Perusahaan harus wajib untuk berupaya meminimalisir resiko bagi
pekerja.

Pada intinya perusahaan tidak boleh mengorbankan keselematan dan


kesehatan pekerja hanya untuk kepentingan ekonomis. Selain itu, pekerja
harus menerima resiko dengan bebas supaya dapat dibenarkan secara
moral.
C. Dua Masalah Khusus
- Berhak atau tidaknya pekerja menolak tugas yang berbahaya
Mengacu pada kewajiban karyawan, memang sudah seharusnya
karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan job desk-nya.
Namun bukan berarti perusahaan atau pimpinan dapat menyuruh
dengan semena-mena dengan tingat resiko pekerjaan yang tinggi.
Contohnya yaitu pekerjaan supir yang memang diharuskan melakukan
perjalanan ke luar kota. Hal itu memang merupakan kewajiban seorang
pekerja tersebut, namun perusahaan tidak boleh menyuruh seorang
supir tersebut untuk tidak istirahat, memberikan waktu yang sangat
singkat, dan lain sebagainya. Jika perusahaan melakukan hal tersebut,
maka pekerja boleh menolak pekerjaan tersebut karena dianggap tidak
wajar.
- Resiko kesehatan bagi keturunan si pekerja
Mungkin pekerja tidak mengalami kerugian kondisi kesehatan
pekerjaan karena pekerjaannya. Namun ketika pekerja memiliki

12
keturunan, anaknya lah yang terkena dampak dari pekerjaan
orangtuanya.
2.2.3 Kewajiban Memberi Gaji yang Adil
Banyak motif mengapa manusia bekerja, yang jelas pada akhirnya manusia
bekerja untuk memperoleh upah. Hal yang kita bahas di sini terlepas dari pekerja
sukarelawan yang tidak mendapat gaji. Pemberian gaji bisa dikatakan adil jika :

A. Menurut Keadilan Distributif


Gaji yang diberikan berdasarkan ideologi. Ada dua ideologi yang akan kita
bahas, yaitu liberalisme dan sosialisme.
Pemberian gaji berdasarkan liberalisme yaitu pemberian gaji dianggap adil
bila merupakan imbalan untuk prestasi, sedangkan sosialisme dianggap
adil bila sesuai dengan kebutuhan si pekerja beserta keluarga.
Pada jaman modern ini pemberian gaji berdasarkan prestasi maupun
berdasarkan kebutuhan. Untuk kebutuhan sendiri biasa diatur oleh
pemerintah.
B. 6 Faktor Khusus
Usulan dari Thomas Garrett dan Richard Klonoski supaya gaji atau upah
itu adil terdapat enam kriteria berikut ini yang pantas untuk
dipertimbangkan yaitu :
1. Peraturan Hukum
Menggaji pekerja sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai Upah
Minimum Regional.
2. Upah yang Lazim dalam Sektor Industri Tertentu atau Daerah Tertentu
Menggaji pekerja sesuai dengan sektor industry yang bersangkutan.
Hal ini mungkin cukup sulit bagi Negara yang sedang
mengembangkan industrinya,dengan begitu dapat menentukan gaji
berdasarkan keadaan di daerah tempat bekerja.
3. Kemampuan Perusahaan
Perusahaan yang mampu menghasilkan laba sangat besar harus
memberikan gaji lebih besar kepada karyawannya dibandingkan
dengan perusahaan yang menghasilkan laba kecil.

13
4. Sifat Khusus Pekerjaan Tertentu
Besarnya gaji ditentukan oleh keahlian khusus dan juga pendidikan
khusus. Selain itu dapat ditentukan dengan tingkat resiko pekerjaan.
5. Perbandingan dengan Upah atau Gaji Lain dalam Perusahaan
Pemberian upah kepada pekerja harus fair. Pekerjaan sama harus
diberikan upah yang sama, tidak berlaku diskriminasi.
6. Perundingan Gaji/Upah yang Fair
Gaji yang diberikan kepada pekerja melalui perundingan antara
perusahaan dan karyawan.
C. Senioritas dan imbalan rahasia
1. Yang dimaksud senioritas yaitu orang yang bekerja lebih lama dalam
suatu perusahaan mendapat gaji lebih tinggi. Contoh nya dalam profesi
sebagai guru atau dosen hal ini bisa dikatakan adil dan tidak adil,
karena gaji lebih tinggi untuk senior adalah semacam penghargaan.
Dikatakan tidak adil karena pada jaman sekarang lebih memperhatikan
prestasi dan hak.
2. Imbalan rahasia hanya diketahui oleh perusahaan dan penerima. Hal ini
bersifat negatif karena kenaikan gaji atau bonus dimasukkan sebagai
stimulan bagi semua karyawan, jika bersifat rahasia maka hal ini sulit
untuk diwujudkan. Jadi, imbalan harus bersifat terbuka supaya bersifat
fair. Disamping itu imbalan rahasia mudah menjurus ke praktek –
praktek tidak etis.
2.2.4 Perusahaan Tidak Boleh Memberhentikan Karyawan dengan Semena-
mena
Pemberhentian karyawan seringkali tidak bisa dihindarkan, hal itu terjadi atas
3 alasan yaitu alasan internal perusahaan, alasan eksternal perusahaan dan kesalahan
karyawan. Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk sedapat mungkin
memperhatikan akibat bagi karyawan. Yang jelas harus berlangsung secara fair,
menurut Garrett dan Klonovski perusahaan dalam memberhentikan karyawan harus
memperhatikan 3 hal berikut ini :

1. Majikan Hanya Boleh Memberhentikan Karena Alasan yang Tepat


Seorang atasan berhak memberhentikan karyawannya, namun hal tersebut
harus dilihat karena beberapa pertimbangan. Di sisi lain, seorang atasan
juga harus berlaku tegas terhadap karyawan, tidak tegasnya seorang atasan

14
berakibat fatal pada perusahaan. Misalnya seorang karyawan yang
melakukan pencurian pada perusahaan namun atasan tidak tega untuk
memberhentikannya. Kejadian tersebut dapat merusak moral dalam
lingkungan kerja. Namun perlu digaris bwahi bahwa atasan tidak
diperbolehkan bertindak secara ekstrem yaitu memberhentikan karyawan
karena kesalahan kecil dan tanpa peringatan sama sekali. Sebelum
memberhentikan, perlu diberikan peringatan terlebih dahulu sesuai dengan
peraturan perusahaan.
Selain itu, karena factor ekonomis sehingga perusahaan harus mengambil
tindakan untuk memberhentikan beberapa karyawannya maka juga perlu
memperhatikan beberapa hal. Yang pertama adalah mempertahankan
karyawan senior karena bagaimana pun juga karyawn senior tersebut telah
berjasa besar kepada perusahaan. Factor lain juga karena karyawan senior
akan sulit mendapatkan pekerjaan baru karena faktor usia.
2. Majikan Harus Berpegang pada Prosedur yang Semestinya
Perusahaan diharuskan memiliki prosedur yang jelas mengenai
pemberhentian karyawan, terutama untuk hal mendesak yaitu karyawan
diberhentikan karena kesalahannya. Prosedur tersebut haruslah bersifat
terbuka dan diketahui oleh semua karyawan dengan jelas. Jelas saja
pemberhentian karyawan bersifat sangat sensitif, hal ini dapat
menyebabkan konflik dengan serikat pekerja. Jika pemberhentian
karyawan berlangsung secara terbuka atau transparan, hal ini
menguntungkan perusahaan juga dikarenakan karyawan lain akan berfikir
dua kali untuk melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan dia
diberhentikan. Selain itu, semua karyawan dapat menerima itu sebagai fair
dan tidak akan muncul efek negatif untuk produktivitas di perusahaan.
Adanya aturan –aturan yang jelas dapat menghindarkan pimpinan
perusahaan akan dicap sebagai orang yang kejam dan tidak adil, sebab
pemberhentian karyawan sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Prosedur pemberhentian bisa dianggap fair adalah sesuai prinsip-prinsip
berikut ini :
- Tuduhan terhadap karyawan harus dirumuskan dengan jelas dan
didukung oleh pembuktian yang meyakinkan

15
- Karyawan harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan orang
yang menuduhnya, untuk membantah tuduhan dan memperlihatkan
bahwa pembuktiannya tidak tahan uji, kalau ia memang tidak bersalah.
- Harus tersedia kemungkinan untuk naik banding dalam salah satu
bentuk, sehingga keputusan terakhir diambil oleh orang atau instansi
yang tidak secara langsung berhubungan dengan karyawan yang
bersangkutan.
3. Majikan Harus Membatasi Akibat Negatif Bagi Karyawan sampai
Minimal Mungkin
Karyawan yang diberhentikan karena berbagai macam hal, perusahaan
tidak boleh menelantarkan begitu saja. Perusahaan wajib memberikan
pesangon kepada karyawan tersebut sesuai dengan undang undang dan
peraturan yang berlaku.
Jika pemberhentian karyawan karena keadaan ekonomi perusahaan maka
perusahaan harus mengambil langkah supaya dampak negatif bagi
karyawan dapat dikurangi. Untuk karyawan senior, biasanya perusahaan
memberikan pensiun dini, atau dapat melakukan pemindahan divisi,
maupun pemindahan di kota lain yang kondisi ekonomi perusaahaannya
terbilang sehat. Sedangkan untuk karyawan yang masih muda, sering kali
jalan keluar adalah menawarkan pelatihan khusus, sehingga mereka bisa
dipersiapkan untuk tugas lain.
Satu cara yang banyak membantu untuk meringankan efek-efek buruk dari
PHK adalah memberitahukan prospek itu kepada karyawan beberapa
waktu sebelumnya.

2.3 Analisis Beberapa Jurnal Internasioal


1. Kerahasiaan dan Whistleblower yang ditulis oleh Richard Moberly

Di Amerika, pemerintah sangat mendukung tindakan whistle blowing, bahkan


seorang whistle blower mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Beberapa agen
federal seperti SEC, OSHA, dan Department of State OIG memprioritaskan
kerahasiaan whistle blower. Selain itu seorang whistle blower mendapatkan reward
dari pemerintah. Whistle Blowing dapat membantu pemerintah dalam mengungkap
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan. Aksi pemerintah tersebut
bertentangan dengan perusahaan yang pada dasarnya ingin menjaga kerahasiaan
perusahaan.

16
Kelompok kami setuju dengan jurnal tersebut karena peran whistle blower
sangatlah penting untuk mengurangi perusahaan melakukan kecurangan yang
tentunya dapat merugikan pemerintah maupun masyarakat. Namun menjadi seorang
whistle blower harus memenuhi syarat seperti tertulis di pembahasan yaitu berisi :

1. Kesalahan perusahaan harus besar.


2. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar.
3. Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah kerugian
bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.
4. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dahulu,
sebelum kesalahan perusahaan dibawa keluar.
5. Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan
mencatat sukses.
2. Membenarkan Diskriminasi Gender dalam Tempat Kerja : Pengaruh Mediasti
Mitos Keibuan yang ditulis oleh Catherine Verniers dan Jorge Vala

Berisi tentang riset mengenai perbandingan beberapa Negara yang


beranggapan benar mengenai diskriminasi gender dalam pekerjaan dan
beberapa Negara yang beranggapan sebaliknya. Dalam pembahasan dikatakan
beberapa Negara eropa yang anti-diskriminasi beranggapan bahwa dalam
dunia kerja, diskriminasi gender bukanlah tindak diskriminasi. Hal tersebut
dilandasi oleh motherhood myths yang kurang lebih artinya adalah seorang ibu
(wanita) berperan penting dalam mengurus keluarga, khususnya dalam
mengasuh anak.

Menurut analisis kelompok kami berdasarkan pembahasan diatas maka


jurnal tersebut tidaklah benar. Mengacu pada pembahasan diatas, melihat dari
pandangan utilitarianisme maka dapat dikatakan diskriminasi pada dunia kerja
tidak bermanfaat baik bagi pekerja maupun perusahaan. Perusahaan akan
dapat kehilangan pontensi untuk mencapai hasil terbaik jika masih
memandang sebelah pekerja wanita yang sebenarnya wanita tersebut sangat
berkompeten. Merugikan pekerja dikarenakan menghalangi langkah karir
karyawan tersebut. Selain itu adanya diskriminasi terhadap pekerja wanita
akan mempersempit lapangan pekerjaan.

17
3. Pengaruh Kronis Paparan Karbon Disulfida (CS2) Pada Kesehatan Wanita
yang Bekerja di Perusahaan Viscose yang Ditulis oleh Krzysztof Sieja,
Jarosław von Mach-Szczypiński, dan Joanna von Mach-Szczypiński

Banyak pekerja perempuan di perusahaan viscose yang terkontaminasi


Karbon Disulfida (CS2). Bekerja di tempat yang mengandung banyak Karbon
Disulfida (CS2) memang beresiko. Hingga saat ini data yang didapat pada
umumnya mangacu pada efek kesehatan seseorang. Sampai saat ini penelitian
tentang Karbon Disulfida (CS2) masih belum diteliti secara tepat, tetapi
potensi Karbon Disulfida (CS2) dapat membahayakan sistem reproduksi
wanita.

Menurut kami, perusahaan tersebut sudah melanggar etika karena telah


melanggar kewajiban perusahaan terhadap karyawan seperti yang tertulis
dalam pembahasan diatas yaitu keselamatan dan kesehatan di lingkungan
kerja. Hal tersebut sangat merugikan pekerja wanita yang bekerja disana.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah Kewajiban Perusahaan dan Karyawan ini, kita bisa
menyimpulkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban dan hak tertentu kepada karyawannya,
demikian sebaliknya karyawan juga memiliki hak dan kewajiban kepada perusahaan tempat
kerjanya.

3 Kewajiban Karyawan :

1. Kewajiban Ketaatan
2. Kewajiban Konfidensialitas
3. Kewajiban Loyalitas

Selain 3 hal diatas, melaporkan kesalahan perusahaan juga merupakan hal yang harus
dilakukan oleh seorang karyawan. Dari sudut pandang etika hal itu penting dilakukan karena
kesalahan perusahaan dapat merugikan banyak orang. Bisa dibenarkan secara moral jika
melaporkan kesalahan perusahaan telah memenuhi beberapa syarat-syarat yang telah
dituliskan dalam pembahasan.

Selain membebani karyawan dengan berbagai kewajiban terhadap perusahaan, suatu


perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan hak-hak yang sepadan dengan karyawan.
Perusahaan hendaknya tidak melakukan praktek diskriminasi terhadap karyawan. Perusahaan
juga berkewajiban untuk memberikan kondisi kerja yang memperhatikan kesehatan dan
keamanan pekerja, memberikan imbalan gaji yang adil.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya: 21), Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, 2000.

Sieja, Krzysztof, Jarosław von Mach-Szczypiński dan Joanna von Mach-Szczypiński. 2018.
Health Effect of Chronic Exposure to Carbon Disulfide (CS2) on Women Employed in Vicose
Industry. Medycyna Pracy, 69(3), 317–323. http://medpr.imp.lodz.pl/en

Verniers, Catherine dan Jorge Vala. 2018. Justifying Gender Discrimination in The
Workplace: The Mediating Role of Motherhood
Myth. Plos One, 13(1), 1-23.
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0190657

Moberly, Richard. 2018. Confidentaly and Whistleblowing. North Carolina Law Review, 96,
751-788. http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=15&sid=fff1bc39-022f-
476a-93cc-0edd89f87ae7%40sessionmgr4006.

Zehanwid. 2016. Contoh Kasus Whistle Blowing.


https://zehanwidiastuti.wordpress.com/2016/01/05/contoh-kasus-whistle-blowing/

20

Anda mungkin juga menyukai