Dosen Pengampu:
Puryanti, S.KM., M.Kes.
Disusun Oleh:
Kelompok 3 / 6-B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Administrasi Rumah Sakit, serta untuk kebutuhan kami agar dapat lebih memahami tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Mengingat keterbatasan itu, maka
kami membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari Ibu dosen mata kuliah Administrasi
Rumah Sakit khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dirumah sakit pelayanan tidak hanya diberikan kepada pasien saja bisa berasal dari
pihak dalam Rumah Sakit sendiri dan pihak luar rumah sakit. Pelayan yang diberikan pun
beragam bedasarkan masalah yang sedang dihadapi dan bedasarkan riwayat medis pasien
sebelumnya. Rumah Sakit dalam melayani pasiennya harus sesuai dengan ketentuan yang
diberlakukan oleh pemerintah mulai dari pembangunan rumah sakit itu sampai dengan
pelayanan apa yang ada dirumah sakit itu. Maka dari itu perlunya dilakukan pemahaman
secara menyeluruh terkait dengan Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit.
Berdasarkan latar belakang yang terulis diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Definisi Rumah Sakit?
2. Apa sajakah Syarat Perizinan Rumah Sakit?
3. Apa sajakah Persyaratan Klasifikasi Rumah Sakit?
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dari penulisan makalah ini kami mendapatkan beberapa manfaat yang dapat diterapkan,
yaitu :
1. Mampu menjelaskan definisi rumah sakit
2. Mampu memahami dan menjelaskan syarat perizinan rumah sakit dan
mengimplementasikan dalam suatu pekerjaan.
3. Mampu menyebutkan dan memahami persyaratan klasifikasi rumah sakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan dikecualikan
bagi Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba.
4
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C, Mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang
kekhususannya yang minimal.
5
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C, adalah rumah sakit khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialistik dan
subspesialistik sesuai kekhususan minimal. Memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 25 buah.
6
mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau konsultan berdasarkan kebutuhan
dan kemampuan Rumah Sakit
e. Kefarmasian, merupakan pelayanan kefarmasian yang menjamin ketersediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Pelayanan kefarmasian dilaksanakan di
instalasi farmasi
f. Peralatan, yaitu meliputi peralatan medis dan peralatan nonmedis yang
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan
laik pakai. Serta peralatan medis harus berupa peralatan medis yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
1. Dokumen kajian dan perencanaan bangunan yang terdiri atas Feasibility Study
(FS), Detail Engineering Design, dan master plan
2. Pemenuhan pelayanan alat kesehatan.
7
b. Izin Operasional
Izin Operasional merupakan izin yang diajukan oleh pimpinan Rumah Sakit
untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan termasuk penetapan kelas Rumah
Sakit dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen. Izin Operasional berlaku
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan dan klasifikasi Rumah Sakit. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan tertentu, Rumah Sakit harus mendapatkan izin dari Menteri. Pelayanan
kesehatan tertentu yang harus mendapatkan izin dari Menteri berupa pelayanan
radioterapi, kedokteran nuklir, kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di luar
cara alamiah, transplantasi organ, dan sel punca untuk penelitian berbasis pelayanan
terapi. Izin operasional juga diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali
kota berdasarkan kewenangan masing-masing melalui Lembaga OSS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin operasional Rumah Sakit kelas A
dan Rumah Sakit penanaman modal asing diberikan oleh Menteri melalui Direktur
Jenderal. Izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan oleh gubernur setelah
mendapatkan notifikasi dari kepala dinas yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah provinsi. Izin operasional Rumah Sakit kelas C dan Rumah
Sakit kelas D diberikan oleh bupati/wali kota setelah mendapatkan notifikasi dari
kepala dinas yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
8
Penerbitan izin yang dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota
harus mempertimbangkan sebaran Rumah Sakit secara merata di setiap wilayah
provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan pemetaan dengan memperhatikan jumlah
dan persebaran penduduk, rasio jumlah tempat tidur, dan akses masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan penerbitan izin
melalui Lembaga OSS dilakukan dalam bentuk dokumen elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi
elektronik.
Untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah,
ketentuan perizinan usaha sektor kesehatan yang melalui Lembaga OSS harus
melakukan perpanjangan Izin Operasional.
9
perizinan online instansi pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah.
Sistem perizinan online Kementerian Kesehatan dan instansi pemberi izin
masing-masing Pemerintah Daerah dapat diintegrasikan dengan sistem
OSS dengan cara melakukan interoperabilitas.
3. Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pemenuhan komitmen paling
lama 14 (empat belas) hari sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan
pemenuhan komitmen.
4. Berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah
provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota memberikan notifikasi
persetujuan atau perbaikan kepada pemilik Rumah Sakit melalui sistem OSS.
5. Pemilik Rumah Sakit wajib melakukan perbaikan melalui sistem OSS sejak
diterimanya hasil evaluasi dari Kementerian Kesehatan. Dalam rangka
melakukan perbaikan pemilik Rumah Sakit dapat melakukan perpanjangan
pemenuhan komitmen paling lama 1 (satu) tahun sejak diterimanya notifikasi
perbaikan melalui sistem OSS. Stelah itu melakukan verifikasi kembali
terhadap pemenuhan komitmen paling lama 10 (sepuluh) hari sejak pemilik
Rumah Sakit menyampaikan kembali pemenuhan komitmen.
6. Berdasarkan hasil verifikasi, Kementerian Kesehatan memberikan notifikasi
persetujuan atau penolakan Izin Mendirikan kepada pemilik Rumah Sakit
melalui sistem OSS. Notifikasi persetujuan sendiri merupakan pemenuhan
komitmen Izin Mendirikan.
7. Untuk mendapatkan Izin Operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS,
pimpinan Rumah Sakit harus memiliki Izin Mendirikan dan pemenuhan
komitmen Izin Operasional.
- Pemenuhan komitmen Izin harus dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan
untuk mendapatkan Izin Operasional yang berlaku efektif. Pemenuhan
komitmen Izin Operasional dilakukan dengan menyampaikan persyaratan
Izin kepada Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas A dan
penanaman modal asing, Pemerintah Daerah provinsi untuk Rumah Sakit
kelas B, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk Rumah Sakit kelas
C dan kelas D. Pemenuhan komitmen kepada Kementerian Kesehatan
dilakukan melalui sistem perizinan online Kementerian Kesehatan.
10
- Pemenuhan komitmen kepada Pemerintah Daerah provinsi atau
Pemerintah Daerah kabupaten/ dapat dilakukan melalui sistem perizinan
online instansi pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah. Sistem
perizinan online Kementerian Kesehatan dan instansi pemberi izin masing-
masing Pemerintah Daerah dapat diintegrasikan dengan sistem OSS
dengan cara melakukan interoperabilitas.
- Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah
Daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan visitasi paling lama 14
(empat belas) hari sejak pimpinan Rumah Sakit menyampaikan
pemenuhan komitmen. Visitasi dilakukan oleh tim yang bertugas
melakukan penilaian kesesuaian komitmen terhadap pemenuhan
klasifikasi Rumah Sakit, adapun Tim visitasi meliputi :
a. Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal, terdiri atas unsur
Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi, dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan,
untuk Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal
asing
b. Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah provinsi, terdiri
atas unsur Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan daerah
provinsi, dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, dan asosiasi
perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas B; dan
c. Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
terdiri atas unsur dinas kesehatan daerah provinsi, dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan,
untuk Rumah Sakit kelas C dan kelas D.
- Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi, Kementerian Kesehatan,
Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota
mengeluarkan notifikasi persetujuan atau penolakan melalui sistem OSS
paling lama 10 (sepuluh) hari sejak dilakukan visitasi. Notifikasi
persetujuan merupakan pemenuhan komitmen Izin Operasional.
- Jika Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah belum
melakukan pengelolaan keuangan BLUD, Izin Mendirikan diperoleh
melalui pengajuan permohonan pemilik Rumah Sakit kepada Menteri,
11
gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pemberi izin sesuai dengan kelas
Rumah Sakit dengan melampirkan dokumen persyaratan Izin Mendirikan.
- Pemberi izin harus menerbitkan surat untuk persetujuan atau penolakan
permohonan Izin Mendirikan disertai dengan alasan penolakan paling lama
14 (empat belas) hari kerja sejak surat permohonan dan dokumen
persyaratan Izin Mendirikan diterima lengkap. Dan jika permohonan Izin
Mendirikan ditolak, pemilik Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan
ulang Izin Mendirikan
8. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang belum
melakukan pengelolaan keuangan BLUD dan telah memiliki Izin Mendirikan,
dapat melakukan permohonan Izin Operasional kepada Direktur Jenderal,
gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pemberi izin sesuai dengan kelas
Rumah Sakit dengan melampirkan dokumen persyaratan Izin Operasional.
- Kemudian Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan visitasi yang
dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak penugasan.
- Tim yang terbentuk harus menyampaikan laporan hasil visitasi paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah visitasi dilakukan. Berdasarkan hasil verifikasi
dan visitasi Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/wali kota harus
menerbitkan surat persetujuan atau penolakan permohonan Izin
Operasional paling lama 10 (sepuluh) hari sejak diterima laporan hasil
visitasi.
- Izin Operasional sendiri memuat penetapan kelas berdasarkan hasil
penilaian pemenuhan jumlah tempat tidur. Jika penilaian tidak memenuhi
ketentuan, penetapan kelas pada Izin Operasional ditetapkan berdasarkan
hasil visitasi jumlah tempat tidur.
12
peraturan ini tetapi memiliki kewenangan dalam melakukan perubahan prosedur
pada hal – hal yang di perlukan atau penting sesuai dengan kondisi yang
mendesak terhadap persyaratan dan tata cara perpanjangan izin operasional.
2. Sebelum masa berlaku izin operasional berakhir dan pemilik rumah sakit belum
mengajukan perpanjangan izin operasional, rumah sakit harus menghentikan
kegiatan pelayanannya kecuali pelayanan kegawatdaruratan dan pasien yang
sedang dalam perawatan inap. Rumah sakit yang tidak mematuhi ketentuan dan
tetap menyelanggarakan pelayanan tanpa izin operasional, dikenakan sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Peningkatan kelas rumah sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah tempat
tidur sesuai dengan klasifikasi rumah sakit. Peningkatan kelas rumah sakit
hanya dapat dilakukan terhadap rumah sakit yang telah terakreditasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit yang menambah
jumlah tempat tidur, dan memenuhi jumlah tempat tidur minimal kelas rumah
sakit diatasnya harus melakukan perubahan izin operasional sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit.
a. Badan hukum
b. Nama rumah sakit
c. Kepemilikan modal
d. Jenis rumah sakit
e. Alamat rumah sakit
Perubahan izin operasional dilakukan dengan melampirkan beberapa hal
diantaranya:
a. Izin operasional sebelum perubahan
b. Surat pernyataan penggantian badan hukum dan ayau nama rumah sakit
yang ditandatangani pemilik rumah sakit
c. Perubahan akta notaris
4. Ketentuan persyaratan dan tata cara izin berlaku secara mutatis mutandis sesuai
dengan prosedur yang terdapat dalam ketentuan peraturan ini tetapi memiliki
kewenangan dalam melakukan perubahan prosedur pada hal – hal yang di
13
perlukan atau penting sesuai dengan kondisi yang mendesa terhadap perubahan
izin operasional.
14
BAB III
CONTOH KASUS
Dari kasus diatas beberapa hal yang bisa dimengerti jika penerapan Permenkes
No.56 Tahun 2014 yang memberikan parameter klasifikasi rumah sakit bedasarkan
jumlah SDM, pelayanan, peralatan dan fasilitas kesehatan, serta saranan prasarana
membuat beberapa rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan yang diberlakukan
itu terpaksa turun status. Hal itu berdampak pada pelayanan yang seharusnya bisa
dilakukan oleh rumah sakit itu di status yang sebelumnya jadi tidak bisa dilakukan
karena harus menyesuaikan dengan status yang terbaru. Maka dari itu dibuatkanlah
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizianan Rumah Sakit menggantikan peraturan sebelumnya. Didalam Permenkes
terbaru ini pengklasifikasian rumah sakit tidak lagi berparameter pada jumlah SDM,
pelayanan, peralatan dan fasilitas kesehatan, serta saranan prasarana tetapi pada jumlah
bed yang tersedia di rumah sakit itu. Untuk rumah sakit yang memiliki status rendah
15
seperti tipe C dapat otomatis berubah ke tipe B jika jumlah bed sudah memasuki kriteria
tipe rumah sakit B. Dan untuk beberapa rumah sakit diatas yang mengalami penurunan
status dapat dilihat kembali jumlah bed yang dimilikinya karena kemungkinan status
yang menjadi perubahan akan kembali pada status sebelumnya karena jumlah bed yang
sesuai dengan kriteria.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di bedakan menjadi 2 golongan yaitu
rumah sakit publik yang di kelola pemerintah yg bersifat nirlaba, dan rumah sakit privat
yang di kelola badan hukum dengan tujuan profit. Dalam mendirikan rumah sakit harus
memiliki izin mendirikan rumah sakit dan izin operasional. Izin mendirikan dan
operasional diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota berdasarkan
kewenangan masing-masing melalui Lembaga OSS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4.2 Saran
Dalam menjalankan setiap pelayanannya, rumah sakit harus lebih dulu
memahami tentang isi dari Permenkes No.3 Tahun 2020 tentang Kalsifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit agar operasional rumah sakit berjalan dengan baik dan
dilakukan secara legal dengan mendapatkan izin dari pemerintah setempat.
17
DAFTAR PUSTAKA
(https://kebijakankesehatanindonesia.net/publikasi/arsip-pengantar/4044-regulasi-
peraturan-menteri-kesehatan-nomor-3-tahun-2020-tentang-klasifikasi-dan-perizinan-
rumah-sakit, diakses 21 Maret 2021)
(https://www.jogloabang.com/kesehatan/permenkes-3-2020-klasifikasi-perizinan-
rumah-sakit, diakses 21 Maret 2021)
Pemerintah Republik Indonesia. 2019. Permenkes No. 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Menteri Kesehatan
18