Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT

KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT

Oleh:

Kelompok 1

Annisa Devina 2111212050


Diva Zuivia 2111213004
Muthia Feby 2111213007
Rahmi Syahriza 2111212061
Shifania Salsa Riza 2111212059
Syifa Urrahmah 2111212070
Tazkia Salsabila 2111212015

Dosen Pengampu:

Ayulia Fardila Sari ZA, SKM., MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada
kita semua serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurahkan kepada nabi kita
Muhammad SAW, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Ucapan terima
kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu ibu Ayulia Fardila Sari, SKM., MPH

yang telah memberikan amanahnya kepada kami sehingga kami dapat mengambil
pembahasan ini dalam rangka pengembangan wawasan terhadap ilmu yang diberikan.
Kemudian ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman- teman yang telah memberi
dukungan dan bantuannya kepada kami sehinnga makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan
karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi makalah
yang bermanfaat dan layak untuk kedepannya. Atas perhatian pembaca kami ucapkan terima
kasih.

Padang, 17 April 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Rumah Sakit ........................................................................................ 3

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit ......................... 3
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Permenkes no 3 Tahun 2020 ........................... 6

2.4 Lembaga OSS ........................................................................................................ 8

2.5 Persyaratan Pendirian Rumah Sakit....................................................................... 9

2.6 Perizinan Rumah Sakit .......................................................................................... 12

2.7 Tata Cara Perizinan yang Harus Dilalui Rumah Sakit .......................................... 13

2.8 Perpanjangan, peningkatan kelas, dan perubahan izin operasional ....................... 16

2.9 Studi Kasus ............................................................................................................ 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 21

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 21

3.2 Kritik dan Saran ..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Klasifikasi dan perizinan rumah sakit sangat penting untuk memahami regulasi dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan aman bagi pasien.

Klasifikasi rumah sakit adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan
tingkat kompleksitas dan jenis pelayanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit. Klasifikasi
rumah sakit biasanya didasarkan pada ketersediaan fasilitas, teknologi medis, dan kemampuan
staf medis. Jenis klasifikasi rumah sakit bervariasi di setiap negara, namun umumnya ada tiga
jenis klasifikasi, yaitu rumah sakit kelas A, B, dan C.

Perizinan rumah sakit adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan
bahwa rumah sakit memenuhi standar minimum yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan berkualitas bagi pasien. Persyaratan perizinan rumah sakit bervariasi di
setiap negara, namun umumnya mencakup persyaratan untuk fasilitas fisik, keamanan pasien,
peralatan medis, manajemen risiko, dan staf medis.

Makalah ini akan membahas secara mendalam tentang klasifikasi dan perizinan rumah
sakit, serta pentingnya mematuhi regulasi dan persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selain itu, makalah ini juga akan membahas dampak dari tidak memenuhi regulasi dan
persyaratan tersebut terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dan
keselamatan pasien. Oleh karena itu, makalah ini sangat relevan dan penting bagi para
profesional kesehatan, pengambil kebijakan, dan masyarakat umum yang tertarik dalam masalah
kesehatan dan keamanan pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian rumah sakit?
2. Apa saja klasifikasi rumah sakit menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 30 tahun 2019 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit

3
3. Apa saja klasifikasi rumah sakit berdasarkan permenkes no 3 tahun 2020?
4. Apa itu lembaga OSS?
5. Apa persyaratan pendirian rumah sakit?
6. Bagaimana perizinan rumah sakit?
7. Bagaimana tata cara perizinan yang harus dilalui rumah sakit?
8. Bagaimana perpanjangan, peningkatan kelas, dan perubahan izin operasional?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian rumah sakit
2. Untuk mengetahui klasifikasi rumah sakit menurut peraturan menteri kesehatan republik
indonesia nomor 30 tahun 2019 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit
3. Untuk mengetahui klasifikasi rumah sakit berdasarkan permenkes no 3 tahun 2020
4. Untuk mengetahui lembaga OSS
5. Untuk mengetahui persyaratan pendirian rumah sakit
6. Untuk mengetahui perizinan rumah sakit
7. Untuk mengetahui tata cara perizinan yang harus dilalui rumah sakit
8. Untuk mengetahui perpanjangan, peningkatan kelas, dan perubahan izin operasional

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum (public facility) yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan kesehatan meliputi pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemeliharaan,
peningkatan dan pemulihan kesehatan secara paripurna. Adapun pengertian Rumah Sakit
lainnya, antara lain:

a. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat.

b. W.H.O (World Health Organization) memaparkan bahwa menurut WHO Rumah Sakit
adalah organisasi terpadu dari bidang sosial dan medic yang berfungsi sebagai pusat
pemberi pelayanan kesehatan, baik pencegahan penyembuhan dan pusat latihan dan
penelitian biologi-sosial.

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi


rujukan, Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan kriteria
bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia, dan peralatan.
Penjelasan mengenai klasifikasi ini terdapat pada pasal 18-21 Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
Berikut rangkuman keterangan dari keempat pasal tersebut:

2.2.1 Klasifikasi Rumah Sakit Umum

a. Rumah Sakit umum kelas A

Rumah Sakit umum kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) penunjang

5
medik spesialis, 12 (dua belas) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas)
subspesialis.

b. Rumah Sakit umum kelas B

Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang
medik spesialis, 8 (delapan) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar.
Dalam hal meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya, dapat dilakukan
penambahan pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)
penunjang medik spesialis, 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar, dan 1 (satu) subspesialis
lain selain subspesialis dasar. Apabila di satu wilayah administratif provinsi tidak terdapat
Rumah Sakit umum kelas A, Rumah Sakit umum kelas B dapat menambah pelayanan mediknya
paling banyak 3 (tiga) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis,
dan 9 (sembilan) pelayanan medik subspesialis berupa pelayanan medik subspesialis dasar
dan/atau subspesialis lain selain subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit umum kelas C

Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)
penunjang medik spesialis. Rumah Sakit umum kelas C dapat meningkatkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan mediknya dengan penambahan pelayanan paling banyak 3 (tiga)
pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar, dan 1 (satu) penunjang medik spesialis. Jika
di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas B, Rumah
Sakit umum kelas C dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 7 (tujuh) spesialis lain
selain spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis.

d. Rumah Sakit umum kelas D

Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Dalam rangka
peningkatan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya Rumah Sakit umum kelas D dapat
menambah pelayanan paling banyak 1 (satu) pelayanan medik spesialis dasar dan 1 (satu)

6
penunjang medik spesialis. Apabila di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat
Rumah Sakit umum kelas C, Rumah Sakit umum kelas dapat menambah pelayanan mediknya
paling banyak 2 (dua) spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis. Terdapat 2 jenis
Rumah Sakit umum kelas D, yaitu:

1) Rumah Sakit umum kelas D; dan

2) Rumah Sakit umum kelas D pratama

2.2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Khusus

a. Rumah Sakit khusus kelas A;

Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya secara
lengkap.

b. Rumah Sakit khusus kelas B

Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya secara
lengkap.

c. Rumah Sakit khusus kelas C

Rumah Sakit khusus kelas C merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang
minimal. Rumah Sakit khusus kelas C hanya untuk Rumah Sakit khusus ibu dan anak. Ketentuan
Rumah Sakit khusus kelas A dan B dikecualikan untuk Rumah Sakit khusus gigi dan mulut.
(Menteri Kesehatan, 2019)

7
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes no 3 tahun 2020

Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menggantikan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit karena perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum.

Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyebutkan
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.

A. Bentuk dan jenis pelayanan rumah sakit

Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit statis, Rumah Sakit bergerak, atau Rumah Sakit
lapangan

a) Rumah sakit statis


Rumah Sakit yang didirikan di suatu lokasi dan bersifat permanen untuk jangka waktu
lama dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan
b) Rumah sakit bergerak
Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan
dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Dapat berbentuk bus, pesawat, kapal
laut, karavan, gerbong kereta api, atau kontainer. Difungsikan pada daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan, daerah yang tidak mempunyai Rumah Sakit, dan/atau kondisi
bencana dan situasi darurat lainnya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan harus
melapor kepada kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota tempat pelayanan
kesehatan diberikan.
c) Rumah sakit lapangan
Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu dan bersifat sementara selama kondisi
darurat dan masa tanggap darurat bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu.
Dapat berbentuk tenda, kontainer, atau bangunan permanen yang difungsikan sementara
sebagai Rumah Sakit.

8
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan:

a) Rumah Sakit umum


memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum paling sedikit terdiri atas:

a. pelayanan medik dan penunjang medik;


b. pelayanan keperawatan dan kebidanan; dan
c. pelayanan nonmedik.
b) Rumah Sakit khusus
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Pelayanan lain di luar kekhususannya meliputi pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan kegawatdaruratan.

B. Klasifikasi rumah sakit


Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas:

a. Rumah Sakit umum kelas A;

Rumah Sakit umum kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.

b. Rumah Sakit umum kelas B;

Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah.

c. Rumah Sakit umum kelas C

Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.

d. Rumah Sakit umum kelas D.

9
Rumah Sakit umum kelas D terdiri atas: Rumah Sakit umum kelas D dan Rumah
Sakit kelas D pratama. Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum
yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah.

Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas:

a. Rumah Sakit khusus kelas A

merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit
100 (seratus) buah.

b. Rumah Sakit khusus kelas B

merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75
(tujuh puluh lima) buah.

c. Rumah Sakit khusus kelas C

merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25
(dua puluh lima) buah.

2.4. Lembaga OSS

OSS diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Menurut PP No 24
tahun 2018, Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission
yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku
Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

Menurut Permenkes no 3 tahun 2020, Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal. Izin
Mendirikan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Izin Mendirikan adalah izin usaha yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota

10
setelah pemilik Rumah Sakit melakukan pendaftaran sampai sebelum pelaksanaan pelayanan
kesehatan dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen. Perizinan pendirian dan system
operasional Rumah Sakit diatur oleh lembaga OSS.

2.5 Persyaratan Pendirian Rumah Sakit


1. Peralatan
Meliputi peralatan medis dan non medis untuk memenuhi standar pelayanan, persyaratan
mutu, keamanan, keselamatan, dan lain pakai.

2. Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di instalasi farmasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (PMK No. 72 Tahun 2016).

3. Sumber Daya Manusia


Meliputi tenaga tetap yang diangkat dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, dapat pula
mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan.

4. Prasarana dan Bangunan


Harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan PMK No. 24 Tahun 2016.

5. Lokasi
Lokasi bangunan yaitu pada lahan sesuai tata ruang wilayah dan/atau tata bangunan
lingkungan kab/kota.

Lokasi rumah sakit sebagai berikut:


1. Berada pada lingkungan dengan udara bersih dan lingkungan yang tenang
2. Bebas dari kebisingan yang tidak semestinya dan polusi atmosfer yang datang dari
berbagai sumber
3. Tidak di tepi lereng
4. Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor
5. Tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi
6. Tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif

11
7. Tidak di daerah rawan tsunami
8. Tidak di daerah rawan banjir
9. Tidak dalam zona topan
10. Tidak di daerah rawan badai
11. Tidak dekat stasiun pemancar
12. Tidak berada pada daerah hantaran udara tegangan tinggi

Persyaratan bangunan rumah sakit meliputi persyaratan:


a. Administratif
b. Teknis bangunan gedung pada umumnya
c. Teknis bangunan rumah sakit

Persyaratan teknis bangunan rumah sakit terdiri atas:


a. Rencana blok bangunan
b. Massa bangunan
c. Tata letak bangunan (site plan)
d. Pemanfaatan ruang
e. Desain tata ruang dan komponen bangunan

Bangunan rumah sakit terdiri atas:


1) Ruang rawat jalan
2) Ruang rawat inap
3) Ruang gawat darurat
4) Ruang operasi
5) Ruang perawatan intensif
6) Ruang kebidanan dan penyakit kandungan
7) Ruang rehabilitasi medic
8) Ruang radiologi
9) Ruang laboratorium
10) Bank darah Rumah Sakit
11) Ruang sterilisasi

12
12) Ruang farmasi
13) Ruang rekam medis
14) Ruang tenaga kesehatan
15) Ruang pendidikan dan latihan
16) Ruang kantor dan administrasi
17) Ruang ibadah
18) Ruang tunggu
19) Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit
20) Ruang menyusui
21) Ruang mekanik
22) Ruang dapur dan gizi
23) Laundry
24) Kamar jenazah
25) Taman
26) Pengelolaan sampah
27) Pelataran parkir yang mencukupi

Bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang
cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi semua
pengguna baik di dalam maupun diluar bangunan rumah sakit secara mudah, aman, nyaman dan
mandiri.

Fasilitas yang aksesibel:


1. Toilet
2. Koridor
3. Tempat parkir
4. Telepon umum
5. Jalur pemandu
6. Rambu atau marka
7. Pintu
8. Tangga, lift, dan/atau ram.

13
2.6 Perizinan Rumah Sakit
Perizinan Rumah Sakit (Mengacu kepada Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit)
Setiap rumah sakit harus memiliki izin setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit.

Izin tersebut terdiri atas:


1. Izin Mendirikan
Izin usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur,
atau bupati/wali kota setelah pemilik rumah sakit melakukan pendaftaran sampai sebelum
pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen.

Persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan rumah sakit meliputi:


1. Dokumen kajian dan perencanaan bangunan yang terdiri atas Feasibility Study (FS),
Detail Engineering Design, dan master plan
2. Pemenuhan pelayanan alat kesehatan

2. Izin Operasional
Izin komersial atau operasional
yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau
bupati/walikota setelah pemilik rumah sakit mendapatkan izin mendirikan (berlaku selama 5
tahun dan diajukan oleh pimpinan rumah sakit).

Persyaratan untuk memperoleh izin operasional meliputi:


1. Profil Rumah Sakit paling sedikit meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana
strategi, dan struktur organisasi
2. Self-assessment meliputi jenis pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, dan bangunan
dan prasarana rumah sakit
3. Surat keterangan atau sertifikat izin kelayakan atau pemanfaatan dan kalibrasi alat
kesehatan
4. Sertifikat akreditasi

14
5. Surat pernyataan yang mencantumkan komitmen jumlah tempat tidur untuk rumah sakit
penanaman modal asing berdasarkan kesepakatan/kerja sama internasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.7 Tata cara Perizinan yang Harus Dilalui Rumah Sakit


Berdasarkan Permenkes Nomor 3 Tahun 2020, Dalam melakukan perizinan
berikut alur perizinan yang harus dilalui oleh pemilik rumah sakit agar dapat mendapat
perizinan untuk mendirikan rumah sakit :
1. Pemilik Rumah Sakit harus mengajukan pendaftaran melalui sistem OSS untuk
mendapatkan nomor induk berusaha yang digunakan oleh pemilik Rumah Sakit untuk
mendapatkan Izin Mendirikan dan Izin Operasional.
2. Jika pemilik Rumah Sakit yang telah mendapatkan nomor induk dapat diterbitkan
Izin Mendirikan oleh Lembaga OSS. Pemilik Rumah Sakit harus melakukan
pemenuhan komitmen untuk mendapatkan Izin Mendirikan yang berlaku efektif.
Pemenuhan komitmen dipenuhi paling lama 2 (dua) tahun. Adapun pemenuhan
tersebut yaitu :
a. Pemenuhan komitmen dilakukan dengan menyampaikan persyaratan Izin
Mendirikan kepada Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas A dan
penanaman modal asing, Pemerintah Daerah provinsi untuk Rumah Sakit kelas B,
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk Rumah Sakit kelas C dan kelas D.
Pemenuhan komitmen kepada Kementerian Kesehatan dapat dilakukan melalui
sistem perizinan online Kementerian Kesehatan.
b. Pemenuhan komitmen kepada Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah
Daerah kabupaten/kota dapat dilakukan melalui sistem perizinan online
instansi pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah. Sistem perizinan online
Kementerian Kesehatan dan instansi pemberi izin masing-masing Pemerintah
Daerah dapat diintegrasikan dengan sistem OSS dengan cara melakukan
interoperabilitas.
3. Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap pemenuhan komitmen paling lama 14

15
(empat belas) hari sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan pemenuhan
komitmen.
4. Berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota memberikan notifikasi persetujuan atau perbaikan
kepada pemilik Rumah Sakit melalui sistem OSS.
5. Pemilik Rumah Sakit wajib melakukan perbaikan melalui sistem OSS sejak
diterimanya hasil evaluasi dari Kementerian Kesehatan. Dalam rangka melakukan
perbaikan pemilik Rumah Sakit dapat melakukan perpanjangan pemenuhan
komitmen paling lama 1 (satu) tahun sejak diterimanya notifikasi perbaikan melalui
sistem OSS. Setelah itu melakukan verifikasi kembali terhadap pemenuhan
komitmen paling lama 10 (sepuluh) hari sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan
kembali pemenuhan komitmen.
6. Berdasarkan hasil verifikasi, Kementerian Kesehatan memberikan notifikasi
persetujuan atau penolakan Izin Mendirikan kepada pemilik Rumah Sakit melalui
sistem OSS. Notifikasi persetujuan sendiri merupakan pemenuhan komitmen Izin
Mendirikan.
7. Untuk mendapatkan Izin Operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS, pimpinan
Rumah Sakit harus memiliki Izin Mendirikan dan pemenuhan komitmen Izin
Operasional. Adapun pemenuhan komitmen izin operasional diantaranya :
a. Pemenuhan komitmen Izin harus dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan untuk
mendapatkan Izin Operasional yang berlaku efektif. Pemenuhan komitmen Izin
Operasional dilakukan dengan menyampaikan persyaratan Izin kepada
Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas A dan penanaman modal asing,
Pemerintah Daerah provinsi untuk Rumah Sakit kelas B, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota untuk Rumah Sakit kelas C dan kelas D. Pemenuhan komitmen
kepada Kementerian Kesehatan dilakukan melalui sistem perizinan online
Kementerian Kesehatan.
b. Pemenuhan komitmen kepada Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah
Daerah kabupaten/ dapat dilakukan melalui sistem perizinan online instansi
pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah. Sistem perizinan online
Kementerian Kesehatan dan instansi pemberi izin masing- masing Pemerintah

16
Daerah dapat diintegrasikan dengan sistem OSS dengan cara melakukan
interoperabilitas.
c. Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan verifikasi dan visitasi paling lama 14 (empat belas)
hari sejak pimpinan Rumah Sakit menyampaikan pemenuhan komitmen. Visitasi
dilakukan oleh tim yang bertugas melakukan penilaian kesesuaian komitmen
terhadap pemenuhan klasifikasi Rumah Sakit, adapun Tim visitasi meliputi :
1) Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal, terdiri atas unsur Kementerian
Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas A dan
Rumah Sakit penanaman modal asing.
2) Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah provinsi, terdiri atas unsur
Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas
B; dan
3) Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, terdiri atas
unsur dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas C dan
kelas D.
d. Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi, Kementerian Kesehatan, Pemerintah
Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengeluarkan notifikasi
persetujuan atau penolakan melalui sistem OSS paling lama 10 (sepuluh) hari
sejak dilakukan visitasi. Notifikasi persetujuan merupakan pemenuhan komitmen
Izin Operasional.
e. Jika Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah belum
melakukan pengelolaan keuangan BLUD, Izin Mendirikan diperoleh melalui
pengajuan permohonan pemilik Rumah Sakit kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota sebagai pemberi izin sesuai dengan kelas Rumah Sakit dengan
melampirkan dokumen persyaratan Izin Mendirikan.
f. Pemberi izin harus menerbitkan surat untuk persetujuan atau penolakan
permohonan Izin Mendirikan disertai dengan alasan penolakan paling lama 14

17
(empat belas) hari kerja sejak surat permohonan dan dokumen persyaratan
Izin Mendirikan diterima lengkap. Dan jika permohonan Izin Mendirikan ditolak,
pemilik Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan ulang Izin Mendirikan
8. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang belum melakukan
pengelolaan keuangan BLUD dan telah memiliki Izin Mendirikan, dapat melakukan
permohonan Izin Operasional kepada Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/wali
kota sebagai pemberi izin sesuai dengan kelas Rumah Sakit dengan melampirkan
dokumen persyaratan Izin Operasional.
a. Kemudian Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah
Daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan visitasi yang dilakukan paling
lama 14 (empat belas) hari sejak penugasan.
b. Tim yang terbentuk harus menyampaikan laporan hasil visitasi paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah visitasi dilakukan. Berdasarkan hasil verifikasi dan
visitasi Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/wali kota harus menerbitkan surat
persetujuan atau penolakan permohonan Izin Operasional paling lama 10
(sepuluh) hari sejak diterima laporan hasil visitasi.
c. Izin Operasional sendiri memuat penetapan kelas berdasarkan hasil penilaian
pemenuhan jumlah tempat tidur. Jika penilaian tidak memenuhi ketentuan,
penetapan kelas pada Izin Operasional ditetapkan berdasarkan hasil visitasi
jumlah tempat tidur.(1)

2.8 Perpanjangan, peningkatan kelas, dan Perubahan Izin Operasional


Perpanjangan, peningkatan kelas serta perubahan izin operasional dapat dilakukan
dengan ketentuan berikut ini :
1. Pimpinan rumah sakit harus melakukan perpanjangan izin operasional paling lambat
6 (enam) bulan sebelum izin operasionl berakhir. Ketentuan persyaratan dan tata cara
izin operasional sebagaimana berlaku secara mutatis mutandis maksudnya sesuai
dengan prosedur yang terdapat dalam ketentuan peraturan ini tetapi memiliki
kewenangan dalam melakukan perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau
penting sesuai dengan kondisi yang mendesak terhadap persyaratan dan tata cara
perpanjangan izin operasional.

18
2. Sebelum masa berlaku izin operasional berakhir dan pemilik rumah sakit belum
mengajukan perpanjangan izin operasional, rumah sakit harus menghentikan kegiatan
pelayanannya kecuali pelayanan kegawatdaruratan dan pasien yang sedang dalam
perawatan inap. Rumah sakit yang tidak mematuhi ketentuan dan tetap
menyelenggarakan pelayanan tanpa izin operasional akan dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Peningkatan kelas rumah sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah tempat tidur
sesuai dengan klasifikasi rumah sakit. Peningkatan kelas rumah sakit hanya dapat
dilakukan terhadap rumah sakit yang telas terakreditasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Rumah sakit yang menambah jumlah tempat tidur
dan memenuhi jumlah tempat tidur minimal kelas rumah sakit diatasnya harus
melakukan perubahan izin operasional sesuai dengan klasifikasi rumah sakit.

Perubahan izin operasional harus dilakukan bila terjadi perubahan pada hal-hal
berikut ini :

a. Badan hukum
b. Nama rumah sakit
c. Kepemilikan modal
d. Jenis rumah sakit
e. Alamat rumah sakit

Perubahan izin operasional dilakukan dengan melampirkan beberapa hal diantaranya :

a. Izin operasional sebelum perubahan


b. Surat pernyataan penggantian badan hukum dan atau nama rumah sakit yang
ditanda tangani pemilik rumah sakit
c. Perubahan akta notaries

4. Ketentuan persyaratan dan tata cara izin berlaku secara mutatis mutandis sesuai
dengan prosedur yang terdapat dalam ketentuan peraturan ini tetapi memiliki
kewenangan dalam melakukan perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau

19
penting sesuai dengan kondisi yang mendesak terhadap perubahan izin operasional.
(1)

STUDI KASUS

STUDI KASUS MENGENAI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN REGULASI PERIZINAN


RUMAH SAKIT UMUM DI PROVINSI DIY

Studi ini dilakukan pada enam rumah sakit, terdiri dari dua rumah sakit kabupaten dan 4
rumah sakit swasta, dipilih dari 1 kota madia dan 1 kabupaten di DIY.

Hasil dari penelitian yaitu kepatuhan terhadap perizinan rumah sakit di rumah sakit
pemerintah dan swasta tidak mencapai 100,0% seperti yang seharusnya dipersyaratkan. Dari
keempat komponen yang dinilai, hanya komponen hak pasien dan etika rumah sakit yang
mencapai tingkat optimal. Proporsi terkecil adalah pada aspek governance dan manajemen, yaitu
64,0%.

Maka dapat disimpulkan, meskipun rumah sakit belum memenuhi persyaratan perizinan,
dua dari tiga rumah sakit swasta yang diteliti mempunyai izin dan satu diantaranya tidak
mempunyai izin namun tetap operasional. Perizinan untuk rumah sakit pemerintah belum diatur,
meskipun ketiganya belum memenuhi persyaratan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
implementasi perizinan rumah sakit di provinsi DIY belum efektif (Ilyas, 2011).

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi dan perizinan


rumah sakit sangat penting untuk memastikan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimum
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas bagi pasien.

Klasifikasi rumah sakit membantu dalam menentukan tingkat kompleksitas dan jenis
pelayanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit. Jenis klasifikasi rumah sakit bervariasi di
setiap negara, namun umumnya ada tiga jenis klasifikasi, yaitu rumah sakit kelas A, B, dan C.
Klasifikasi rumah sakit didasarkan pada ketersediaan fasilitas, teknologi medis, dan kemampuan
staf medis.

Perizinan rumah sakit adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan
bahwa rumah sakit memenuhi standar minimum yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan berkualitas bagi pasien. Persyaratan perizinan rumah sakit bervariasi di
setiap negara, namun umumnya mencakup persyaratan untuk fasilitas fisik, keamanan pasien,
peralatan medis, manajemen risiko, dan staf medis.

Ketidakpatuhan terhadap regulasi dan persyaratan perizinan rumah sakit dapat


berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dan keselamatan
pasien. Oleh karena itu, sangat penting bagi rumah sakit untuk mematuhi regulasi dan
persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam proses klasifikasi dan perizinan.

Sebagai kesimpulan, klasifikasi dan perizinan rumah sakit adalah hal yang sangat penting
untuk memastikan bahwa rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
berkualitas bagi pasien. Kepatuhan terhadap regulasi dan persyaratan perizinan sangatlah penting
bagi keselamatan dan kesehatan pasien, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh rumah sakit.

21
3.2 Kritik dan Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembacanya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Y. (2011). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Daftar Isi. The Indonesian Journal of
Health Service Management, 14(01), 11–19.

Menteri Kesehatan (2019) ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor 30 Tahun


2019 Berita Negara Republik Indonesia’, (1107), pp. 1–106.

Permenkes RI. Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Implement Sci [Internet]. 2020;39(1):1–
15. Available from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-3-
tahun-2020

Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

23

Anda mungkin juga menyukai