Oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada
kita semua serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurahkan kepada nabi kita
Muhammad SAW, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Ucapan terima
kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu ibu Ayulia Fardila Sari, SKM., MPH
yang telah memberikan amanahnya kepada kami sehingga kami dapat mengambil
pembahasan ini dalam rangka pengembangan wawasan terhadap ilmu yang diberikan.
Kemudian ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman- teman yang telah memberi
dukungan dan bantuannya kepada kami sehinnga makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan
karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi makalah
yang bermanfaat dan layak untuk kedepannya. Atas perhatian pembaca kami ucapkan terima
kasih.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit ......................... 3
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Permenkes no 3 Tahun 2020 ........................... 6
2.7 Tata Cara Perizinan yang Harus Dilalui Rumah Sakit .......................................... 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Klasifikasi dan perizinan rumah sakit sangat penting untuk memahami regulasi dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan aman bagi pasien.
Klasifikasi rumah sakit adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan
tingkat kompleksitas dan jenis pelayanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit. Klasifikasi
rumah sakit biasanya didasarkan pada ketersediaan fasilitas, teknologi medis, dan kemampuan
staf medis. Jenis klasifikasi rumah sakit bervariasi di setiap negara, namun umumnya ada tiga
jenis klasifikasi, yaitu rumah sakit kelas A, B, dan C.
Perizinan rumah sakit adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan
bahwa rumah sakit memenuhi standar minimum yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan berkualitas bagi pasien. Persyaratan perizinan rumah sakit bervariasi di
setiap negara, namun umumnya mencakup persyaratan untuk fasilitas fisik, keamanan pasien,
peralatan medis, manajemen risiko, dan staf medis.
Makalah ini akan membahas secara mendalam tentang klasifikasi dan perizinan rumah
sakit, serta pentingnya mematuhi regulasi dan persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selain itu, makalah ini juga akan membahas dampak dari tidak memenuhi regulasi dan
persyaratan tersebut terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dan
keselamatan pasien. Oleh karena itu, makalah ini sangat relevan dan penting bagi para
profesional kesehatan, pengambil kebijakan, dan masyarakat umum yang tertarik dalam masalah
kesehatan dan keamanan pasien.
3
3. Apa saja klasifikasi rumah sakit berdasarkan permenkes no 3 tahun 2020?
4. Apa itu lembaga OSS?
5. Apa persyaratan pendirian rumah sakit?
6. Bagaimana perizinan rumah sakit?
7. Bagaimana tata cara perizinan yang harus dilalui rumah sakit?
8. Bagaimana perpanjangan, peningkatan kelas, dan perubahan izin operasional?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum (public facility) yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan kesehatan meliputi pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemeliharaan,
peningkatan dan pemulihan kesehatan secara paripurna. Adapun pengertian Rumah Sakit
lainnya, antara lain:
a. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat.
b. W.H.O (World Health Organization) memaparkan bahwa menurut WHO Rumah Sakit
adalah organisasi terpadu dari bidang sosial dan medic yang berfungsi sebagai pusat
pemberi pelayanan kesehatan, baik pencegahan penyembuhan dan pusat latihan dan
penelitian biologi-sosial.
2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit
Rumah Sakit umum kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) penunjang
5
medik spesialis, 12 (dua belas) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas)
subspesialis.
Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang
medik spesialis, 8 (delapan) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar.
Dalam hal meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya, dapat dilakukan
penambahan pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)
penunjang medik spesialis, 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar, dan 1 (satu) subspesialis
lain selain subspesialis dasar. Apabila di satu wilayah administratif provinsi tidak terdapat
Rumah Sakit umum kelas A, Rumah Sakit umum kelas B dapat menambah pelayanan mediknya
paling banyak 3 (tiga) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis,
dan 9 (sembilan) pelayanan medik subspesialis berupa pelayanan medik subspesialis dasar
dan/atau subspesialis lain selain subspesialis dasar.
Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)
penunjang medik spesialis. Rumah Sakit umum kelas C dapat meningkatkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan mediknya dengan penambahan pelayanan paling banyak 3 (tiga)
pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar, dan 1 (satu) penunjang medik spesialis. Jika
di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas B, Rumah
Sakit umum kelas C dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 7 (tujuh) spesialis lain
selain spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis.
Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Dalam rangka
peningkatan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya Rumah Sakit umum kelas D dapat
menambah pelayanan paling banyak 1 (satu) pelayanan medik spesialis dasar dan 1 (satu)
6
penunjang medik spesialis. Apabila di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat
Rumah Sakit umum kelas C, Rumah Sakit umum kelas dapat menambah pelayanan mediknya
paling banyak 2 (dua) spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis. Terdapat 2 jenis
Rumah Sakit umum kelas D, yaitu:
Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya secara
lengkap.
Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya secara
lengkap.
Rumah Sakit khusus kelas C merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta
pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya yang
minimal. Rumah Sakit khusus kelas C hanya untuk Rumah Sakit khusus ibu dan anak. Ketentuan
Rumah Sakit khusus kelas A dan B dikecualikan untuk Rumah Sakit khusus gigi dan mulut.
(Menteri Kesehatan, 2019)
7
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes no 3 tahun 2020
Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menggantikan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit karena perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum.
Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyebutkan
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit statis, Rumah Sakit bergerak, atau Rumah Sakit
lapangan
8
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan:
Rumah Sakit umum kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah.
Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
9
Rumah Sakit umum kelas D terdiri atas: Rumah Sakit umum kelas D dan Rumah
Sakit kelas D pratama. Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum
yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah.
merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit
100 (seratus) buah.
merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75
(tujuh puluh lima) buah.
merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25
(dua puluh lima) buah.
OSS diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Menurut PP No 24
tahun 2018, Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission
yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku
Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
Menurut Permenkes no 3 tahun 2020, Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal. Izin
Mendirikan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Izin Mendirikan adalah izin usaha yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota
10
setelah pemilik Rumah Sakit melakukan pendaftaran sampai sebelum pelaksanaan pelayanan
kesehatan dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen. Perizinan pendirian dan system
operasional Rumah Sakit diatur oleh lembaga OSS.
2. Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di instalasi farmasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (PMK No. 72 Tahun 2016).
5. Lokasi
Lokasi bangunan yaitu pada lahan sesuai tata ruang wilayah dan/atau tata bangunan
lingkungan kab/kota.
11
7. Tidak di daerah rawan tsunami
8. Tidak di daerah rawan banjir
9. Tidak dalam zona topan
10. Tidak di daerah rawan badai
11. Tidak dekat stasiun pemancar
12. Tidak berada pada daerah hantaran udara tegangan tinggi
12
12) Ruang farmasi
13) Ruang rekam medis
14) Ruang tenaga kesehatan
15) Ruang pendidikan dan latihan
16) Ruang kantor dan administrasi
17) Ruang ibadah
18) Ruang tunggu
19) Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit
20) Ruang menyusui
21) Ruang mekanik
22) Ruang dapur dan gizi
23) Laundry
24) Kamar jenazah
25) Taman
26) Pengelolaan sampah
27) Pelataran parkir yang mencukupi
Bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang
cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi semua
pengguna baik di dalam maupun diluar bangunan rumah sakit secara mudah, aman, nyaman dan
mandiri.
13
2.6 Perizinan Rumah Sakit
Perizinan Rumah Sakit (Mengacu kepada Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit)
Setiap rumah sakit harus memiliki izin setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit.
2. Izin Operasional
Izin komersial atau operasional
yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau
bupati/walikota setelah pemilik rumah sakit mendapatkan izin mendirikan (berlaku selama 5
tahun dan diajukan oleh pimpinan rumah sakit).
14
5. Surat pernyataan yang mencantumkan komitmen jumlah tempat tidur untuk rumah sakit
penanaman modal asing berdasarkan kesepakatan/kerja sama internasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
15
(empat belas) hari sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan pemenuhan
komitmen.
4. Berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota memberikan notifikasi persetujuan atau perbaikan
kepada pemilik Rumah Sakit melalui sistem OSS.
5. Pemilik Rumah Sakit wajib melakukan perbaikan melalui sistem OSS sejak
diterimanya hasil evaluasi dari Kementerian Kesehatan. Dalam rangka melakukan
perbaikan pemilik Rumah Sakit dapat melakukan perpanjangan pemenuhan
komitmen paling lama 1 (satu) tahun sejak diterimanya notifikasi perbaikan melalui
sistem OSS. Setelah itu melakukan verifikasi kembali terhadap pemenuhan
komitmen paling lama 10 (sepuluh) hari sejak pemilik Rumah Sakit menyampaikan
kembali pemenuhan komitmen.
6. Berdasarkan hasil verifikasi, Kementerian Kesehatan memberikan notifikasi
persetujuan atau penolakan Izin Mendirikan kepada pemilik Rumah Sakit melalui
sistem OSS. Notifikasi persetujuan sendiri merupakan pemenuhan komitmen Izin
Mendirikan.
7. Untuk mendapatkan Izin Operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS, pimpinan
Rumah Sakit harus memiliki Izin Mendirikan dan pemenuhan komitmen Izin
Operasional. Adapun pemenuhan komitmen izin operasional diantaranya :
a. Pemenuhan komitmen Izin harus dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan untuk
mendapatkan Izin Operasional yang berlaku efektif. Pemenuhan komitmen Izin
Operasional dilakukan dengan menyampaikan persyaratan Izin kepada
Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit kelas A dan penanaman modal asing,
Pemerintah Daerah provinsi untuk Rumah Sakit kelas B, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota untuk Rumah Sakit kelas C dan kelas D. Pemenuhan komitmen
kepada Kementerian Kesehatan dilakukan melalui sistem perizinan online
Kementerian Kesehatan.
b. Pemenuhan komitmen kepada Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah
Daerah kabupaten/ dapat dilakukan melalui sistem perizinan online instansi
pemberi izin masing-masing Pemerintah Daerah. Sistem perizinan online
Kementerian Kesehatan dan instansi pemberi izin masing- masing Pemerintah
16
Daerah dapat diintegrasikan dengan sistem OSS dengan cara melakukan
interoperabilitas.
c. Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan verifikasi dan visitasi paling lama 14 (empat belas)
hari sejak pimpinan Rumah Sakit menyampaikan pemenuhan komitmen. Visitasi
dilakukan oleh tim yang bertugas melakukan penilaian kesesuaian komitmen
terhadap pemenuhan klasifikasi Rumah Sakit, adapun Tim visitasi meliputi :
1) Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal, terdiri atas unsur Kementerian
Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas A dan
Rumah Sakit penanaman modal asing.
2) Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah provinsi, terdiri atas unsur
Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas
B; dan
3) Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, terdiri atas
unsur dinas kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, dan asosiasi perumahsakitan, untuk Rumah Sakit kelas C dan
kelas D.
d. Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi, Kementerian Kesehatan, Pemerintah
Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengeluarkan notifikasi
persetujuan atau penolakan melalui sistem OSS paling lama 10 (sepuluh) hari
sejak dilakukan visitasi. Notifikasi persetujuan merupakan pemenuhan komitmen
Izin Operasional.
e. Jika Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah belum
melakukan pengelolaan keuangan BLUD, Izin Mendirikan diperoleh melalui
pengajuan permohonan pemilik Rumah Sakit kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota sebagai pemberi izin sesuai dengan kelas Rumah Sakit dengan
melampirkan dokumen persyaratan Izin Mendirikan.
f. Pemberi izin harus menerbitkan surat untuk persetujuan atau penolakan
permohonan Izin Mendirikan disertai dengan alasan penolakan paling lama 14
17
(empat belas) hari kerja sejak surat permohonan dan dokumen persyaratan
Izin Mendirikan diterima lengkap. Dan jika permohonan Izin Mendirikan ditolak,
pemilik Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan ulang Izin Mendirikan
8. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang belum melakukan
pengelolaan keuangan BLUD dan telah memiliki Izin Mendirikan, dapat melakukan
permohonan Izin Operasional kepada Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/wali
kota sebagai pemberi izin sesuai dengan kelas Rumah Sakit dengan melampirkan
dokumen persyaratan Izin Operasional.
a. Kemudian Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah
Daerah kabupaten/kota melakukan verifikasi dan visitasi yang dilakukan paling
lama 14 (empat belas) hari sejak penugasan.
b. Tim yang terbentuk harus menyampaikan laporan hasil visitasi paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah visitasi dilakukan. Berdasarkan hasil verifikasi dan
visitasi Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/wali kota harus menerbitkan surat
persetujuan atau penolakan permohonan Izin Operasional paling lama 10
(sepuluh) hari sejak diterima laporan hasil visitasi.
c. Izin Operasional sendiri memuat penetapan kelas berdasarkan hasil penilaian
pemenuhan jumlah tempat tidur. Jika penilaian tidak memenuhi ketentuan,
penetapan kelas pada Izin Operasional ditetapkan berdasarkan hasil visitasi
jumlah tempat tidur.(1)
18
2. Sebelum masa berlaku izin operasional berakhir dan pemilik rumah sakit belum
mengajukan perpanjangan izin operasional, rumah sakit harus menghentikan kegiatan
pelayanannya kecuali pelayanan kegawatdaruratan dan pasien yang sedang dalam
perawatan inap. Rumah sakit yang tidak mematuhi ketentuan dan tetap
menyelenggarakan pelayanan tanpa izin operasional akan dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Peningkatan kelas rumah sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah tempat tidur
sesuai dengan klasifikasi rumah sakit. Peningkatan kelas rumah sakit hanya dapat
dilakukan terhadap rumah sakit yang telas terakreditasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Rumah sakit yang menambah jumlah tempat tidur
dan memenuhi jumlah tempat tidur minimal kelas rumah sakit diatasnya harus
melakukan perubahan izin operasional sesuai dengan klasifikasi rumah sakit.
Perubahan izin operasional harus dilakukan bila terjadi perubahan pada hal-hal
berikut ini :
a. Badan hukum
b. Nama rumah sakit
c. Kepemilikan modal
d. Jenis rumah sakit
e. Alamat rumah sakit
4. Ketentuan persyaratan dan tata cara izin berlaku secara mutatis mutandis sesuai
dengan prosedur yang terdapat dalam ketentuan peraturan ini tetapi memiliki
kewenangan dalam melakukan perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau
19
penting sesuai dengan kondisi yang mendesak terhadap perubahan izin operasional.
(1)
STUDI KASUS
Studi ini dilakukan pada enam rumah sakit, terdiri dari dua rumah sakit kabupaten dan 4
rumah sakit swasta, dipilih dari 1 kota madia dan 1 kabupaten di DIY.
Hasil dari penelitian yaitu kepatuhan terhadap perizinan rumah sakit di rumah sakit
pemerintah dan swasta tidak mencapai 100,0% seperti yang seharusnya dipersyaratkan. Dari
keempat komponen yang dinilai, hanya komponen hak pasien dan etika rumah sakit yang
mencapai tingkat optimal. Proporsi terkecil adalah pada aspek governance dan manajemen, yaitu
64,0%.
Maka dapat disimpulkan, meskipun rumah sakit belum memenuhi persyaratan perizinan,
dua dari tiga rumah sakit swasta yang diteliti mempunyai izin dan satu diantaranya tidak
mempunyai izin namun tetap operasional. Perizinan untuk rumah sakit pemerintah belum diatur,
meskipun ketiganya belum memenuhi persyaratan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
implementasi perizinan rumah sakit di provinsi DIY belum efektif (Ilyas, 2011).
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Klasifikasi rumah sakit membantu dalam menentukan tingkat kompleksitas dan jenis
pelayanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit. Jenis klasifikasi rumah sakit bervariasi di
setiap negara, namun umumnya ada tiga jenis klasifikasi, yaitu rumah sakit kelas A, B, dan C.
Klasifikasi rumah sakit didasarkan pada ketersediaan fasilitas, teknologi medis, dan kemampuan
staf medis.
Perizinan rumah sakit adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan
bahwa rumah sakit memenuhi standar minimum yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan berkualitas bagi pasien. Persyaratan perizinan rumah sakit bervariasi di
setiap negara, namun umumnya mencakup persyaratan untuk fasilitas fisik, keamanan pasien,
peralatan medis, manajemen risiko, dan staf medis.
Sebagai kesimpulan, klasifikasi dan perizinan rumah sakit adalah hal yang sangat penting
untuk memastikan bahwa rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
berkualitas bagi pasien. Kepatuhan terhadap regulasi dan persyaratan perizinan sangatlah penting
bagi keselamatan dan kesehatan pasien, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh rumah sakit.
21
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembacanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Y. (2011). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Daftar Isi. The Indonesian Journal of
Health Service Management, 14(01), 11–19.
Permenkes RI. Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Implement Sci [Internet]. 2020;39(1):1–
15. Available from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-3-
tahun-2020
Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
23