Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH SANITASI RUMAH SAKIT

PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT

Dosen Pembimbing:

Fitri Rochmalia, SST, M.KL


Dr.Ir. Iva Rustanti EW. MT
Oleh:

Kelompok 4

Tia Monica K (P27833319035)


Muhammad Ulil Amri H (P27833319021)
Puteri Jasmine A (P27833319027)
Nurita Kholifah U (P27833319025)
Rista Aisya D (P27833319031)
Rahmadhani Isna R (P27833319029)
Sugiana (P27833319033)
Firdausy Lintang Tunggadewi (P27833319039)
Vira Febyana (P27833319039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Syukur allhamdullilah senantisa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mel
impahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna me
menuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sanitasi Rumah sakit
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan ban
yak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat te
rselesaikan .
Kami menyadari spenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenaka
n terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengha
rapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai piha
k Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembang
an dan pendidikan.

Surabaya, 18 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3

C. Tujuan................................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

ISI DAN PEMBAHASAN.........................................................................................................4

A. Penyehatan Lingkungan, Sarana Bangunan Rumah sakit.................................................4

B. Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan.........................................................4

C. Standar Baku Mutu Ruangan Bangunan............................................................................9

D. Pengendalian Sarana dan Bangunan Rumah Sakit..........................................................22

E. Sarana Bangunan Standar Renovasi.................................................................................23

F. Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.............................................................23

BAB III.....................................................................................................................................31

PENUTUP................................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32

ii
i
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruangan Atau
Unit...........................................................................................................................19

Tabel 2 Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruangan Atau
Unit............................................................................................................................20

Tabel 3 Ndeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit.................................................21

Tabel 4 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang Atau Unit..................................22

Tabel 5 Indeks Kadar Gas Dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit....23

Tabel 6 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi 24

Tabel 7 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah
Kamar Mandi.............................................................................................................24

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi sosial dan kesehatan yang mempuny
ai fungsi untuk menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan peny
akit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif)kepada masyarakat menurut who (w
orld healthorganization). Berdasarkan undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang ruma
h sakit, yaitu rumah sakit juga merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang me
nyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan r
awat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

1. Fungsi rumah sakit

Berdasarkan undang-undang no. 44 tahun 2009 rumah sakit memiliki fungsi u


ntuk menjalankan tugas yaitu :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan dengan standa


r pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan peororangan melalui pelayanan keseha


tan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyeleng
garaan pendidikan, dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkat
an.

c. Kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan penel


itian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam

d. Rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pen


getahuan .

Untuk menyelenggarakana fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan kegia


tan :
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan non medis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian, dan pengembangan administrasi umum dan keuangan

1
Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada p
enguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
(Arifin, 2009). Untuk lebih memahami tentang Sanitasi Rumah Sakit marilah kita paha
mi tentang pengertian Sanitasi sebagai berikut :

1. Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai 'pemelihara kese


hatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah
upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin m
enimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkem- b
angan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
2. Dalam lingkup Rumah Sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai fak
tor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di RS yang menimbulkan atau mu
ngkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, pen
derita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar RS.
3. Tujuan dari sanitasi Rumah Sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingk
ungan Rumah Sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadiny
a infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.

Mengenai persyaratan struktur bangunan rumah sakit sesuai dengan Peraturan


Menteri Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2016. Adapun persyaratannya adalah sebagai
berikut:

1. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan seb
aik mungkin agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beba
n. Selain itu, struktur bangunan rumah sakit haruslah memenuhi persyaratan kes
elamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) selama umur bangunan gedung
dengan mempertimbangkan fungsi dari bangunan rumah sakit.
2. Kemampuan memikul beban, baik beban tetap maupun beban sementara yang m
ungkin bekerja selama umur layanan struktur harus diperhitungkan.
3. Penentuan mengenai jenis, intensitas, dan cara bekerjanya beban harus sesuai de
ngan standar teknis yang berlaku.
4. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan terhadap pengaruh gempa se
suai dengan standar teknis yang berlaku.
5. Apabila terjadi keruntuhan pada bangunan rumah sakit, kondisi strukturnya haru
s memungkinkan pengguna bangunan untuk dapat mengevakuasi/menyelamatka

2
n diri. Dalam hal ini, bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemud
ahan di mana harus tersedia jalur dan tanda evakuasi bencana.
6. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan rumah sakit, harus dilak
ukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan pedoman t
eknis atau standar yang berlaku. Pemeriksaan keandalan bangunan ini harus dila
kukan atau didampingi oleh tim ahli yang memiliki sertifikasi atas bidang yang t
elah disyaratkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apasaja upaya pengawasan untuk penyelenggaraan penyehatan lingkungan?
2. Apa saja penyelenggaraan penyehatan sarana dan bangungan rumah sakit?
3. Apa saja standar baku mutu ruang bangunan rumah sakit?
4. Bagaimana cara penyelenggaraan pengawasan kegiatan konstruksi dan renovasi
bangunan rumah sakit?
5. Bagaimana Pengendalian sarana dan banguanan rumah sakit?
6. Bagaimana Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung?

C. Tujuan

1. Umum
Memahami mengenai ruang lingkup penyehatan sarana dan bangunan rumah s
akit dan kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan rumah sakit.

2. Khusus

a. Mengetahui dan mempelajari tentang penyelenggaraan penyehatan lingkungan,


b. Mengetahui dan mempelajari tentang penyelenggaraan sarana bangunan rumah s
akit.
c. Mengetahui dan mempelajari tentang standar baku mutu ruangan bangunan
rumah sakit
d. Mengetahui pengendalian sarana dan bangunan rumah sakit
e. Mengetahui dan mempelajari tentang kegiatan kontruksi dan renovasi bangunan
rumah sakit
f. Mengetahui dan mempelajari tentang kegiatan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung

3
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit


Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah kegiatan
pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas
media lingkungan di dalam lingkungan rumah sakit melalui penanganan secara lintas
program dan lintas sektor serta berdimensi multidisiplin. Penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit dilaksanakan melalui penyehatan terhadap media lingkungan
dan upaya pengawasan berupa pengawasan diantaranya :

a. Penyelenggaraan Penyehatan Air


b. Penyelenggaraan Penyehatan Udara
c. Penyelenggaraan Penyehatan Tanah
d. Penyelenggaraan Penyehatan Pangan Siap Saji
e. Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan
f. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan Radiasi
g. Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
h. Penyelenggaraan Pengawasan Linen (Laundry)
i. Penyelenggaraan Pengawasan Proses Dekontaminasi Melalui Disinfeksi dan S
terilisasi
j. Penyelenggaraan Pengawasan Kegiatan Konstruksi/Renovasi
k. Penyelenggaraan Pengawasan Rumah Sakit Ramah Lingkungan

B. Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan


Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan penyehatan
sarana dan bangunan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka
dilakukan upaya sebagai berikut:

1. Konstruksi bangunan rumah sakit:


a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenah
an/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunj
ungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.

4
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (ga
gang pel) yang memenuhi syarat dan bahan anti septik yang tepat. Perbersi
han permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada
cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%. Setiap gagang pel diberikan kodin
g untuk mencegah terjadinya infeksi di rumah sakit, yakni: kamar pasien d
engan warna kuning, kamar mandi dengan warna merah, dapur dengan war
na hijau dan selasar dan koridor dengan warna biru.
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahu
n dan dicat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada dinding harus segera d
ibersihkan dengan menggunakan anti septik.
h. Pembersihan ruangan sesuai dengan prosedur yang mengatur tata cara pem
bersihan seluruh ruangan yang berada di ruang lingkup area Operating The
atre (OT) atau Kamar Operasi lantai rumah sakit harus mengikuti SOP. Pe
mbersihan ruangan operasi dilakukan setelah kegiatan operasi pasien selesa
i dilakukan. Untuk ruangan lainnya pembersihan dilakukan minimal 2 kali
sehari. Apabila ada temuan petugas kebersihan, pengawas ataupun perawat
maka dilakukan pembersihan tambahan sehingga kebersihan di ruangan Op
erating Theatre tetap terjaga. Petugas kebersihan di area Operating Theatre
bersifat khusus menggunakan seragam warna putih dan selalu ada di dalam
area Operating Theatre selama 24 jam penuh yang terbagi dalam 3 shift.
2. Kebisingan ruangan rumah sakit
a. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga me
ngganggu dan ataumembahayakan kesehatan.
b. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kam
ar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisin
gan.
c. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya aga
r diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara:
1. pada sumber bising dirumah sakit: peredaman, penyekatan, pe
mindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bi
sing.

5
2. ada sumber bising dari luar rumah sakit: penyekatan/penyerapa
n bising dengan penanaman pohon (greenbelt), meninggikan te
mbok, dan meninggikan tanah (bukit buatan).
d. Pengukuran kebisingan ruangan dapat dilakukan secara mandiri mengg
unakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat dil
akukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi nas
ional.
3. Pencahayaan
a. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas pe
nyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan ru
mah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
b. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyi
mpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
c. Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan peneran
gan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar i
ndividu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menim
bulkan berisik.
d. Pengukuran pencahayaan ruangan dapat dilakukan secara mandiri men
ggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat
dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah memiliki Akr
editasi Nasional (KAN).
4. Fasilitas Sanitasi Ruangan Rumah Sakit
a. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Kegunaan Higiene dan Sanitas
i. Distribusi air minum dan air kegunaan higiene dan sanitasi di setiap r
uangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir d
engan tekanan positif.
b. Fasilitas Penampungan Sampah Persyaratan penampungan sampah seba
gaimana tercantum dalam bagian Pengamanan Limbah Padat domestik
dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Pengelolaan Linen

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi


dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin
uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.

6
1. Persyaratan

a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit


atau 95°C dalam waktu 10 menit.

a. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses


pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang
dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
b. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses
tidak mengandung 6 x 10 3 spora spesies Bacillus per inci
persegi.

2. Tata Laksana

a. Di tempat laundry tersedia keran air bersih.

b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan


saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang
dapat mencuci jenis-jenis linen yang berbeda.

c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen


infeksius dan non infeksius.

d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang


dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.

e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaa


nnya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk p
erlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta
linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk ala
t-alat termasuk linen.

f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, p


encuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak la
in tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang te
lah ditetapkan.

g. Perlakuan terhadap linen:

7
1. Pengumpulan, dilakukan : Pemilahan antara linen infeksiu
s dan non-infeksius dimulai dari sumber dan memasukkan
linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi
label. Dan menghitung dan mencatat linen di ruangan.
2. Penerimaan
a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara
infeksius dan non infeksius.
b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
3. Pencucian
a. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan k
apasitas mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan disinf
ektan.
b. Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan
muntahan kemudian merendamnya dengan mengguna
kan disinfektan.
4. Pengeringan
5. Penyetrikaan
6. Penyimpanan
a. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.
b. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagia
n bawah.
c. Pintu lemariselalu tertutup.
7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari p
etugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen be
rsih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibed
akan dengan kantong yang digunakan untuk membun
gkus linen kotor.
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutu
p antara linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong h
arus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan men
gangkut linen kotor., Waktu pengangkutan linen bersi
h dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.Linen be

8
rsih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda war
na.
c. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus m
enggunakan mobil khusus.
9. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen har
us menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri
dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B agar petugas
memiliki kekebalan tubuh untuk dapat terhindar dari peny
akit nosokomial

C. Standar Baku Mutu Ruangan Bangunan


Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang atau unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah
sakit (kepmenkes 2004). Bangunan rumah sakit didesain untuk memudahkan proses
penanganan kesehatan bagi pasien rumah sakit. Desain perlu mempertimbangkan
berbagai unit yang mendukung penyediaan layanan kesehatan serta mendukung
percepatan pemulihan kesehatan serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit
atau masalah kesehatan. Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai
dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokan
ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :

a. Zona dengan Risiko Rendah


Zona risiko rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer, ruan
pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan atau
pelatihan.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi; ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat
jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada
zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi

9
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imagin), ruang bedah mayat
(autopsy ), dan ruang jenazah.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko sangat tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi
Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka untuk mencegah terjadinya infeksi
silang, kecelakaan dan kesehatan, kenyamanan serta keindahan maka ruang bangunan
dan halaman rumah sakit harus memenuhi persyaratan-persyararatan sebagai berikut :

1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit


a. Mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak
memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan, tersedia tempat parkir yang memadai dilengkapi dengan rambu
parker.
c. Bebas dari banjir, jika di lakasi daerah banjir harus tersedia fasilitas atau
teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
e. Penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup
f. Tidak berdebu, tidak becek, tidak terdapat genangan air dan dibuat landai
menuju ke saluaran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air.
g. Saluran air libah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air
limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat yang
menghasilkan sampah disediakan tempat sampah
i. Harus selalu keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
Lingkungan rumah sakit harus bebas dari asap rokok sesuai dengan Peraturan
Pemerintah/PP No. 109/ 2012; pasal 50 salah satunya yaitu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan kawasan tanpa rokok.

2. Bangunan Rumah Sakit


a. Lantai

1
0
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus atau lengkung
agar mudah dibersihkan.

b. Dinding
1) Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan
cat yang tidak luntur dan menggunakan logam berat.

c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar
atau ruang dengan baik.

2) Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai

3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara


dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan atau mekanis.

4) Penggunaan ventilasi bauatan atau mekanis harus disesuaikan dengan


peruntukan ruangan.

d. Atap

1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

2) Atap yang lebih tinggi lebih dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.

e. Langit-langit

1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.

3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap.

f. Konstruksi
1
1
1) Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.

g. Pintu rumah sakit


1) Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brankar/tempat tidur pasien
memiliki lebar bukaan minimal 120 cm, dan pintupintu yang tidak
menjadi akses tempat tidur pasien memiliki lebar bukaan minimal 90
cm.

2) Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaanketinggian


lantai

3) Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet
untuk aksesibel, harus terbuka ke luar, dan lebar

4) Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan
anti benturan

5) Ruang perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat


terbuka secara maksimal untuk kepentingan pertukaran udara

6) Pada bangunan rumah sakit bertingkat, lebar bukaan jendela harus


aman dari kemungkinan pasien dapat melarikan/meloloskan diri.

h. Jaringan instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem

2) Penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain harus memenuhi


persyaratan teknis

3) Kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelanana keseaahatan

4) Pemasangan pipa air minum tidak bolah bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negative untuk menghindari
pencemaran air minum.

i. Lalu lintas antar ruangan


1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,

1
2
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta
menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontmainasi.

2) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan


sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakianya, atau untuk lift 4
lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Reserve Divided) yaitu alat
yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah


bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram
untuk brankar.

j. Fasilitas Pemadam kebakaran

1) Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Ruang Bangunan
Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang atau un
it dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan ru
mah sakit.
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi
serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokan
ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai
berikut :
a. Zona dengan risiko rendah
Zona risiko rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan atau pelatihan.

1) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang


2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap
air berwarna terang, dan pertemuan antar lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.

1
3
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipkeks atau bahan yang kuat,
warna terang mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari alantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan
ambng bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar
atau ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya
pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan
mekanis (exhauster)
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40
meter dari lantai.
7) • Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan
3-5 m2/ petugas. • Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara b
aik alami maupun mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pert
ukaran udara 6 kali per jam .
b. Zona dengan risiko sedang
Zona risiko sedang meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada
zona risiko rendah.
c. Zona dengan risiko tinggi
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang pengindraan medis (meeical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy) dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang
a. Dinding laboratorium dari perselin atau keramik setinggi 1,50
meter dari lantai dan sisanya di cat warna terang

b. Dinding ruang pengindraan medis harus berwarna gelap,


dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruang tersebut,
tembok pembatas antara ruang sinar X dengan kamar gelap
dilengkapi dengan transver cassetts.

1
4
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antar lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.
3) Lanit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tringgi minimal 2,70 meter dari
lantai, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40
meter dari lantai.

d. Zona dengan risiko sangat tinggi


Zona risiko sangat tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, raung bersalin dan ruang patologi
dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Dinding terbuat dari bahan porselin ayau vinyl setinggi langit-langit atau
di cat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.
2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minial 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan semua
pintu kamar harus dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudaah dibersihkan, dan
berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan prifil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan
langit-langit.
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
7) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang
dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan
ruang lainnya.
8) Pemasangan AC minial 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang
masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk

1
5
ruang bedah otopedi atau transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (ultra clean air) sistem.
9) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langung dengan undara luar, untuk
itu harus dibauat ruang antara.
10) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi
perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup.
11) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai
atau di atas langit-langit.
12) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

4. Penghawaan
Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
Tabel 1 Standar suhu, kelembaban dan tekanan udara menurut fungsi ruangan atau
unit

No. Ruang atau Unit Suhu (o Kelembaban Tekanan


C) (%)
1 Operasi 19-20 45-60 Positif
2 Bersalin 24-26 45-60 Positif
3 Pemulihan atau perawatan 22-24 45-60 Seimbang
4 Observasi bayi 21-24 45-60 Seimbang
5 Perawatan bayi 22-26 35-60 Seimbang
6 Perawatan preatur 24-26 35-60 Positif
7 ICU 22-23 35-60 Positif
8 Jenazah atau Autopsi 21-24 - Negative
9 Pengindraan medis 19-24 45-60 Seimbang
10 Laboratorium 22-26 35-60 Negative
11 Radiologi 22-26 45-60 Seimbang
12 Sterilisasi 22-30 35-60 Negative
13 Dapur 22-30 35-60 Seimbang

1
6
14 Gawat darurat 19-24 45-60 Positif
15 Administrasi, pertemuan 21-24 - Seimbang
16 Ruang luka bakar 24-26 35-60 Positif

5. Pencahayaan
Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinar
an pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang dip
erlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Tabel 2 Standar intensitas cahaya (lux) di setiap ruangan

No. Ruang atau Unit Intensitas Cahaya Keterangan


(lux)
1 Ruang pasien
- Saat tidak tidur 100-200 Warna cahaya sedang
- Saat tidur Maksimal 50
2 R. operasi umum 300-500
3 Meja operasi 10.000-20.000 Warna cahaya sejuk atau
sedang tanpa bayangan
4 Anestesi, pemulihan 300-500
5 Endoscopy, lab. 75-100
6 Sinar X Minimal 60
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minimal 100 Alam hari
9 Administrasi/kantor Minimal 100
10 Ruang alat/ gudang Minimal 200
11 Farasi Minimal 200
12 Dapur Minimal 200
13 Ruang cuci Minimal 100
14 Toilet Minimal 100
15 Ruang isolasi khusus 0,1-0,5 Warna cahaya biru
penyakit tetanus
1
16 Ruang luka bakar 100-200 7
6. Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengg
anggu dan ataumembahayakan kesehatan

Tabel 3 Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit

No. Ruang atau Unit Maksimum kebisingan (waktu pemaparan


8 jam dan satuan dBA)
1 Ruang pasien
- Saat tidak tidur 45
- Saat tidur 40
2 Ruang operasi, umum 45
3 Anestesi, pemulihan 45
4 Endoskopi. Laboratorium 65
5 Sinarn X 40
6 Koridor 40
7 Tengga 45
8 Kantor atau loby 45
9 Ruang alat atau gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80

6. Jumlah Tempat Tidur


Perbanding jumlah tepat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan
kamar isolasi sebagai berikut:

a. Ruang bayi
1) Ruang perawatan minimal 2 m2 /tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 3,5 m2 /tempat tidur
b. Ruang dewasa

1
8
1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2 /tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 6 m2 /tempat tidur
7. Lantai dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut:

Ruang operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas pathogen dan gas ganggren
Ruang perawatan : 5-10 CFU/cm2
Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm2
Ruang UGD : 5-10 CFU/cm2

8. Kualitas udara ruang


Tabel 4 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit

Konsentrasi maksimum
Mikro-organisme per m3
No. Ruang atau Unit Udara (CFU/m3 )

1 Operasi 10

2 Bersalin 200

3 Pemulihan/ perawatan 200-500

4 Observasi bayi 200

5 Perawatan bayi 200

6 Perawatan preature 200

7 ICU 200

8 Jenazah/ Autopsi 200-500

9 Pengindraan medis 200

10 Laboratorium 200-500

11 Radiologi 200-500

12 Sterilisasi 200

13 Dapur 200-500

14 Gawat darurat 200

15 Administrasi, pertemuan 200-500

16 Ruang luka bakar 200

1
9
Tabel 5 Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit

No. Parameter Kiiawi Rata-rata Waktu Konsentrasi maksimal


Pengukuran sebagai Standar
1 Karbon monoksida (CO) 8 jam 10.000 ug/m3
2 Karbondioksida (CO2) 8 jam 1 ppm

3 Timbale (Pb) 1 tahun 0,5 ug/m3


4 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam 200 ug/m3

5 Radon (Rn) - 4 pCi/liter


6 Sulfur dioksida (SO2) 24 jam 125 ug/m3

7 Foraldehida (HCHO) 30 menit 100 g/m3


8 Total senyawa organic yang mu - 1 ppm
dah enguap (T.VOC)

9. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kam
ar mandi seperti pada table berikut:

Tabel 6 Indeks Perbandingan Jumlah tempat tidur, Toilet, dan jumlah Kamar Mandi

No. Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 s/d 10 1 1

2 s/d 20 2 2

3 s/d 30 3 3

4 s/d 40 4 4

Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

Tabel 7 Indeks perbandingan jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar
Mandi

2
0
No. Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 s/d 20 1 1

2 s/d 40 2 2

3 s/d 60 3 3

4 s/d 80 4 4

5 s/d 100 5 5

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit terkait dengan toilet dan kamar mandi
terdapat persyaratan fasilitas toilet dan kamar mandi yaitu:

a. Tersedia toilet untuk orang yang keterbatasan fisik (disabilitas) di ruang rawat jalan,
penunjang medik dan IGD
b. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih
c. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, mudah
dibersihkan dan tidak boleh menyebabkan genangan
d. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci
tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus
tersedia kamar mandi
e. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengapi dengan penahan bau
(water seal)
f. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi, dan ruang khusus lainnya
g. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
h. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap dan
karyawan, karyawan dan toilet pengunjung
i. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk
arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1 - 20
pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 - 30 pengunjung pria.
j. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan
k. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan/nyamuk

2
1
D. Pengendalian Sarana dan Bangunan Rumah sakit
1. Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan ud
ara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk terminal dekont
aminasi ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan melalui air borne. Tidak
direkomendasikan melakukan kultur permukaan lingkungan secara rutin kecuali bil
a ada outbreak atau renovasi/pembangunan gedung baru.
2. Pemukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas serangga (semut, kec
oa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan harus di
bersihkan secara terus menerus. Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang per
awatan dan menempatkan bunga segar, tanaman pot, bunga plastik di ruang perawat
an. Perbersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila a
da cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat dan melaksanakan SPO untuk p
embersihan, disinfeksi permukaan lingkungan,tempat tidur, peralatan disamping te
mpat tidur dan pinggirannya yang sering tersentuh. Fasilitas pelayanan kesehatan ha
rus mempunyai disinfektan yang sesuai standar untuk mengurangi kemungkinan pe
nyebaran kontaminasi. Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infek
si pada saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan
cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan kering/lantai),bila dimungkink
an mop terbuat dari microfiber. Mop untuk ruang isolasi harus digunakan tersendiri,
tidak digunakan lagi untuk ruang lainnya.
Larutan disinfektan yang biasa dipakai yaitu natrium hipoklorit 0,05- 0,5%. Bi
la ada cairan tubuh, alcohol digunakan untuk area sempit, larutan peroksida (H2O2)
0,5-1,4% untuk ruangan rawat dan 2% untuk permukaan kamar operasi, sedangkan
5-35% (dry mist) untuk udara. Ikuti aturan pakai cairan disinfektan, waktu kontak d
an cara pengencerannya. Untuk lingkungan yang sering digunakan pembersihannya
dapat diulang menggunakan air dan detergen, terutama bila di lingkungan tersebut ti
dak ditemukan mikroba multi resisten.
3. Pembersihan area sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk s
etiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi). Pembersiha
n juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan, misalnya: n

2
2
akas disamping tempat tidur,tepi tempat tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol te
lpon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll. Bongkaran pada ruang r
awat dilakukan setiap 1 (satu) bulan atau sesuai dengan kondisi hunian ruangan.
4. Desain dan konstruksi bangunan Desain harus mencerminkan kaidah PPI yang men
gacu pada pedoman PPI secara efektif dan tepat guna. Desain dari faktor berikut da
pat mempengaruhi penularan infeksi yaitu jumlah petugas kesehatan, desain ruang r
awat, luas ruangan yang tersedia, jumlah dan jenis pemeriksaan/prosedur, persyarat
an teknis komponen lantai, dinding dan langit-langit, air, listrik dan sanitasi, ventila
si dan kualitas udara, pengelolaan alat medisreused dan disposable, pengelolaan ma
kanan, laundry dan limbah

E. Sarana Bangunan Standar Renovasi.


Kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan dirumah sakit untuk pengembangan fis
ik bangunan dan utilitas rumah sakit seringkali dilaksanakan oleh pihak kontrakt
or yang akan memperkerjakan pekerja dari luar rumah sakit. Dalam pelaksanaannya,
dibutuhkan kelengkapan fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan fasilitas penan
ganan sampah dan air limbah serta fasilitas lainnya.
Penyelenggaraan pengawasan kesehatan lingkungan kegiatan konstruksi/renovasi
bangunan rumah sakit, maka harus menjalankan upaya sebagai berikut:
1. Penanganan air limbah di bedeng pekerja dan area proyek:
a. Lokasi bedeng pekerja proyek sebaiknya berada di area servis (se
rvices area) dan berdekatan dengan fasilitas dan jaringan pipa penyaluran
air limbah, seperti bak control atau bak pengumpul air limbah.
b. Dalam bedeng disediakan ruangan untuk kegiatan mandi cuci kakus yang l
ayak dan memenuhi syarat teknis, serta dengan jumlah yang memadai.
c. Air limbah MCK harus disalurkan ke fasilitas sistem penyaluran air limb
ah menuju Unit Pengolahan Air Limbah rumah sakit mengg
unakan saluran tertutup (pipa) dan dilengkapi dengan saring
an kasar.
d. Bila kondisi tertentu tidak memungkinkan melaksanakan poin c, maka
penyaluran dan pengolahan air limbah pekerja proyek dapat mengguna
kan tangki septik tank portable yang memenuhi syarat.
e. Dilarang membuang air limbah MCK langsung ke saluran di dalam ar
ea rumah sakit atau diluar area rumah sakit.

2
3
f. Air limbah kegiatan proyek seperti air bekas galian tanah, pembersihan ala
t-alat proyek dan penggunaan lainnya tidak boleh tergenang di area proy
ek.
g. Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan air limbah proyek sec
ara periodik.
2. Penanganan sampah proyek:
a. Penanganan sampah di area lokasi proyek
1. Di area proyek tersedia wadah/tong sampah rumah tangga danTempat Pe
nyimpanan Sementara (TPS) sampah sisa-sisa proyek.
2. Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan bersih, tert
utup dan dilengkapi kantong plastik hitam.
3. Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1 (satu) kal
i per hari dan dibuang ke TPS sampah rumah sakit.
4. Sampah sisa-sisa proyek harus diangkut keluar area proyek secara pe
riodik tergantung pada volume sampah.
5. Sampah rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidak mengund
ang vektor dan binatang pembawa penyakit.
6. Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampah proyek sec
ara periodik.
b. Penanganan sampah di area bedeng proyek
1. Diarea bedeng pekerja proyek tersedia wadah/tong sampah rumah ta
ngga dan atau Tempat Penyimpanan Sementara (TPS).
2. Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan bersih, tert
utup dan dilengkapi kantong plastik hitam.
3. Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1 (satu) kal
i per hari dan dibuang ke TPS sampah rumah sakit
4. Sampah rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidak mengund
ang serangga lalat, kecoa dan tikus.
5. Dilarang melakukan pembakaran sampah secara terbuka (open burning)
di area bedeng proyek.
6. Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampah proyek sec
ara periodik.
3. Pengelolaan lingkungan lokasi proyek konstruksi dan renovasi bangunan

2
4
a. Lingkungan fisik area proyek harus selalu bersih, dan ditetapkan sebag
ai Kawasan Tanpa Rokok, tidak ditemukan sampah berserakan termasuk pu
ntung rokok dan tidak ditemukan vektor dan binatang pembawa penya
kit
b. Tersedia penerangan yang cukup di area proyek.
c. Area proyek dilengkapi pagar penutup, agar debu proyek yang d
ihasilkan tidak berterbangan di sekitar dan diluar area proyek.
d. Area proyek yang berpotensi menimbulkan debu, harus dilakukan tinda
kan pencegahan debu seperti penyiraman secara rutin.
e. Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan proyek secara period
ik.

4. Pengelolaan lingkungan lokasi bedeng pekerja


a. Lingkungan fisik area bedeng pekerja proyek harus selalu bersih, tidak d
itemukan sampah berserakan termasuk puntung rokok dan tidak ditemukan
vektor dan binatang pembawa penyakit. Jika bedeng pekerja berada di
lingkungan rumah sakit, harus mengikuti peraturan sebagai Kawasa
n Tanpa Rokok.
b. Bangunan bedeng dilengkapi ventalasi yang cukup, terdapat sirkulasiudara
dan pada lobang ventilasi dilengkapi kasa anti nyamuk.
c. Tersedia penerangan yang cukup di area bedeng proyek.
d. Tidak terdapat genangan air di area bedeng yang bisa menjadi tempat perk
embangan nyamuk.
e. Area bedeng proyek harus dilengkapi pagar pembatas/penutup, agar terliha
t indah.
f. Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan bedeng proyek peker
ja secara periodik.

5. Kewajiban persyaratan kesehatan lingkungan dalam dokumen kontrak


a. Dalam dokumen kontrak pekerjaan konstruksi/renovasi bangunan dicantum
kan pasal yang mencantumkan kewajiban pelaksana pekerjaan/kontraktor u
ntuk menerapkan ketentuan kesehatan lingkungan seperti tersebut diat
as.
b. Kewajiban pelaksana pekerjaan/kontraktor untuk melaksanakan ketentuan
kesehatan lingkungan pekerjaan konstruksi/renovasi bangunan dapat juga

2
5
dicantumkan dalam surat pernyataan bermaterei yang ditanda tangani
pihak rumah sakit dan pihak pelaksana pekerjaan/kontraktor.

F. Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung


1. LINGKUP PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG
Pekerjaan permeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaa
n, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan ged
ung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemelihara
an bangunan gedung.
A. ARSITEKTURAL
1. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana penyelamat (eg
ress) bagi pemilik dan pengguna bangunan.
2. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar bangunan sehingg
a tetap rapih dan bersih.
3. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang serta perlengkapa
nnya.
4. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan berfungsi se
cara baik, berupa perlengkapan/peralatan tetap dan/atau alat bantu kerja (tools).
5. Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasi yang benar ol
eh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
B. STRUKTURAL
1. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan gedung dari
pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan pembebanan di luar batas kemampua
n struktur, serta pencemaran lainnya.
2. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur.
3. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan preventif (prev
entive maintenance).
4. Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan yang m
enyebabkan meningkatnya beban yang berkerja pada bangunan gedung, di luar
batas beban yang direncanakan.
5. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh petugas
yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.

2
6
6. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaan yang diren
canakan.
C. MEKANIKAL (TATA UDARA, SANITASI, PLAMBING DAN RANSPORTAS
I)
1. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar mutu
udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan yang di
syaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan saluran udara.
2. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air yang mel
iputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem hidran, sprinkler d
an septik tank serta unit pengolah limbah.
3. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi dalam ge
dung, baik berupa lif, eskalator, travelator, tangga, dan peralatan transportasi v
ertikal lainnya.
D. ELEKTRIKAL (CATU DAYA, TATA CAHAYA, TELEPON, KOMUNIKASI
DAN ALARM)
1. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan pemban
gkit daya listrik cadangan.
2. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan penangk
al petir.
3. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik, baik
untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan.
4. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata suara
dan komunikasi (telepon) serta data.
5. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda bahay
a dan alarm.
E. TATA RUANG LUAR
1. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah dan/atau hala
man luar bangunan gedung.
2. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar dan di dala
m bangunan gedung, seperti vegetasi (landscape), bidang perkerasan (hardscap
e), perlengkapan ruang luar (landscape furniture), saluran pembuangan, pagar
dan pintu gerbang, lampu penerangan luar, serta pos/gardu jaga.
3. Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan dan lingkungannya.

2
7
4. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugas yang mempunya
i keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
F. TATA GRHA (HOUSE KEEPING)
Meliputi seluruh kegiatan Housekeeping yang membahas hal-hal terkait denga
n sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, di antaranya mengenai Cl
eaning Service, Landscape, Pest Control, General Cleaning mulai dari persiapan p
ekerjaan, proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir
2. LINGKUP PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG
Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian banguna
n, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen r
encana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pel
aksanaan konstruksi.
A. REHABILITASI
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunak
an sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangu
nan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
B. RENOVASI
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud meng
gunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struk
tur maupun utilitas bangunannya
C. RESTORASI
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud meng
gunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap memper
tahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dap
at berubah.
D. TINGKAT KERUSAKAN
1. Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan gedung d
engan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana
teknis perawatan bangunan gedung disetujui oleh pemerintah daerah.
2. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen ban
gunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusi
a atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bu
mi, atau sebab lain yang sejenis.

2
8
3. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan,
yaitu:
a. Kerusakan ringan
1) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen nonstruk
tural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pe
ngisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adala
h sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan ged
ung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
b. Kerusakan sedang
1) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-stru
ktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan l
ain-lain.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adala
h sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan ged
ung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
c. Kerusakan berat
1) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen ban
gunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah dip
erbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
2) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi p
embangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan
lokasi yang sama.
d. Perawatan Khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usa
ha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi
(misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah), be
sarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikon
sultasikan terlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat.
4. Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus setelah berkonsultasi deng
an Instansi Teknis setempat.
5. Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan yang me
miliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat pertimbangan ti
m ahli bangunan gedung.

2
9
6. Pekerjaan perawatan ditentukan berdasarkan bagian mana yang mengalami per
ubahan atau perbaikan.

3
0
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Guna memenuhi standart baku mutu dan persyaratan penyehatan sarana dan ban
gunan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka dapat
dilakukan upaya-upaya berupa :
a. Menjaga dan mengupayakan agar supaya kondisi rumah sakit dan lingkukan
area rumah sakit tetap terjaga kebersihannya dan tentunya sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan
b. Menjaga dan mengupayakan agar tingkat kebisingan di area lingkup rumah
sakit tetap terjaga dan tetap terkendali
c. Pencahayaan di area lingkup rumah sakit juga harus diperhatikan,
terlebihlagi pada ruangan-ruangan seperti ruang operasi yang memang
membutuhkan pencahayaaan yang ekstra. Pencahayaan ini harus memenuhi
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
d. Dalam area lingkup rumah sakit juga harus tersedia tempat penampungan
sampah yang terpisahkan dengan kondisi limbah (sampah)
B. Saran
Guna meningkatkan komitmern Rumah sakit dalam rangka meningkatkan dan
perduli terhadap Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit dalam hal sarana dan bangunan
konstruksi serta renovasi Rumah Sakit, maka diperlukan
1. Mentoring atau inspeksi dari Instansi Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan
mengenai kriteria bangunan rumah sakit, yang sesua dengan keputusan Menteri K
esehatan RI Nomor 24 Tahun 2016
2. Membentuk suatu divisi atau tenaga kerja yang dikhususkan untuk mengatasi dan
mengurus sanitasi rumah sakit.

31
DAFTAR PUSTAKA

Brando Harison Sigalingging, N. (2020, Desember 2). Gambaran Rumah Sakit Ramah Lingk
ungan. pp. 61-70.

Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan . (2018). Pedoman Rumah Sakit Ramah Lingkunga
n (Green Hospital) di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan kesehatan Ke
mentrian Kesehatan Republik Indonesia.

Rizky Agustin Listiyono. (2015). Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan Di Rumah
Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sak
it Tipe B. Kebijakan dan Manajemen Publik. Vol. 1, No. 1.

Wulandari,Kusrini.2018. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan Sanitasi Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang


Peesyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman P
encegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan


Dan Perawatan Bangunan Gedung

32

Anda mungkin juga menyukai