Dosen Pembimbing:
Kelompok 4
Syukur allhamdullilah senantisa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mel
impahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna me
menuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sanitasi Rumah sakit
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan ban
yak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat te
rselesaikan .
Kami menyadari spenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenaka
n terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengha
rapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai piha
k Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembang
an dan pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
BAB III.....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
ii
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruangan Atau
Unit...........................................................................................................................19
Tabel 2 Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruangan Atau
Unit............................................................................................................................20
Tabel 5 Indeks Kadar Gas Dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit....23
Tabel 6 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi 24
Tabel 7 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah
Kamar Mandi.............................................................................................................24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi sosial dan kesehatan yang mempuny
ai fungsi untuk menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan peny
akit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif)kepada masyarakat menurut who (w
orld healthorganization). Berdasarkan undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang ruma
h sakit, yaitu rumah sakit juga merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang me
nyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan r
awat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
1
Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada p
enguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
(Arifin, 2009). Untuk lebih memahami tentang Sanitasi Rumah Sakit marilah kita paha
mi tentang pengertian Sanitasi sebagai berikut :
1. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan seb
aik mungkin agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beba
n. Selain itu, struktur bangunan rumah sakit haruslah memenuhi persyaratan kes
elamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) selama umur bangunan gedung
dengan mempertimbangkan fungsi dari bangunan rumah sakit.
2. Kemampuan memikul beban, baik beban tetap maupun beban sementara yang m
ungkin bekerja selama umur layanan struktur harus diperhitungkan.
3. Penentuan mengenai jenis, intensitas, dan cara bekerjanya beban harus sesuai de
ngan standar teknis yang berlaku.
4. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan terhadap pengaruh gempa se
suai dengan standar teknis yang berlaku.
5. Apabila terjadi keruntuhan pada bangunan rumah sakit, kondisi strukturnya haru
s memungkinkan pengguna bangunan untuk dapat mengevakuasi/menyelamatka
2
n diri. Dalam hal ini, bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemud
ahan di mana harus tersedia jalur dan tanda evakuasi bencana.
6. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan rumah sakit, harus dilak
ukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan pedoman t
eknis atau standar yang berlaku. Pemeriksaan keandalan bangunan ini harus dila
kukan atau didampingi oleh tim ahli yang memiliki sertifikasi atas bidang yang t
elah disyaratkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apasaja upaya pengawasan untuk penyelenggaraan penyehatan lingkungan?
2. Apa saja penyelenggaraan penyehatan sarana dan bangungan rumah sakit?
3. Apa saja standar baku mutu ruang bangunan rumah sakit?
4. Bagaimana cara penyelenggaraan pengawasan kegiatan konstruksi dan renovasi
bangunan rumah sakit?
5. Bagaimana Pengendalian sarana dan banguanan rumah sakit?
6. Bagaimana Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung?
C. Tujuan
1. Umum
Memahami mengenai ruang lingkup penyehatan sarana dan bangunan rumah s
akit dan kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan rumah sakit.
2. Khusus
3
BAB II
4
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (ga
gang pel) yang memenuhi syarat dan bahan anti septik yang tepat. Perbersi
han permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada
cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%. Setiap gagang pel diberikan kodin
g untuk mencegah terjadinya infeksi di rumah sakit, yakni: kamar pasien d
engan warna kuning, kamar mandi dengan warna merah, dapur dengan war
na hijau dan selasar dan koridor dengan warna biru.
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahu
n dan dicat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada dinding harus segera d
ibersihkan dengan menggunakan anti septik.
h. Pembersihan ruangan sesuai dengan prosedur yang mengatur tata cara pem
bersihan seluruh ruangan yang berada di ruang lingkup area Operating The
atre (OT) atau Kamar Operasi lantai rumah sakit harus mengikuti SOP. Pe
mbersihan ruangan operasi dilakukan setelah kegiatan operasi pasien selesa
i dilakukan. Untuk ruangan lainnya pembersihan dilakukan minimal 2 kali
sehari. Apabila ada temuan petugas kebersihan, pengawas ataupun perawat
maka dilakukan pembersihan tambahan sehingga kebersihan di ruangan Op
erating Theatre tetap terjaga. Petugas kebersihan di area Operating Theatre
bersifat khusus menggunakan seragam warna putih dan selalu ada di dalam
area Operating Theatre selama 24 jam penuh yang terbagi dalam 3 shift.
2. Kebisingan ruangan rumah sakit
a. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga me
ngganggu dan ataumembahayakan kesehatan.
b. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kam
ar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisin
gan.
c. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya aga
r diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara:
1. pada sumber bising dirumah sakit: peredaman, penyekatan, pe
mindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bi
sing.
5
2. ada sumber bising dari luar rumah sakit: penyekatan/penyerapa
n bising dengan penanaman pohon (greenbelt), meninggikan te
mbok, dan meninggikan tanah (bukit buatan).
d. Pengukuran kebisingan ruangan dapat dilakukan secara mandiri mengg
unakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat dil
akukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi nas
ional.
3. Pencahayaan
a. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas pe
nyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan ru
mah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
b. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyi
mpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
c. Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan peneran
gan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar i
ndividu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menim
bulkan berisik.
d. Pengukuran pencahayaan ruangan dapat dilakukan secara mandiri men
ggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat
dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah memiliki Akr
editasi Nasional (KAN).
4. Fasilitas Sanitasi Ruangan Rumah Sakit
a. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Kegunaan Higiene dan Sanitas
i. Distribusi air minum dan air kegunaan higiene dan sanitasi di setiap r
uangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir d
engan tekanan positif.
b. Fasilitas Penampungan Sampah Persyaratan penampungan sampah seba
gaimana tercantum dalam bagian Pengamanan Limbah Padat domestik
dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Pengelolaan Linen
6
1. Persyaratan
2. Tata Laksana
7
1. Pengumpulan, dilakukan : Pemilahan antara linen infeksiu
s dan non-infeksius dimulai dari sumber dan memasukkan
linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi
label. Dan menghitung dan mencatat linen di ruangan.
2. Penerimaan
a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara
infeksius dan non infeksius.
b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
3. Pencucian
a. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan k
apasitas mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan disinf
ektan.
b. Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan
muntahan kemudian merendamnya dengan mengguna
kan disinfektan.
4. Pengeringan
5. Penyetrikaan
6. Penyimpanan
a. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.
b. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagia
n bawah.
c. Pintu lemariselalu tertutup.
7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari p
etugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen be
rsih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibed
akan dengan kantong yang digunakan untuk membun
gkus linen kotor.
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutu
p antara linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong h
arus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan men
gangkut linen kotor., Waktu pengangkutan linen bersi
h dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.Linen be
8
rsih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda war
na.
c. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus m
enggunakan mobil khusus.
9. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen har
us menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri
dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B agar petugas
memiliki kekebalan tubuh untuk dapat terhindar dari peny
akit nosokomial
9
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imagin), ruang bedah mayat
(autopsy ), dan ruang jenazah.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko sangat tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi
Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka untuk mencegah terjadinya infeksi
silang, kecelakaan dan kesehatan, kenyamanan serta keindahan maka ruang bangunan
dan halaman rumah sakit harus memenuhi persyaratan-persyararatan sebagai berikut :
1
0
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus atau lengkung
agar mudah dibersihkan.
b. Dinding
1) Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan
cat yang tidak luntur dan menggunakan logam berat.
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar
atau ruang dengan baik.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi lebih dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
e. Langit-langit
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap.
f. Konstruksi
1
1
1) Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
3) Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet
untuk aksesibel, harus terbuka ke luar, dan lebar
4) Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan
anti benturan
h. Jaringan instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem
4) Pemasangan pipa air minum tidak bolah bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negative untuk menghindari
pencemaran air minum.
1
2
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta
menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontmainasi.
3. Ruang Bangunan
Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang atau un
it dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan ru
mah sakit.
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi
serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokan
ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai
berikut :
a. Zona dengan risiko rendah
Zona risiko rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan atau pelatihan.
1
3
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipkeks atau bahan yang kuat,
warna terang mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari alantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan
ambng bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar
atau ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya
pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan
mekanis (exhauster)
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40
meter dari lantai.
7) • Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan
3-5 m2/ petugas. • Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara b
aik alami maupun mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pert
ukaran udara 6 kali per jam .
b. Zona dengan risiko sedang
Zona risiko sedang meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada
zona risiko rendah.
c. Zona dengan risiko tinggi
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang pengindraan medis (meeical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy) dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang
a. Dinding laboratorium dari perselin atau keramik setinggi 1,50
meter dari lantai dan sisanya di cat warna terang
1
4
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antar lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.
3) Lanit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tringgi minimal 2,70 meter dari
lantai, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40
meter dari lantai.
1) Dinding terbuat dari bahan porselin ayau vinyl setinggi langit-langit atau
di cat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.
2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minial 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan semua
pintu kamar harus dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudaah dibersihkan, dan
berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan prifil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan
langit-langit.
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
7) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang
dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan
ruang lainnya.
8) Pemasangan AC minial 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang
masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk
1
5
ruang bedah otopedi atau transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (ultra clean air) sistem.
9) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langung dengan undara luar, untuk
itu harus dibauat ruang antara.
10) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi
perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup.
11) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai
atau di atas langit-langit.
12) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
4. Penghawaan
Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
Tabel 1 Standar suhu, kelembaban dan tekanan udara menurut fungsi ruangan atau
unit
1
6
14 Gawat darurat 19-24 45-60 Positif
15 Administrasi, pertemuan 21-24 - Seimbang
16 Ruang luka bakar 24-26 35-60 Positif
5. Pencahayaan
Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinar
an pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang dip
erlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
a. Ruang bayi
1) Ruang perawatan minimal 2 m2 /tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 3,5 m2 /tempat tidur
b. Ruang dewasa
1
8
1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2 /tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 6 m2 /tempat tidur
7. Lantai dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut:
Ruang operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas pathogen dan gas ganggren
Ruang perawatan : 5-10 CFU/cm2
Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm2
Ruang UGD : 5-10 CFU/cm2
Konsentrasi maksimum
Mikro-organisme per m3
No. Ruang atau Unit Udara (CFU/m3 )
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
7 ICU 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
1
9
Tabel 5 Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit
Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kam
ar mandi seperti pada table berikut:
Tabel 6 Indeks Perbandingan Jumlah tempat tidur, Toilet, dan jumlah Kamar Mandi
1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Tabel 7 Indeks perbandingan jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar
Mandi
2
0
No. Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
a. Tersedia toilet untuk orang yang keterbatasan fisik (disabilitas) di ruang rawat jalan,
penunjang medik dan IGD
b. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih
c. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, mudah
dibersihkan dan tidak boleh menyebabkan genangan
d. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci
tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus
tersedia kamar mandi
e. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengapi dengan penahan bau
(water seal)
f. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi, dan ruang khusus lainnya
g. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
h. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap dan
karyawan, karyawan dan toilet pengunjung
i. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk
arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1 - 20
pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 - 30 pengunjung pria.
j. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan
k. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan/nyamuk
2
1
D. Pengendalian Sarana dan Bangunan Rumah sakit
1. Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan ud
ara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk terminal dekont
aminasi ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan melalui air borne. Tidak
direkomendasikan melakukan kultur permukaan lingkungan secara rutin kecuali bil
a ada outbreak atau renovasi/pembangunan gedung baru.
2. Pemukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas serangga (semut, kec
oa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan harus di
bersihkan secara terus menerus. Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang per
awatan dan menempatkan bunga segar, tanaman pot, bunga plastik di ruang perawat
an. Perbersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila a
da cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat dan melaksanakan SPO untuk p
embersihan, disinfeksi permukaan lingkungan,tempat tidur, peralatan disamping te
mpat tidur dan pinggirannya yang sering tersentuh. Fasilitas pelayanan kesehatan ha
rus mempunyai disinfektan yang sesuai standar untuk mengurangi kemungkinan pe
nyebaran kontaminasi. Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infek
si pada saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan
cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan kering/lantai),bila dimungkink
an mop terbuat dari microfiber. Mop untuk ruang isolasi harus digunakan tersendiri,
tidak digunakan lagi untuk ruang lainnya.
Larutan disinfektan yang biasa dipakai yaitu natrium hipoklorit 0,05- 0,5%. Bi
la ada cairan tubuh, alcohol digunakan untuk area sempit, larutan peroksida (H2O2)
0,5-1,4% untuk ruangan rawat dan 2% untuk permukaan kamar operasi, sedangkan
5-35% (dry mist) untuk udara. Ikuti aturan pakai cairan disinfektan, waktu kontak d
an cara pengencerannya. Untuk lingkungan yang sering digunakan pembersihannya
dapat diulang menggunakan air dan detergen, terutama bila di lingkungan tersebut ti
dak ditemukan mikroba multi resisten.
3. Pembersihan area sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk s
etiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi). Pembersiha
n juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan, misalnya: n
2
2
akas disamping tempat tidur,tepi tempat tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol te
lpon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll. Bongkaran pada ruang r
awat dilakukan setiap 1 (satu) bulan atau sesuai dengan kondisi hunian ruangan.
4. Desain dan konstruksi bangunan Desain harus mencerminkan kaidah PPI yang men
gacu pada pedoman PPI secara efektif dan tepat guna. Desain dari faktor berikut da
pat mempengaruhi penularan infeksi yaitu jumlah petugas kesehatan, desain ruang r
awat, luas ruangan yang tersedia, jumlah dan jenis pemeriksaan/prosedur, persyarat
an teknis komponen lantai, dinding dan langit-langit, air, listrik dan sanitasi, ventila
si dan kualitas udara, pengelolaan alat medisreused dan disposable, pengelolaan ma
kanan, laundry dan limbah
2
3
f. Air limbah kegiatan proyek seperti air bekas galian tanah, pembersihan ala
t-alat proyek dan penggunaan lainnya tidak boleh tergenang di area proy
ek.
g. Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan air limbah proyek sec
ara periodik.
2. Penanganan sampah proyek:
a. Penanganan sampah di area lokasi proyek
1. Di area proyek tersedia wadah/tong sampah rumah tangga danTempat Pe
nyimpanan Sementara (TPS) sampah sisa-sisa proyek.
2. Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan bersih, tert
utup dan dilengkapi kantong plastik hitam.
3. Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1 (satu) kal
i per hari dan dibuang ke TPS sampah rumah sakit.
4. Sampah sisa-sisa proyek harus diangkut keluar area proyek secara pe
riodik tergantung pada volume sampah.
5. Sampah rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidak mengund
ang vektor dan binatang pembawa penyakit.
6. Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampah proyek sec
ara periodik.
b. Penanganan sampah di area bedeng proyek
1. Diarea bedeng pekerja proyek tersedia wadah/tong sampah rumah ta
ngga dan atau Tempat Penyimpanan Sementara (TPS).
2. Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan bersih, tert
utup dan dilengkapi kantong plastik hitam.
3. Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1 (satu) kal
i per hari dan dibuang ke TPS sampah rumah sakit
4. Sampah rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidak mengund
ang serangga lalat, kecoa dan tikus.
5. Dilarang melakukan pembakaran sampah secara terbuka (open burning)
di area bedeng proyek.
6. Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampah proyek sec
ara periodik.
3. Pengelolaan lingkungan lokasi proyek konstruksi dan renovasi bangunan
2
4
a. Lingkungan fisik area proyek harus selalu bersih, dan ditetapkan sebag
ai Kawasan Tanpa Rokok, tidak ditemukan sampah berserakan termasuk pu
ntung rokok dan tidak ditemukan vektor dan binatang pembawa penya
kit
b. Tersedia penerangan yang cukup di area proyek.
c. Area proyek dilengkapi pagar penutup, agar debu proyek yang d
ihasilkan tidak berterbangan di sekitar dan diluar area proyek.
d. Area proyek yang berpotensi menimbulkan debu, harus dilakukan tinda
kan pencegahan debu seperti penyiraman secara rutin.
e. Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan proyek secara period
ik.
2
5
dicantumkan dalam surat pernyataan bermaterei yang ditanda tangani
pihak rumah sakit dan pihak pelaksana pekerjaan/kontraktor.
2
6
6. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaan yang diren
canakan.
C. MEKANIKAL (TATA UDARA, SANITASI, PLAMBING DAN RANSPORTAS
I)
1. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar mutu
udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan yang di
syaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan saluran udara.
2. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air yang mel
iputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem hidran, sprinkler d
an septik tank serta unit pengolah limbah.
3. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi dalam ge
dung, baik berupa lif, eskalator, travelator, tangga, dan peralatan transportasi v
ertikal lainnya.
D. ELEKTRIKAL (CATU DAYA, TATA CAHAYA, TELEPON, KOMUNIKASI
DAN ALARM)
1. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan pemban
gkit daya listrik cadangan.
2. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan penangk
al petir.
3. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik, baik
untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan.
4. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata suara
dan komunikasi (telepon) serta data.
5. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda bahay
a dan alarm.
E. TATA RUANG LUAR
1. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah dan/atau hala
man luar bangunan gedung.
2. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar dan di dala
m bangunan gedung, seperti vegetasi (landscape), bidang perkerasan (hardscap
e), perlengkapan ruang luar (landscape furniture), saluran pembuangan, pagar
dan pintu gerbang, lampu penerangan luar, serta pos/gardu jaga.
3. Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan dan lingkungannya.
2
7
4. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugas yang mempunya
i keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
F. TATA GRHA (HOUSE KEEPING)
Meliputi seluruh kegiatan Housekeeping yang membahas hal-hal terkait denga
n sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, di antaranya mengenai Cl
eaning Service, Landscape, Pest Control, General Cleaning mulai dari persiapan p
ekerjaan, proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir
2. LINGKUP PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG
Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian banguna
n, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen r
encana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pel
aksanaan konstruksi.
A. REHABILITASI
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunak
an sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangu
nan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
B. RENOVASI
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud meng
gunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struk
tur maupun utilitas bangunannya
C. RESTORASI
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud meng
gunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap memper
tahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dap
at berubah.
D. TINGKAT KERUSAKAN
1. Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan gedung d
engan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana
teknis perawatan bangunan gedung disetujui oleh pemerintah daerah.
2. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen ban
gunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusi
a atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bu
mi, atau sebab lain yang sejenis.
2
8
3. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan,
yaitu:
a. Kerusakan ringan
1) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen nonstruk
tural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pe
ngisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adala
h sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan ged
ung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
b. Kerusakan sedang
1) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-stru
ktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan l
ain-lain.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adala
h sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan ged
ung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
c. Kerusakan berat
1) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen ban
gunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah dip
erbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
2) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi p
embangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan
lokasi yang sama.
d. Perawatan Khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usa
ha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi
(misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah), be
sarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikon
sultasikan terlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat.
4. Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus setelah berkonsultasi deng
an Instansi Teknis setempat.
5. Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan yang me
miliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat pertimbangan ti
m ahli bangunan gedung.
2
9
6. Pekerjaan perawatan ditentukan berdasarkan bagian mana yang mengalami per
ubahan atau perbaikan.
3
0
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Guna memenuhi standart baku mutu dan persyaratan penyehatan sarana dan ban
gunan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka dapat
dilakukan upaya-upaya berupa :
a. Menjaga dan mengupayakan agar supaya kondisi rumah sakit dan lingkukan
area rumah sakit tetap terjaga kebersihannya dan tentunya sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan
b. Menjaga dan mengupayakan agar tingkat kebisingan di area lingkup rumah
sakit tetap terjaga dan tetap terkendali
c. Pencahayaan di area lingkup rumah sakit juga harus diperhatikan,
terlebihlagi pada ruangan-ruangan seperti ruang operasi yang memang
membutuhkan pencahayaaan yang ekstra. Pencahayaan ini harus memenuhi
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
d. Dalam area lingkup rumah sakit juga harus tersedia tempat penampungan
sampah yang terpisahkan dengan kondisi limbah (sampah)
B. Saran
Guna meningkatkan komitmern Rumah sakit dalam rangka meningkatkan dan
perduli terhadap Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit dalam hal sarana dan bangunan
konstruksi serta renovasi Rumah Sakit, maka diperlukan
1. Mentoring atau inspeksi dari Instansi Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan
mengenai kriteria bangunan rumah sakit, yang sesua dengan keputusan Menteri K
esehatan RI Nomor 24 Tahun 2016
2. Membentuk suatu divisi atau tenaga kerja yang dikhususkan untuk mengatasi dan
mengurus sanitasi rumah sakit.
31
DAFTAR PUSTAKA
Brando Harison Sigalingging, N. (2020, Desember 2). Gambaran Rumah Sakit Ramah Lingk
ungan. pp. 61-70.
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan . (2018). Pedoman Rumah Sakit Ramah Lingkunga
n (Green Hospital) di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan kesehatan Ke
mentrian Kesehatan Republik Indonesia.
Rizky Agustin Listiyono. (2015). Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan Di Rumah
Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sak
it Tipe B. Kebijakan dan Manajemen Publik. Vol. 1, No. 1.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman P
encegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
32