DISUSUN OLEH :
1. LAILY SELVIANA
2. MELTHA ANGGRAINI
3. KARNIAWANI
4. RETNO AYU WULANDARI
5. BERLINITA
6. EVI HOLIDAY
DOSEN PEMBIMBING :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Intranatal dalam Kebidanan komunitas.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Rini Gustina Sari, M.Kes
selaku dosen pelayanan kebidanan dalam sistem pelayanan kesehatan yang telah
membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Makalah ini kami susun agar kita lebih mengenal tentang jejaring sistem
pelayanan rujukan di Rumah Sakit dan fasilitas primer serta alur rujukan.
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................ 18
Daftar pustaka .............................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
2. Fungsi dan Tugas
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang
medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
1
Melaksanakan pelayanan administratif,
Melaksanakan pendidikan para medis,
Membantu pendidikan tenaga medis umum,
Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
seuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatn.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang
kesehatan.
adalah :
2
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat.
c. Menurut Depkes RI (2009)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
d. Menurut Levey dan Loomba (1973)
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat,
lingkungan. Yang dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam
pelayanan kesehatan yaitu input , proses, output, dampak, umpan balik.
1. Input adalah sub elemen – sub elemen yang diperlukan sebagai
masukan untuk berfungsinya sistem.
2. Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan
sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3. Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya.
5. Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan
untuk sistem tersebut.
6. Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem
tersebut, Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas.
3
Tujuan Pelayanan Kesehatan :
4
berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya
berobat jalan (Ambulatory Services). Diperlukan untuk masyarakat
yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat
spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih
terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary
health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan
perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat
rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit
kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
Dokter Spesialis
Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat
(inpantient services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
Dokter Subspesialis
Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan
atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok
masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
5
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan
secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau
secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya
untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan
masyarakat (public health service) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam
suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta
sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.
6
4. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan
biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.
5. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan
kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:
Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, pemulihan.
Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan
penderita, tapi juga latar belakang ekonomi, sosial, budaya, psikologi
dan lainnya.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
(Kebidanan Komunitas: hal 207).
Rujukan upaya kesehatan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung-jawab
secara timbal balik, baik horisontal dan vertikal maupun struktural dan
fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan
kesehatan. Rujukan dibagi dalam rujukan medik yang berkaitan dengan
pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, dan
pengetahuan tentang penyakit; sedang rujukan kesehatan dikaitkan dengan
upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan
operasional. (Sistem Kesehatan Nasional ;2009).
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari
dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara
horizontal maupun vertical.
Program system rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak
tahun 1976 untuk memperbaiki pelayanan obstetri/kebidanan,terutama bagi
kelompok resiko tinggi. Harapanya adalah dengan system ini pelayanan akan
lebih efisien,efektif,affordable,dan mudah diakses oleh mayoritas masyarakat.
Tetapi pelayanan ini bukan hanya sekedar aktifitas dalam system rujukan,
tetapi juga mencakup pelatihan dan penelitian. Syarat syarat tertentu harus
dipenuhi sebelum system rujukan dapat berfungsi secara tepat, seperti :
1. Kesadaran masyarakat dalam masalah kesehatan
2. Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan yang adekuat dalam
strategi pendekatan resiko dan system rujukan.
3. Setiap unit obstetric harus memiliki peralatan yang tepat
4. Komunikasi dan transportasi yang mudah harus tersedia
9
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas.
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
e. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
f. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
g. Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah
sakit (Kebidanan Komunitas)
10
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan
yang lengkap (surat balasan). Rujukan informasi medis membahas secara
lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada
unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem
pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai
kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh
angka-angka secara regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun
penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi
antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk. Rujukan Eksternal
adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan,
baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup
pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi
upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat.
Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas
pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit
11
pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah
yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer
of personel).
d. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi
ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan
masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan
Kerja).
12
b. Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota
Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rujukan masing-masing
Kabupaten/Kota, tujuan rujukan bisa berdasarkan lokasi geografis
sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terdekat.
c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana Teknis
Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan
rujukan yang dapat dikoordinasikan di tingkat, antara lain: Balai
Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BLKM), Rumah Sakit Jiwa (RS
Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP). (Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Prov.NTT ; 2011)
2. Alur rujukan kasus kegawat daruratan:
a. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
Puskesmas pembantu
Pondok bersalin atau bidan di desa
Puskesmas rawat inap
Rumah sakit swasta / RS pemerintah
b. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
Puskesmas pembantu
Pondok bersalin atau bidan di desa (Meilani, Niken,
dkk.2009.Kebidanan Komunitas.Yogyakarta:Fitramaya )
3. Alur sistem rujukan regional
a. Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan
pelayanan berjenjang yang dimulai dari Puskesmas, kemudian kelas C,
kelas D selanjutnya RS kelas B dan akhirnya ke RS kelas A.
b. Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat
inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat
rujukan, dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara
rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien. yang telah ditetapkan
Yang dimaksud dengan“antar region yang telah ditetapkan. Sedangkan
13
yang dimaksud dengan region yang telah ditetapkan. Misalnya, RS A
merujuk pasiennya ke RS B karena pertimbangan waktu, jarak atau
karena pertimbangan lainnya yang disepakati antara rumah sakit dengan
pasien atau keluarga pasien. (Regionalisasi Sistem Rujukan (Pasal 9
Pergub jakarta No.15 Tahun 2008))
SYARAT RUJUKAN
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan
wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan
rujukan dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk.
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan
medis Daerah.
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu
rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik
yang merujuk atau yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai
kewenangan melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang
dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa Formulir rujukan
dan rujukan balik sesuai contoh: Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan
kartu Assuransi lain,Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan
penunjang.
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima
rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip
mengirim ke arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan lengkap.
4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil
selama perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
14
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi,
cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat
rujukan tepat waktu;
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan
kegawat daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem
komunikasi;
5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan
pasien tidak dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis
yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap
yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan
karena alasan medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang
diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut
kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan
kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit
kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang
setara atau sesuai dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan
lainnya, harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan
pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit
yang setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
15
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan
menentukan tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. (Peraturan Gubernur Jawa Barat,Tahun 2011
Tentang pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan)
16
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDO)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19