0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner”.
Maksud dan tujuan penulisan buku ini adalah untuk memahami
lebih dalam substansi dari materi koasistensi Legislasi Veteriner dari para
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih dengan tulus dan rasa hormat kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya, H. Agus Sjafarjanto., drh., M.Kes., yang telah membantu
dalam kelancaran proses pelaksanaan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Univesitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Arief Mardijanto, drh., M.H selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Legislasi Veteriner yang telah membimbing, memberikan petunjuk
dan saran-saran, serta melakukan perbaikan terhadap makalah ini
hingga selesai.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dengan tulus ikhlas dalam menyelesaikan pendidikan
ini, aamiin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak yang membaca, aamiin.
DAFTAR ISI
1
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………..……….… 0
Kata Pengantar ………………………………………………………….……… 1
Daftar Isi ………………………………………………………………….………. 2
BAB 1 : Pendahuluan …………………………………………….…………. 4
1.1 Latar belakang …………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan masalah …………………..…………………………………… 5
1.3 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………. 5
1.4 Manfaat bagi pembaca …………………………………..….………….. 6
BAB 2 : Persyaratan dan Tata Cara memperoleh NKV ……..…… 5
2.1 Pedoman / Dasar Hukum …………………………………….…………. 5
2.2 Pengertian NKV ……………………………………………………………… 5
2.3 Pelaku usaha wajib memiliki NKV …………………………………….. 6
2.4 Persyaratan memperoleh NKV …………………………………………. 6
2.5 Tata Cara memperoleh NKV …………………………………………….. 7
2.6 Kewajiban pencantuman NKV ……………………..…………………... 9
2.7 Masa berlaku, Perubahan dan Pencabutan NKV …………..…….. 9
2.8 Sanksi bagi pelaku usaha yang tidak memiliki NKV ……………… 10
BAB 3 : Kesimpulan dan Saran ……………………………..…………….. 12
3.1 Kesimpulan ……………………………………..……………………………… 12
3.2 Saran-saran ………………………………..………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 13
LAMPIRAN …………………………………………………………………..……….. 14
1. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu, dan Gizi Pangan …….…………………………………………………. 15
2. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan ………….……….. 59
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 381/Kpts/OT.140/10/2005
tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Pada Unit Usaha
Pangan Asal Hewan ……....................................................… 134
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
mandiri, ambulatori, klinik Hewan, pusat Kesehatan Hewan, rumah sakit
Hewan, dan rumah potong Hewan
1.2. Rumusan Masalah
Sejalan dengan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah
yang harus mendapat jawaban adalah sebagai berikut ;
1. Siapa pelaku usaha yang wajib memiliki NKV
2. Apa saja persyaratan untuk memperoleh NKV
3. Bagaimana tata cara memperoleh NKV
4. Ketentuan apa yang perlu diketahui oleh para pelaku usaha seputar
NKV
5. Sanksi apa yang diterima jika pelaku usaha tidak memiliki NKV
4
BAB 2
PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH NKV
5
medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan, dan peralatan
kesehatan hewan, serta keamanan pakan.”
PERMENTAN NO. 3 THN 2019
Pasal 1 No. 3
“Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
perlindungan sumber daya hewan, kesehatan masyarakat dan
lingkungan, serta penjaminan keamanan produk hewan, kesejahteraan
hewan, dan peningkatan akses pasar untuk mendukung kedaulatan,
kemandirian, dan ketahanan pangan asal hewan”
Keterangan:
Pengertian kesehatan hewan yang dahulu hanya berkisar mengenai
perawatan, pengobatan, pelayanan kesehatan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit, diperluas pada permentan 2019 yang
menambahkan perlindungan sumber daya hewan, kesehatan masyarakat
dan lingkungan serta penjaminan produk hewan yang lebih berhubungan
dengan ketahanan pangan asal hewan yang didukung melalui kesehatan
hewan.
b. Pengertian Tenaga Medik Veteriner
Permentan No 02 Tahun 2010
“Tenaga medik veteriner adalah dokter hewan atau dokter hewan
spesialis yang menjalankan aktivitasnya di bidang pelayanan jasa medik
veteriner berdasarkan kompetensi dan kewenangannya.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 no 8
“Tenaga medik veteriner adalah dokter hewan dan dokter hewan
spesialis yang menyelenggarakan kegiatan di bidang Kesehatan
Hewan.”
Keterangan :
Penyempitan pengertian tenaga medik veteriner pada permentan 2010
yang disesuaikan dengan kompetensi dan kewenangan, dihapus pada
permentan 2019 yang menilai tenaga medik sebagai dokter hewan dan
spesialis secara umum.
6
c. Pengertian Penyelia Dokter Hewan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Penyeliaan dokter hewan adalah pengawasan secara berkelanjutan
kepada kinerja tenaga paramedik veteriner dan/atau sarjana kedokteran
hewan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan, khususnya
dalam membantu tindakan medik veteriner.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 Nomor 10
“Penyeliaan Dokter Hewan adalah pengawasan secara berkelanjutan
kepada kinerja Tenaga Kesehatan Hewan dalam melaksanakan
Pelayanan Jasa Medik Veterner”
Keterangan :
Pengertian penyeliaan Dokter hewan pada permentan 2010 hanya ditujukan
sebagi pengawasan yang di khususkan dalam tindakan membantu tenaga
medik veteriner; sedangkan pada permentan 2019 pengawasan dilakukan
secara umum, baik dalam usaha membantu ataupun tidak (mandiri).
d. Pengertian Dokter Hewan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran
hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan hewan.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No 4
“Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran
hewan dan kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan
Kesehatan Hewan”
Keterangan :
Dalam pengertian Dokter Hewan permentan 2010, seseorang harus
memiliki surat sertifikat kompetensi untuk dikatakan sebagai dokter hewan;
sedangkan pada permentan 2019 direvisi bahwa dokter hewan tidak perlu
memiliki sertifikat kompetensi untuk dipanggil sebagai dokter hewan.
7
e. Pengertian Klinik Hewan
Permentan No. 02 Tahun 2010
“Klinik hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner yang
dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh seorang dokter
hewan penanggungjawab dan memiliki fasilitas untuk pengamatan
hewan yang mendapat gangguan kesehatan tertentu.”
Permentan No. 02 Tahun 2019
Pasal 1 No. 21
“Klinik Hewan adalah tempat usaha Pelayanan Jasa Medik veteriner yang
memiliki Dokter Hewan praktik dan fasilitas untuk penanganan hewan”
Keterangan :
Pada permentan 2010, klinik hewan harus memiliki suatu manajemen
yang dipimpin oleh dokter hewan dan memiliki fasilitas untuk pengamatan
hewan dengan gangguan kesehatan tertentu; sedangkan permentan 2019
merevisi bahwa klinik hewan hanya di artikan sebagai tempat pelayanan
jasa medik yang memiliki dokter hewan dan fasilitas penanganan hewan
tanpa harus spesifik gangguan kesehatan tertentu.
f. Pengertian Rumah Sakit Hewan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Rumah Sakit Hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik
veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh
seorang dokter hewan penanggungjawab, memiliki fasilitas untuk
pelayanan gawat darurat, laboratorium diagnostik, rawat inap, unit
penanganan intensif, ruang isolasi, serta dapat menerima jasa layanan
medik veteriner yang bersifat rujukan;”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No. 23
“Rumah Sakit Hewan yang selanjutnya disingkat RSH adalah tempat
usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner yang dikelola oleh suatu
manajemen yang memiliki Dokter Hewan sebagai penanggung jawab,
dan memiliki fasilitas untuk pengamatan hewan yang mendapat
8
gangguan kesehatan tertentu, pelayanan gawat darurat, laboratorium
diagnostik, rawat inap, unit penanganan intensif, ruang isolasi, serta
dapat menerima jasa layanan Medik Veteriner yang bersifat rujukan.”
Keterangan :
Pada permentan 2019 fasilitas yang dimiliki RSH ditambahkan fasilitas
pengamatan hewan yang memiliki gangguan kesehatan tertantu dan
pelayanan gawat darurat.
g. Pengertian Puskeswan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Pusat Kesehatan Hewan yang selanjutnya disingkat Puskeswan adalah
pos kesehatan hewan yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan
hewan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Bersama Menteri
Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Nomor:
690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan Nomor 88 tahun 1993 tentang Pos
Kesehatan Hewan.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No. 24
“Pusat Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Puskeswan adalah
unit kerja yang memberikan pelayanan di bidang Kesehatan Hewan”
Keterangan :
Pada permentan 2010 menyatakan puskeswan memiliki kebijakan sendiri
yang diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Dalam Negeri Nomor: 690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan Nomor 88
tahun 1993 tentang Pos Kesehatan Hewan; sedangkan pada permentan
2019 tidak ada keterangan lebih lanjut
h. Pengertian Otovet
Permentan No 02 Tahun 2010
“Otoritas veteriner adalah kelembagaan Pemerintah dan/atau
kelembagaan yang dibentuk Pemerintah dalam pengambilan keputusan
tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan dengan melibatkan
keprofesionalan dokter hewan dan dengan mengerahkan semua ini
kemampuan profesi mulai dari mengindentifikasian masalah,
9
menentukan kebijakan, mengoordinasikan pelaksana kebijakan, sampai
dengan mengendalikan teknis operasional di lapangan.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No.25
“Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah
daerah yang bertanggung jawab dan memiliki kompetensi dalam
penyelenggaraan Kesehatan Hewan.”
Keterangan :
Pada permentan 2010, otovet hanya merupakan kelembagaan
pemerintah, namun pada permentan 2019 otovet menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah juga dalam penyelenggaraan kesehatan
hewan, meski tugas otovet lebih jelas di paparkan pada permentan
2010.
Pasal 5
(1) Pelayanan Jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3
dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan Hewan.
10
(2) Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
terdiri atas:
a. Tenaga Medik Veteriner;
b. Tenaga Paramedik Veteriner; dan
c. sarjana kedokteran hewan.”
Pasal 6
(1) Tenaga Medik Veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf a terdiri atas Dokter Hewan dan Dokter Hewan Spesialis.
(2) Tenaga Paramedik Veteriner sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5
ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Tenaga Paramedik Veteriner kesehatan hewan;
b. Tenaga Paramedik Veteriner inseminasi buatan;
c. Tenaga Paramedik Veteriner pemeriksaan kebuntingan; dan
d. Tenaga Paramedik Veteriner asisten teknik reproduksi.”
Keterangan :
Pada permentan 2010, pelayanan jasa medik ada 2 yaitu katagori praktik
transaksi terapetik yang terdiri dari Dokter Hewan praktik mandiri, Dokter
Hewan praktik bersama, Klinik hewan, Rumah Sakit Hewan, Rumah Sakit
Hewan Khusus, pemerintah atau badan usaha, yayasan, koperasi, perusahaan
komanditer/CV, dan perseroan terbatas/PT secara sendiri-sendiri atau
kerjasama diantara keduanya. Sedangkan pada permentan 2019 direvisi dan
dijelaskan dengan baik dan rinci dimana terdapat 3 kategori untuk tenaga
kesehatan atau pelaksana keshatan hewan dan penjelasann tentang
pelaksanaan jasa medik veteriner berupa tugas pada setiap masing-masing
tenaga kesehatan hewan (tenaga medik veteriner, tenaga paramedik veteriner
dan sarjana kedokteran hewan).
a. Kategori
PERMENTAN NO 2 TAHUN 2010
Bab 2 bagian C
“Pelayanan jasa medik veteriner untuk kategori praktik transaksi
terapetik antara lain :
a. Dokter hewan praktik mandiri.
b. Dokter hewan praktik bersama
c. Klinik hewan
d. Rumah sakit hewan
e. Rumah sakit hewan khusus
f. Pusat/pos kesehatan hewan.
PERMENTAN NO.3 TAHUN 2019
Pasal 15 ayat 1 dan 2
Pelayanan jasa medic veteriner sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 dilakukanpada unit pelayanan kesehatan hewan”
Ayat 2
Unit pelayanan kesehatan hewan sebagaimana dimaksud ayat (1)
terdiri atas :
Praktik Dokter hewan mandiri
Ambulatory
Klinik hewan
Puskeswan
Rsh dan/atau
Rph
Keterangan :
12
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur tentang medic
veteriner pada bagian kesehatan hewan dan penggunaan obat-
obatan yang digunakan dalam proses medic veteriner sedangkan
jika permentan no 3 tahun 2019 mengatur medic veteriner dan
juga mengatur tentang rph serta mengenai ambulatory
Keterangan :
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur tentang syarat-
syarat khusus untuk melakukan usaha pelayanan jasa medic
veteriner dan pada permentan ini belum diatur mengenai
puskeswan dan rph sedangkan jika pada permentan no 3 tahun
2019 lebih hanya mengatur hal yang diperbaharui dengan bagian
rph dan puskeswan
Keterangan :
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur mengenai syarat
petugas medic veteriner sedangkan jika permentan no 3 tahun
2019 lebih mengatur tentang tempat dilakukannya medik
konservasi.
Keterangan :
Perubahan isi pembinaan dari Permentan No.02 Tahun 2010 ke
Permentan No. 3 Tahun 2019 menjadi pelaksanaan program
pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan menular strategis,
meningkatkan kualitas sumber daya Tenaga Kesehatan Hewan,
Pelaporan kasus Penyakit Hewan strategis yang mengindikasikan
wabah dan/atau Penyakit Hewan Menular eksotik kepada pejabat
Otoritas Veteriner setempat dan praktik dokter hewan.
2.7.2 Pengawasan
Pengawasan sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap Tenaga
Kesehatan Hewan (Permentan RI No 3 Tahun 2019 Tentang
Pelayanan Jasa Medik Veteriner bab 6 pasal 47).
15
Pada Permentan Nomor 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang
Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner di jelaskan pengawasan
meliputi :
1. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangannya melakukan koordinasi dalam
rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan pelayanan jasa medik
veteriner.
2. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangannya melakukan pengawasan
kepada keberadaan dan kinerja tenaga kesehatan hewan warga
negara asing di Indonesia.
3. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangannya memberikan apresiasi/reward
dan melakukan promosi kepada dokter hewan praktik dan/atau
usaha pelayanan jasa medik veteriner yang memenuhi
persyaratan dan menjalankan kewajibannya dengan baik.
4. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangan memberikan peringatan secara
bertahap dan menjatuhkan sanksi secara bertahap kepada dokter
hewan praktik dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner
yang belum memenuhi persyaratan dan menjalankan
kewajibannya dengan baik
Keterangan :
Penyempitan pengawasan dalam Jasa Medik Veteriner di Permentan
Tahun 2019 menjadi pengawasan dalam masa berlaku dan
pemenuhan persyaratan terhadap SIP DRH, SIPP Keswan, SIPP
Inseminator, SIPP Pkb, SIPP ATR, Sivet dan keputusan penugasan
Tenaga Kesehatan Hewan dan Praktik kedokteran hewan
Keterangan :
Dalam Permentan tahun 2010 tidak di bahas tentang pelaporan
dalam jasa medik veteriner, namun di di permentan tahun 2019 di
jelaskan tenaga keswan wajib melaporkan paling lama 24 jam
kepada pejabat otoritas veteriner jika di temukan Penyakit Hewan
Menular strategis yang mengindikasikan wabah, pelaporan data
berupa iSIKHNAS
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
17
3.2. Saran-saran
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
19