Anda di halaman 1dari 20

Perubahan Pada

Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020

0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner”.
Maksud dan tujuan penulisan buku ini adalah untuk memahami
lebih dalam substansi dari materi koasistensi Legislasi Veteriner dari para
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih dengan tulus dan rasa hormat kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya, H. Agus Sjafarjanto., drh., M.Kes., yang telah membantu
dalam kelancaran proses pelaksanaan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Univesitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Arief Mardijanto, drh., M.H selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Legislasi Veteriner yang telah membimbing, memberikan petunjuk
dan saran-saran, serta melakukan perbaikan terhadap makalah ini
hingga selesai.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dengan tulus ikhlas dalam menyelesaikan pendidikan
ini, aamiin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak yang membaca, aamiin.

Surabaya, 20 Juli 2020


Penulis,

DAFTAR ISI
1
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………..……….… 0
Kata Pengantar ………………………………………………………….……… 1
Daftar Isi ………………………………………………………………….………. 2
BAB 1 : Pendahuluan …………………………………………….…………. 4
1.1 Latar belakang …………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan masalah …………………..…………………………………… 5
1.3 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………. 5
1.4 Manfaat bagi pembaca …………………………………..….………….. 6
BAB 2 : Persyaratan dan Tata Cara memperoleh NKV ……..…… 5
2.1 Pedoman / Dasar Hukum …………………………………….…………. 5
2.2 Pengertian NKV ……………………………………………………………… 5
2.3 Pelaku usaha wajib memiliki NKV …………………………………….. 6
2.4 Persyaratan memperoleh NKV …………………………………………. 6
2.5 Tata Cara memperoleh NKV …………………………………………….. 7
2.6 Kewajiban pencantuman NKV ……………………..…………………... 9
2.7 Masa berlaku, Perubahan dan Pencabutan NKV …………..…….. 9
2.8 Sanksi bagi pelaku usaha yang tidak memiliki NKV ……………… 10
BAB 3 : Kesimpulan dan Saran ……………………………..…………….. 12
3.1 Kesimpulan ……………………………………..……………………………… 12
3.2 Saran-saran ………………………………..………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 13
LAMPIRAN …………………………………………………………………..……….. 14
1. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu, dan Gizi Pangan …….…………………………………………………. 15
2. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan ………….……….. 59
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 381/Kpts/OT.140/10/2005
tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Pada Unit Usaha
Pangan Asal Hewan ……....................................................… 134

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kesehatan hewan harus dipandang sebagai masalah
kesehatan bersama, yang memerlukan pendekatan paradigma “one
world – one health – one medicine”. Hal ini mengandung implikasi
pentingnya penyelesaian masalah kesehatan hewan secara tuntas dan
berkesinambungan dalam suatu sistem kesehatan hewan nasional. Pada
hakekatnya upaya kesehatan, termasuk kesehatan hewan, merupakan
tanggungjawab bersama. Oleh sebab itu pemerintah perlu mengatur
penyelenggaraan pelayanan kesehatan hewan, termasuk pelayanan jasa
medik veteriner sebagai bagian integral dari sistem kesehatan hewan
nasional untuk sebesar-besarnya kesejahteraan manusia, derajat
kesehatan hewan, serta keharmonian pelestarian lingkungan.
Pelayanan jasa medik veteriner adalah kegiatan pelayanan jasa
yang berkaitan dengan kompetensi dokter hewan yang diberikan kepada
masyarakat dalam rangka penyelenggaraan praktik kedokteran hewan.
Pelayanan jasa medik veteriner meliputi pemberian diagnosis dan
prognosis penyakit Hewan, tindakan transaksi terapetik dan konsultasi
kesehatan hewan dan pendidikan klien atau masyarakat mengenai
kesehatan hewan dan lingkungan. Pelayanan jasa medik veteriner dapat
dilakukan terhadap hewan terestrial, satwa liar, dan hewan
akuatik,termasuk produknya.
Pelaksanaan jasa medik veteriner diatur dalam Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia No. 02 tahun 2010 yang kemudian direvisi
menjadi Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 03 Tahun
2019. Pada perubahan yang dilakukan terdapat beberapa poin yang
ditambahkan maupun dihapuskan karena sudah tidak sesuai dengan
kondisi yang ada dilapangan. Pedoman pelayanan jasa medik veteriner
memiliki fungsi sebagai acuan dalam pemenuhan standar minimal
pelayanan kesehatan hewan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
perkembangan global dan program otonomi daerah. Selain
itu,pelayanan jasa yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan kaidah-kaidah keprofesionalan kedokteran hewan dan kode etik
dokter hewan.Dalam peraturan menteri yang menjadi pedoman jasa
medik veteriner meliputi pengertian, bentuk, jenis pelayanan,
pelaksanaan, persyaratan, dan perizinan jasa medik veteriner. Unit
pelayanan kesehatan hewan terdiri atas tempat praktik Dokter Hewan

3
mandiri, ambulatori, klinik Hewan, pusat Kesehatan Hewan, rumah sakit
Hewan, dan rumah potong Hewan
1.2. Rumusan Masalah
Sejalan dengan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah
yang harus mendapat jawaban adalah sebagai berikut ;
1. Siapa pelaku usaha yang wajib memiliki NKV
2. Apa saja persyaratan untuk memperoleh NKV
3. Bagaimana tata cara memperoleh NKV
4. Ketentuan apa yang perlu diketahui oleh para pelaku usaha seputar
NKV
5. Sanksi apa yang diterima jika pelaku usaha tidak memiliki NKV

1.3. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud disusunnya makalah ini adalah untuk menggali
lebih dalam pengetahuan seputar Nomor Kontrol Veteriner (NKV)
sehingga para mahasiswa mampu menggunakan daya nalar dan
kemampuan analisisnya untuk memberikan asessesmen terhadap
berbagai kasus yang ada di lapangan.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar para pembaca dapat
mengerti serta memahami manfaat Nomor Kontrol Veteriner (NKV),
sehingga dapat melahirkan kesadaran pentingnya memiliki NKV untuk
memberikan jaminan keamanan pangan, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kualitas Pangan Asal Hewan (PAH) yang beredar di pasar
serta tercapainya tujuan Kesehatan Masyarakat Veteriner (KESMAVET).

1.4. Manfaat bagi pembaca


Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memetik
manfaat yang sebesar-besarnya antara lain seperti ;
1. Mengetahui siapa pelaku usaha yang wajib memiliki NKV, mengapa
wajib memiliki NKV, apa pentingnya bagi performance usaha.
2. Mengerti bagaimana persyaratan dan tata cara untuk memperoleh
NKV, serta berbagai ketentuan seputar NKV.
3. Memahami dan menyadari arti pentingnya NKV bagi jaminan
keamanan pangan pada konsumen, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kualitas Pangan Asal Hewan (PAH) untuk kepentingan
masyarakat luas.

4
BAB 2
PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH NKV

2.1. Definisi Jasa Medik Veteriner


Pelayanan Jasa Medik Veteriner adalah layanan jasa yang
berkaitan dengan kompetensi dokter hewan yang diberikan kepada
masyarakat dalam rangka praktik kedokteran hewan. Pelayanan yang
diberikan jasa medik veteriner meliputi pemberian diagnosis dan
prognosis penyakit Hewan, tindakan transaksi terapetik dan konsultasi
kesehatan hewan dan pendidikan klien atau masyarakat mengenai
kesehatan hewan dan lingkungan, pemberian pelayanan dapat dilakukan
secara klinis, patologis, laboratoris, forensik, dan/ atau epidemiologik.
Pelayanan jasa medik veteriner jika ditemukan hasil diagnosis
penyakit hewan menular strategis yang mengindikasikan wabah atau
penyakit hewan menular eksotik, petugas pelayanan jasa medik
veteriner wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner
kabupaten/kota dalam waktu paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam sejak indikasi ditemukan. Unit pelayanan kesehatan hewan
yang termasuk dalam jasa medik veteriner terdiri atas tempat praktik
Dokter Hewan mandiri, ambulatori, klinik Hewan, pusat Kesehatan
Hewan, rumah sakit Hewan, dan rumah potong Hewan.
Pengertian-pengertian yang tercantum didalam pedoman
jasa medik veteriner merupakan pengertian yang merupakan bagian dari
jasa medik veteriner. Banyak pengertian yang tercantum dalam
pedoman jasa medik veteriner memiliki makna tidak sesuai dengan
pelaksanaannya oleh karena itu pada peraturan menteri yang telah
mengalami revisi dijelaskan lebih mendetail mengenai makna profesi
didalam jasa medik veteriner agar tidak terjadinya kerancuan.

2.1.1 Perubahan Pada Peraturan Menteri Peraturan Menteri


Pertanian Republik Indonesia No. 02 tahun 2010
a. Pengertian Kesehatan Hewan
PERMENTAN NO. 2 THN 2010
Pengertian Kesehatan Hewan:
“Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan,
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit,

5
medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan, dan peralatan
kesehatan hewan, serta keamanan pakan.”
PERMENTAN NO. 3 THN 2019
Pasal 1 No. 3
“Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
perlindungan sumber daya hewan, kesehatan masyarakat dan
lingkungan, serta penjaminan keamanan produk hewan, kesejahteraan
hewan, dan peningkatan akses pasar untuk mendukung kedaulatan,
kemandirian, dan ketahanan pangan asal hewan”
Keterangan:
Pengertian kesehatan hewan yang dahulu hanya berkisar mengenai
perawatan, pengobatan, pelayanan kesehatan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit, diperluas pada permentan 2019 yang
menambahkan perlindungan sumber daya hewan, kesehatan masyarakat
dan lingkungan serta penjaminan produk hewan yang lebih berhubungan
dengan ketahanan pangan asal hewan yang didukung melalui kesehatan
hewan.
b. Pengertian Tenaga Medik Veteriner
Permentan No 02 Tahun 2010
“Tenaga medik veteriner adalah dokter hewan atau dokter hewan
spesialis yang menjalankan aktivitasnya di bidang pelayanan jasa medik
veteriner berdasarkan kompetensi dan kewenangannya.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 no 8
“Tenaga medik veteriner adalah dokter hewan dan dokter hewan
spesialis yang menyelenggarakan kegiatan di bidang Kesehatan
Hewan.”
Keterangan :
Penyempitan pengertian tenaga medik veteriner pada permentan 2010
yang disesuaikan dengan kompetensi dan kewenangan, dihapus pada
permentan 2019 yang menilai tenaga medik sebagai dokter hewan dan
spesialis secara umum.

6
c. Pengertian Penyelia Dokter Hewan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Penyeliaan dokter hewan adalah pengawasan secara berkelanjutan
kepada kinerja tenaga paramedik veteriner dan/atau sarjana kedokteran
hewan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan, khususnya
dalam membantu tindakan medik veteriner.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 Nomor 10
“Penyeliaan Dokter Hewan adalah pengawasan secara berkelanjutan
kepada kinerja Tenaga Kesehatan Hewan dalam melaksanakan
Pelayanan Jasa Medik Veterner”
Keterangan :
Pengertian penyeliaan Dokter hewan pada permentan 2010 hanya ditujukan
sebagi pengawasan yang di khususkan dalam tindakan membantu tenaga
medik veteriner; sedangkan pada permentan 2019 pengawasan dilakukan
secara umum, baik dalam usaha membantu ataupun tidak (mandiri).
d. Pengertian Dokter Hewan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran
hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan hewan.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No 4
“Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran
hewan dan kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan
Kesehatan Hewan”
Keterangan :
Dalam pengertian Dokter Hewan permentan 2010, seseorang harus
memiliki surat sertifikat kompetensi untuk dikatakan sebagai dokter hewan;
sedangkan pada permentan 2019 direvisi bahwa dokter hewan tidak perlu
memiliki sertifikat kompetensi untuk dipanggil sebagai dokter hewan.

7
e. Pengertian Klinik Hewan
Permentan No. 02 Tahun 2010
“Klinik hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner yang
dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh seorang dokter
hewan penanggungjawab dan memiliki fasilitas untuk pengamatan
hewan yang mendapat gangguan kesehatan tertentu.”
Permentan No. 02 Tahun 2019
Pasal 1 No. 21
“Klinik Hewan adalah tempat usaha Pelayanan Jasa Medik veteriner yang
memiliki Dokter Hewan praktik dan fasilitas untuk penanganan hewan”
Keterangan :
Pada permentan 2010, klinik hewan harus memiliki suatu manajemen
yang dipimpin oleh dokter hewan dan memiliki fasilitas untuk pengamatan
hewan dengan gangguan kesehatan tertentu; sedangkan permentan 2019
merevisi bahwa klinik hewan hanya di artikan sebagai tempat pelayanan
jasa medik yang memiliki dokter hewan dan fasilitas penanganan hewan
tanpa harus spesifik gangguan kesehatan tertentu.
f. Pengertian Rumah Sakit Hewan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Rumah Sakit Hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik
veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh
seorang dokter hewan penanggungjawab, memiliki fasilitas untuk
pelayanan gawat darurat, laboratorium diagnostik, rawat inap, unit
penanganan intensif, ruang isolasi, serta dapat menerima jasa layanan
medik veteriner yang bersifat rujukan;”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No. 23
“Rumah Sakit Hewan yang selanjutnya disingkat RSH adalah tempat
usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner yang dikelola oleh suatu
manajemen yang memiliki Dokter Hewan sebagai penanggung jawab,
dan memiliki fasilitas untuk pengamatan hewan yang mendapat
8
gangguan kesehatan tertentu, pelayanan gawat darurat, laboratorium
diagnostik, rawat inap, unit penanganan intensif, ruang isolasi, serta
dapat menerima jasa layanan Medik Veteriner yang bersifat rujukan.”
Keterangan :
Pada permentan 2019 fasilitas yang dimiliki RSH ditambahkan fasilitas
pengamatan hewan yang memiliki gangguan kesehatan tertantu dan
pelayanan gawat darurat.
g. Pengertian Puskeswan
Permentan No 02 Tahun 2010
“Pusat Kesehatan Hewan yang selanjutnya disingkat Puskeswan adalah
pos kesehatan hewan yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan
hewan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Bersama Menteri
Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Nomor:
690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan Nomor 88 tahun 1993 tentang Pos
Kesehatan Hewan.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No. 24
“Pusat Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Puskeswan adalah
unit kerja yang memberikan pelayanan di bidang Kesehatan Hewan”
Keterangan :
Pada permentan 2010 menyatakan puskeswan memiliki kebijakan sendiri
yang diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Dalam Negeri Nomor: 690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan Nomor 88
tahun 1993 tentang Pos Kesehatan Hewan; sedangkan pada permentan
2019 tidak ada keterangan lebih lanjut
h. Pengertian Otovet
Permentan No 02 Tahun 2010
“Otoritas veteriner adalah kelembagaan Pemerintah dan/atau
kelembagaan yang dibentuk Pemerintah dalam pengambilan keputusan
tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan dengan melibatkan
keprofesionalan dokter hewan dan dengan mengerahkan semua ini
kemampuan profesi mulai dari mengindentifikasian masalah,

9
menentukan kebijakan, mengoordinasikan pelaksana kebijakan, sampai
dengan mengendalikan teknis operasional di lapangan.”
Permentan No 03 Tahun 2019
Pasal 1 No.25
“Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah
daerah yang bertanggung jawab dan memiliki kompetensi dalam
penyelenggaraan Kesehatan Hewan.”
Keterangan :
Pada permentan 2010, otovet hanya merupakan kelembagaan
pemerintah, namun pada permentan 2019 otovet menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah juga dalam penyelenggaraan kesehatan
hewan, meski tugas otovet lebih jelas di paparkan pada permentan
2010.

2.2. Jenis Pelayanan Jasa Medik Veteriner

2.3. Bentuk Pelayanan Jasa Medik Veteriner

Peraturan Menteri Pertanian No. 02 tahun 2010

1. Pelayanan jasa medik veteriner untuk katagori praktik transaksi


terapetik antara lain :
a. Dokter hewan praktik mandiri;
b. Dokter hewan praktik bersama;
c. Klinik hewan;
d. Rumah Sakit Hewan;
e. Rumah Sakit Hewan Khusus; dan
f. Pusat/Pos Kesehatan Hewan.
2. Pelayanan jasa medik veteriner dapat dilakukan oleh pemerintah atau
badan usaha, seperti perorangan, yayasan, koperasi, perusahaan
komanditer/CV, dan perseroan terbatas/PT secara sendiri-sendiri atau
kerjasama diantara keduanya.

Peraturan Menteri Pertanian No. 03 tahun 2019

Pasal 5
(1) Pelayanan Jasa Medik Veteriner sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3
dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan Hewan.
10
(2) Tenaga Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
terdiri atas:
a. Tenaga Medik Veteriner;
b. Tenaga Paramedik Veteriner; dan
c. sarjana kedokteran hewan.”
Pasal 6
(1) Tenaga Medik Veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf a terdiri atas Dokter Hewan dan Dokter Hewan Spesialis.
(2) Tenaga Paramedik Veteriner sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5
ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Tenaga Paramedik Veteriner kesehatan hewan;
b. Tenaga Paramedik Veteriner inseminasi buatan;
c. Tenaga Paramedik Veteriner pemeriksaan kebuntingan; dan
d. Tenaga Paramedik Veteriner asisten teknik reproduksi.”

Keterangan :
Pada permentan 2010, pelayanan jasa medik ada 2 yaitu katagori praktik
transaksi terapetik yang terdiri dari Dokter Hewan praktik mandiri, Dokter
Hewan praktik bersama, Klinik hewan, Rumah Sakit Hewan, Rumah Sakit
Hewan Khusus, pemerintah atau badan usaha, yayasan, koperasi, perusahaan
komanditer/CV, dan perseroan terbatas/PT secara sendiri-sendiri atau
kerjasama diantara keduanya. Sedangkan pada permentan 2019 direvisi dan
dijelaskan dengan baik dan rinci dimana terdapat 3 kategori untuk tenaga
kesehatan atau pelaksana keshatan hewan dan penjelasann tentang
pelaksanaan jasa medik veteriner berupa tugas pada setiap masing-masing
tenaga kesehatan hewan (tenaga medik veteriner, tenaga paramedik veteriner
dan sarjana kedokteran hewan).

2.4. Persyaratan Perizinan Jasa Medik Veteriner

2.5. Tempat Pelayanan Jasa Medik Veteriner

PERMENTAN NO 2 TAHUN 2010


11
Bab 1 bagian 17
“Tempat praktik adalah lokasi usaha pelayanan jasa medik
veteriner yang diizinkan oleh Bupati/Walikota, seperti usaha dokter
hewan praktik mandiri, dokter hewan praktik bersama, klinik
hewan, rumah sakit hewan, atau pusat kesehatan hewan”

PERMENTAN NO.3 TAHUN 2019


Pasal 1 no 17
“Tempat pelayanan paramedic veteriner adalah tempat yang
memberikan pelayanan kesehatan hewan atau medik reproduksi”
Keterangan :
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur mengenai praktik
dokter hewan sedangkan pada permentan no 3 tahun 2019 lebih
mengatur tentang paramedic veteriner yang dimana belum sempat
di atur pada permentan sebelumnya

a. Kategori
PERMENTAN NO 2 TAHUN 2010
Bab 2 bagian C
“Pelayanan jasa medik veteriner untuk kategori praktik transaksi
terapetik antara lain :
a. Dokter hewan praktik mandiri.
b. Dokter hewan praktik bersama
c. Klinik hewan
d. Rumah sakit hewan
e. Rumah sakit hewan khusus
f. Pusat/pos kesehatan hewan.
PERMENTAN NO.3 TAHUN 2019
Pasal 15 ayat 1 dan 2
Pelayanan jasa medic veteriner sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 dilakukanpada unit pelayanan kesehatan hewan”
Ayat 2
Unit pelayanan kesehatan hewan sebagaimana dimaksud ayat (1)
terdiri atas :
Praktik Dokter hewan mandiri
Ambulatory
Klinik hewan
Puskeswan
Rsh dan/atau
Rph
Keterangan :
12
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur tentang medic
veteriner pada bagian kesehatan hewan dan penggunaan obat-
obatan yang digunakan dalam proses medic veteriner sedangkan
jika permentan no 3 tahun 2019 mengatur medic veteriner dan
juga mengatur tentang rph serta mengenai ambulatory

b. RPH dan Puskeswan


PERMENTAN NO 2 TAHUN 2010
Bab IV Bagian c
“Persyaratan Khusus Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner:”
Dokter Hewan Praktik Mandiri
Dokter Hewan Praktik Bersama
Klinik Hewan
Rumah sakit hewan
Rumah sakit hewan khusus
PERMENTAN NO.3 TAHUN 2019
Pasal 31
Unit pelayanan kesehatan hewan berupa puskeswan dan rumah
potong hewan sebagaiaman dimaksud dalam pasal 15 ayat (2)
huruf d dan huruf f perizinannya diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Keterangan :
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur tentang syarat-
syarat khusus untuk melakukan usaha pelayanan jasa medic
veteriner dan pada permentan ini belum diatur mengenai
puskeswan dan rph sedangkan jika pada permentan no 3 tahun
2019 lebih hanya mengatur hal yang diperbaharui dengan bagian
rph dan puskeswan

c. Syarat Khusus dan Tempat Dilakukan Medik Konservasi


PERMENTAN NO 2 TAHUN 2010
Bab III bagian C.
Dokter Hewan Praktik Mandiri
Bentuk perizinan untuk dokter hewan praktik dari Bupati/Walikota
yaitu
Surat Tanda Registrasi
Bupati/walikota menerbitkan surat izin praktik berdasarkan
rekomendasi organisasi profesi kedokteran hewan
Rekomendasi dari organisasi profesi kedokteran hewan diberikan
dengan melampirkan salinan (copy):
13
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
b) Ijazah Dokter Hewan Indonesia;
c) Sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh organisasi
profesi kedokteran hewan berupa Surat Ijin Dokter Hewan
d) Surat Keterangan Sehat; serta
e) Surat pernyataan mematuhi etika, kode etik dan sumpah
dokter hewan;

PERMENTAN NO.3 TAHUN 2019


Pasal 32
“Unit pelayananan kesehatan hewan berupa tempat praktik dokter
hewan mandiri sebagaiaman dimaksud dalam pasal 15 ayat (2)
huruf a wajib memiliki surat keterangan pemenuhan tempat
praktik”

Keterangan :
Pada permentan no 2 tahun 2010 lebih mengatur mengenai syarat
petugas medic veteriner sedangkan jika permentan no 3 tahun
2019 lebih mengatur tentang tempat dilakukannya medik
konservasi.

2.6. Perizinan Jasa Medik Veteriner

2.7. Pengawasan Dan Pembinaan


2.7.1 Pembinaan
Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan
organisasi profesi kedokteran hewan melakukan pembinaan
dan pengawasan atas Pelayanan Jasa Medik Veteriner sesuai
dengan kewenangannya (Permentan RI No 3 Tahun 2019
Tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner bab 6 pasal 47) .
Pada Permentan Nomor 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang
Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner di jelaskan bahwa
Pembinaan meliputi :
1. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat
sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan
terhadap pelaksanaan pelayanan jasa medik veteriner di
seluruh Indonesia.
2. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat
sesuai dengan kewenangannya mengakomodasi dan
mendorong terlaksananya kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan oleh dokter hewan berwenang, klinik hewan,
14
rumah sakit hewan, rumah sakit hewan khusus serta
organisasi profesi kedokteran hewan.
3. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat
sesuai dengan kewenangannya mengakomodasi hak-hak
dokter hewan praktik dan pengusaha pelayanan jasa medik
veteriner.
4. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat
sesuai dengan kewenangannya, bersama organisasi profesi
kedokteran hewan melakukan pembinaan kepada praktik
kedokteran hewan dan pemberdayaan potensi tenaga
kesehatan hewan.
5. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat
sesuai dengan kewenangannya mengatur sistem rujukan,
pelaporan dan informasi veteriner dalam rangka siskeswanas.
6. Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan
memfasilitasi pengembangan medik veteriner dan medik
konservasi, pusat kesehatan hewan, serta rumah
pemotongan hewan.

Pada Permentan RI Nomor 03 Tahun 2019 Tentang Pelayanan Jasa


Medik Veteriner Bab 7 Pasal 48 Ayat 2 di jelaskan pembinaan yang
di maksud berupa pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan Penyakit Hewan menular strategis, meningkatkan
kualitas sumber daya Tenaga Kesehatan Hewan, Pelaporan kasus
Penyakit Hewan strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau
Penyakit Hewan Menular eksotik kepada pejabat Otoritas Veteriner
setempat dan praktik dokter hewan.

Keterangan :
Perubahan isi pembinaan dari Permentan No.02 Tahun 2010 ke
Permentan No. 3 Tahun 2019 menjadi pelaksanaan program
pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan menular strategis,
meningkatkan kualitas sumber daya Tenaga Kesehatan Hewan,
Pelaporan kasus Penyakit Hewan strategis yang mengindikasikan
wabah dan/atau Penyakit Hewan Menular eksotik kepada pejabat
Otoritas Veteriner setempat dan praktik dokter hewan.

2.7.2 Pengawasan
Pengawasan sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap Tenaga
Kesehatan Hewan (Permentan RI No 3 Tahun 2019 Tentang
Pelayanan Jasa Medik Veteriner bab 6 pasal 47).
15
Pada Permentan Nomor 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang
Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner di jelaskan pengawasan
meliputi :
1. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangannya melakukan koordinasi dalam
rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan pelayanan jasa medik
veteriner.
2. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangannya melakukan pengawasan
kepada keberadaan dan kinerja tenaga kesehatan hewan warga
negara asing di Indonesia.
3. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangannya memberikan apresiasi/reward
dan melakukan promosi kepada dokter hewan praktik dan/atau
usaha pelayanan jasa medik veteriner yang memenuhi
persyaratan dan menjalankan kewajibannya dengan baik.
4. Otoritas veteriner kabupaten/kota, provinsi dan/atau pusat sesuai
dengan jangkauan kewenangan memberikan peringatan secara
bertahap dan menjatuhkan sanksi secara bertahap kepada dokter
hewan praktik dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner
yang belum memenuhi persyaratan dan menjalankan
kewajibannya dengan baik

Pada Permentan RI Nomor 03 Tahun 2019 Tentang Pelayanan Jasa


Medik Veteriner Bab 6 Pasal 49 ayat 2 berupa :
1. Masa berlaku SIP DRH, SIPP Keswan, SIPP Inseminator, SIPP
Pkb, SIPP ATR, dan keputusan penugasan Tenaga Kesehatan
Hewan,
2. Pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIP DRH, SIPP
Keswan, SIPP Inseminator, SIPP Pkb, SIPP ATR, Sivet dan
keputusan penugasan Tenaga Kesehatan Hewan dan
3. Praktik kedokteran hewan

Keterangan :
Penyempitan pengawasan dalam Jasa Medik Veteriner di Permentan
Tahun 2019 menjadi pengawasan dalam masa berlaku dan
pemenuhan persyaratan terhadap SIP DRH, SIPP Keswan, SIPP
Inseminator, SIPP Pkb, SIPP ATR, Sivet dan keputusan penugasan
Tenaga Kesehatan Hewan dan Praktik kedokteran hewan

2.8 Laporan Jasa Medik Veteriner


16
Dalam hal Tenaga Kesehatan Hewan melaksanakan Pelayanan Jasa
Medik Veteriner ditemukan hasil diagnosis Penyakit Hewan Menular
strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan
menular eksotik, Tenaga Kesehatan Hewan wajib melaporkan kepada
pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota paling lama 24 jam sejak
indiksi ditemukan. Pelaporan berupa data dan informasi diagnosis
dapat menggunakan system daring informasi kesehatan Hewan
Nasional(Isikhnas). Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota wajib
menindaklanjuti laporan dengan memberikan rekommendasi kepada
bupati/walikota untuk melaporkan terjadinya wabah dan/atau
Penyakit Hewan menular, eksotik kepada gubernur dan menteri,
melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
(Permentan RI Nomor 03 Tahun 2019 Tentang Pelayanan Jasa Medik
Veteriner Bab 5 Pasal 45).
Tenaga Kesehatan Hewan yang melakukan Pelayanan Jasa Medik
Veteriner meakukan rekam medic pasien dengan menggunakan
system informasi rekam Medik Veteriner(Permentan RI Nomor 03
Tahun 2019 Tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner Bab 5 Pasal
46).

Keterangan :
Dalam Permentan tahun 2010 tidak di bahas tentang pelaporan
dalam jasa medik veteriner, namun di di permentan tahun 2019 di
jelaskan tenaga keswan wajib melaporkan paling lama 24 jam
kepada pejabat otoritas veteriner jika di temukan Penyakit Hewan
Menular strategis yang mengindikasikan wabah, pelaporan data
berupa iSIKHNAS

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

17
3.2. Saran-saran

18
DAFTAR PUSTAKA
1.

19

Anda mungkin juga menyukai