Kelompok III
MAKASSAR
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenaan-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan dengan
judul “Manajemen Analisa Swot Dan Matriks Swot Pada Rs Grestelina Makasar”.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen matakuliah
dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dalam
makalah kami.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan bagi
pembaca khususnya program studi keperawatan serta dapat memberikan informasi
mengenai “Manajemen Analisa Swot Dan Matriks Swot Pada Rs Grestelina
Makasar”serta memberikan pengetahuan pula tentang Manajemen Analisa Swot
Dan Matriks Swot .Terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
D. Matriks swot ....................................................................................... 30
BAB IV PEMBAHASAN PERBANDINGAN TEORI DAN KASUS
A. Analisa .................................................................................................. 34
B. Identifikasi Menejemen asuhan (Flow Of Care) .................................. 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 46
B. Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah
sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen
lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana
diharapkan.Lingkup manajemen operasional dan manajemen asuhan
keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan
mengawasi sumber daya keperawatan. Fungsi-fungsi manajemen keperawatan
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang harus
dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi yang dilakukan
oleh manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan
pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan (
Depkes RI, 1994 ).
Menejemen pelayanan rumah sakit meliputi seluruh lingkup rumah sakit,
termasuk di ruangan perawatan. Di ruang perawatan juga di perhatikan
struktur organisasi ruangan, sumber daya manusia, alat dan fasilitas ruangan,
serta metode asuhan keperawatan yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayana.
Diharapkan setiap rumah sakit dapat menjalankan menejemen
keperawatannya dengan baik, sesuai dengan visi dan misi rumah sakit demi
terciptanya pelayanan kesehatan yang maksimal dan efisien.
5
B. Masalah Penulisan
Adapun masalah dalam penulisan makalahini antaralain:
1. Bagaimana konsep teori manajemen keperawatan dan konsep teori analisa
SWOT?
2. Bagaimana Analisa institusi rumah sakit dan unit pelayanan keperawatan
Rumah Sakit Grestelina ruangan…?
3. Bagaimana Identifikasi Manajemen Asuhan (Flow Of Care) Rumah Sakit
Grestelina ruangan…?
4. Bagaimana ANALISA SWOT pada Rumah Sakit Grestelina ruangan…?
5. Bagaimana menganalisa MATRIKS SWOT pada Rumah Sakit Grestelina
ruangan…?
6. Bagaimana perbandingan teori dan kasus pada Rumah Sakit Grestelina
ruangan…?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Mahasiswa mampu menganalisis institusi rumah sakit dan unit pelayanan
keperawatan rumah sakit
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Manajemen Asuhan (Flow Of Care)
Rumah Sakit
3. Mahasiswa mampu ANALISA SWOT pada Rumah
4. Masiswa mampu menganalisa MATRIKS SWOT pada Rumah Sakit
5. Mahasiswa mampu membandingkan teori dengan kasus pada rumah sakit
6
BAB II
KONSEP TEORI
2. Fungsi Manejemen
a. Perencanaan Adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih
cara untuk sasaran tersebut:
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
7
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian Adalah seluruh proses pengelompokan tugas-tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawab, penetapan orang dan alat-alat.
c. Pengarahan Adalah pengeluaran, penugasan, pesanan dan instruksi.
d. Pengawasan dan Pengendalian Suatu proses kegiatan seorang
pemimpin untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan organisasi
sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan yang telah
ditetapkan
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan
hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian
merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai
korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi
dan manajemen.
f. Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man,
money, material, methode, machine, minute dan market.
8
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c. Output; Output adalah asuhan keperawatan pengembangan staf
dan riset.
d. kontrol dan mekanisme umpan balik; Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur
yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa
laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan
penampilan kerja perawat.
9
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
Pelayanan kesehatan menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang
dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan
upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan
keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin
praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami
hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
olehperawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan
dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas
maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang –
orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil.
Faktor – faktor tersebut adalah:
10
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsepkonsep manajemen didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah
yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat yang dibutuhkan pasien. Menurut S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2002), manajemen pada proses keperawatan mencakup
manajemen pada berbagai tahap dalam keperawatan, yaitu :
1) Pengkajian
2) Diagnosa keperawatan
3) Perencanaan
4) Implementasi
5) Evaluasi
11
g. Menghargai pasien dan haknya untuk mendapat asuhan keperawatan
yang bermutu
h. Perawat adalah advokat pasien
i. Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga
a. Metode Tim
1) Kelebihan
2) Kekurangan
12
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
1) kelebihan
2) kekurangan
c. Metode fungsional
1) kelebihan
Sederhana
Efisien.
13
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas.
2) kekurangan
Pelayanan terputus-putus
d. Metode kasus
1) kelebihan
2) kekurangan
14
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
15
Kekuatan terdapat pada sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan
pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya
yang ada pada perusahaan baik itu keterampilan atau kemampuan
yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau
kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang
secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas,
sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan
pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.
3. Peluang (opportunity)
Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu
perusahaan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan
salah satu sumber peluang.
4. Ancaman (Treats)
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
dalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi
perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan
datang. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,
meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok
penting, perubahan tekhnologi, serta peraturan baru atau yang direvisi
dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Faktor
kekuatan dan kelemahan terdapat dalam suatu perusahaan, sedang
peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang
dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika dapat dikatakan
bahwa analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam
melakukan analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada
kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan
16
peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga berperan
sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam
tubuh perusahaan dan menekan dampak ancaman yang timbul dan
harus dihadapi.
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik SWOT
sebagai alat pencocokan yang mengembangkan empat tipe strategi
yaitu SO, WO, ST dan WT. Perencanaan usaha yang baik dengan
metode SWOT dirangkum dalam matrik SWOT yang dikembangkan
oleh Kearns sebagai berikut
Gambar
Diagram matriks swot
17
perusahaan disusun untuk merumuskan faktor-faktor eksternal dalam
kerangka opportunities and threaths
18
1. Strategi S-O = Kuadran 1
Ini merupakan situasi yang sangat paling menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented
Strategi).
2. Strategi S-T = Kuadran 2
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman. Strategi ini dipakai untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
3. Strategi W-O = Kuadran 3
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Perusahaan menghadapi peluang
pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak harus menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Cara yang efektif adalah dengan peninjauan
kembali teknologi yang dipergunakan untuk atau dengan menawarkan
produk-produk baru.
4. Strategi W-T = Kuadran 4
19
Strategi ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana
perusahaan harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Kegiatan ini bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.
20
BAB III
ISI
2. Struktur Organisasi
Kepala Ruangan
3. Lingkungan Kerja
Kondisi fisik ruangan Tulip tampak rapi dan bersih, alat-alat kesehatan
dan peralatan lainnya, serta obat-obatan tersusun rapi baik di troli,
maupun di dalam lemari disertai dengan keterangannya.
21
Ners Station tampak rapi dan bersih dengan status-status pasien tersusun
rapi diatas meja.
4. Sumber Daya
a). Man (Manusia)
Jumlah perawat diruangan Tulip adalah 24 orang dengan rincian
sebagai berikut
No Nama Karyawan Lulusan Jabatan
1. Riska Yanti S.Kep Ka Ru
2. Andi Meriam Ners Ka Tim A
3. Karolina Somba D III Kep Ka Tim A
4. Nita Distrianti D III Kep Ka Tim A
5. Nurdianti D III Kep Ka Tim A
6. Siti Ramdani D III Kep Ka Tim A
7. Alpin D III Kep Ka Tim B
8. Ekawati S.Kep Ka Tim B
9. Agustini S.kep Ka Tim B
10. Emi Hartati D III Kep Ka Tim B
11. Hikma Wati D III Kep Perawat Pelaksana
12 Yospin D III Kep Perawat Pelaksana
13. Sri Hertanti D III Kep Perawat Pelaksana
14. Mansyur Ners Perawat Pelaksana
15. Hasmawati D III Kep Perawat Pelaksana
22
20. Irmayani Ners Perawat Pelaksana
21 Melda Latang D III Kep Perawat Pelaksana
22. Nuraeny Ners Perawat Pelaksana
23. Nevy Aprilia D III Kep Perawat Pelaksana
24. Satriyani D III Kep Perawat Pelaksana
504
523 530
516
505
524 531
517
506
525 532
519
507
526 533
508 519
LORONG
509
23
Keterangan :
Total tempat tidur = 33 tempet tidur
Jumlah perawata : 24 perawat
Metode keperawatan : metode tim
d). Machine (Teknologi)
Menggunakan 2 telepon ruangan,1 hp ruangan, 1 komputer,
wiffi, 4 CCTV dan 1 AC. Di setiap kamar perawatan, terdapat
1telepon, 1 AC, kulkas, bel, kamar mandi dan wc, wastafel, dan
shower.
e). Metod (Metode)
Di Ruangan perawatan Tulip menggunakan metode tim untuk
melakukan tindakan keperawatan namun karena keterbatasan
tenaga perawat oleh karena itu kepala ruangan membagi tugas
sesuai jumlah perawat yang bertugas pada saat itu. Dan perawat
yang bertugas sebagai katim juga merangkap sebagai pj dan
perawat pelaksana.
f). Market (Pasar)
untuk mempromosikan RS Grestelina Makassar kepada
masyarakat dilakukan oleh bidang marketing yang diketuai
oleh ibu Dorce Dukun dengan cara memasang iklan di internet
mengenai RS Grestelina Makassar, menjajaki promosi dengan
berbagai perusahaan dalam mempromosikan RS.
24
- Total care 9 pasien
Perhitungan jumlah perawat berdasarkan Douglas
13 x 0,17 = 2,21
11 x 0,27 = 2,97
9 x 0,36 = 3,24 +
Jumlah 8,42
Hal ini berarti tenagga perawat dinas pagi yang di butuhkan adalah 8 orang perawat
Shift siang :
13 x 0,14 = 1,82
11 x 0,15 = 1,65
9 x 0,30 = 2,7 +
Jumlah 6,17
Hal ini berarti tenagga perawat dinas siang yang di butuhkan adalah 6 orang perawat
Shift malam :
13 x 0,10 =1,3
11 x 0,07 = 0,07
9 x 0,20 = 1,8 +
Jumlah 3,17
Hal ini berarti tenagga perawat dinas siang yang di butuhkan adalah 3 orang perawat
25
2) Identifikasi metode penugasan
Metode team.
3) identifikasi dokumentasi keperawatan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan tindakan medis lainnya denggan
cara menulis di buku status pasien dan laporan pj tiap shift.
4) identifikasi timbang terima shif
setiap perawat (pj) di setiap shift melaporkan tindakan yang mereka lakukan
serta tindakan medis pada setiap operan dinas kepada perawat yang bertugas
di shift berikutnya.
5) identifikasi pre-prost conference
setiap ada pasien yang baru masuk keruang perawatan Tulip dilakukan
assessment, dan saat pasien pulang diberikan discharge planing mengenai hal-
hal yang dapat memicu timbulnya penyakit yang sama dan apa saja yang
harus dihindari atau di kurangi. kapan harus kembali ke pelayanan kesehatan
untuk memeriksa / control kesehatannya
6) identifikasi ronde keperawatan
perawat ruangan Tulip melakukan tindakan perawatan luka nekrosis pada Ny.
N yang menderita penyakit DM tipe II perawatan hari ke 5 dengan kadar
glukosa darah yang belum stabil.
7) identifikasi discharge planning
Perawat di ruangan Tulip melakukan discharge planing pada pasien pulang
dan pada saat melakukan tindakan keperawatan selalu memberikan edukasi
kepada pasien dan keluarga
26
27
C. Analisa Swot
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
- Memperlakukan setiap pasien dengan sama tanpa - Di ruangan Tulip tidak memiliki Visi dan Misi Ruangan
memandang status. - Jumlah perawat di ruangna tulip kurang
- Memiliki struktur orgaisasi di ruang perawatan - Memiliki beban kerja yang tinggi
tulip - Tidak ada pertemuan mingguan
- Memberikan pelayanan prima kepada pasien, - Asuhan keperawatan tidak masuk dalam slip gaji
sehingga pasien dan keluarga memperoleh - Menggunakan metode tim namun karena keterbatasan tenaga perawat
kepuasan kepala ruangan membagi tugas sesuai jumlah perawat yang bertugas
- Selalu dilakukan morning breafing setiap hari pada saat itu, dan perawat yang bertugas sebagai katim juga
sebelum melakukan segala aktifitas pelayanan merangkap sebagai PJ dan perawat pelaksana
kesehatan - Kurangnya t3enaga perawat yang memiliki pendidikan S1 dan ners
- Keadaan lingkungan di ruang perawatan bersih lebih banyak DIII
- Memiliki fasilitas yang lengkap di bandingkan
ruangan lain
- Memiliki fasilitas yang lengkap di ruangn pasien
- Dilakukan supervisi setiap hari
- Melakukan pertemuan setiap bulan / rapat bulanan
28
Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threat)
29
D. Matriks Swot
Kekuatan (Strength) Kelemah (Weaknesses)
Peluang (Opportunity) Strategi So Strategi Wo
30
daya tarik dan memberikan
kepuasan pada pasien
- Dilakukan supervisi setiap hari
- Melakukan pertemuan setiap
bulan / rapat bulanan
- Dengan pelayanan yang cepat
dan tepat dan kolaborasi yang
baik dengan tim kesehatan yang
lain akan memberikan kepuasan
kepada pasien.
31
mengevaluasi kinerja dan ruangan.
fasilitas yang ada di ruang
perawatan ruang Tulip untuk
melakukan perbaikan kinerja
32
33
BAB IV
PEMBAHASAN
PERBANDINGAN TEORI DAN KASUS
A. Analisis
Menurut Teori :
Visi merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan (what do they want
to have). Visi menggambarkan aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara untuk
mencapainya. Visi yang efektif adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi.
Menurut Kasus :
Menurut Teori :
Misi merupakan bentuk yang didambakan dimasa depan (what do they want to be). Misi
merupakan suatu pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar
jalan yang akan diambil untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu dirumuskan.
Menurut Kasus :
2. Struktur Organisasi
Menurut Teori
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan secara formal. Terdapat emam kunci yang perlu disampaikan kepada
manajer bila mereka merancang struktur organisasinya. Elemen tersebut adalah spesialisasi
pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penyusunan
34
struktur organisasi yaitu pendekatan berdasarkan fungsi, berdasrkan jenis pelayanan yang
diberikan, berdasarkan pelanggan, berdasarkan tempat dan matriks.
Menurut Kasus
Struktur organisasi di Ruangan Tulip terdiri dari kepala ruangan, ketua tim dibagi 2 yang
terdiri dari ketua tim A dan ke tua Tim B serta perawat pelaksanan . Ketua tim B dan ketua
tim A terdiri 4 orang, dan masing-masing membawahi 7 orang perawat pelaksana . Pada
ruangan Tulip tidak memilik spesialisasi pekerjaan karena perawatan yang dilakukan
sesuai dengan kondisi pasien dan berdasarkan standar SOP Rsumah Sakit.
Departementalisasi di ruangan Tulip mereka membagikan tugas dan tanggung jawab yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasien yang ada dan di kelompokan sesuai dengan
kondisi pasien minimal care, partial care dan total care.untuk pengeorganisasian seluruh
runagn Tulip di komando oleh kepala ruangan dan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan di komando oleh masing-masing ketua timnya. Sistem pengendalian tugas di
Ruangan Tulip di kendalikan secara terstruktur, dimana pusat pengendalian oleh kapala
ruangan bila terjadi kesenjangan pada pelaksanaan tugas.sentralisasi pada Ruangan Tulip
semua di kontrol oleh kepala ruangan.
3. Lingkungan Kerja
Menurut Teori
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito,
1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan
kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana
seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
maupun sebagai kelompok.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan
kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-
lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih
35
banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien
(Sedarmayanti, 2001:12).
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu
(Sedarmayanti,2001:21):
a. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar
tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti pusat kerja, kursi,
meja, dan sebagainya.
a. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja
yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya temparatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanik, bau tidak sedap, warna dan
lain-lain.
Menurut Kasus
Kondisi fisik ruangan Tulip tampak rapi dan bersih, alat-alat kesehatan dan peralatan
lainnya, serta obat-obatan tersusun rapi baik di troli, maupun di dalam lemari disertai
dengan keterangannya.
Ners Station tampak rapi dan bersih dengan status-status pasien tersusun rapi diatas meja.
4. Sumber Daya
Menurut Teori
36
1. Man (manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah haat tujuanl yang paling menetukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada manusia, tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah mahkluk
kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya or-orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan.
2. money(uang)
uang merupakan salah satu unsur yang tidakt tukar dan dapat di abaikan. Uang
merupakan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat di ukur dari jumlah
uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan besarnya uang yang harus di sediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang di butuhkan dan harus di beli, serta beberapa
hasil yang akan di capai dari suatu organisasi.
3. Material (Bahan)
Materi terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya, bahan/materi
harus dapat digunakan sebagai salah satu saran. Materi dan manusia tidak dapat
dipisahkan karena tanpa materi, hasil yang dikehendaki tidak akan tercapai.
4 Machine (mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin dapat
membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan
efisiensi kerja
5. Method (metode)
Dalam pelaksanaan kerja, diperlukan metode kerja. Tatacara kerja yang baik dapat
memperlancar jalannya pekerjaan. Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatau tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat, meskipun metode baik bila orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai pengalaman, hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, manusia tetap berperan utama dalam manajemen.
37
6. Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab barang yang diproduksi
tidak laku, proses produksi barang dapat berhenti. Hal ini berarti proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi
merupakan faktor yang menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai,
kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
Menurut Kasus
a). Man (Manusia)
Jumlah perawat diruangan Tulip adalah 24 orang dengan rincian sebagai
berikut
No Nama Karyawan Lulusan Jabatan
1. Riska Yanti S.Kep Ka Ru
2. Andi Meriam Ners Ka Tim A
3. Karolina Somba D III Kep Ka Tim A
4. Nita Distrianti D III Kep Ka Tim A
5. Nurdianti D III Kep Ka Tim A
6. Siti Ramdani D III Kep Ka Tim A
7. Alpin D III Kep Ka Tim B
8. Ekawati S.Kep Ka Tim B
9. Agustini S.kep Ka Tim B
10. Emi Hartati D III Kep Ka Tim B
11. Hikma Wati D III Kep Perawat Pelaksana
12 Yospin D III Kep Perawat Pelaksana
13. Sri Hertanti D III Kep Perawat Pelaksana
14. Mansyur Ners Perawat Pelaksana
15. Hasmawati D III Kep Perawat Pelaksana
38
19. Anitawati D III Kep Perawat Pelaksana
20. Irmayani Ners Perawat Pelaksana
21 Melda Latang D III Kep Perawat Pelaksana
22. Nuraeny Ners Perawat Pelaksana
23. Nevy Aprilia D III Kep Perawat Pelaksana
24. Satriyani D III Kep Perawat Pelaksana
502
514
521 528
503
515
522 529
504
516
530
505 523
517 531
506 524
526 533
508 519
LORONG
509
TANNGGA
39
Keterangan :
40
3) identifikasi discharge planning
4) identifikasi ronde keperawatan
5) identifikasi pre-prost conference
conference klinik adalah pengalaman belajar kelompok yang menjadi bagian integral dari
pengalaman klinik (Billings & Judith 1999). Menurut Reilly & Obermann conference
merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek klinik. Kelompok
melakukan analisis terhadap masalah dan mencari pendekatan alternatif dan kreatif.
Conference dapat menjadi pengalaman belajar yang bermakna dan membuka peluang
berharga bagi perawat untuk menjembatani antara kesenjangan dengan teori dan praktik
keperawatan. Melalui kegiatan conference perawat atau calon perawat dapat
mengenmangakan kemampuan berfikir kritis dan pengambilan keputusan klinik dan
kepercayaan diri dalam menjalankan tugasnya (Wink 1995).
Ada 2 bentuk coference yaitu pre-conference dan post-conference. Pre dan post
conference adalah sesi diskusi kelompok yang dilakukan sebelum dan sesudah praktek
klinik. Keduanya sama-sama memberi kesempatan perawat untuk berdiskusi. Conference
dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana dalam MPKP.
a. Pre-conference
Kegiatan perawat pada pre-conference antara lain berbagai informasi tentang
pengalaman yang akan dihadapi, saling bertanya, mengungkapkan perhatian dan
melakukan klarifikasi tentang rencana kerja atau rencana intervensi keperawatan
(Billings & Judith 1999). Menurut Reilly & Obermann 1999, kegiatan pre-
konference meliputi identifikasi masalah, perencanaan dan evaluasi hasil untuk
mencari solusi. Kegitan pre-conference dalam MPKP jiwa mencakup komunikasi
ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk merencanakan
kegiatan pada sif tersebut. Kegiatan ini dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika staf yang berdinas pada tim tersebut hanya satu orang, pre-
conference akan ditiadakan. Isi pre-conference mencakup rencana setiap perawat
(rencana harian) dan rencana tambahan ketua tim atau penaggung jawab tim
(keliat 2006)
a. Pedoman Pre-Conference
Waktu kegiatan : setelah operan
41
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab : ketua tim atau penanggung jawab tim
Kegiatan:
1. Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara
2. ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian setiap
perawat pelaksana
3. ketua tim atau penanggung jawab tim meberi masukan dan tindak lanjut
terkait asuhan yang akan di berikan pada saat itu
4. ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
5. ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara
b. Pedoman Post-conference
Post-conference merupakan upaya komunikasi antara kedua tim dan perawat
pelaksana mengenai hasil kegiatan sepanjang sif tersebut dan sebelum
melakukan operan kepada sif berikutnya (Peliat 2006). Pada sesi ini,
perawat mendiskusiakan pengalaman klinik, menanyakan pengalaman
klinik yang baru dilakukan, mengananalisis, mengklarifikasi keterkaitan
antara masalah dan situasi yang ada, mengidentifikasi masalah,
menyampaikan perasaan, membangaun sistem pendukung (Billing & Judith
1999). Proses diskusi pada post-conference dapat menghasilakn strategi
efektif dan mengasah kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan
pelayanan kegiatan pada layanan perawatan selanjutnya agar dapat
bersinambungan.
Isi post-conference berupa hasil asuhan keperawatan setiap perawat dan hal-
hal penting yang perlu diperhatikan untuk operan (tindak lanjut). Post-
conference di pimpin oleh ketua tim dan penanggung jawab tim (keliat
2006). Kegiatan diskusi pada post-conference memberi kesempatan kedua
tim dan perawat pelaksana untuk berkomunikasi secara profesional dengan
menanyakan pengalaman klinik yang baru dilakukan, mendiskusikan
pengalaman klinik tersebut menganalisis situasi klinik mengklarifikasi
keterkaitan masalah dan situasi, mengidentifikasi masalah, mengungkapkan
perasaan dan membangun sistem pendukung di unit rawat inap.
42
Setiap perawat harus menyadari peran mereka sebagai partisipan aktif
seperti mempertahankan pilihan intervensi keperawatan, mengklarifikasi
pendapat, menggali alternatif pemecahan masalah dan mempraktikan
kemampuan pengambilan keputusan klinik (kartppenito & dustphol 1985).
Perawat pelaksanan dapat memosisikan dirinya sebagi pemimpin dalam
diskusi kelompok, sedangkan kepala ruangan dan tim ketua dapat bertindk
sebagai fasilitator. Mereka dapat mengembangkan diskusi tersebut dengan
berbagai informasi fleksibel dalam memfokuskan topik diskusi atau
mengahlikannya perawat pelaksana agar berpartisipasi aktif dalam diskusi
dengan melemparkan ide-ide pertanyaan, petunjuk dan pernyataan awal
serta memberikan umban balik dengan bijaksana.
6) identifikasi timbang terima shif
layanan keperawatan diberikan secara terus-menerus, bersinambungan tanpa putus 24
jam sehari, tuju hari seminggu dan 365 hari dalam setahun sehingga diperlukan
komunikasi dan koordinasi yang kuat antar perawat disetiap pergantian jam dinas (
nursing shift ). Aktifitas komunikasi bergai informasi tentang rencana asuhan
keperawatan, identifikasi keselamatan pasien dan kelanjutan iformasi terhadap perawat
biasa disebut operan. Beberapa istilah operan antara lain patient care handover,transfer
of accountability,bedside reporting, dan shift handover. Operan pada setiap gantian shift
merupakan periode persiapan karyawan yang akan berdinas pada shift berikutnya saling
berkomunikasi untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan dinas dan
mencocokkan informasi.
Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-
teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dam berkomunikasi. Operan shift
berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam.
Tujuan komunikasi selama operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat
leriabel, tetntang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staff berikutnya agar layanan
keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga keamanan, kepercayaan
dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan ketidakakuratan perawatan, serta
memberi kesempatan perawat, meninggalkan pelayanan langsung.
43
Hasil penelitian Chaboyer, McMurray dan Walls (2007) diaustralia dan sejumlah negara
lain menunjukkan bahwa kurag lebih 30% aktifitas keperawatan bergantung dari
komuniakasi. Apabila komunikasi dan pengetahuan perawat baik, layanan yang diberikan
efesien dan efektif.sebaliknya apabila komunikasi dan tim buruk, hasil akhir yang dicapai
akan buruk. Operan sering kali dilakukan sebagai suatu kegiatan ritual, tradisional,
berupa komunikasi satu arah yang kerap menimbulkan ketidakpuasan kerja dari pasien
dan tim kesehatan lainnya. Seringkali muncul kendala, seperti waktu operan yang terlalu
lama, adanya interupsi, tidak ada standar operan, perawat yang pulang lebih dulu sebelum
operan, atau mobilisasi status pasien.
Nurse Station:
1. operan dipimpin kepala Ruangan
2. ketua tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi setiap pasiennya
berdasarkan dokumentasi keperawatan
3. ketua tim/ penanggung jawab sif dan perawat pelaksanaan dalam tim
mencatat informasi terpeinci mengenai pasien yang akan dirawat pada
catatan hariannya.
4. Proses klarifikasi informasi.
Bedside
1. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien.
2. Validasi data pasien
7) identifikasi discharge planning
Menurut teori
ozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien
untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu
agen pelayanan kesehatan umum. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup
pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang
kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan
untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi
44
pelayanan kesehatan. Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit
Menurut Kasus
Perawat di Ruangan Tulip melakukan discharge planing pada pasien dan hanya
memberikan edukasi saat akan dilakukan tidankan (keperawatan / medis) dan saat pasien
mau pulang.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif. Perencanaan
Adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih cara Keberhasilan manajemen
keperawatan dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya
penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan Pelayanan kesehatan yang memadai
ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Sebuah rumah sakit perlu memperhatikan sistem ruangan keperawatannya agar dapat
memberikan pelayanan yang efisien, hal ini di dukung oleh Man (manusia),
money(uang), material (Bahan), machine (mesin), method (metode), market (Pasar).
Pada rumah sakit Grestelina khususnya Ruangan Tulip pada dasarnya seperti
ruangan-ruangan lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan yang harus tetap di
perhatikan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan demi kepuasan pasien.
B. Saran
Diharapkan rumah sakit dam hal ini Ruangan Tulip dapat memperhatikan kekurangan-
kekurangan ruangannya agar memperbaiki menejemen demi meningkatkan pelayanan
rumah. Dan bagi mahasiswa agar mampu memahami manajemen ruangan , memahami
kelebihan dan kekurang suatu ruangan sebagai koreksi dalam meningkatkan menejeman
ruangan, dan mampu memberi solusi dalam memanajemenkan kesenjanagan yang terjadi
di ruangan. Serta mampu membandingkan keadaan ruanagn dengan teori yang ada.
46
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16685/Chapter%20II.pdf;sequence=4.
Diakses tanggan 5 oktober 2018
Mito Julianto. M. (2016). Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan dalam Manajemen
Konflik[Jurnal]http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKepera
watandalamManajemenKonflik.pdf. Diakses tanggan 5 oktober 2018
https://dheje07.files.wordpress.com/2017/06/tugasmankep_teoritipe-
perandalamkepemimpinanstikesmuhkudustingkat3s1kep-dhe_je07_2017.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-jenis-manfaat-lingkungan-kerja.html
http://sakinahkreatif.blogspot.com/2015/12/discharge-planning-dalam-keperawatan.html
47