Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Wabah


Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi

Dosen Pengampu:

M. Ichsan Sudjarno, SKM, M. Epid

Disusun oleh Kelompok 6:

Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)


Difa Dliyaulhar (P21335120011)
Haerlintiniyah Huriyandah (P21335120017)
Salsabila Fadhilah (P21335120036)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul “Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Wabah”. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Epidemiologi semester dua

program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan oleh

dosen mata kuliah Epidemiologi Bapak M. Ichsan Sudjarno, SKM, M. Epid.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis

sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala

bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................2

1.4 Manfaat..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 UU Wabah .............................................................................................3

2.2 Pengertian KLB atau Wabah .................................................................5

2.3 Penyelidikan KLB atau Wabah .............................................................6

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan..........................................................................................20

3.2 Saran ....................................................................................................20

Daftar Pustaka..................................................................................................... 21

ii
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa

(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini

menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap

KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga

proses penanggulangannya menjadi lebih cepatdan akurat pula. Untuk dapat

mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan

keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke

lapangan.Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk

memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur,

sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah dalam

rangka melakukan respon KLB.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah ini

adalah:

1. Apa saja undang-undang wabah?

2. Apa yang dimaksud dengan KLB atau wabah?

3. Bagaimana penyelidikan KLB atau wabah?

1
2

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui undang-undang wabah.

2. Untuk mengetahui definisi KLB atau wabah.

3. Untuk mengetahui penyelidikan KLB atau wabah.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, yaitu:

1. Dapat mengetahui undang-undang wabah.

2. Dapat mengetahui definisi KLB atau wabah.

3. Dapat mengetahui penyelidikan KLB atau wabah.


BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjelaskan pembahasan berdasarkan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat di bab satu.

2.1 UU Wabah

UU 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular mendefiniskan bahwa

wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat

yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang

lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

UU 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular menyebutkan tentang

sumber penyakit. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-

benda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat

menimbulkan wabah.

UU 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular memiliki niat untuk

terwujudnya tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi rakyat Indonesia yang

merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan nasional. Perkembangan

teknologi, ilmu pengetahuan, dan lalu lintas internasional, serta perubahan

lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk pola

penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan

masyarakat serta dapat menghambat pelaksanaan pembangunan nasional.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang

Wabah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang

Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, tidak

3
4

sesuai lagi dengan kebutuhan, dan oleh karenanya perlu ditetapkan kembali

ketentuan-ketentuan mengenai wabah dalam suatu Undang-Undang.

UU 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular mendefiniskan bahwa

wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat

yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang

lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

UU 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular menyebutkan tentang

sumber penyakit. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-

benda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat

menimbulkan wabah.

UU 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular memiliki niat untuk

terwujudnya tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi rakyat Indonesia yang

merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan nasional. Perkembangan

teknologi, ilmu pengetahuan, dan lalu lintas internasional, serta perubahan

lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk pola

penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan

masyarakat serta dapat menghambat pelaksanaan pembangunan nasional.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang

Wabah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang

Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, tidak

sesuai lagi dengan kebutuhan, dan oleh karenanya perlu ditetapkan kembali

ketentuan-ketentuan mengenai wabah dalam suatu Undang-Undang.


5

2.2 Pengertian KLB atau Wabah

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau

meningkatnyakejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara

epidemiologi pada suatu daerahdalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan

yang dapat menjurus pada terjadinyawabah.

Selain itu, Mentri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah sebagai

berikut: “Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanyameningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim

pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”.

Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang

lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area

tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan

dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin

mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus yang tidak biasa atau

terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di

Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat

berkembang menjadi wabah penyakit. Istilah "KLB" dengan "wabah" sering

tertukar dipakai oleh masyarakat, tetapi istilah "wabah" digunakan untuk kondisi

yang lebih parah dan luas. Istilah KLB dapat dikatakan sebagai peringatan sebelum

terjadinya wabah.
6

Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang

melebihisituasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan

yang sudah kritis,gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada

wilayah yang lebih luas.

2.3 Penyelidikan KLB atau Wabah

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, dan

keracunan bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,

seperti diare, campak, dan demam berdarah dengue (DBD). Penyebab utama KLB

di Indonesia, yaitu daerah risiko tinggi KLB penyakit tertentu dapat diidentifikasi,

ditetapkan prioritasnya dan disusun rancangan penanggulangan KLB berkelanjutan

dalam suatu program penanggulangan KLB.

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak

dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu). Peningkatan

kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu

bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka

rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Agar KLB penyakit tidak menjadi

masalah kesehatan masyarakat. Tujuan khusus:

1. Menurunnya frekuensi KLB

2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB

3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB

4. Memendeknya periode KLBMenyempitnya penyebarluasan wilayah KLB


7

Prinsip-prinsip dasar investigasi KLB/ wabah (Thomas dan Weber, 2001)

adalah sbb:

1. Walaupun secara teoritis langkah-langkah investigasi KLB/ wabah terdiri dari

beberapa tahapan yang berurutan, namun dalam prakteknya proses investigasi

wabah bersifat dinamis dan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan secara

simultan.

2. Teramat penting untuk senantiasa memelihara komunikasi antara berbagai

pihak yang bekentingan dalam investigasi dan penanggulangan wabah,

3. Prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik, khususnya berkenaan dengan

rancangan studi dan analisis harus diterakan secara benar (appropriate)

4. Semua tahapan investigasi dan proses pengumpulan data/ informasi harus

direkam/ dicatat secara teliti dan hati-hati.

5. Tinjauan (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan berdasarkan

kepustakaan ilmiah yang relevan

6. Tim kesehatan yang melakukan investigasi KLB/ wabah harus senantiasa

berpikiran terbuka terhadap berbagai kiemungkinan sumber KLB/ wabah yang

belum terungkap.

Langkah-langkah investigasi atau penyelidikan KLB/wabah (CDC, 1992;

Dwyer dan Groves, dalam Nelson, dkk, 2005) meliputi beberapa tahapan sebagai

berikut:

2.2.1 Persiapan Lapangan

Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:


8

1. Persiapan investigasi

Termasuk dalam kategori ini adalah mempersiapkan:

a. Pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi KLB/

wabah

b. Pengetahuan tentang dan ketrampilan melakukan investigasi lapangan,

termasuk pengetahuan & teknik pengumpulan data dan manajemen

spesimen

c. Pengetahuan dan ketrampilan melakukan analisis data dengan komputer

d. Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai

e. Material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner, bahan/ sediaan

spesimen dan tes laboratorium

2. Persiapan administrasi

Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek administratif

dari investigasi seperti: penyediaan perijinan, surat-surat atau dokumen formal/

legal dalam melakukan investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi

yang dapat diandalkan, kerapian dalam dokumentasi, pembagian tugas dan

koordinasi dalam tim kesehatan, dll.

3. Persiapan konsultasi

Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan dalam

proses investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim

kesehatan memiliki peran langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari

pejabat/ petugas kesehatan setempat (misalnya staf dinas kesehatan setempat), atau

berperan memberikan bantuan konsultasi terhadap pejabat/ petugas lokal.


9

Mengenal dan menjalin kerjasama dengan petugas/ staf / kontak lokal serta otoritas

setempat adalah sangat penting.

2.2.2 Konfirmasi Kejadian KLB atau Wabah dan Verifikasi Diagnosis

1. Konfirmasi kejadian KLB/wabah

Pada situasi KLB/ wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua kasus-kasus

yang muncul saling terkait satu sama lain dan terjadi akibat hal atau sebab yang

sama. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa:

a. Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang merupakan

peningkatan tidak wajar dari kasus-kasus yang saling berhubungan dan

memiliki sebab yang sama dan bukannya cluster sporadis kasus-kasus

penyakit yang sama tapi tidak saling berhubungan atau bahkan kumpulan

kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya berasal dari beberapa penyakit

yang berbeda.

b. Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan (expected). Bagaimana

mengetahui jumlah kasus yang diperkirakan? Biasanya perkiraan dapat

dilakukan dengan membandingkan dengan jumlah kasus pada minggu atau

bulan sebelumnya, atau dengan bulan yang sama pada tahun-tahun

sebelumnya. Data tentang jumlah kasus sebelumnya tentu harus diperoleh

dari berbagai sumber-sumber data yang tersedia di wilayah tersebut baik

dari sistem surveilens lokal, pencatatan dan pelaporan yang rutin di

komunitas atau di berbagai fasilitas kesehatan lokal, kegiatan survei atau

asesmen yang bersifat ad-hoc, dll.


10

c. Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan tersebut bukan

disebabkan oleh faktor-faktor lain yang artifisal (diluar peningkatan

insiden penyakit yang sesungguhnya), seperti misalnya peningkatan

karena:

- Perubahan definisi kasus

- Peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)

- Peningkatan sistem/ prosedur pelaporan lokal

- Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mecari pengobatan

- Penambahan besar populasi

2. Verifikasi diagnosis

Tujuan verifikasi diagnosis adalah:

a. Memastikan bahwa penyakit/ masalah kesehatan yang muncul memang

telah didiagnosis secara tepat dan cermat.

b. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan lab sebagai

pendukung diagnostik.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:

a. Ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan

b. Kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu yang

diharapkan

c. Komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan pasien, untuk menggali

secara lebih akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial


11

2.2.3 Penentuan Definisi Kasus, Identifikasi dan Penghitungan Kasus dan

Pajanan

1. Penentuan definisi kasus

Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis untuk

menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai penderita penyakit

tsb. Definis kasus dalam konteks KLB/ wabah haruslah dibatasi oleh karateristik

tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali ditetapkan maka definisi kasus ini

harus dipakai secara konsisten pada semua situasi dalam investigasi.

Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi menjadi:

a. Kasus definitif/ konfirmatif (definite/ confirmed case) adalah diagnosis

kasus yang dianggap pasti berdasarkan verifikasi laboratorium

b. Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang

ditegakkan berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa

verifikasi laboratorium

c. Kasus mungkin/ dicurigai (possible/ suspected case) adalah diagnosis

kasus yang ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas

tanpa verifikasi laboratorium.

2. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan

Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus dipikirkan mekanisme

untuk mengidentifikasi kasus dari berbagai sumber kasus yang mungkin, seperti

dari/di:

a. Fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, klinik, RS, dll.

b. Pemukiman/ tempat tinggal


12

c. Tempat perhelatan/ pertemuan

Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:

a. Identitas kasus dan karateristik demografis, misal; nama, umur, jenis

kelamin, suku, pekerjaan

b. Karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit yang

dialami, serta hasil lab

c. Karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan sebab-sebab

penyakit dan faktor-faktor pemajanan spesifik yang relevan dengan

penyakit yang diteliti.

d. informasi pelapor kasus.

Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format pelaporan yang

standar, kuesioner atau form abstraksi/ kompilasi data. Form abstraksi/ kompilasi

data berisi pilihan informasi-informasi terpenting yang perlu didata untuk setiap

kasus. Bentuk format kompilasi tsb berupa baris-baris daftar kasus (line listing).

Pada format line listing ini setiap kasus yang ditemui diletakkan pada setiap baris,

sementara setiap kolomnya berisi variabel penting kasus tsb. Kasus baru akan

dimasukkan/ ditambahkan pada baris di bawah kasus sebelumnya, sehingga kita

dapat memiliki daftar kasus yang selalu diperbaharui (up-dated) berikut jumlahnya

dari waktu ke waktu.


13

2.2.4 Tabulasi Data Epidemiologi Deskriptif Berdasarkan Orang, Tempat

dan Waktu

KLB/ wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan

melakukan tabulasi data frekuensi distribusi kasusnya menurut karakteristik orang,

tempat dan waktu. Penggambaran ini disebut epidemiologi deskriptif.

Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik orang

dilakukan untuk melihat apakah karakteristik orang/ populasi tertentu memberikan

tingkat risiko tertentu untuk terjadinya penyakit. Karateristik orang yang lazim

diteliti adalah karakteristik demografis, klinis dan pajanan.

Deskripsi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik tempat

dimaksudkan untuk memperkirakan luasnya masalah secara geografis dan

menggambarkan pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran (spreading)

penyakit berdasarkan wilayah kejadian yang nantinya dapat dijadikan petunjuk

untuk mengidentifikasi etiologi penyakit tsb. Peta bintik (spot map) dan Peta area

(area map) merupakan bentuk penyajian data deskriptif menurut tempat yang sangat

berguna. Penerapan sistem informasi geografis (geografic information system atau

GIS) berikut piranti lunaknya dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut di atas.

Deskripsi frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik waktu

dilakukan untuk beberapa tujuan berikut ini:

1. Mengetahui besarnya skala KLB/ wabah dan kecenderungan waktu (time

trend) dari kejadian KLB/ wabah tsb. Untuk mempermudah tercapainya tujuan

ini KLB/ wabah dapat digambarkan menggunakan kurva epidemik (epi) ini.

2. Memprediksi jalannya KLB/ wabah di waktu-waktu mendatang


14

3. Mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common source (berasal dari

sekelompok orang yang terpajan dengan agen berbahaya yang sama) atau

propagated (menyebar bertahap dari orang ke orang) atau campuran keduanya.

2.2.5 Pengumpulan Specimen dan Analisis Laboratorium

Pengumpulan spesimen apabila memungkinkan dan layak (feasible)

dapat membantu konfirmasi diagnosis, bahkan untuk penyakit tertentu merupakan

penentu diagnosis, seperti misalnya pada kasus kolera, salmonelosis, hepatitis dan

keracunan logam berat. Namun harus dipahami bahwa setiap perangkat dan teknik

tes laboratorium memiliki nilai validitas (sensitifitas dan spesifisitas) tertentu yang

akan menentukan besarnya false positif atau false negatif dari diagnosis kasus.

2.2.6 Formulasi dan Uji Hipotesis Melalui Studi Epidemiologi Analitik

1. Formulasi hipotesis

Berdasarkan fakta-fakta epidemiologi deskriptif (deskripsi kasus menurut

orang tempat dan waktu), kita dapat mulai membuat dugaan atau penjelasan

sementara (hipotesis) yang lebih fokus tentang faktor-faktor risiko atau determinan

yang diperkirakan terlibat dalam kejadian KLB/wabah tersebut.

Hipotesis yang kita buat haruslah diarahkan untuk mencari penjelasan tentang:

a. Sumber penularan

b. Cara penularan (mode of transmission)

c. Faktor-faktor risiko atau determinan yang mempengaruhi terjadinya

KLB/wabah

Proses penalaran dalam membuat hipotesis dapat menggunakan pendekatan

berikut:
15

a. Metode perbedaan (difference)

b. Metode kecocokan (agreement)

c. Metode variasi yang berkaitan (concomitant variation)

d. Metode analogi (analogy)

2. Uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik

Proses pengujian hipotesis bergantung pada bukan hanya pendekatan/ uji

statistik yang dipakai tapi juga desain studi epidemiologi analitik yang dipakai

untuk menyelidiki etiologi atau determinan penyakit yang menimbulkan KLB/

wabah. Desain studi epidemiologi analitik yang boleh dipertimbangkan untuk

digunakan dalam investigasi wabah adalah studi kasus kontrol dan kohort.

Studi kasus kontrol secara praktis lebih efisien (mudah, murah, hemat waktu

dengan jumlah kasus yang sedikit) sehingga lebih sering diterapkan pada situasi

KLB/ wabah. Kumpulan/ serial kasus yang sudah diidentifikasi dinyatakan sebagai

kelompok kasus, sehingga tugas selanjutnya adalah mengidentifikasi dan

menseleksi dengan baik kelompok kontrol yaitu populasi yang tidak menderita

penyakit penyebab KLB/ wabah. Dari kedua kelompok ini, informasi tentang satu

atau beberapa status pajanan, faktor-faktor risiko atau etiologi dapat digali mundur

ke belakang (backward). Kuatnya hubungan antara pajanan/ etiologi dengan

penyakit penyebab KLB dapat diestimasi menggunakan ukuran OR (odds ratio)

beserta interval kepercayaannya (confidence interval). Ukuran OR dari studi kasus

kontrol klasik dipakai sebagai estimasi RR yang memadai dengan syarat incidence

rate penyakitnya rendah.

Kelompok kontrol dapat dipilih dari beberapa kelompok, seperti:


16

a. Pasien lain yang berobat atau dirawat di fasilitas kesehatan dengan

diagnosis yang berbeda dengan kasus, namun tidak berbagi pajanan

(sharing exposure) dengan kasus

b. Keluarga kasus, misal istri/suami, anak/ orang tua, atau saudara kasus

c. Tetangga kasus

d. Masyarakat umum di sekitar wilayah tempat tinggal.

Penerapan studi kohort didalam situasi KLB/ wabah mungiin lebih sulit, karena

untuk melakukan studi kohort dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi populasi

orang sehat yang berisiko untuk sakit (population at risk) dan mengikuti/

menindaklanjutinya (melakukan follow-up) terhadap populasi tersebut sampai

periode waktu tertentu. Dengan bergerak kedepan (forward), masing-masing

kategori dari kelompok pajanan (misalnya kelompok terpajan dan kelompok tidak

terpajan) diamati dan diikuti sampai munculnya satu atau beberapa penyakit yang

diteliti.

Karena studi ini membutuhkan adanya proses follow-up dengan risiko

terjadinya drop-out dari subyek yang diamati, maka studi ini relatif menjadi lebih

kompleks (lebih menghabiskan waktu, biaya dan tenaga) dibanding studi kasus

kontrol. Namun demikian studi ini secara umum lebih baik dari kasus kontrol klasik

dalam aspek validitasnya. Kuatnya hubungan antara pajanan/ etiologi dengan

penyakit penyebab KLB dapat langsung diestimasi menggunakan ukuran RR

(Relative Risk) beserta interval kepercayaannya (confidence interval). Relative

Risk yang dipakai dapat berupa Cummulative Incidence Risk Ratio (Risk Ratio)
17

atau berupa Incidence Density Rate Ratio (Rate Ratio), bergantung dari jenis

ukuran frekuensi yang dipakai dan jenis populasi kohortnya.

2.2.7 Aplikasi Studi Sistematik Tambahan

Selain studi epidemiologi deskriptif dan analitik, kadang kala diperlukan

dukungan tambahan dari studi-studi sistematik lain, khususnya ketika studi

epidemiologi analitik masih belum dapat menyuguhkan bukti-bukti yang kuat.

Studi-studi sistematik tambahan yang dapat dilakukan misalnya adalah studi meta-

analisis, studi kualitatif, studi mortalitas, survei serologis atau investigasi

lingkungan. Investigasi lingkungan, dalam keadaan tertentu bermanfaat untuk

menjelaskan bagaimana KLB tsb terjadi, sepreti misalnya penyelidikan breeding

places, reservoir atau kepadatan vektor penyebab malaria, atau kondisi higiene dan

sanitasi lingkungan yang mungkin beperan dalam terjadinya KLB diare atau

kondisi sumber air minum yang terkontaminasi bakteri atau tercemar zat berbahaya.

Untuk kepentingan pencegahan KLB/wabah di masa mendatang, apabila

memungkinkan dapat pula dilakukan studi-studi intervensi seperti uji vaksin kolera,

meningitis, influenza, atau uji efektifitas (efficacy) terapi profilaksis tertentu dll.

Studi kecukupan sumber daya dan logistik untuk penanganan KLB/wabah juga

mungkin diperlukan.

2.2.8 Penerapan Intervensi Penanggulangan dan Pencegahan

Walaupun secara teoritis, penerapan intervensi penanggulangan dan

pencegahan berada pada langkah ke delapan, namun dalam prakteknya langkah

intevensi ini harus dapat dilakukan secepat dam sedini mungkin, ketika sumber

KLB/wabah sudah dapat diidentifikasi.


18

Secara umum intervensi penanggulangan dapat diarahkan pada titik/

simpul terlemah dalam rantai penularan penyakit, seperti:

a. agen etiologi, sumber, reservoir atau kondisi lingkungan yang spesifik

b. keberadaan faktor-faktor risiko yang ikut berpengaruh

c. mekanisme transmisi penyakit

d. kerentanan host melalui program kebugaran dan vaksinasi misalnya

2.2.9 Komunikasi Hasil

Tugas terakhir dalam investigasi wabah adalah mengkomunikasikan

dengan baik hasil investigasi kepada berbagai pihak yang berwenang,

bertanggungjawab dan terkait dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan.

Format/ bentuk komunikasi yang dapat dilakukan adalah berupa:

1. Penjelasan lisan.

Dalam format ini pihak-pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan terkait

dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan. Presentasi oral haruslah jelas,

mudah dipahami dan secara ilmiah meyakinkan pengambil keputusan sehingga

dapat memotivasi mereka untuk segera melakukan intervensi

2. Penulisan laporan.

Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan sistematika tertentu

yang sesuai dengan standar-standar penulisan ilmiah. Sistematika yang dipakai

meliputi:

a. Pendahuluan/ latar belakang

b. Tujuan

c. Metodologi
19

d. Hasil

e. Pembahasan

f. Simpulan dan saran/ rekomendasi

Penulisan laporan ini disamping sebagai cetak biru (blueprint) aksi

penanggulangan juga bermanfaat sebagai dokumen resmi untuk menghadapi

masalah-masalah hukum dan etik yang potensial. Dalam konteks akademik laporan

tertulis yang memenuhi kaidah-kaidah penulisan ilmiah juga dapat menjadi

sumbangsih dalam penyebarluasan dan pengembangan ilmu, khususnya dalam

bidang kesehatan masyarakat dan epidemiologi


20

BAB III PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap

pembahasan di atas.

3.1 Kesimpulan

Dari makalah di atas, dapat diambil kesimpulan, yaitu:

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di

Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat

berkembang menjadi wabah penyakit. Tahapan penyelidikan KLB atau wabah

yaitu; persiapan lapangan, konfirmasi kejadian KLB atau wabah dan verifikasi

diagnosis, penentuan definisi kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan

pajanan, tabulasi data epidemiologi deskriptif berdasarkan orang, tempat, dan

waktu, pengumpulan specimen dan analisis laboratorium, formulasi dan uji

hipotesis melalui studi epidemiologi analitik, aplikasi studi sistematik tambahan,

penerapan inverensi penanggulangan dan pencegahan, dan komunikasi hasil.

3.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran, yaitu;

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan

dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki

makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang

pembahasan makalah diatas.


Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). 2004.

Weber, DJ. dkk dalam Thomas dan Weber. Investigation of Outbreaks dalam

Epidemiologic Methods for the Study of Infectious Diseases. 2001.

https://simdos.unud.ac.id/

https://id.wikipedia.org/

https://www.academia.edu/

https://www.jogloabang.com/

21

Anda mungkin juga menyukai