Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY N DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR FEMUR DI RUANG MAWAR


RSUD DR. SOEKARDO

DISUSUN OLEH :
NAMA MAHASISWA : DENDEN SUBHAN NASIR
NIM/NPM : 1490122050

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
A. Definisi penyakit

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,

gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang

patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan

lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf,

dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya

yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner & Suddarth,

2013).

Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan oleh trauma atau

keadaan patologis. Fraktur dapat disebabkan oleh keadaan patologis selain dari

factor traumatik. Fraktur pada tulang lemah yang disebabkan oleh trauma minimal

disebut dengan fraktur patologis. Penyebab tersering fraktur patologis pada femur

proksimal adalah osteoporosis. Jenis fraktur femur mempunyai insiden yang tinggi

diantara fraktur tulang lain dan fraktur femur paling sering terjadi pada batang

femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada

perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan


sering berhubungan dengan olahrag, pekerjaan atau kecelakaan (Lukman & Nurna Ningsih,

2009).

A. Etiologi

Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan

kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi jaringan sekitarnya mengakibatkan edema

jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan

pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur

atau gerakan fragmen tulang (smelt & Suddarth,2013).

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan

bahkan kontaksi otot ekstrem ( Smeltzer, 2002 ). Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana

terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.

B. Tanda dan gejala klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,


pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna. Gejala umum fraktur adalah rasa sakit,
pembengkakan, dan kelainan bentuk.
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmentulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
struktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain
sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
d. Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setetlah
cedera (Wijaya dan Putri, 2013).

Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi klinis


fraktur femur :

a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang


berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur
terjadi seperti:
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai
nyeri. Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang
menambah rasa nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul
pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat. Fraktur patologis
mungkin tidak disertai nyeri.
d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
syaraf atau pendarahan)
e. Pergerakan abnormal biasanya kreapitas dapat
ditemukan pergerakan persendian lutut yang sulit
digerakaan di bagian distal cidera.
1. Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimmobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah

yang dirancang untuk menimimalkan gerakan antar fragmen tulang.


2. Deformitas

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fragmen lengan atau tungkai menyebabkan

deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bias diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan

baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat

melengketnya otot.

3. Pemendekan

Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling

melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci)

4. Krepitus

Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. (Uji krepitus

dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.)

5. Pembengkakan

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah

beberapa jam atau hari setelah cedera.


C. Clinical pathways

Perub Jaringan Sekitar Kerusakan Frakmen Tulang

Tek sumsum Tlg lebih tinggi


dari kapiler
Pergeseran Frakmen Spsame Otot

Deformitas Peningkatan Tek KapilerMelepaskan Katekolamin

Ggn Fungsi Ekstermitas Pelepaan HistaminMetabolisme Asam Lemak

Hambatan Mobilitas Fisik


Protein Plasma HilangBergabung Dgn Trombosit

Luka terbuka Edema Emboli

Penekanan Pembuluh darah Menyumbat Pembuluh Darah

Ketidakefektifan Perfusi
Port de’entri kuman Kerusakan Integritas Kulit Jaringan Perifer

Resiko infeksi Putus Vena Arteri Perdarahan

Kehilangan volume cairan


Defisit Perawatan
Resiko Jatuh
Diri
D. Data fokus pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,

untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah pasien

sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :

1) Pengumpulan Data

1. Identitas pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no

register, tanggal MRS, diagnose medis

2. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri

tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk

memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan :

(1) Provoking incident: apakah ada pristiwa yang menjadi factor presipitasi

nyeri.

(2) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan

pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

(3) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

(4) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien,

bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan seberapa jauh

rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.


(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menetukan sebab dari fraktur, yang

nantinya membantu rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa

kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan

kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena (Ignatavicius,

Dona D, 2006).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi

petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit

tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan

fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan

salah satu factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,

osteoporosis, yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang

yang cendrung diturunkan secara genetik.

6. Riwayat Psikososial
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun masyaakat.

7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakuatan akan terjadinya kecacatan

pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk

membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi

kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, dan apakah pasien berolahraga atau

tidak.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan

sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk

membantu proses penyembuhan.

(3) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak

dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk

aktivitas pasien terutama pekerjaan pasien. Karena ada beberapa bentuk

pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur.

(4) Pola Hubungan dan Peran


Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena

pasien harus menjalani rawat inap.

(5) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada pasien fraktur yaitu timbul ketidakuatan akan

kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan atau

melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya salah.

(6) Pola Sensori dan kognitif

Pada pasien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal

fraktur, sedang pada indra yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada

kognitifnya tidak mengalami gangguan.

(7) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk pasien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan

baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri

dan keterbataan gerak pasien.

E. Etiologi dan masalah keperawatan

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 Data Subjektif : Agen pencedra fisik (D. 0077) Nyeri
a. Pasien mengatakan nyeri pada
akut
kaki kanan bagian paha nye ri
yang dirasakan pasien seperti
ditusuk tusuk sekala nyeri yang
dirasakan yaitu 5 dan nyeri yang
dirasa hilang timbul dengan
durasi nyeri saat muncul sekitar
2 menit
Data Objektif :
a. Wajah pasien terlihat meringis
b. Pasien menderita fraktur pemur
2 Data Subjektif : Gangguan (D.0054) Gangguan
a. Pasien mengatakan sulit
Muskulosekletal mobilitas fisik
bergerak karena keadaan
kakinya yang fraktur
b. Pasien mengatakan tidak
bias beraktivitas normal
seperti biasanya karena
fraktur tersebut
c. Pasien mengatakan belum bias
menapakan
telapak kaki kanannya
d. Pasien mengatakan kesulitan
berpindah dari duduk ke berdiri
Data Objektif :
a. Pasien menderita fraktur pada
kaki kanan
b. Aktivitas pasien telihat dibantu
oleh keluarga
c. Pasien terlihat kesulitan
membolak balikan posisi
d. Kekutan otot pada kaki kanan 3
selain itu 5
e. Terpasang balutan perban pada
paha kanan

3 Data Subjektif : Penurunan Aliran (D.0009) Perfusi


a. Pasien mengatakan nyeri
Arteri dan /atau Perifer Tidak
ekstremitas
b. Pasien mengtakan kadang Vena (edema) Efektif
kadang kakinya keram
c. Pasien mengatakan kakinya
Bengkak
Data Objektif :
a. Terlihat edema pada kaki kanan
pasien
4 Data Subjektif : Kelemahan (D.0109) Defisit
a. Pasien mengatakan sulit
Perawatan Diri
untuk merawat diri karena
keterbatasan pergerakan
b. Pasien mengatakan sehari
2 kali di seka
Data Objektif :
c. Pasien dalam memenuhi
kebutuhan personal hygiene
dibatu oleh keluarga
d. Pasien untuk kebutuhan toileting
menggunakan diapers
e. Pasien terpasang cateter
f. Skor barthel indeks dengan
kategori tingkat ketergantungan
total dengan skor 4
5 Skala morse pasien 55 ( skala Dibuktikan dengan (D.0143) Risiko
tinggi ), pasien ada riwayat jatuh,
penurunan kekuatan Jatuh
pasien terpasang selang kateter,
selang infus, dan pasien otot
menggunakan alat bantu berjalan
dengan berpegangan dengan dinding.

F. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut ( D.0077)

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

2) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang

dapat mengganggu metabolisme tubuh.

3) Resiko jatuh (D.0143)


Resiko jatuh adalah mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat teratuh
4) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri.

5) Defisit perawatan diri (D.0109)


Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas

perawatan diri.

G. Nursing care plan

Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


No.
Ditemukan Keperawatan Hasil Keperawatan
2 Mei 2019 (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan Manajem
berhubungan dengan tindakan keperawatan en Nyeri
agen pencedera fisik selama 3x8 jam maka Observasi
yang dibuktikan tautan nyeri meningkat 1.1 Identifikasi
dengan : dengan kriteria hasil: factor pencetus
Pasien mengeluhkan 1. Melaporkan dan pereda nyeri
nyeri pada kaki kanan nyeri 1.2 Monitor kualitas
1. bagian paha nyeri terkontrol nyeri
seperti ditusuk tusuk meningkat 1.3 Monitor
dengan sekala nyeri 5 2. Kemampuan lokasi dan
dan nyeri yang dirasa mengenali onset penyebara
hilang timbul dengan nyeri meningkat n nyeri
durasi nyeri 1 – 2 menit. 3. Kemampuan 1.4 Monitor
Wajah pasien menggunakan intensitas nyeri
terlihat meringis teknik dengan
nonfarmakolo menggunakan
gis meningkat skala
4. Keluhan nyeri 1.5 Monitor
penggunaan durasi dan
analgesik frekuensi
menurun nyeri
karena nyeri 5. Meringis menurun Teraupetik
6. Frekuensi nadi 1.6 Ajarkan
membaik Teknik
7. Pola nafas membaik nonfarmakolo
8. Tekanan darah gis untuk
membaik mengurangi
rasa nyeri
1.7 Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi
1.8 Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
1.9 Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
Kolaborasi
1.10 Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
2 Mei 2019 (D.0054) Gangguan Setelah dilakukan Dukungan
mobilitas fisik tindakan keperawatan Ambulasi
berhubungan dengan selama 3x8 jam Observasi
gangguan mobilitas fisik 2.1 Identifikasi
2.
muskulosekletal yang meningkat dengan kemampuan
dibuktikan dengan : kriteria hasil: pasien
1. Pergerakan beraktivitas
Pasien mengatakan ekstremitas 2.2 Monitor
meningkat kondisi umum
2. Kekuatan otot selama
meningkat melakukan
3. Rentang gerak mobilisasi
(ROM) Teraupetik
sulit bergerak karena meningkat 2.3 Fasilitasi
keadaan kakinya yang 4. Kelemahan fisik aktivitas
fraktur, pasien menurun mobilisasi
mengatakan tidak bias dengan alat
beraktivitas normal bantu ( mis.
seperti biasanya karena Pagar tempat
fraktur tersebut, tidur )
aktivitas pasien telihat 2.4 Fasilitasi
dibantu oleh keluarga melakukan
pergerakan
jika perlu
2.5 Libatkan
keluarga dalam
merencanakan
dan memelihara
program latihan
fisik
Edukasi
2.6 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2.7 Anjurkan
melakukan
mobilisasi
dini
2.8 Ajarkan mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
3. 2 Mei 2019 (D.0009) Perfusi Perifer Setelah dilakukan Perawatan
Tidak Efektif berhubungan tindakan keperawatan Sirkulasi
dengan penurunan aliran selama 3x8 jam perfusi Observasi
arteri Perifer meningkat 3.1 Periksa
dan/atau vena yang
dengan kriteria hasil: sirkulasi
perifer (nadi
perifer,
edema)
dibuktikan dengan : 1. Denyut nadi 3.2 Monitor panas,
Teredapat edema pada perifer kemerahan,
kaki kanan pasien dan meningkat nyeri, atau
pasien mengeluh nyeri 2. Penyembuha bengkak pada
pada kaki kanan
n luka ekstremitas
meningkat teraupetik
3. Edema perifer 3.3 Hindari
menurun pemasangan
4. Nyeri infus atau
ekstremitas pengambilan
menurun darah di area
keterbatasan
perfusi
3.4 Hindari
pengukura
n tekanan
darah pada
ekstremitas
dengan
keterbatasa
n perfusi
3.5 Lakukan
pencegahan
infeksi
Edukasi
3.6 Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
3.7 Anjurkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi

Kolaborasi
3.8 Kolaborasi
pemberian
antibiotic
2 Mei 2019 (D.0109) Defisit Setelah dilakukan Dukungan
perawatan diri tindakan keperawatan perawatan Diri
berhubungan dengan selama 3x8 jam Observasi
kelemahan yang perawatan diri 4.1 Identifikasi
dibuktikan dengan : meningkat dengan kebiasaan
Pasien tidak mampu kriteria hasil : aktivitas
mandi, menggunakan 1. Kemampuan perawatan diri
pakaian, makan, dan mandi sesuai usia
berhias secara mandiri, meningkat 4.2 Monit
aktivitas pasien dibantu 2. Kemampuan or
4. oleh keluarga mengenakan tingkat
pakaian meningkat keman
3. Kemampuan dirian
makan 4.3 Identifikasi
meningkat kebutuhan alat
4. Verbalisasi bantu kebersihan
keinginan diri, berpakaian,
melakukan dan berhias.
perawatan diri Teraupetik
meningkat 4.4 Sediakan
lingkungan
5. Mempertahankan yang
kebersihan diri teraupetik
meningkat (mis.
Privasi
pasien)
4.5 Dampingi dalam
melakukan
perawatan diri
sampai mandiri.
4.6 Bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
4.7 Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
4.8 Anjurkan
melakukan
perawatan
diri secara
konsisten
sesuai
kemampuan.
2 Mei 2019 (D.0143) Risiko Jatuh Setelah dilakukan Pencegah
yang dibuktikan tindakan an Jatuh
dengan : keperawatan 3x8 jam Observasi
Pasien terpasang tingkatan jatuh 5.1 Identifikasi
selang kateter, selang meningkat dengan factor resiko
infus dan skala morse 55 kriteria hasil : jatuh
5.2 Identifikasi
1. Tidak factor
5. jatuh dari lingkungan
tempat yang
tidur meningkatk
meningka an factor
t resiko jatuh
2. Tidak jatuh 5.3 Hitung
saat berjalan resiko jatuh
meningkat dengan
3. Kemampu menggunaka
an n skala
mengident morse
ifikasi Teraupetik
factor 5.4 Orientasikan
resiko ruangan pada
meningkat pasien dan
4. Kemampuan keluarga
melakukan 5.5 Pastikan roda
strategi tempat
control tidur dan
resiko kursi roda
dalam kondisi
terkunci
meningkat 5.6 Pasang
5. Kemampuan handralltemp
menghindari at tidur
factor resiko Edukasi
meningkat 5.7 Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhka
n bantuan
untuk
berpindah.
Daftar pustaka

Wahid, A. (2002) Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal.


Jakarta: Sagung seto

Suddarth (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Data

Lukman, Ningsih Nurna (2012) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Nur arif, Amin Huda (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogkarta: Mediaction.

Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :
Trans Info Media.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai