Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan pandangan orang lain.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan
dengan aspek lainnya dari konsep diri. (Perry & Potter, 2005)
Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran
tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas
apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan
atas bagaimana ‘kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. (Melliana,
2006)
Menambahkan citra raga merupakan sebagian dari konsep diri yang
berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Konsep diri adalah evaluasi individu
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Aspek utama dalam
konsep diri adalah citra raga yaitu suatu kesadaran individu dan penerimaan
terhadap physical self. Citra raga dikembangkan selama hidup melalui pola
interaksi dengan orang lain. Perkembangan citra raga tergantung pada
hubungan sosial dan merupakan proses yang panjang dan sering kali tidak
menyenangkan, karena citra raga yang selalu diproyeksikan tidak selalu positif.
Citra tubuh adalah integrasi persepsi, pikiran dan perasaan individu tentang
bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi tubuh serta bagian-bagiannya yang
digambarkan dalam bentuk penampilan fisik (Fontaine, 2003).
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Stuart-Laraia,
2005).
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan
bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan
(Stuart-Laraia, 2005).
Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan diri dalam cara memandang dan
menerima gambaran tubuh (Nanda, 2005).
Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan secara mental dalam
memandang fisik diri sendiri (Nanda, 2008).
2. Rentang Respon

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang


positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif
dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri.
Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan
identitas, dan deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.

b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga
jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat /sakit
4. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah Effect

Gangguan Citra Tubuh Core Problem

Causa
Penyakit Fisik

5. Tanda dan Gejala


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda
dan gejala, seperti:
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertamatindakan.syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak
dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme
pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional.
Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka
muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan
gambaran diri yang baru.
6. Masalah Keperawatan yang Mungkin Terjadi
1) Gangguan Citra Tubuh : Perubahan bentuk tubuh
2) Harga Diri Rendah
3) Penyakit Fisik

7. Data yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji


Gangguan Citra Tubuh : Perubahan Subyektif :
bentuk tubuh a. Menolak perubahan anggota
tubuh saat ini, misalnya tidak
puas dengan hasil operasi.
b. Mengatakan hal negatif tentang
anggota tubuhnya yang tidak
berfungsi.
c. Menolak berinteraksi dengan
orang lain.
d. Mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi terhadap bagian
tubuh yang terganggu.
e. Sering mengulang-ulang
mengatakan kehilangan yang
terjadi.
f. Merasa asing terhadap bagian
tubuh yang hilang.
Obyektif :
a. Perubahan anggota tubuh baik
bentuk maupun fungsi.
b. Menyembunyikan atau
memamerkan bagian tubuh yang
terganggu.
c. Menolak melihat bagian tubuh.
d. Menolak menyentuh bagian
tubuh.
e. Aktifitas sosial menurun.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian , No
Rumah pasien dan alamat pasien.
b. Keluhan utama/ Alasan MRS. Keluhan biasanya berupa menyendiri
(menghindar dari orag lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam
diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari - hari, dependen
c. Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang
tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang ,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma
yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami ,
putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai pasien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
e. Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:

a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.Menolakpenjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai
gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang
lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata , kurang dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri
dan kurang mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan
koping menarik diri).

h) Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa


potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
memonitor kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa
yang mungkin muncul diantaranya:
a. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Defisit Perawatan Diri
Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering
ditemukan pada gangguan citra tubuh :
Data Objektif :
a. Mengurung diri
b. Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.
c. Hilangnya bagian tubuh.
d. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
e. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f. Menolak melihat bagian tubuh.
g. Aktifitas sosial menurun.
Data Subyektif :
a. Nafsu makan tidak ada.
b. Sulit tidur
c. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
d. Pasien mengeluh sesak nafas.
e. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi.
f. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
g. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
h. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
i. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
j. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
k. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah


meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra
tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang
dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung
lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri
(Keliat, 1998).
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
JAM KEP.
Gangguan TUM : Setelah diberikan askep selama Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
citra tubuh Kepercayaan diri ... menit dalam ..x pertemuan dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
pasien kembali diharapkan TU dan TUK dapat prinsip komunikasi kelancaran hubungan
normal. tercapai dengan kriteria hasil : therapeutic : interaksi selanjutnya.
1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa pasien dengan ramah 1. Membina hubungan saling
TUK 1 : 2. Menunjukan rasa senang dan baik secara verbal dan percaya
Pasiendapat 3. Ada kontak mata non verbal.
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan
saling percaya menyebut nama, mau sopan.
menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap
5. Mau duduk berdampingan pasien dan nama panggilan
dengan perawat yang disukai pasien.
6. Mau mengutarakan masalah 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
yang dihadapi. 5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati
dan menerima pasien apa
adanya.
7. Beri perhatian pada pasien
dna perhatikan kebutuhan
dasar pasien

TUK 2 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan kemampuan 1. Mendiskusikan tingkat


Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dan aspek positif yang kemampuan pasien
mengidentifikasi diharapkan TU dan TUK dapat dimiliki pasien. seperti menilai realitas,
kemampuan dan tercapai dengan kriteria hasil : control diri atau
aspek positif yang 1. Pasien dapat menyebutkan 2. Setiap bertemu hindarkan integritas ego diperlukan
dimilikinya aspek positif dan dari memberi nilai negatif. sebagai dasar asuhan
kemampuan yang dimiliki keperawatannya.
pasien 3. Usahakan memberikan 2. Reinforcement positif
2. Aspek positif keluarga. pujian yang realistik. akan meningkatkan
3. Aspek positif lingkungan harga diri pasien.
yang dimiliki pasien. 3. Pujian yang realistik
tidak menyebabkan
pasien melakukan
kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan
pujian.

TUK 3 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan dengan pasien 1. Keterbukaan dan
Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan kemampuan yang masih pengertian tentang
menilai kemampuan diharapkan TU dan TUK dapat dapat dilakukan dalam kemampuan yang
yang masih bisa tercapai dengan kriteria hasil : sakit. dimiliki adalah prasarat
digunakan 1. Pasien menilai kemampuan untuk berubah.
yang dapat digunakan di 2. Keterbukaan dan 2. Pengertian tentang
RSJ pengertian tentang kemampuan yang masih
2. Pasien menilai kemampuan kemampuan yang dimiliki dimiliki pasien
yang dapat digunakan adalah prasarat untuk memotivasi untuk tetap
dirumah pasien. berubah. mempertahankan
penggunaannya.
TUK 4 : Setelah diberikan askep selama 1. Rencanakan bersama 1. Membentuk individu
Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan pasien aktifitas yang dapat yang bertanggung jawab
menetapkan dan diharapkan TU dan TUK dapay dilakukan setiap hari sesuai terhadap dirinya sendiri.
merencanakan tercapai dengan kriteria hasil : dengan kemampuan:
kegiatan sesuai 1. Pasien memiliki kegiatan mandiri, kegiatan
dengan kemampuan kemampuan yang akan dengan bantuan sebagaian,
yang dimiliki dilatih, kegiatan yang
2. Pasien mencoba sesuai membutuhkan bantuan
jadwal harian total.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai 2. Pasien perlu bertindak
dengan toleransi kondisi secara realistik dalam
pasien. kehidupannya.
3. Beri contoh pelaksanaan 3. Contoh perilaku yang
kegiatan yang boleh dilihat pasien akan
dilakukan pasien. memotivasi pasien untuk
melaksanakan kegiatan.

TUK 5 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri kesempatan pada 1. Memberikan


Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan pasien untuk mencoba kesempatan kepada
melakukan kegiatan diharapkan TU dan TUK dapat kegiatan yang telah pasien mandiri dapat
sesuai kondisi sakit tercapai dengan kriteria hasil : direncanakan. meningkatkan
dan kemampuannya 1. Pasien melakukan kegiatan motivasi dan harga
yang telah dilatih, diri pasien.
2. Pasien mampu melakukan 2. Beri pujian atas 2. Reinforcement positif
beberapa kegiatan secara keberhasilan pasien dapat meningkatkan
mandiri harga diri pasien.
3. Diskusikan kemungkinan 3. Memberikan
pelaksanaan di rumah. kesempatan kepada
pasien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

TUK 6 : Setelah diberikan askep selama 1. Mendorong keluarga


1. Beri pendidikan kesehatan
Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan untuk mampu merawat
pada keluarga tentang cara
memanfaatkan diharapkan TU dan TUK dapat pasien mandiri di rumah.
merawat pasien dengan
sistem pendukung tercapai dengan kriteria hasil : 2. Support system keluarga
harga diri rendah.
yang ada 1. Keluarga memberi akan sangat
dukungan dan pujian, 2. Bantu keluarga mempengaruhi dalam
2. keluaraga memahami jadwal memberikan dukungan mempercepat proses
kegiatan harian pasien selama pasien dirawat. penyembuhan pasien.
3. Meningkatkan peran
3. Bantu keluarga serta keluarga dalam
menyiapkan lingkungan merawat pasien di
rumah. rumah.
TUK 7 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan dengan Pasien 1. Pasien mengerti dan
Pasien mendapatkan ... menit dalam ..x pertemuan tentang manfaat dan paham mengenai
manfaat obat diharapkan TU dan TUK dapat kerugisn tidak minum manfaat dan efek
dengan 6B tercapai dengan kriteria hasil : obat, nama, warna, dosis, samping obat
1. Manfaat minum obat cara, efek terapi dan efek 2. Agar pasien dalam
2. Kerugian tidak minum obat samping penggunaan obat minum obat dapat secara
3. Nama,warna dosis, efak 2. Pantau Pasien dalam tepat dan teratur
terapi dan efek samping penggunaan obat 3. Membuat pasien
obat 3. Anjurkan Pasien minta menjadi mandiri dan
sendiri obat pada perawat mengerti mengenai
agar dapat merasakan manfaat obat
manfaatnya 4. Menambah semangat
4. Beri pujian jika Pasien pasien
menggunakan obat dengan
benar
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas
yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh
berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan
yang telah dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat, 2006,).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)
GANGGUAN CITRA TUBUH
A. PROSES KEPERAWATAN

 Tujuan khusus

1. Mengindentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang hilang, rusak,


mengalami gangguan.

2. Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh

3. Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik

4. Mengevaluasi perasaan pasien

 Tindakan keperawatan

Bina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan pasien, aspek positif,


melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Fase Orientasi :

“Assalamualikum, selamat pagi Bapak/Ibu, perkenalkan nama saya Titis, saya


biasa dipanggil Titis, saya perawat yang akan merawat Bapak/Ibu selama
diruangan ini. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama
3 minggu ini saya yang merawat Bapak/Ibu.

Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”

“bagaimana kabar Bapak/Ibu hari ini?” “Apa keluhan yang Bapak/Ibu rasakan
hari ini?”

“baiklah Bapak/Ibu bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang


Bapak/Ibu rasakan hari ini?” “Bapak/Ibu maunya dimana?” “Bagaimana kalau
diruang tamu?” “ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana
kalau 10 menit“
Fase Kerja

“ Baiklah Bapak/Ibu bagimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengalami bencana ini


dan kehilangan tangan kiri Bapak/Ibu” “Apa yang Bapak/Ibu yang lakukan ketika
perasaan bersalah dan putus asa Bapak/Ibu muncul?” “ Maaf Bapak/Ibu
sebelumnya, sekarang Bapak/Ibu hanya memiliki satu tangan yang berfungsi yang
dapat Bapak/Ibu gunakan dengan baik” “Apa yang dapat Bapak/Ibu lakukan atau
yang ingin Bapak/Ibu lakukan hanya dengan satu tangan yang Bapak/Ibu yang
miliki sekarang?” “baiklah begini Bapak/Ibu, Bapak/IBu hanya memiliki satu
tangan yang berfungsi dan satunya lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi.
Tapi tangan sebelah kanan Bapak/Ibu kan masih bisa digunakan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari dan kaki Bapak/Ibu juga dapat difungsikan dengan baik.”
“saya mengerti Bapak/Ibu tapi setidaknya Bapak/Ibu sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri sekarang saya ada rekan bagimana agar bisa tetap beraktivitas
meskipun dengan menggunakan tangan Bapak/Ibu yang masih dapat digunakan
dengan baik yaitu sebelah kanan.” “Bapak/Ibu dulu sebelum mengalami bencana
ini dan kehilangan tangan Bapak/Ibu apasaja kegiatan atau aktivitas Bapak/Ibu
sering lakukan dirumah.” “Apakah sekarang Bapak/Ibu masih ingin melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut?” “Baiklah Bapak/Ibu coba sekarang Bapak/Ibu
mencoba untuk mengangkat tangan sebelah kanan pelan-elan dan mencoba
menggenggam dengan sekuat-kuat (sebelumnya sediakan benda yang dapat
digunakan seperti sapu) (contohkan kepada pasien)” “Sekarang Bapak/Ibu bisa
mencobanya sendiri ya.” “Baiklah Bapak/Ibu itu sudah bagus sekali” “Sekarang
kita akan mencoba degan menggunakan sapu langsung Bapak/Ibu ya? Nah ini
Bapak/Ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan anggap saja Bapak/Ibu
menyapu dengan suguhan (sambil mencontohkan). Nah sekarang giliran
Bapak/Ibu mncobanya ya tetapi sambil berdiri” “Baiklah Bapak/Ibu terimakasih,
Bagus sekali sering dilatih ya Bapak/Ibu (tulis atau masukan kedalam tugas harian
terapi dengan rapi pada buku rencana tindakan pasien).”

Fase Terminasi

“Bapak/Ibu bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang dan


melakukan latihan hari ini” “kalau begitu sekarang Bapak/Ibu coba beritahu saya
kembali kegiatan apasaja yang sudah kita lakukan hari ini” “Baik sekali
Bapak/Ibu ternyata Bapak/Ibu masih mengingatnya ya (senyum)” “Baiklah
Bapak/Ibu apa yang kita lakukan hari ini, Bapak/Ibu dapat melatihnya sendiri dan
mulai mencoba-mencoba melakukannya sendiri dirumah” “Bapak/Ibu saya akan
kembali lagi besok kesini dan melatih Bapak/Ibu beberapa cara untuk
mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh Bapak/Ibu yang lain dan melatihnya
dengan kegiatan-kegiatan yang lain” “ Bagaimana apakah Bapak/Ibu bersedia”
“Bapak/Ibu maunya jam berapa” “Ya Bapak/Ibu terimakasih dan saya akan
kembali lagi besok kesini. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu dan terimaksih
atas waktunya ya” “Jangan lupa latihannya Bapak/Ibu ya” “Sampai jumpa
kembali besok”

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


GANGGUAN CITRA TUBUH

 Tujuan
1. Klien terbuka tentang perasaannya
2. Melatih koordinasi fungsi anggota tubuh
3. Merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kedepan
4. Mengevaluasi perasaan klien
 Tindakan Keperawatan
1. Identifikasi kemampuan pasien, melatih koordinasi fungsi tubuh,
anggota tubuh, dan merencanakan kegiatan kedepan untuk pasien
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Fase Orientasi
“Asslamualaikum, selamat pagi bapak/ibu..” (senyum) “Bagaimana kabar
bapak/ibu hari ini?” “Baiklah bapak/ibu, tapi apa sebelumnya cara yang sudah
latih sudah bapak/ibu lakukan?” “Baiklah bapak/ibu, sesuai rencana kita kemarin,
kita akan berbincang-bincang dang mengajarkan bapak/ibu bagaimana cara untuk
melakukan pekerjaan yang lainnya dan mengkoordinasikan bagian tubuh
bapak/ibu yang lain.” “Apakah bapak/ibu bersedia?” “Dimana bapak/ibu ingin
kita berbincang? Bagaimana kalau disini saja?” “Berapa lama bapak/ibu ingin kita
berbincang?” “Bagaimana kalau 10 menit?”

Fase Kerja
“Bagaimana perasaan bapak/ibu sekarang? Apakah sudah membaik?” “Kira-kira
apa yang membebani pikiran bapak/ibu?” “seperti itu ya bapak/ibu. Begini
bapak/ibu, misalnya ketika bapak/ibu ingin mengangkat barang-barang yang
begitu banyak, bapak/ibu dapat meminta bantuan orang sekitar untuk menaikkan
ke atas kepala bapak/ibu dan bisa menggunakan tangan bapak/ibu yang masih
berfungsi untuk menjaga agar barang yang ada diatas kepala bapak/ibu tidak
terjatuh. Nanti ketika bapak/ibu ingin menurunkannya dapat diletakkan ke tempat
yang lebih tinggi atau bapak/ibu sedikit berjongkok atau meminta bantuan untuk
menurunkan barang yang bapak/ibu bawa.” “Bagaimana, apa bapak/ibu paham
dengan penjalasan saya?” “Bagaimana kalau kita mencoba untuk
mempraktekkannya?” “Bagus sekali bapak/ibu..sekarang bapak/ibu sudah dapat
melakukannya. Cara ini bisa bapak/ibu gunakan ketika bapak/ibu akan membawa
barang yang banyak.” “Nah sekarang, kegiatan apa yang bapak/ibu ingin lakukan
kedepannya?” “Wah lumayan banyak kegiatan-kegiatan yang bapak/ibu bisa
dilakukan setiap harinya. Mulai dari sekarang bapak/ibu dapat melakukan
kegiatan yang bapak/ibu sebutkan tadi. Tapi jika bapak/ibu merasa lelah atau tidak
mampu untuk melakukannya, bapak/ibu bisa meminta bantuan keluarga atau
tetangga dan orang sekitar. Mungkin ada kegiatan-kegiatan lain yang bapak/ibu
ingin lakukan selain kegiatan-kegiatan yang bapak/ibu sebutkan tadi?”
“Alhamdulillah, rencana yang bagus sekali bapak/ibu (senyum). Jika
keinginannya kegiatan yang dilakukan seperti itu, saya doakan selalu berjalan
lancar. Aamiin.”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita mengobrol hari ini dan mencoba
untuk melatih tangan bapak/ibu untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti
biasanya?” “bagus sekali, baiklah bapak/ibu.. tapi apakah bapak/ibu bisa
menjelaskan sedikit yang kita diskusikan tadi?” “Bagus sekali bapak/ibu (senyum)
ternyata bapak/ibu sudah memahami dengan baik apa yang saya sampaikan.
Mungkin pertemuan hari ini saya akhiri dan terimakasih untuk waktunya. Dan
saya doakan agar bapak/ibu selalu sehat untuk melakukan kegiatan sehari-hari
bapak/ibu.” “Kalau begitu saya pamit ya bapak/ibu.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2013. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.


Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2014). Chronic illness: impact and intervention,
Sudbury, Jones and Bartlett Publishers.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi
Offset.
Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC.
Suliswati. (2014). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai