TUBERCULOSIS PARU
DIRUANG MELATI 2
Disusun Oleh :
Npm : 920173038
Prodi : S1 Keperawatan
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS PARU
A. PENGERTIAN
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan
struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau dapat ditemukan
tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat
berupa: fokal fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau adanya
ronkhi terutama di apeks paru. Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti
deviasi trakea ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada
cavitas atau tanda adanya penebalan pleura.
a. Gejala sistemik/umum
1. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Tanda dan gejala tuberculosis menurut (Mery DiGiulio,dkk 2014) dapat bermacam-
macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang
lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian
paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat
malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
D. PATHOFISIOLOGI
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2
jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau
paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Individu berisiko yang menghirup basil tuberculosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat di mana bakteri terkumpul dan mulai
memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), serta area paru lainnya (lobus atas). Sistem
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri,
limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan
penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah
mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa
jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon
inadekuat sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam
kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri
kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer, 2009)
tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati, dan cairan paru nekrotik. Pada
waktunya material ini mencair dan dapat mengalir ke dalam percabangan
trakheobronkhial dan dibatukan. Rongga yang berisi udara tetap ada dan mungkin
terdeteksi ketika dilakukan ronsen dada.
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan dengan
membentuk jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran yang juga
E. PATHWAY
Mycobacterium Tuberculosis
Saluran pernafasan
Alveolus Penyebaran
Penumpukan sekret mengalami infeksi melalui
komplikasi sistem limfatik
dan eksudasi
Efektif Tidak Anoreksia Demam
efektif mual Rusaknya
muntah membran
Sekret Sekret tak alveolar Peningkatan
keluar keluar Perubahan Kapiler Suhu Tubuh
saat batuk saat batuk nutrisi
kurang
Gangguan Malaise,
Akumulasi dari
Batuk pertukaran Keletihan
sekret kebutuhan
terus gas
tubuh
menerus
terhadap Intoleransi
orang lain Bersihan Aktivitas
jalan nafas
tidak efektif
Resiko Hipertermi
penyebaran
infeksi Dyspnea
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak
jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah
kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai
penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan
lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)
yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan
TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus
minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
H. PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Palpitasi
Tanda:
- Takikardia, disritmia
- Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
- Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
- Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam
mediatinum)
- TD: hipertensi/hipotensi
- Distensi vena jugularis
c. Integritas ego:
Gejala:
- Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah
keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Tanda:
- Riwayat keluarga TB
- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
- Tidak berpartisipasi dalam terapi.
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat di alveolus.
Dx3: Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d adanya infeksi kuman tuberkulosis
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. setelah dilakukan asuhan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
keperawatan selama 2x24 jam atau jaw thrust bila perlu
diharapkan jalan nafas pasien 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
efektif dengan criteria hasil : ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat bantu pernafasan
4. keluarkan sekret dengan batuk atau
nebulizer
5. Monitor respirasi dan status O2
Dewi, Kusma. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis ParuDiGiulio,
Mary dkk 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogjakarta: RaphaAndra, dan Yessie.
2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika.Doengos, Marylinn E.
dkk,2012. Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 3. Jakarta :ECG