TUBERCULOSIS PARU
OLEH :
EMRITHA DELLA
14420212124
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………….) (…………………………….)
Mycobacterium
Tuberculosis
Airbone/ Inhalasi
droplet
Saluran
Pernafasan
Alveoulus
Peradangan bronkus
Alveoulus mengalami
kosolidasi dan
eksudasi Terjadi perdarahan
Penumpukan sekret
Gangguan pola
istirahat tidur
Nyeri Akut
5. Manifestasi Klinik
a. Gejala sistemik/umum
1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada (Chandra,2013).
6. Komplikasi
TB Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering
terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya (Nastiti,2015)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin: LED normal / meningkat, limfositosis
b. Tehnik Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
c. Pemeriksaan radiologi: Rontgen thorax PA dan lateral Gambaran foto
thorax yang menunjang diagnosis TB (Goesasi,2011).
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan
dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Prinsip pengobatan TB Paru
adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis
(Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
(termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.
b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis
atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
c. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi
adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian
imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberkulosis virulen (Goesasi,2011).
9. Prognosis
Tergantung pada tempat proses kerusakan serta daya tahan tubuh.
Dengan pemberian anti tuberklosis yang teratur, prognosa sangat baik. Perlu
diingat bahwa penderita-penderita yang mendapat pengobatan kortikosteroid
dosis tinggi untuk penyakit lain mempunyai resistensi yang rendah terhadap
tuberklosis (limfosit T yang melindungi tubuh terhadap tuberklosis dirusak
oleh kortikosteroid) (Zulkoni, 2012).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan
meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada
semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih rentan
terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki
terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti
merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan
rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini,
pekerjaan hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja
di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan,
sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec.
Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC
apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi
kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa
sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dad
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan
awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah
sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang
menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari
keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat
atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya
dan lamanya.
c) Riwayat kesehatan dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah
diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain.
Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup
aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau
penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan
struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan
sekitarnya.
3). Pola Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan
sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat
tidur, aktivitas dan gaya hidup.
4). Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi
berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
a). Keadaan Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan
umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran
keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat badan,
perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.
b). Sistem kardiovaskular
Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi,
peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah
hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2
mungkin meredup.
c). Sistem Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping
hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada
sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada, adanya
nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan frekuensi nafas.
Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri
pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru
berkurang pada sisi yang terkena, perkusi hipersonar, suara
nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu
berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering.
d). Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri
stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen,
lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan
keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe
biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.
e). Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan
pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya
menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya
retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi
abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan
keluhan klien.
f). Sistem Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien
bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan
keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance
aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g). Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat
DM pada klien dan keluarga.
h). Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi
syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru bila
telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi
meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan
sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky
serta kaku kuduk yang positif.
i). Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna
dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada
klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit
tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien
mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka perlu
dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang
menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.
5). Data Psikososial
a). Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood
yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain,
kesetabilan emosi.
b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang
pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain
menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan.
c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi,
penolakan untuk berespon, komunikasi non verbal, kecocokan
bahasa verbal dan nonverbal.
d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya,
hal yang menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan
ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan
dengan lawan jenis.
e). Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalah, adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien
mengadukan masalah
f). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman
dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6). Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang
penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan
Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan
Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan
dan kematian.
7). Data Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit,
hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum dan
bila perlu pemeriksaan LCS.
Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :
a). Pemeriksaan darah
- Anemia terutama bila periode akut
- Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama fase akut
- AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
b). Pemeriksaan radiologik
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :
- Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas
paru
- Bayangan yang berawan atau berbercak
- Adanya klasifikasi
- Kelainan yang bilateral
- Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
- Bayangan milier
c). Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak
penderita TB
d). Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit
tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi
lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal
ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TB paru.
8). Therapi
- Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin,
streptomycin
- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Gangguan pola tidur
c. Bersihan jalan napas tidak efektif
d. Nyeri akut
e. Defisit nutrisi
f. Intoleransi aktivitas
g. Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Ada beberapa intervensi yang dapat diambil yaitu : (SIKI, 2018 ; SLKI,
2019) :
TUJUAN/
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
HASIL
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah Manajemen Jalan 1. Mengetahui status
dilakukan Nafas dan kemungkinan
Definisi intervensi Observasi perubahan pada
Inspirasi dan/atau keperawatan 1. Monitor Pola Nafas pola nafas pasien
ekspirasi yang tidak selama 1 x 24 ( Frekuensi,
memberikan ventilasi jam maka pola Kedalaman Dan
adekuat napas membaik Usaha) 2. Adanya bunyi
dengan kriteria 2. Monitor Bunyi Nafas nafas tambahan
Gejala dan tanda mayor hasil : Tambahan biasanya
Subjektif Dispnea berkaitan karena
Dispnea menurun adanya hambatan
Objektif Penggunaan pada jalan nafas
Penggunaan oto bantu otot bantu 3. Adanya sputum
pernapasan 3. Monitor Sputum yang berlebih
napas
Fase ekspirasi menurun dapat menjadi
memanjang Pemanjanga hambatan dalam
Pola napas abnormal n fase saluran
(mis takipnea, ekspirasi pernapasan
Terapeutik
bradipnea, Frekuensi 4. Mengurangi rasa
4. Posisikan Semi-
hiperventilasi, napas sesak pada pasien
Fowler Atau Fowler
ussmaul, cheyne- membaik 5. Melegahkan
5. Berikan Minum Air
stokes) tenggorokan dan
Kedalaman Hangat
mengencerkan
napas
dahak yang ada
Gejala dan tanda minor membaik 6. Lakukan Fisioterapi 6. Mengelurkan
Subjektif Dada secret pada
Ortopnea saluran nafas
Objektif 7. Berikan Oksigen 7. Membantu
Pernapasan pursed-lip mengurangi sesak
Pernapasan cuping Edukasi pada pasien
hidung 8. Ajarkan Teknik 8. Mengeluarkan
Diameter thoraks Batuk Efektif secret secara
anterior-posterior maksimal
meningkat
Ventilasi semenit
menurun
Kapasitas vital
menurun’
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Ekskursi dada berubah
2 Gangguan Pola Tidur Selama Dukungan Tidur
dilakukan Observasi
Definisi : intervensi 1. Identifikasi pola 1. Mengetahui
Gangguan kualitas dan keperawatan aktifitas pola tidur peubahan pola
kuantitas waktu tidur selama 1 x 24 aktiftas dan pola
akibat factor eksternal jam maka pla tidur
tidur membaik 2. Identifikasi factor 2. Mengetahui
Penyebab dengan kritria pengganggu tidur hambatan dan
Hambatan lingkungan hasil : factor pengganggu
Kurangnya kontrol Keluhan Terapeutik tidur
tidur sulit tidur 3. Lakukan prosedur 3. Mengurangi/
Kurangnya privasi menurun untuk meningkatkan mendukung proses
Restrain fisik Keluhan kenyamanan sebelum tidur
Ketiadaan teman tidur sering Edukasi
terjaga 4. Jelaskan pentingnya 4. Memberikan
Tidak familiar dengan
menurun tidur cukup selama informasi kepada
peralatan tidur
sakit pasien
Keluhan
Gejala dan tanda mayor : 5. Ajarkan relaksasi otot 5. Mendukung /
tidak puas
Subjektif autogenic atau cara merelasasi sebelum
tidur
nonfarmakologi tidur
Mengeluh sulit tidur menurun
lainnya
Mengeluh sering Keluhan
terjaga pola tidur
Mengeluh tidak puas berubah
tidur menurun
Mengeluh pola tidur Keluhan
berubah istirahat
Mengeluh istrahat tidak cukup
tidak cukup menurun
Objektif :
Tidak tersedia
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman, 2013, Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia, Jakarta ; Egc
Dhjojodibroto, Darmanto. 2016. Respiratory Medicine. Jakarta: EGC
Goesasi, 2011, Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb. Jakarta: Rineka cipta
Mandal,dkk, 2016, Penyakit Infeksi. Jakarta; Erlangga
Nastiti,2015, Pedoman Nasional Tuberkolosis Anak , Jakarta: UKK
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI