Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU

OLEH :
EMRITHA DELLA
14420212124

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………….) (…………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
A. Konsep Medis
1. Definisi Tuberculosis Paru
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberculosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara
(Dhjojodibroto,2016)
Ada beberapa klasifikasi TB Paru menurut ( Dhjojodibroto,2016) yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb
positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.
Bakteria ditransmisikn k alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi
menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, ranuloma, dan
jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang penderita TB paru
batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei
dan jatuh ke tanah. Lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau
nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara yang panas,
droplet atau nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara di
bantu dengan pergerakan angina akan membantu bakteri tuberculosis
terkandung dalam droplet nuclei terbang diudara. Apabila bakteri ini terhirup
oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberculosis
(Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang berisiko tinggi tertular
virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kostikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV)
c. Penggunaan obat-obatan intravena dan alkoholik
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (Tunawisma, tahanan,
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antaranya berusia 15 sampai 44 tahun)
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (diabetes, gagal
ginjal kronik, silicosis, penyimpangan gizi)
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh)
g. Pekerjaan (misalkan, tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
beresiko tinggi)
3. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak
dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan
korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil
dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya
eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri dari makrofag dan bakteri menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti
keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi kalsifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi
aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus. Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas
akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Mandal,dkk, 2016).
4. Penyimpangan KDM/Pathway

Mycobacterium
Tuberculosis

Airbone/ Inhalasi
droplet

Saluran
Pernafasan

Saluran Pernapasan Saluran Pernapasan Bawah


Atas

Bakteri yang besar bertahan Paru-Paru


di bronkus

Alveoulus
Peradangan bronkus
Alveoulus mengalami
kosolidasi dan
eksudasi Terjadi perdarahan
Penumpukan sekret

Gangguan Prnyebaran bakteri


ktif Tidak efektif
pertukaran gas secara limfa hematogen

eluar saat Secret sulit


tuk dikeluarkan

Demam Anoreksia keletihan


Batuk terus Obstruksi malaese mual
menerus

Peningkatan Perubahan Intoleransi


Sesak nafas suhu tubuh nutrisi kurang
Terhisap orang aktivitas
sehat dari
kebutuhan

Resiko Gangguan pola


penyebaran napas tidak
infeksi efektif Bersihan jalan napas
tidak efektif

Gangguan pola
istirahat tidur

Nyeri Akut
5. Manifestasi Klinik
a. Gejala sistemik/umum
1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada (Chandra,2013).
6. Komplikasi
TB Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering
terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya (Nastiti,2015)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin: LED normal / meningkat, limfositosis
b. Tehnik Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
c. Pemeriksaan radiologi: Rontgen thorax PA dan lateral Gambaran foto
thorax yang menunjang diagnosis TB (Goesasi,2011).
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan
dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Prinsip pengobatan TB Paru
adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis
(Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
(termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.
b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis
atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
c. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi
adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian
imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberkulosis virulen (Goesasi,2011).
9. Prognosis
Tergantung pada tempat proses kerusakan serta daya tahan tubuh.
Dengan pemberian anti tuberklosis yang teratur, prognosa sangat baik. Perlu
diingat bahwa penderita-penderita yang mendapat pengobatan kortikosteroid
dosis tinggi untuk penyakit lain mempunyai resistensi yang rendah terhadap
tuberklosis (limfosit T yang melindungi tubuh terhadap tuberklosis dirusak
oleh kortikosteroid) (Zulkoni, 2012).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan
meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada
semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih rentan
terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki
terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti
merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan
rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini,
pekerjaan hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja
di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan,
sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec.
Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC
apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi
kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa
sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dad
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan
awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah
sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang
menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari
keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat
atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya
dan lamanya.
c) Riwayat kesehatan dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah
diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain.
Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup
aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau
penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan
struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan
sekitarnya.
3). Pola Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan
sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat
tidur, aktivitas dan gaya hidup.
4). Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi
berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
a). Keadaan Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan
umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran
keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat badan,
perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.
b). Sistem kardiovaskular
Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi,
peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah
hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2
mungkin meredup.
c). Sistem Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping
hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada
sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada, adanya
nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan frekuensi nafas.
Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri
pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru
berkurang pada sisi yang terkena, perkusi hipersonar, suara
nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu
berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering.
d). Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri
stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen,
lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan
keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe
biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.
e). Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan
pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya
menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya
retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi
abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan
keluhan klien.
f). Sistem Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien
bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan
keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance
aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g). Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat
DM pada klien dan keluarga.
h). Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi
syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru bila
telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi
meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan
sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky
serta kaku kuduk yang positif.
i). Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna
dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada
klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit
tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien
mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka perlu
dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang
menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.
5). Data Psikososial
a). Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood
yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain,
kesetabilan emosi.
b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang
pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain
menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan.
c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi,
penolakan untuk berespon, komunikasi non verbal, kecocokan
bahasa verbal dan nonverbal.
d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya,
hal yang menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan
ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan
dengan lawan jenis.
e). Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalah, adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien
mengadukan masalah
f). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman
dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6). Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang
penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan
Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan
Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan
dan kematian.
7). Data Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit,
hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum dan
bila perlu pemeriksaan LCS.
Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :
a). Pemeriksaan darah
- Anemia terutama bila periode akut
- Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama fase akut
- AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
b). Pemeriksaan radiologik
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :
- Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas
paru
- Bayangan yang berawan atau berbercak
- Adanya klasifikasi
- Kelainan yang bilateral
- Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
- Bayangan milier
c). Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak
penderita TB
d). Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit
tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi
lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal
ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TB paru.
8). Therapi
- Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin,
streptomycin
- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Gangguan pola tidur
c. Bersihan jalan napas tidak efektif
d. Nyeri akut
e. Defisit nutrisi
f. Intoleransi aktivitas
g. Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Ada beberapa intervensi yang dapat diambil yaitu : (SIKI, 2018 ; SLKI,
2019) :
TUJUAN/
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
HASIL
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah Manajemen Jalan 1. Mengetahui status
dilakukan Nafas dan kemungkinan
Definisi intervensi Observasi perubahan pada
Inspirasi dan/atau keperawatan 1. Monitor Pola Nafas pola nafas pasien
ekspirasi yang tidak selama 1 x 24 ( Frekuensi,
memberikan ventilasi jam maka pola Kedalaman Dan
adekuat napas membaik Usaha) 2. Adanya bunyi
dengan kriteria 2. Monitor Bunyi Nafas nafas tambahan
Gejala dan tanda mayor hasil : Tambahan biasanya
Subjektif  Dispnea berkaitan karena
Dispnea menurun adanya hambatan
Objektif  Penggunaan pada jalan nafas
 Penggunaan oto bantu otot bantu 3. Adanya sputum
pernapasan 3. Monitor Sputum yang berlebih
napas
 Fase ekspirasi menurun dapat menjadi
memanjang  Pemanjanga hambatan dalam
 Pola napas abnormal n fase saluran
(mis takipnea, ekspirasi pernapasan
Terapeutik
bradipnea,  Frekuensi 4. Mengurangi rasa
4. Posisikan Semi-
hiperventilasi, napas sesak pada pasien
Fowler Atau Fowler
ussmaul, cheyne- membaik 5. Melegahkan
5. Berikan Minum Air
stokes) tenggorokan dan
 Kedalaman Hangat
mengencerkan
napas
dahak yang ada
Gejala dan tanda minor membaik 6. Lakukan Fisioterapi 6. Mengelurkan
Subjektif Dada secret pada
Ortopnea saluran nafas
Objektif 7. Berikan Oksigen 7. Membantu
 Pernapasan pursed-lip mengurangi sesak
 Pernapasan cuping Edukasi pada pasien
hidung 8. Ajarkan Teknik 8. Mengeluarkan
 Diameter thoraks Batuk Efektif secret secara
anterior-posterior maksimal
meningkat
 Ventilasi semenit
menurun
 Kapasitas vital
menurun’
 Tekanan ekspirasi
menurun
 Tekanan inspirasi
menurun
 Ekskursi dada berubah
2 Gangguan Pola Tidur Selama Dukungan Tidur
dilakukan Observasi
Definisi : intervensi 1. Identifikasi pola 1. Mengetahui
Gangguan kualitas dan keperawatan aktifitas pola tidur peubahan pola
kuantitas waktu tidur selama 1 x 24 aktiftas dan pola
akibat factor eksternal jam maka pla tidur
tidur membaik 2. Identifikasi factor 2. Mengetahui
Penyebab dengan kritria pengganggu tidur hambatan dan
 Hambatan lingkungan hasil : factor pengganggu
 Kurangnya kontrol  Keluhan Terapeutik tidur
tidur sulit tidur 3. Lakukan prosedur 3. Mengurangi/
 Kurangnya privasi menurun untuk meningkatkan mendukung proses
 Restrain fisik  Keluhan kenyamanan sebelum tidur
 Ketiadaan teman tidur sering Edukasi
terjaga 4. Jelaskan pentingnya 4. Memberikan
 Tidak familiar dengan
menurun tidur cukup selama informasi kepada
peralatan tidur
sakit pasien
 Keluhan
Gejala dan tanda mayor : 5. Ajarkan relaksasi otot 5. Mendukung /
tidak puas
Subjektif autogenic atau cara merelasasi sebelum
tidur
nonfarmakologi tidur
 Mengeluh sulit tidur menurun
lainnya
 Mengeluh sering  Keluhan
terjaga pola tidur
 Mengeluh tidak puas berubah
tidur menurun
 Mengeluh pola tidur  Keluhan
berubah istirahat
 Mengeluh istrahat tidak cukup
tidak cukup menurun
Objektif :
Tidak tersedia

Gejala dan tanda minor :


Subjektif :
Mengeluh kemampuan
beraktifitas menurun
Objektif :
Tidak tersedia
3 Bersihan Jalan Napas Setelah Manejemen Jalan
Tidak Efektif dilakukan Napas
intervensi Observasi
Defenisi keperawatan 1. Monitor pola Nafas 1. Mengetahui status
Ketidakmampuan selama 1 x 24 ( frekuensi, dan kemungkinan
membersihkan secret atau jam maka kedalaman dan usaha) perubahan pada
obstruksi jalan napas bersihan jalan pola nafas pasien
untuk mempertahankan napas meningkat 2. Monitor bunyi nafas 2. Adanya bunyi
jalan napas tetap paten dengan kriteria tambahas nafas tambahan
hasil : biasanya berkaitan
Penyebab :  Produk karena adanya
 Spasme jalan napas sputum hambatan pada
 Hipersekresi jalan menurun jalan nafas
napas 3. Monitor sputum 3. Adanya sputum
 suara
 Disfungsi mengi/ronch yang berlebih
neuromuskuler i menurun dapat menjadi
 Benda asing dalam  gelisah klien hambatan dalam
Terapeutik saluran pernapasan
jalan napas menurun 4. Posisikan semi- 4. Mengurangi rasa
 Sekresi yang tertahan  frekuensi fowler atau fowler sesak pada pasien
 Proses infeksi dan pola 5. Berikan minum air 5. Melegahkan
 Efek agen napas hangat tenggorokan dan
farmakologis membaik
mengencerkan
6. Lakukan fisioterapi dahak yang ada
Gejala dan tanda mayor
dada 6. Mengeluarkan
Subjektif
secret pada saluran
Tidak ada
7. Berikan oksigen nafas
Objektif
Edukasi 7. Membantu
 Batuk tidak efektif
mengurangi sesak
 Tidak mampu batuk 8. Ajarkan teknik batuk pada pasien
 Sputum berlebih efektik 8. Mengeluarkan
 Mengi, secret secara
wheezing,dan/atau maksimal
ronkhi kering

Gejala dan tanda minor


Subjektif
 Dispnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
Objektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas
berubah
 Pola napas berubah
4 Nyeri Akut Setelah Manajemen Nyeri
dilakukan Observasi
Defenisi intervensi 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
Pengalaman sensorik atau keperawatan karakteristik, durasi, tingkat nyeri
emosional yang berkaitan selama 1 x 24 frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jam maka tingkat intensitas nyeri
jaringan actual atau nyeri menurun 2. Identifikasi skala 2. Untuk mengertahui
fungsional, dengan onset dengan kriteria nyeri skla nyeri yang
mendadak atau lambat hasil : dirasakan
dan berintensitas ringan  Keluhan 3. Identifikasi factor 3. Untuk mengetahui
hingga berat yang nyeri yang memperberat apa saja yang
berlangsung kurang dari 3 menurun dan memperingan memperberat dan
bulan nyeri memperingan nyeri
 Meringis
Terapeutik 4. Untuk
menurun
Penyebab 4. Berikan tekhnik meringankan dan
 Gelisah
 Agen pencedera nonfarmakologis mengurangi nyeri
menurun
fisiologis untuk mengurangi sampai dengan
 Kesulitan tingkat yang dapat
 Agen pencedera tidur rasa nyeri
kimiawi diterima
menurun 5. Untuk mengetahui
 Agen pencedera fisik  Frekuensi 5. Fasilitasi istirahat dan seberapa besar
menurun tidur gangguan tidur
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Edukasi 6. Untuk membantu
Mengeluh nyeri 6. Jelaskan penyebab, mengetahui
Objektif periode, dan pemicu penyebab serta apa
 Tampak meringis nyeri saja pemicu nyeri
 Bersikap protektif 7. Untuk mengetahui
 Gelisah 7. Jelaskan strategi kualitas nyeri
 Frekuensi nadi meredakan nyeri
meningkat Kolaborasi 8. Untuk membantu
 Sulit tidur 8. Kolaborasi pemberian mengurangi nyeri
analgetik, jika perlu
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak ada
Objektif
 Tekanan darah
meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir
terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri
sendiri
 Diaphoresis

5 Defisit Nutrisi Setelah Manajemen Nutrisi


dilakukan Observasi
Definisi intervensi 1. Identifikasi status 1. Mengetahui status
Asupan nutrisi tidak keperawatan nutrisi nutrisi terkini
mencukupi untuk selama 1 x 24 pasien serta
memenuhi kebutuhan maka status masalah dalam
metabolic nutrisi membaik pemenuhan nutrisi
dengan kriteria pasien
Penyebab hasil : 2. Identifikasi alergi 2. Mengetahui jenis
 Kurangnya asupan  Porsi makanan dan makanan yang
makanan’ makanan intoleransi makanan dapat
 ketidakmampuan yang menimbuLkan
menelan makanan dihabiskan alergi pada pasien
 Ketidakmampuan  Berat badan dan hambatan
menagbsorbsi nutrient membaik pasien dalam
 Peningkatan  Indeks mssa 3. Monitor asupan pemenuhan nutrisi
kebutuhan tubuh (IMT) makanan 3. Mengetahui jenis
metabolism membaik dan jumlah
 Factor makanan yang
ekonomi’faktor 4. Monitor hasil dikonsumsi pasien
psikologi pemeriksaan 4. Kadar albumin
laboratoium yang rendah dalam
Gejala dan tanda mayor pemeriksaan darah
Subjektif dapat
Tidak Tersedia meningindikasikan
Objektif Terapeutik pasien mengalami
Berat badan menurun 5. Sajikan makanan malnutrisi
minimal 10% dibawah secara menarik dan 5. Menarik minat
rentan normal suhu yang sesuai pasien untuk
memenuhi
Gejala dan tanda minor 6. Berikan makanan
kebutuhan nutrisi
Subjektif tinggi serat
6. Untuk mencegah
Edukasi
 Cepat kenyang terjadinya
7. Anjurkan posisi
setelah makan konstipasi
duduk, jika mampu
 Kram/nyeri abdomen 7. Memudahkan
 Nafsu makan Kolaborasi proses pencernaan
menurun 8. Kolaborasi pemberian makanan ke
Objektif medikasi sebelum lambung
 Bising usus hiperaktif makan 8. Untuk membantu
 Otot pengunyah pasien dapat
lemah 9. Kolaborasi dengan menghabiskan
 Otot menelan ahli gizi untuk porsi makannanya
melemah menentukan jumlah 9. Memberikan
 Membran mukosa kalori dan jenis asupan nutrisi yang
pucat nutrient yang sesuai dengan
 Sariawan dibutuhkan kebutuhan pasien
 Serum albumin turun
 Rambut rontok
berlebih
 Diare
6 Intoleransi Aktivitas Setelah Manejemen Energi
dilakukan Observasi
Defenisi intervensi 1. Identifikasi gangguan 1. Membantu
Ketidakcukupan energy keperawatan lingkungan fungsi menemukan
untuk melakukan aktivitas selama 1 x 24 tubuh yang derajat kerusakan
sehari-hari jam maka mengakibatkan dan kesulitan
toleransi kelelahan terhadap keadaan
Penyebab aktivitas yang dialami
 Ketidakseimbangan meningkat 2. Monitor kelelahan 2. Untuk
antara suplai dan dengan kriteria fisik dan emosional mengidentifikasi
kebutuhan oksigen hasil : kekuatan dan
 Tirah baring  Frekuensi 3. Monitor pola dan jam kelemahan serta
 Kelemahan nadi tidur dapat memberikan
 Imobilitas meningkat informasi
 Gaya hidup yang  Keluhan 4. Monitor lokasi dan mengenai
monoton lelah ketidaknyamanan pemulihan
menurun selama melaukan 3. Untuk
Gejala dan tanda mayor  Dyspnea aktivitas mengidentifikasi
Subjektif saat intervensi yang
Mengeluh lelah aktivitas tepat
Terapeutik 4. Untuk
Objektif menurun
1. Sediakan lingkungan mengidentifikasi
Frekuensi jantung  Dyspnea
nyaman dan rendah kekuatan/kelemaha
meningkat >20% dari setelah stimulus n dan dapat
kondisi istirahat aktivitas 2. Lakukan latihan memberikan
menurun rentang gerak pasif
Gejala dan tanda minor informasi
Subjektif atau aktif pemulihan
 Dispnea saat/setelah 5. Meningkatkan
beraktivitas kenyamanan
 Merasa tidak nyaman istirahat serta
setelah beraktivitas dukungan
 Merasa lemah fisiologis/psikologi
Objektif s
 Tekanan darah 6. Mencegah
berubah >20% dari kekuatan
kondisi istirahat sendi,kontraktur,ke
 Gambaran EKG lelahan
menunjukkan aritmia otot,meningkatkan
saat/setelah aktivitas
 Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
 Sianosis

7 Risiko Infeksi Setelah Pencegahan Infeksi


dilakukan Observasi
Definisi intervensi 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui tanda
Beresiko mengalami gejalan infeksi dan gejala adanya
keperawatan infeksi
pengingkatan terserang Terapeutik
organisms patogenik selama 1 x 24 2. Cuci tangan sesudah 2. Mengurangi risiko
jam maka tingkat dan sebelum kontak kontaminasi
Faktor Risiko infeksi menurun dengan pasien mikroorganime
a. Penyakit kronis dengan kriteria 3. Pertahankan teknik 3. Mengurangi
b. Efek prosedur hasil : aseptik kontaminasi
invasive  Demam Edukasi mikroorganisme
c. Melnutrisi 4. Jelaskan tanda dan 4. Memberikan
menurun
d. Peningkatan paparan gejalan infeksi infoemasi kepada
organisme pathogen  Kemerahan pasien terkait tanda
lingkungan menurun dan gejala infeksi
e. Ketidakadekutan  Nyeri 5. Ajarkan etika batuk 5. Mencegah
pertahanan tubuh menurun penyebaran
primer mikroorganime
 Bengkak Kolaborasi
 Gangguan saat batuk
menurun 6. Kolaborasi pemberian 6. Untuk mencegah
peristaltic
 Kadar sel antibiotic, jika perlu terjadinya infeksi
 Kerusakan
integritas kulit darah putih
 Perubahan sekresi menurun
pH
 Merokok
f. Ketidakadekutan
pertahanan tubuh
sekunder
 Penurunan
hemoglobin
 Imununosupresi
 Leukopenia

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman, 2013, Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia, Jakarta ; Egc
Dhjojodibroto, Darmanto. 2016. Respiratory Medicine. Jakarta: EGC
Goesasi, 2011, Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb. Jakarta: Rineka cipta
Mandal,dkk, 2016, Penyakit Infeksi. Jakarta; Erlangga
Nastiti,2015, Pedoman Nasional Tuberkolosis Anak , Jakarta: UKK
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Zulkoni, 2012, Parasitologi, Yogyakarta: Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai