TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberculosis
1. Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis.Tuberculosis biasanya menyerang bagian paru-paru, yang
kemudian dapat menyerang ke semua bagian tubuh.Infeksi biasanya terjadi
pada 2-10 minggu. Pasca 10 minggu, akan muncul manifestasi penyakit pada
pasien karena gangguan dan ketidakefektifan respons imun. Namun
demikian, proses aktivasi TBC ini juga dapat berlangsung secara
berkepanjangan.(Kardiyudiani& Susanti,2019).
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
penyakit ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe. (Somantri, 2009)
Tuberculosis (TB) sudah menjadi permasalahan kesehatan jutaan orang
didunia.Tuberculosis menjadi penyebab utama kedua kematian dari penyakit
menular diseluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
(Najmah, 2016)
2. Patofisiologi
Menghirup Mycobacterium tuberculosis menyebabkan salah satu dari
dari empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infarksi laten,
permulaan penyakit aktif (penyakit primer), penyakit aktif bertahun-tahun
kemudian (reaktivasi penyakit). Sumber utama penularan penyakit ini adalah
pasien TB BTA positif. Pada saat pasien batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei).Sekali batuk, pasien TB BTA positif dapat menghasilkan 3000
6
7
3. Pathway
Sembuh
Infeksi primer
Bakteri dorman
Infeksi pasca primer (reaktivasi)
Produksi secret
Kerusakan membran alveolar-kapiler
Perubahan pleura,intrapleura Reaksi sistematis
merusak cairan
Pecahnya pembuluh darah atelaktasis
Ketidakefekti
Batuk Sesak nafas, ekspansi
Sesak, sianosis, Anoreksia
toraks penggunaan otot bantu nafas lemah
fa n bersihan
produktif , mual, BB turun
Batuk jalan
darahnafas
Perubahan
Gangguan Pola nutrisi Intoleran
pertukaran nafas kurang dari si
gas tidak kebutuhan aktivita
efektif s
9
a. Demam 40-41°C
b. Batuk/ batuk darah
c. Sesak napas dan nyeri dada
d. Malaise, keringat malam
e. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
6. Klasifikasi
a. TB paru diklasifikasikan menurutMansjoer dalam (Nuarif,2015) yaitu:
1) Pembagian secara patologis
a) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
b) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
2) Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (Koch pulmonum)
aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai
menyembuh)
3) Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a) Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, teteapi jumlahnya tidak melebihi satu
lobus paru.
b) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru. Bila
bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru
c) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit menurut
(Kardiyudiani & Susanti, 2019).
1) Tuberculosis paru. TB yang terjadi pada parenkim (jaringan)
paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi
11
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik pada pasien TB Paru terbagi dalam 2 terapi, yaitu:
a. Terapi umum
1) Setelah 2 hingga 4 minggu, ketika penyakit tidak lagi infeksius
sehingga dapat beraktivitas secara normal tetapi tetap meminum
obat secara teratur.
2) Diet tinggi kalori dan tinggi protein yang seimbang, contohnya
nasi, ayam goreng, tempe bacem, sayur asem, dan papaya.
3) Sebaiknya beristirahat sebelum melakukan aktivitas.
b. Terapi pengobatan
1) Terapi antiberkuler dikonsumsi selama 6 bulan dengan dosis oral
harian dengan obat-obatnya sebagai berikut :
a) Insoniazid
b) Rifampin
c) Pirazinamid
d) Etambutol
2) Obat lini kedua yang termasuk sebagai berikut :
a) Caperomisin
b) Streptomisin
c) Asam aminisalisat (asam paru-aminosalisat)
d) Pirazinamid
e) Sikloserin
Selain terapi, penatalaksanaan medik juga dengan pembedahan untuk
beberapa komplikasi yang mungkin diperlukan untuk dilakukan pembedahan.
(Bilotta & Kimberly, 2014)
1. Pengertian
16
2. Etiologi
Faktor-faktor yang berhubungan dalam Menurut Mansjoer dalam (Nurarif,
2015)
a. Lingkungan :
1) Perokok pasif
2) Mengisap asap
3) Merokok
b. Obstruksi jalan nafas :
1) Spasme jalan nafas
2) Mokus dalam jumlah berlebihan
3) Eksudat dalam jalan alveoli
4) Materi asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi bertahan/sisa sekresi
7) Sekresi dalam bronki
c. Fisiologis :
1) Jalan napas alergik
2) Asma
3) Penyakit paru obstruktif kronik
4) Hiperplasi dinding bronchial
5) Infeksi
17
6) Disfungsi neuromuskular
3. Proses Terjadinya
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal
akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, Imobilisasi , statis sekresi
yang tidak efektif. Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama
udara akan mudah menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-
lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang
menjebak dibagian distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih
keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase ekspirasi
yang panjang akan timbul bunyi-bunyi yang abnormal.
d. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada secara umum bertujuan untuk membantu membersihkan
dan mengeluarkan secret serta melonggarkan jalan nafas. Teknik
fisioterapi dada dilakukan dengan teknik :
1) Clapping
Dilakukan dengan cara menepuk-nepukkan tangan yang dibentuk
seperti mangkuk pada posisi yang ditentukan, secara berirama,
sementara bagian tubuh lain rileks, clapping dilakukan selama 1-2
menit pada pasien ringan, 3-5 menit untuk sekret berat, kemudian
anjurkan pasien menarik nafas dalam secara perlahan lalu lakukan
vibrating.
2) Vibrating
Dilakukan dengan meletakkan tangan dengan menghadap kebawah di
daerah dada yang akan di drainase dengan tangan dan lengan
menempel dan jari yang merapat, kemudian anjurkan pasien menarik
nafas dan mengeluarkan lewat mulut, lakukan getaran pada saat pasien
ekspirasi. Selanjutnya anjurkan pasien batuk dan mengeluarkan secret
kedalam post sputum.
19
1. Pengkajian
Data-data yang perlu di kaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (
Irman Somantri, P.68 2009)
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki
dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien
yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya masuknya cahaya dalam rumah sangat minim. TB
paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB
paru dengan diluar paru-paru (extrapulmonary). Angka kejadian
(pravalensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian
meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada
pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
1) Demam : sub febris, febris (40-41°C) hilang timbul
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus , batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
20
3) Abdomen
a) Inspeksi : biasanya tampak simetris
b) Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran
hepar
c) Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
d) Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak
terdengar
4) Ekstermitas Atas
Biasanya CRT >3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema.
23
5) Ekstermitas Bawah
Biasanya CRT<3 detik , akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema.
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum : mikrobakterium TB positif pada tahap akhir
penyakit.
2) Tes Tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto thorak : infiltrasi lesi awal pada area paru atas, pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas, pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
4) Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru.
5) Darah : peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED)
6) Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun
j. Pola Kebiasaan sehari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Obyektif : takikardi, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41°C) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan
24
Kriteria Hasil :
1) Mendomenstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
26
3) Intake
4) Nutritional status: Nutrient Intake
5) Weight control
Kriteria Hasil
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
30
5. Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase
kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi
adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien
dan profesional kesehatan menentukan: a) kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil, dan b) keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan atau diubah. (Kozier & Erb, 2011)
Hasil yang Diharapkan dari Evaluasi menurut(Brunner & Suddarth, 2013)
a. Mempertahankan jalan napas paten dengan mengatasi sekresi
menggunakan humidifikasi, masukan cairan, batuk dan drainase
postural
b. Menunjukan tingkat pengetahuan yang adekuat
1) Menyebutkan obat-obat dengan namanya dan jadwal yang tepat
untuk meminumnya
2) Menyebutkan efek samping obat yang diperkirakan
c. Mematuhi regimen pengobatan dengan minum obat yang sesuai
diharuskan dan melaporkan skrining tindak lanjut
d. Ikut serta dalam tindakan preventif
1) Membuang tisu yang sudah digunakan dengan baik
2) Memberi dorongan pada individu yang kontak erat untuk
melaporkan diri guna pemeriksaan
e. Mempertahankan jadwal aktivitas
f. Melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan efek samping
1) Minum vitamin tambahan (Vitamin B6) sesuai yang diresepkan,
untuk meminimalkan neuropati perifer
2) Hindari penggunaan alkohol
32