Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberculosis

1. Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis.Tuberculosis biasanya menyerang bagian paru-paru, yang
kemudian dapat menyerang ke semua bagian tubuh.Infeksi biasanya terjadi
pada 2-10 minggu. Pasca 10 minggu, akan muncul manifestasi penyakit pada
pasien karena gangguan dan ketidakefektifan respons imun. Namun
demikian, proses aktivasi TBC ini juga dapat berlangsung secara
berkepanjangan.(Kardiyudiani& Susanti,2019).
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
penyakit ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe. (Somantri, 2009)
Tuberculosis (TB) sudah menjadi permasalahan kesehatan jutaan orang
didunia.Tuberculosis menjadi penyebab utama kedua kematian dari penyakit
menular diseluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
(Najmah, 2016)
2. Patofisiologi
Menghirup Mycobacterium tuberculosis menyebabkan salah satu dari
dari empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infarksi laten,
permulaan penyakit aktif (penyakit primer), penyakit aktif bertahun-tahun
kemudian (reaktivasi penyakit). Sumber utama penularan penyakit ini adalah
pasien TB BTA positif. Pada saat pasien batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei).Sekali batuk, pasien TB BTA positif dapat menghasilkan 3000

6
7

percikan dahak.Umumnya, penularan terjadi dalam ruangan dimana dahak


berada dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan gelap dan lembab.
Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan menular menetap diseluruh
saluran udara.Sebagian besar bakteri terjebak dibagian atas saluran napas
dimana sel epitel mengeluarkan lendir.Lendir yang dihasilkan menangkap zat
asing dan silia dipermukaan sel terus-menerus menggerakan lendir dan
partikelnya yang terperangkap untuk dibuang.Sistem ini memberi tubuh
pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi tuberculosis. (Werdhani, 2011)
8

3. Pathway

Invasi bakteri tuberkulosis

Sembuh
Infeksi primer

Sembuh dengan fokus ghon

Bakteri dorman
Infeksi pasca primer (reaktivasi)

Sembuh dengan fibrotik


Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamsi, kavitas dan merusak parenkim paru

Produksi secret
Kerusakan membran alveolar-kapiler
Perubahan pleura,intrapleura Reaksi sistematis
merusak cairan
Pecahnya pembuluh darah atelaktasis

Ketidakefekti
Batuk Sesak nafas, ekspansi
Sesak, sianosis, Anoreksia
toraks penggunaan otot bantu nafas lemah
fa n bersihan
produktif , mual, BB turun
Batuk jalan
darahnafas

Perubahan
Gangguan Pola nutrisi Intoleran
pertukaran nafas kurang dari si
gas tidak kebutuhan aktivita
efektif s
9

Gambar 2.1 Pathway TB paru.


Sumber :Herdman,& Kamitsuru, (2018).
4. Etiologi
Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut
Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk
atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan, yang
mengandung bakteri TB. Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama
dengan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah, dibutuhkan kontak
dalam waktu beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeksi
TBC biasanya menyebar antar anggota keluarga yang tinggal dirumah yang
sama. Akan sangat tidak mungkin lagi seseorang untuk terinfeksi dengan
duduk disamping orang yang terinfeksi di bus atau kereta api. Selain itu, tidak
semua orang dengan TB dapat menularkan TB .Anak dengan TB atau orang
dengan infeksi TB yang terjadi diluar paru-paru (TB ekstrapulmoner) tidak
menyebarkan infeksi. (Kardiyudiani& Susanti, 2019)
5. Manifestasi Klinis
Tuberculosis paru termasuk insidus. Sebagian besar pasien menunjukan
demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
berkeringat malam, nyeri dada , dan batuk menetap. Batuk pada awalnya
mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan
sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti
perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia, dan
penurunan berat badan.Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam
keadaan dorman. (Brunner & Suddarth, 2013) Menurut Mansjoer dalam
(Nurarif,2015) Tuberculosis biasanya terbentuk secara lambat. Tanda gejala
TB paru meliputi:
10

a. Demam 40-41°C
b. Batuk/ batuk darah
c. Sesak napas dan nyeri dada
d. Malaise, keringat malam
e. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
6. Klasifikasi
a. TB paru diklasifikasikan menurutMansjoer dalam (Nuarif,2015) yaitu:
1) Pembagian secara patologis
a) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
b) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
2) Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (Koch pulmonum)
aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai
menyembuh)
3) Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a) Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, teteapi jumlahnya tidak melebihi satu
lobus paru.
b) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru. Bila
bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru
c) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit menurut
(Kardiyudiani & Susanti, 2019).
1) Tuberculosis paru. TB yang terjadi pada parenkim (jaringan)
paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi
11

pada jaringan paru. Limfadenitis TB di rongga dada (hilus dan


atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran
radiologi yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga
menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB
paru.
2) Tuberculosis ekstra paru. TB yang terjadi pada organ selain paru,
misalnya pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit,
sendi, selaput otak, dan tulang. Diagnosis TB ekstra paru harus
diupayakan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi atau
klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan
penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra paru
yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai
pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB
yang terberat.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
1) Pasien baru TB : adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT
tetapi kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis).
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya
pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis).
3) Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil
pengobatan TB terakhir, yaitu :
a) Pasienkambuh : adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh setelah menjalani pengobatan lengkap dan saat ini
didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologiatau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau
karena reinfeksi).
12

b) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB


yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up) adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
lost to follow up (Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat/ default).
d) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati tetapi hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat :
Pengelompokan pasien TB berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji
dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
1) Mono resisten (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT
lini pertama saja.
2) Poli resisten (TB PR) : resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT
lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan.
3) Multidrug resisten (TB MDR): resisten terhadap Isoniazid (H)
dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
4) Extensive drug resisten (TB XDR): Adalah TB MDR yang
sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan amikasin).
5) Resisten Rifampisin (TB RR): Resisten terhadap rifampisin
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional)
d. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV :
13

1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV):


Pasien TB dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang
mendapatkan ART atau hasil tes HIV positif sebelumnya atau
sedang mendapatkan ART atau hasil tes HIV positif pada saat
diagnosis TB.
2) Pasien TB dengan HIV negatif: Pasien TB dengan hasil tes HIV
sebelumnya atau hasil tes HIV negatif sebelumnya atau hasil tes
HIV negatif pada saat diagnosis TB
3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui : pasien TB tanpa
ada bukti pendukung hasil tes HIV saat saat didiagnosis TB
ditetapkan
7. Komplikasi
Tanpa pengobatan, tuberculosis bisa berakibat fatal. Penyakit aktif yang
tidak diobati biasanya menyerang paru-paru, tetapi bisa menyebar ke bagian
tubuh lain melalui aliran darah .komplikasi tuberculosis meliputi :
a. Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kekakuan merupakan gejala
komplikasi tuberculosis yang umum terjadi pada setiap penderita
penyakit ini.
b. Kerusakan sendi. Atritis tuberculosis biasanya menyerang pinggul dan
lutut.
c. Infeksi pada meningen (meningitis). Hal ini dapat menyebabkan sakit
kepala yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selama
berminggu-minggu.
d. Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal membantu menyaring limbah
dan kotoran dari aliran darah. Fungsi ini menjadi terganggu jika hati atau
ginjal terkena tuberculosis
e. Gangguan jantung. Meskipun jarang terjadi, tuberculosis dapat
menginfeksi jaringan yang mengelilingi jantung, menyebabkan
pembengkakan, dan tumpukan cairanyang dapat mengganggu
14

kemampuan jantung untuk memompa secara efektif. (Kardiyudiani&


Susanti, 2019)
8. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a. Kultur Sputum
Positif untuk Mycobacterium tuberculosi pada tahap aktif penyakit.
b. Ziehl-Neelsen
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan darah, positif
untuk basil asam-basa
c. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Potongan vollmer)
Reaksi positif (area indurasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72
jamsetelah injeksi intradermal antingen)
d. ELISA / Western Blot
Dapat menyatakan
HIV
e. Foto thorax
Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau evusi cairan, perubahan menunjukan
lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
f. Histology/kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan
serebrospinal, biopsy kulit).
g. Biopsy jarum pada jaringan paru
h. Elektrosit
Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi
i. GDA
Dapat tak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kapasitas rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim atau
fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis
luas).
15

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik pada pasien TB Paru terbagi dalam 2 terapi, yaitu:
a. Terapi umum
1) Setelah 2 hingga 4 minggu, ketika penyakit tidak lagi infeksius
sehingga dapat beraktivitas secara normal tetapi tetap meminum
obat secara teratur.
2) Diet tinggi kalori dan tinggi protein yang seimbang, contohnya
nasi, ayam goreng, tempe bacem, sayur asem, dan papaya.
3) Sebaiknya beristirahat sebelum melakukan aktivitas.
b. Terapi pengobatan
1) Terapi antiberkuler dikonsumsi selama 6 bulan dengan dosis oral
harian dengan obat-obatnya sebagai berikut :
a) Insoniazid
b) Rifampin
c) Pirazinamid
d) Etambutol
2) Obat lini kedua yang termasuk sebagai berikut :
a) Caperomisin
b) Streptomisin
c) Asam aminisalisat (asam paru-aminosalisat)
d) Pirazinamid
e) Sikloserin
Selain terapi, penatalaksanaan medik juga dengan pembedahan untuk
beberapa komplikasi yang mungkin diperlukan untuk dilakukan pembedahan.
(Bilotta & Kimberly, 2014)

B. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Tuberculosis

1. Pengertian
16

Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan


untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas Menurut (Nurarif, 2015).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret atau obstruksi saluran nafas guna mempertahankan
jalan nafas yang bersih (Wilkinson, 2009).

2. Etiologi
Faktor-faktor yang berhubungan dalam Menurut Mansjoer dalam (Nurarif,
2015)
a. Lingkungan :
1) Perokok pasif
2) Mengisap asap
3) Merokok
b. Obstruksi jalan nafas :
1) Spasme jalan nafas
2) Mokus dalam jumlah berlebihan
3) Eksudat dalam jalan alveoli
4) Materi asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi bertahan/sisa sekresi
7) Sekresi dalam bronki
c. Fisiologis :
1) Jalan napas alergik
2) Asma
3) Penyakit paru obstruktif kronik
4) Hiperplasi dinding bronchial
5) Infeksi
17

6) Disfungsi neuromuskular
3. Proses Terjadinya
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal
akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, Imobilisasi , statis sekresi
yang tidak efektif. Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama
udara akan mudah menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-
lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang
menjebak dibagian distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih
keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase ekspirasi
yang panjang akan timbul bunyi-bunyi yang abnormal.

C. Pengelolaan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Tuberculosis

Pengelolaan yang diberikan pada pasien yang mengalami bersihan jalan


nafas tidak efektif dapat berupa farmakologi dan Non Farmakologi.
1) Farmakologi
a. Nebulizer
Penggunaan nebulizer untuk mengencerkan dahak tergantung dari
kekuatan pasien untuk membatuk sehingga mendorong lendir keluar dari
saluran pernafasan dan seseorang akan merasa lendir atau dahak di saluran
nafas hilang dan jalan nafas akan kembali normal. Obatnya yaitu
:mukolitik, seperti ambroxol, bromhexin, dan salbutamol.
2) Non Farmakologi
a. Batuk efektif
Suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap
bersih, batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran
dahak pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan.
18

b. Posisi Semi Fowler


Semi fowler merupakan posisi dengan meninggikan kepala dan tubuh
antara 45°-65° diatas tempat tidur, posisi ini diindikasikan pada pasien
yang mengalami sesak nafas, sulit bernafas dan pada pasien yang
mengalami masalah jantung.
c. Terapi Inhalasi Sederhana
Inhalasi sederhana merupakan pemberian inhalasi atau menghirup uap
hangat yang bertujuan untuk mengurangi sesak nafas , melonggarkan jalan
nafas dan mengencerkan secret.

d. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada secara umum bertujuan untuk membantu membersihkan
dan mengeluarkan secret serta melonggarkan jalan nafas. Teknik
fisioterapi dada dilakukan dengan teknik :
1) Clapping
Dilakukan dengan cara menepuk-nepukkan tangan yang dibentuk
seperti mangkuk pada posisi yang ditentukan, secara berirama,
sementara bagian tubuh lain rileks, clapping dilakukan selama 1-2
menit pada pasien ringan, 3-5 menit untuk sekret berat, kemudian
anjurkan pasien menarik nafas dalam secara perlahan lalu lakukan
vibrating.
2) Vibrating
Dilakukan dengan meletakkan tangan dengan menghadap kebawah di
daerah dada yang akan di drainase dengan tangan dan lengan
menempel dan jari yang merapat, kemudian anjurkan pasien menarik
nafas dan mengeluarkan lewat mulut, lakukan getaran pada saat pasien
ekspirasi. Selanjutnya anjurkan pasien batuk dan mengeluarkan secret
kedalam post sputum.
19

e. Minum Air Hangat


Dianjurkan minum air hangat sebelum dilakukan tindakan fisioterapi dada
air hangat dapat mempermudah pengenceran secret melalui konduksi yang
mengakibatkan arteri pada area sekitar leher vasodilatasi dan
mempermudah cairan pada pembuluh darah dapat diikat oleh sekret.

D. Asuhan Keperawatan Tuberculosis

1. Pengkajian
Data-data yang perlu di kaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (
Irman Somantri, P.68 2009)
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki
dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien
yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya masuknya cahaya dalam rumah sangat minim. TB
paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB
paru dengan diluar paru-paru (extrapulmonary). Angka kejadian
(pravalensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian
meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada
pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
1) Demam : sub febris, febris (40-41°C) hilang timbul
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus , batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
20

batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan


sputum).
3) Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
tengah paru-paru
4) Keringat malam
5) Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
6) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps : merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong kesisi yang sakit. Pada foto thorak, pada sisi yang sakit
nampak bayangan hitam dan diafragma menonjol keatas
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi penyakit infeksi menular
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang penderita penyakit
keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, jantung, dan lainnya
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
21

1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan


sakitnya
2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja,
jumlah penghasilan
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
g. Faktor Pendukung
1) Riwayat lingkungan
2) Pola hidup : nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal (kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal 16-
20x/menit)
22

Suhu : biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.


Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur.Seiring kali
tidak ada demam.
1) Kepala
a) Inspeksi : biasanya wajah tampak pucat,
wajah tampak meringis, konjungtiva anemis,
sclera tidak ikterik, hidung tidak sianosis,
mukosa bibir kering.
2) Thorak
a) Inspeksi : kadang terlihat retraksi interkosta
dan tarikan dinding dada, biasanya pasien
kesulitan saat inspirasi
b) Palpasi : fremitus paru yang terinfeksi
biasanya lemah
c) Perkusi : biasanya saat perkusi terdapat suara
pekak
d) Auskultasi : biasanya terdapat bronki

3) Abdomen
a) Inspeksi : biasanya tampak simetris
b) Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran
hepar
c) Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
d) Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak
terdengar
4) Ekstermitas Atas
Biasanya CRT >3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema.
23

5) Ekstermitas Bawah
Biasanya CRT<3 detik , akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema.
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum : mikrobakterium TB positif pada tahap akhir
penyakit.
2) Tes Tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto thorak : infiltrasi lesi awal pada area paru atas, pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas, pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
4) Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru.
5) Darah : peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED)
6) Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun
j. Pola Kebiasaan sehari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Obyektif : takikardi, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41°C) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan
24

Obyektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan


lemak subkutan
3) Respirasi
Subyektif : batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
dan pleura), sesak nafas , pengembangan pernafasan tidak
simetris (effuse pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif : berhati-hati pada daerah yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif : menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus
dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi
bertahan/sisa sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
keletihan, keletihan otot pernapasan
25

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan menbrab


alveolar/kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termorgulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,
infeksi/kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri
3. Intervensi keperawatan
Menurut (Nanda NIC-NOC, 2015)
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
NOC
1) Respiratory status : Ventilation
2) Respiratory status : Airway Patency

Kriteria Hasil :
1) Mendomenstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
26

2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,


irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
3) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
NIC
Airway Suction
1) Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
2) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
3) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4) Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
5) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
6) Monitor status oksigen pasien
7) Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
8) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila
perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bila perlu
10) Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
27

11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan


12) Monitor respirasi dan status O2
f. Ketidakefektifan pola napas
NOC
1. Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway Patency
3. Vital sign status
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekiuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah, nadi,
pernafasan)
NIC
Airway Management
1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila
perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bila perlu
10) Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
28

11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan


12) Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
1) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring
1) Monitor TD, suhu, nadi, dan RR
2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6) Monitor kualitas dari nadi
7) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor pola pernafasan abnormal
10) Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
11) Monitor sianosis perifer
12) Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yangf melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
13) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
g. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan Tubuh
NOC
1) Nutritional status
2) Nutritional status: food and fluid
29

3) Intake
4) Nutritional status: Nutrient Intake
5) Weight control
Kriteria Hasil
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
30

2) Monitor adanya penurunan BB


3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
4) Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
5) Monitor lingkungan selama makan
6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8) Monitor turgor kulit
9) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10) Monitor mual dan muntah
11) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
14) Monitor kalori dan intake nutrisi
15) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas
oral
16) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet .
4. Implementasi Keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan.Berdasarkan terminology
NIC, Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut. (Kozier & Erb, 2011)
31

5. Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase
kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi
adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien
dan profesional kesehatan menentukan: a) kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil, dan b) keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan atau diubah. (Kozier & Erb, 2011)
Hasil yang Diharapkan dari Evaluasi menurut(Brunner & Suddarth, 2013)
a. Mempertahankan jalan napas paten dengan mengatasi sekresi
menggunakan humidifikasi, masukan cairan, batuk dan drainase
postural
b. Menunjukan tingkat pengetahuan yang adekuat
1) Menyebutkan obat-obat dengan namanya dan jadwal yang tepat
untuk meminumnya
2) Menyebutkan efek samping obat yang diperkirakan
c. Mematuhi regimen pengobatan dengan minum obat yang sesuai
diharuskan dan melaporkan skrining tindak lanjut
d. Ikut serta dalam tindakan preventif
1) Membuang tisu yang sudah digunakan dengan baik
2) Memberi dorongan pada individu yang kontak erat untuk
melaporkan diri guna pemeriksaan
e. Mempertahankan jadwal aktivitas
f. Melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan efek samping
1) Minum vitamin tambahan (Vitamin B6) sesuai yang diresepkan,
untuk meminimalkan neuropati perifer
2) Hindari penggunaan alkohol
32

3) Hindari penggunaan makanan yang mengandung tiramin dan


histamin
4) Melakukan pemeriksaan fisik teratur dan pemeriksaan darah untuk
mengevaluasi fungsi ginjal dan hepar , neuropati, dan ketajaman
penglihatan

g. Tidak menunjukkan komplikasi


1) Mempertahankan berat badan atau mengalami kenaikan berat
badan yang adekuat bila diindikasikan
2) Menunjukkan hasil pemeriksaan fungsi ginjal dan hepar yang
normal.

Anda mungkin juga menyukai