Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUHAN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun oleh :
BUDI SUSETIO
NPM 210103099N

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU

A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010).
Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang pada
struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis (Saputra, 2010)
Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Soemantri, 2008)
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut
dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012)

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi diagnosis TB paru adalah :
1. TB paru :
a) BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks
menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB.
b) BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rotgen dan klinis
sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial
therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat
2. TB paru tersangka
Diagnosis tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat
(paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau
belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan
rotgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat
dimulai.
3. Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien di masa lali dengan atau tanpa pengobatan atau
gambaran rotgen noemal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum
BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.
Berdasarkan terapi WHO membagi menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dankasus
baru dengan batuk TB berat.
2. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positif.
3. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru
yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dariyang disebut
dalam kategori I
4. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik. (Kusuma, Hardy,2012)

C. TANDA GEJALA
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan
demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat
malam, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif,
tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan
hemoptosis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti
perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan
berat badan. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
(Smeltzer, Suzanne C,2001)
Biasanya orang yang mengidap penyakit tuberkulosis menunjukkan gejala-
gejala atau tanda-tanda sebagai berikut :
1. Batuk-batuk berdahak lebih dari 4 minggu.
2. Batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah
3. Dada terasa sakit atau nyeri
4. Terasa sesak waktu bernafas
5. Suhu badan meningkat
6. Nafsu makan berkurang
7. Badan mengurus. (Kusuma, Hardy,2012)
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkolosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

1. Demam
Biasanya sufebril menyerupai demam influensa.Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-410 C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas
dari serangan demam influensa. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang
masuk.
2. Batuk / Batuk Darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya irritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
dimulai dari batukkering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, BB menurun, sakitkepala, meriang, nyeriotot,
keringatmalam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara teratur.

D. WOC (Web of Causation)

Mycobacterium Tuberculosis
Risti Penyebaran
Masuk ke Sal. Pernapasan mll droplet udara
Infeksi

Menuju Alveoli

Memperbanyak Diri

Menginfeksi Paru

Tuberkulosis (TBC)

Bronkus Alveoli

Infeksi oleh bakteri Peningkatan Metabolisme Infeksi oleh bakteri


M. Tuberculosis M. Tuberculosis
Peningkatan Leukosit
Sistem imun tubuh Kerusakan Alveoli
Pelepasan interleukin-1
Reaksi Inflamasi Kerusakan Alveolus

Fagosit menelan antigen Mencetuskan Hipotalamus Daerah pertukaran O2


mencapai set point dan CO2
Limfosit normal melisis basil
dan jaringan normal Peningkatan Suhu Tubuh Gangguan Gangguan pertukaran
Pertukanran CO2 dan O2
Penumpukan eksudat di Sal. Pernafasan Hipertermi Gas

CO2 dan PO2


Sputum di Sal. nafas Obstruksi jalan nafas
oleh sputum Hipoventilasi Reaksi Anaerob
Reaksi antibodi meningkat
Dyspnea
Aktivasi sensori nervus vagus Ketidak efektifan
Proasam Laktat
Bersihan Jalan Nafas
Ke medula oblongata Pola Nafas
Batuk Tidak Efektif Nyeri Akut

Penekanan pada abdomen

HCL meningkat

Mual, muntah

Anoreksia Pembentukan ATP berkurang


E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien adalah sebagai berikut:
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
(nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
subkutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit
dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/
purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak
simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
f. Keamanan
Subjektif : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Objektif : Demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi Sosial
Subjektif : Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
b. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea,
Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi
yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1) Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
berhubungan dengan: keperawatan selama 2) Berikan O2 ……l/mnt, metode………
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, …………..pasien menunjukkan 3) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan keefektifan jalan nafas dibuktikan 4) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
nafas, asma, trauma dengan kriteria hasil : 5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan a. Mendemonstrasikan batuk efektif 6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
nafas, sekresi tertahan, banyaknya dan suara nafas yang bersih, tidak 7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
mukus, adanya jalan nafas buatan, ada sianosis dan dyspneu 8) Berikan bronkodilator 
sekresi bronkus, adanya eksudat di (mampu mengeluarkan sputum, 9) Monitor status hemodinamik
alveolus, adanya benda asing di jalan bernafas dengan mudah, tidak 10) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
nafas. ada pursed lips) 11) Berikan antibiotik
DS: b. Menunjukkan jalan nafas yang 12) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Dispneu paten (klien tidak merasa keseimbangan.
DO: tercekik, irama nafas, frekuensi 13) Monitor respirasi dan status O2
- Penurunan suara nafas pernafasan dalam rentang 14) Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Orthopneu normal, tidak ada suara nafas mengencerkan sekret
- Cyanosis abnormal) 15) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) c. Mampu mengidentifikasikan dan penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
- Kesulitan berbicara mencegah faktor yang penyebab.
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada d. Saturasi O2 dalam batas normal
- Produksi sputum e. Foto thorak dalam batas normal
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh keperawatan selama….nutrisi kurang 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : teratasi dengan indikator: jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau a. Albumin serum 3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
mencerna nutrisi oleh karena faktor b. Pre albumin serum serat untuk mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau ekonomi. c. Hematokrit 4) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
DS: d. Hemoglobin makanan harian.
- Nyeri abdomen e. Total iron binding capacity 5) Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Muntah f. Jumlah limfosit 6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
- Kejang perut jam makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan 7) Monitor turgor kulit
DO: 8) Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb
- Diare dan kadar Ht
- Rontok rambut yang berlebih 9) Monitor mual dan muntah
- Kurang nafsu makan 10) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Bising usus berlebih konjungtiva
- Konjungtiva pucat 11) Monitor intake nuntrisi
- Denyut nadi lemah 12) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
13) Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
14) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
15) Anjurkan banyak minum
16) Pertahankan terapi IV line
17) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi suhu tubuh pasien
inflamasi aktif keperawatan selama …. Suhu tubuh 2) Beri kompres air hangat
pasien turun dengan kriteria hasil : 3) Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-
Suhu tubuh dalam batas normal 2000 cc/hari (sesuai toleransi)
(36,5 – 37 oc) 4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
tipis dan mudah menyerap keringat
5) Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
6) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan
pemberian obat sesuai program.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi adanya pembatasan klien dalam
Berhubungan dengan : keperawatan selama …. Pasien melakukan aktivitas
● Tirah Baring atau imobilisasi bertoleransi terhadap aktivitas 2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
● Kelemahan menyeluruh dengan Kriteria Hasil : 3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
● Ketidakseimbangan antara suplei a. Berpartisipasi dalam aktivitas 4) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
oksigen dengan kebutuhan fisik tanpa disertai peningkatan emosi secara berlebihan
Gaya hidup yang dipertahankan. tekanan darah, nadi dan RR 5) Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
DS: b. Mampu melakukan aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
● Melaporkan secara verbal adanya sehari hari (ADLs) secara perubahan hemodinamik)
kelelahan atau kelemahan. mandiri 6) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
● Adanya dyspneu atau c. Keseimbangan aktivitas dan 7) Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidaknyamanan saat beraktivitas. istirahat dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
DO : 8) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
● Respon abnormal dari tekanan darah mampu dilakukan
atau nadi terhadap aktifitas 9) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
● Perubahan ECG : aritmia, iskemia dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
10) Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
11) Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
14) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
16) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17) Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Berhubungan dengan : keterbatasan keperawatan selama …. pasien 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
kognitif, interpretasi terhadap informasi menunjukkan pengetahuan tentang hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
yang salah, kurangnya keinginan untuk proses penyakit dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat.
mencari informasi, tidak mengetahui a. Pasien dan keluarga menyatakan 3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
sumber-sumber informasi. pemahaman tentang penyakit, pada penyakit, dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis dan program 4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
pengobatan 5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
DS: Menyatakan secara verbal adanya b. Pasien dan keluarga mampu yang tepat
masalah melaksanakan prosedur yang 6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
perilaku tidak sesuai c. Pasien dan keluarga mampu 7) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
menjelaskan kembali apa yang pasien dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan 8) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
lainnya 9) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
10) Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
4. PENCEGAHAN
1. Menghindar dari pasien TBC dan dianjurkan menggunakan masker saat perawatan
2. Mengetahui jika Anda berisiko
3. Memulai gaya hidup sehat
4. Dapatkan vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guerin)
5. Melakukan tes
6. Mengetahui gejala-gejala TBC

5. KOMPLIKASI
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’sarthropathy
2. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas (SOPT—Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, korpulmonal, amiloidosis,
sinrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada milier dan kavitas TB.

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :
1. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab
lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju
ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.
2. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan
selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga
pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi
dan exudat pleura yang kaya akan protein.
3. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga
pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
4. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis
tuberculosis.
5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran
pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya
lemah, dan dapat menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening,
oleh karena itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh
organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan.
6. Keruskan parenkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru,
sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada
parenkim yang terinfeksi.
7. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan
gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh
jaringan tubuh.
8. Kor pulmonale
Merupakan gagal jantung kongesif karena ada tekanan balik akibat kerusakan
paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas. Keadaan ini juga
dapat terjadi sekalipun penyakit tuberkulosis sudah tidak aktif lagi, tetapi
meninggalkan banyak jaringan parut. Pengobatan dini terhadap penyakit
tuberkulosis dengan jelas dapat mengurangi komplikasi ini.
9. Aspergiloma
Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan moulds sphrophyte dari genus
aspergillus dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami
pembusukan dan spesies aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada
manusia yaitu aspergillus fumigatus. Umumnya aspergillus akan menginfeksi
paru-paru, yang menyebabkan empatsindrom, yakni Allergic Bronchopulmonary
Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA),
aspergiloma dan aspergilosis invasif. Pada pasien yang imunokompromais
aspergilosis juga dapat menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis,
endokarditis, dan abses miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga
tulang. Aspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena
terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang
mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis,
sarkoidosis, fibrosiskistik dan bula emfisema.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta :


EGC

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Ed.4. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedoteran. Jilid 1. Ed.3.Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :


EGC

Hardy, Kusuma. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA, NIC-NOC.


Yogyakarta : Media Hadry

Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai