Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI LANSIA

Ferdy Hendriyanto1), Alvi Ratna Yuliana2)


1)
Mahasiswa Akademi Keperawatan Krida Husada
Dosen Program Studi Keperawatan Akper Krida Husada
2)

Email: Ferdyhendriyanto56@gmail.com , yulianaalviratna@yahoo.com

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri/ tekanan darah
tinggi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Preasure
(JNC) sebagai tekanan yang lebih dari 140/90 mmHg. Secara umum hipertensi
merupakan sesuatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam
arteri menyebabkan peningkatan resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Jus tomat merupakan minuman sehat kaya akan
nutrisi guna menjaga kesehatan tubuh dan kecantikan kulit. Mengatasi masalah hipertensi
ada dua alternative yang bisa diberikan bagi penderita hipertensi yaitu dengan metode
farmakologi maupun non farmakologis (secara tradisional). Penanganan farmakologi
terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretik, penghambat saluran kalsium (ccb),
betabloker, dan Penghambat ACE. Pengobatan non farmakologi salah satunya yaitu
menggunakan Tomat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya perubahan
tekanan darah pada penderita hipertensi yang mengonsumsi jus tomat di Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang pada 8-15 Juli 2016. Dengan metode penelitian Quasi
eksperiment yang menggunakan pre test dan post test design. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh penderita hipertensi lansia yang belum pernah mengonsumsi jus tomat
dan periksa rutin tekanan darah di Lawang yaitu sebanyak 30 orang. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai rata-rata tekanan darah awal 156/92 mmH dan rata-rata tekanan
darah sesudah 142.33/88.52 mmHg. Ada perubahan pemberian jus tomat terhadap
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Sistolik sejumlah 5.33 - 1.00 mmHg dan
Diastolik sejumlah 1.64 - 0.33 mmHg. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
mengkonsumsi jus tomat pada responden yang diuji dengan Paired T Test . Hasil
menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai
Pvalue=0,000<a=0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan jus tomat
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p = 0,000. Hasil
penelitian ini di dapat p value 0,00 < 0,05 yang berarti h 0 ditolak dikarenakan sig. (2-
tailed) lebih kecil dari ɑ, artinya ada pengaruh setelah diberikan jus tomat terhadap
tekanan darah penderita hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi lansia, Jus Tomat, Tekanan Darah

ABSTRACT
Overcoming the problem of hypertension there are two alternatives that can be
given for people with hypertension is by pharmacological and non-pharmacological
methods (traditionally). Pharmacological treatments consist of diuretic medications,
calcium channel inhibitors (ccb), betablenzers, and ACE inhibitors. Non pharmacology
treatment one of them is using Tomato. The purpose of this study was to determine the
presence of changes in blood pressure in hypertensive patients who consumed tomato
juice in Lawang District Malang Regency on 8-15 July 2016. With quasi experimental
research method using pre test and post test design. The population in this study is all
elderly hypertensive patients who have never consumed tomato juice and check the blood
pressure routine at Lawang that is as many as 30 people. From the results of the study
showed that the average value of baseline blood pressure 156/92 mmH and average
blood pressure after 142.33 / 88.52 mmHg. There is a change in the administration of
tomato juice to decrease systolic and diastolic blood pressure. Systolic amount of 5.33 -
1.00 mmHg and diastolic amount of 1.64 - 0.33 mmHg. Differences in blood pressure
before and after consuming tomato juice on respondents tested with paired T test. The
results showed a decrease in blood pressure in patients with hypertension p-value value
= 0,000 <a = 0.05. This suggests that there is a significant effect of tomato juice on the
decrease in blood pressure in hypertensive patients with a value of p = 0.000. The results
of this study can be p-value 0.00 <0.05 which means H0 rejected due sig. (2-tailed) is
smaller than ɑ, meaning there is influence after being given tomato juice to blood
pressure of hypertension patient.

Keywords: Elderly Hypertension, Tomato Juice, Blood Pressure

PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi
dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama
didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang
lanjut usia. Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk menegetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah kita secara teratur. Tekanan darah tubuh yang normal adalah 120/80
(tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg). Namun, nilai
tekanan darah tersebut tidak memiliki nilai yang baku. Hal itu berbeda-beda
tergantung pada aktivitas fisik dan emosi seseorang (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatya risiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan. Hipertensi merupakan
silentkiller dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan
hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi adalah
sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar,
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan
(Farida, 2012).
Data World HealthOrganization (WHO) dalam Global Status ReportOn
Non-CommunnicableDisease, prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014 pada
orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga
bertanggungjawab atas 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian
akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit
tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia (57,6%) sekitar
22%. Hal ini dibuktikan melalui terus meningkat setiap tahunnya. Komplikasi
hipertensi juga dapat mengakibatkan dampak yang sangat buruk terhadap masalah
kesehatan tubuh,seperti gagal ginjal, stroke, jantung, atau gangguan retina mata
(WHO, 2014).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, pravlensi
hipertensi pada usia >15 tahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2015, Kabupaten dengan presentase terendah yaitu di Kabupaten Pati
(4,50%) dan yang tertinggi di Kabupaten Wonosobo (42,82%). Kabupaten
Pemalang sendiri, presentase kejadian hipertensi masih cukup tinggi yaitu sebesar
29,24% pada urutan 11 dari 35 kabupaten/kota. Angka kejadian hipertensi
essensial yang masih tinggi dan mengalami peningkatan di Kabupaten Pemalang
yaitu di pusksmas Banjardawa, terjadi 1,198 kasus pada tahun 2012, sedangkan
pada tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu sebesar 1.495 kasus.Pravlensi
lansia Jawa Tengah pada tahun 2013 jumlah penduduk jateng tercatat 33,36 juta
jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 3,69 juta jiwa atau 11,10 persen.
Kemudian pada tahun 2017 jumlah lansia meningkat menjadi 4,3 juta jiwa atau
12,59 persen dari jumlah seluruh peduduk jateng sebanyak 34,3 juta jiwa (Anisa,
2014).
Berdasarkan cakupan prevalensi hipertensi di Kabupaten Jepara pada tahun
2012 yaitu sebesar 2,1% dengan kasus hipertensi, yang terdiri dari 20.932
kasushipertensi esensial dan 3.047 kasus hipertensi ini. Sedangkan cakupan
hipertensi pada tahun 2014 sebesar 8,22%, dari 1,148 juta orang dimana dengan
persentase pada laki-laki sebesar 9,03% sedangkan perempuan sebesar 13,07%,
angka ini menunjukkan ada kenaikan sebesar 6,1% kasus hipertensi selama kurun
waktu 2 tahun di KabupatenJepara.Pravlensi lansia di Kabupaten Jepara mencapai
69.170 jiwa atau setara dengan 6,04 persen (Anisa, 2014).
Data Desa Cepogo yaitu merupakan salah satu desa yang terpencil di sebuah
Kabupaten Jepara dengan jumlah penduduk keseluruhannya yaitu sebanyak 9031
jiwa, sedangkan dengan jumlah laki-lakinya berjumlah 4341 jiwa dan jumlah
perempuannya sekitar 4690 jiwa. Dan sedangkan pada bulan Januari-Desember
2016 jumlah penderita hipertensi di Desa Cepogo yaitu mencapai 394 penderita
hipertensi dari jumlah penduduk dewasa yang berjumlah 9031 warga dewasa
(catatan puskesmas kembang). Sedangkan pada bulan Januari-Febuari 2017 pada
penderita hipertensi yaitu sekitar 19 orang. Dengan ini menunjukkan bahwa
adanya peningkatan pada penderita hipertensi yang perlu diwaspadai. Maka hasil
dari data puskesmas Kembang pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Desa
Cepogo menjadi Desa yang mengalami hipertensi tertinggi dari beberapa desa
yaitu Desa Dermolo 315 penderita hipertensi, Desa Kancilan 263, Desa Cepogo
394 (Anisa, 2014).
Hipertensi dapat ditangani dengan cara non farmakologi. Teknik terapi
hipertensi non farmakologi yang efektif dalam mengendalikan tekanan darah pada
penderita hipertensi yaitu pemberian jus tomat terapi relaksasi genggam jari dan
nafas dalam. Tomat kaya akan kalium (235 mg/100gr tomat), Kerja kalium dalam
menurunkan tekanan darah adalah dapat menyebabkan vasodilatasi, sehingga
terjadi penurunan retensi perifer dan meningkatkan curah jantung, kalium
berfungsi sebagai diuretika sehingga pengeluaran natrium dan cairan akan
meningkat, kalium menghambat pelepasan renin sehingga mengubah aktifitas
sistem renin angiotensin, kalium dapat mengatur saraf perifer dan sentral yang
mempengaruhi tekanan darah. Tomat juga memiliki kandungan zat yang
berkhasiat yaitu pigmen lycopene yang berfungsi sebagai antoksidan yang
melumpuhkan radikal bebas dan berguna untuk menurunkan tekanan darah,
sehingga penulis tertarik menerapkan jus tomat untuk menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi.
Penelitian ini dilakukan oleh Hapipahyang berjudul “Pengaruh jus tomat
terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi” jumlah penelitian ini
ada 16 orang. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dan responden diukur tekanan
darahnya 10 menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30 menit setelah konsumsi
jus tomat. Hasil uji analisa Wilcoxonmenunjukan penurunan tekanan darah
dengan nilai p=0,000 (p<0,05), artinya hasil analisis menunjukkan bahwa adanya
penurunan tekanan darah sistole dan diastole sesudah pemberian jus tomat (Lestari
dan Rahayuningsih, 2017).
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Linda Widyarani yang berjudul
“Pengaruh pemberian jus tomat (solanumlycopersicum) terhadap tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi” jumlah responden 30 orang. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara tekanan darah sisitolik dan diastolik sebelum dan sesudah
pemberian intervensi, besarnya nilai signifikan 0,000 (p<0,05). Pemberian jus
tomat (solanumiycopersicum) selama 7 hari berpengaruh secara signifikan
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi
stadium 1 (Rahayu, 2017).
Penelitian ini dilakukan oleh Nurul Hidayah yang berjudul “Pengaruh jus
tomat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi lansia” jumlah
responden 30 orang. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengonsumsi
jus tomat pada responden yang diuji dengan pared T Test. Hasil menunjukkan
terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai
Pvalue=0,000<a=0,05. Hal ini menunjukka ada pengaruh yang signifikan jus
tomat terhadap penurunan tekanan darah 0,05 yang berarti h 0 ditolak karena sig.
(2-tailed) lebih kecil dari a, artinya ada pengaruh setelah diberikan jus tomat
terhadap tekanan darah penderita hipertensi (Sugiyono, 2010).

METODE PENELITIAN
Studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini terdapat dua variable, yaitu variable
bebas (independent) dan variable terikat (dependent). Pemberianjus tomat
merupakan variable bebas (independent) dan tekanan darah lansia pada penyakit
hipertensi merupakan variable terikat (dependent). Pemberian jus tomat dilakukan
sebanyak 1 kali dalam 1 hari selama 7 hari diminum setelah sarapan. Pembuatan
jus tomat dengan sop terlampir. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg.
Pengukuran tekanan darah dilakukan 2 kali sebelum dan sesudah tindakan
menggunakan tensimeter dan stetoskop.

HASIL PENELITIAN
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 13 Februari 2021 dirumah responden
1 Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara secara
autoanamnesa dan alloanamnesa yaitu wawancara secara langsung pada pasien
dan wawancara kepada keluarga pasien. Pasien dengan nama Ny. S, umur 70
tahun. Pada riwayat kesehatan sekarang didapatkan data bahwa kurang lebih 2
hari yang lalu pasien merasakan nyeri pada kepala bagian belakang dan oleh
keluarga diberikan minuman herbal jamu temulawak, tetapi selama 2 hari tidak
ada perubahan dan nyeri bertambah saat beraktifitas yang berlebihan. Keluhan
pasien merasakan nyeri pada tengkuk bagian belakang kepala. Pada riwayat
kesehatan dahulu pasien mengatakan kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien
periksa di dokter desa dan dinyatakan hipertensi tetapi pasien tidak mau diberikan
obat hipertensi, pasien memilih untuk meminum minuman herbal yang dibuat
sendiri yaitu jamu temulawak. Pada riwayat kesehatan keluarga pasien
mengatakan tidak ada yang menderita hipertensi. Pada pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan hasil tekanan darah : 145/90 mmHg, nadi ; 85 x/menit, RR : 20
x/menit, keadaan umum pasien baik dan GlasgowComaScale : 15, E 4 M 6 V 5,
dan mendapatkan data penunjang GDS ( gula darah sewaktu ) 112 mg/dl,
cholesterol 166 mg/dl, asam urat 4,6 mg/dl, saat dilakukan pengkajian nyeri
PQRS: pasien mengtakan nyeri kepala dibagian belakang, nyeri seperti ditekan-
tekan, nyeri menjalar sampai ujung kepala, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul.
Pada data kebiasaan sehari-hari pasien suka makan makanan yang asin.
Sedangkan pada responden 2 pada tanggal 13 Februari 2021 di Desa
Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara secara autoanamnesa dan
alloanamnesa yaitu wawancara secara langsung pada pasien dan wawancara
kepada keluarga pasien dengan nama Ny. K, umur 60 tahun. Pada riwayat
kesehatan sekarang didapatkan data bahwa kurang lebih 4 hari yang lalu pasien
merasakan nyeri pada kepala bagian belakang sebelah kanan, dan oleh keluarga
diberikan makanan buah pisang dan mentimun, tetapi selama 4 hari nyeri hanya
sedikit berkurang dan belum sembuh. Keluhan pasien merasakan nyeri pada
tengkuk bagian belakang kepala. Pada riwayat kesehatan dahulu pasien
mengatakan kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien periksa di puskesmas terdekat
dan diberikan obat hipertensi. Pada riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan
keluarga ada yang menderita hipertensi yaitu ibu pasien. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan hasil tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 80x/menit, RR:
22x/menit, keadaan umum pasien baik dan GlasgowComaScale : 15 E 4 M 6 V 5
dan mendapatkan data penunjang GDS ( gula darah sewaktu) 132 mg/dl,
cholesterol 134 mg/dl, asam urat 5,7 mg/dl, saat dilakukan pengkajian nyeri
PQRST: pasien mengtakan nyeri kepala dibagian belakang sebelah kanan dan
mata berkunang-kunang, nyeri seperti ditekan-tekan, nyeri menjalar sampai ujung
kepala, skala nyeri 7, nyeri bertambah saat beraktifitas yang berlebihan dan pada
data kebiasaan sehari-hari pasien suka makanan yang asin.
Berdasarkan hasil pengkajian pada responden 1 dan responden 2 diatas,
masalah keperawatan yang muncul dari kedua responden yaitu nyeri (sakit kepala)
berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral. Dari masalah keperawatan
tersebut intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada adalah
dengan pemberian jus tomat selama 7 hari berturut-turut (1 hari 1 kali pemberian
jus). Penulis juga merencanakan tindakan keperawatan sebagai berikut mengkaji
KU (keadaan umum), vital sign, skala nyeri, dan memberikan pendidikan
kesehatan diet pada pasien penderita hipertensi. Tujuan keperawatan setelah
dilakukan keperawatan selama 7 hari diharapkan nyeri yang dirasakan pasien
dapat berkurang, dengan kriteria hasil tidak adanya nyeri (sakit kepala) dan pasien
tampak nyaman. Penulis menerapkan pemberian jus tomat kepada responden 1
dan responden 2 dengan menganjurkan pasien untuk meminum jus tomat 1 gelas
plastik dengan dosis 200 ml. Cara pembuatan tomat 150 gr, air mineral 50 ml dan
gula 5 gr kemudian blender sekitar 1-2 menit kemudian tuang jus kedalam gelas
plastik. Setelah diberikan jus tomat diharapkan nyeri (sakit kepala) dapat
berkurang yang dapat diketahui dengan pengkajian nyeri PQRST dan memonitor
vital sign khususnya tekanan darah selama 7 hari sebelum dan sesudah pemberian
jus tomat. Dari intervensi yang disusun, penulis melakukan implementasi mulai
tanggal 13 Februari 2021 sampai dengan 19 Februari 2021 pada responden 1 dan
responden 2.
Hasil pemberian jus tomat dalam mengurangi nyeri(sakit kepala) pada
pasien hipertensi adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil penilaian skala nyeri dengan metode PQRST (Palliatif, Quantitatif, Region,
Skala, Time) dan tekanan darah responden 1 sebelum dan sesudah diberikan jus
tomat
No Tanggal Jam Skala Nyeri Tekanan darah

1. 13 Februari 2021 15.00 WIB 5 menjadi 5 145/90 mmHg

2. 14 Februari 2021 15.00 WIB 5 menjadi 5 145/90 mmHg

3. 15 Februari 2021 15.00 WIB 5 menjadi 5 140/90 mmHg

4. 16 Februari 2021 15.00 WIB 5 menjadi 4 135/90 mmHg

5. 17 Februari 2021 15.00 WIB 4 menjadi 3 130/90 mmHg

6. 18 Februari 2021 15.00 WIB 3 menjadi 2 130/90 mmHg

7. 19 Februari 2021 15.00 WIB 2 menjadi 0 120/80 mmHg

Pemberian jus tomat yang pertama pada responden 1 dilakukan pada tanggal
13 Februari 2021 di rumah responden 1. Sebelum memberikan jus tomat penulis
menilai skala tingkat nyeri dan memonitor vital sign khususnya tekanan darah
dengan hasil skala nyeri 5 dan TD : 145/90 mmHg yang artinya responden 1
mengalami hipertensi tingkat l. Setelah dilakukan pemberian jus tomat selama 7
hari ( 1 hari 1 kali) berturut-turut pasien mengatakan nyeri (sakit kepala) sudah
hilang dan bersedia untuk berhenti mengkonsumsi makanan asin yang berlebihan.
Kemudian penulis menilai skala nyeri dengan menggunakan PQRST dengan hasil
skala nyeri 0 yang artinya pasien sudah tidak merasakan nyeri dan menilai tingkat
hipertensi dengan menggunakan klafisikasi JNC 6 dengan hasil TD 120/80 mmHg
yang artinya tingkat hiperteni responden 1 berkurang menjadi kategori tekanan
darah optimal.

Tabel 2
Hasil penilaian skala nyeri dengan metode PQRST (Palliatif, Quantitatif, Region,
Skala, Time) dan tekanan darah responden 2 sebelum dan sesudah diberikan jus
tomat
No Tanggal Jam Skala Nyeri Tekanan Darah

1. 13 Februari 2021 16.00 WIB 7 menjadi 7 150/90 mmHg

2. 14 Februari 2021 16.00 WIB 7 menjadi 7 150/90 mmHg

3. 15 Februari 2021 16.00 WIB 7 menjadi 7 150/90 mmHg

4. 16 Februari 2021 16.00 WIB 6 menjadi 6 145/90 mmHg

5. 17 Februari 2021 16.00 WIB 6 menjadi 6 140/90 mmHg

6. 18 Februari 2021 16.00 WIB 5 menjadi 4 140/90 mmHg

7. 19 Februari 2021 16.00 WIB 3 menjadi 3 140/90 mmHg

Pemberian jus tomat yang pertama pada responden 2 dilakukan pada


tanggal 13 Februari 2021 di rumah responden 2. Sebelum memberikan jus tomat
penulis menilai skala tingkat nyeri dan memonitor vital sign khususnya tekanan
darah dengan hasil skala nyeri 7 dan TD : 150/90 mmHg yang artinya responden
2 mengalami hipertensi tingkat l. Setelah dilakukan pemberian jus tomat selama 7
hari ( 1 hari 1 kali) berturut-turut pasien mengatakan nyeri (sakit kepala) sudah
berkurang dan bersedia untuk mengurangi mengkonsumsi makanan yang asin dan
bersedia untuk mengurangi mengkonsumsi kopi. Kemudian penulis menilai skala
nyeri dengan menggunakan PQRST dengan hasil skala nyeri 3 yang artinya
pasien masih merasakan nyeri namun masih bisa ditoleransi dan menilai tingkat
hipertensi dengan menggunakan klafisikasi JNC 6 dengan hasil TD 140/90 mmHg
yang artinya tingkat hiperteni responden 2 masih berada pada kategori hipertensi.

KESIMPULAN
Hasil setelah dilakukan intervensi pemberian terapi non farmakologi yaitu
pemberian jus tomat selama tujuh hari secara berturut-turut pada Ny. S dan Ny. K
mengalami penurunan tekanan darah dari hipertensi tingkat l menjadi tekanan
darah optimal dan kategori hipertensi. Hasil penurunan tekanan darah pada Ny.P
adalah TD: 145/90 mmHg menjadi TD: 120/80 mmHg, menujukkan hipertensi
tingkat l turun menjadi optimal. Hasil penurunan tekanan darah pada Tn.S adalah
TD: 150/90 mmHg menjadi TD: 140/90 mmHg, menujukkan hipertensi tingkat l
turun menjadi kategori hipertensi. Hal ini menujukkan pemberian jus tomat dapat
menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri.

SARAN
Saran penulis yang dapat disampaikan berdasarkan dari kesimpulan hasil
dari studi kasus yang sudah dilakukan sebagai berikut :
1. Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan adanya penelitian selanjutnya dengan terapi metode lain
pada hipertensi.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Penulis mengharapkan studi kasus ini dapat dijadikan reverensi pengembangan
ilmu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan terapi pemberian jus tomat
dapat diaplikasikan perawat dalam melakukan intervensi pada klien yang
menderita hipertensi.
3. Masyarakat atau pasien
Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan informasi adanya terapi
jus tomat untuk menurunkan tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyiyah Nur Farida. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/
Kota dengan Pravlensi Hipertensi Tinggi.
Akmadi. 2012. Pengertian Lansia dan permasalahan Lanjut Usia. Diakses tanggal
20/4/2015 dari http://ipkeperawatan.blogspot.com/2013/12/lanjut-usia-
lansia.html.
Anggara Dwi, FH dan Prayitno N. 2013. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murnni Cikarang Barat. Jakarta:
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. Vol 5/NO. 1.
Anisa, Y. 2014. Kajian faktor penyebab penderita hipertensi dengan
menggunakan analisis faktor, 333-343.
Carlos Wade. 2016. Mengatasi Hipertensi. Bandung:Nuansa Cendikia.
Crowin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Doenges, Maryllin E. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Lestari , D. & Rahayuningsih. 2017. Hubungan Asupan Kalium, Kalsium,
Magnesium, dan Natrium, Indeks Masa Tubh, serta Aktivitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 30-40 tahun, Artikel
Penelitian Universitas Diponegoro.
Maryam, R. Siti, E. M. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba
Medika. Jakarta. (2011).
Potter PA & Perry. 2011. Fudamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI. (2018).
Prasetyaningrum YI. Hipertensi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia; 2014.
Rahayu, 2017. PengaruhPemberian Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah pada
Wanita Menopause dengan hipertensi Diposyandu Kantil. Journal Of
Healt Science and Prevention. Vol 1(1). P: 52-57.
Sudaryono. Metode Penelitian Pendidikan. (kencana,2016).
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sya’diyah, H. Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi. Indomedia Pustaka.
Sidoarjo. (2018).
Triyanto E. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Edisi I. Yogyakarta: GRAHA ILMU; 2014.
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
WHO. Global Status Report On Noncommunicable Diseases, Switzerland: WHO
Press; 2014. 10 p.

Anda mungkin juga menyukai