Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HEMODIALISIS

Oleh :

ANUGRAH PRATAMA
NIM.21119093

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas Mata kuliah Keperawatan Kritis. Makalah ini membahas mengenai
Hemodialisis.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi
penulis dan pembaca. Penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Dengan kritik dan saran yang
diberikan oleh pembaca sehingga makalah ini bisa lebih disempurnakan lagi.

Palembang, 16 Agustus 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 3
A. Definisi Hemodialisis ......................................................................................... 3
B. Tujuan Hemodialisis........................................................................................... 3
C. Indikasi Pasien Hemodialisis .............................................................................. 4
D. Kontra Indikasi Hemodialisis ............................................................................. 4
E. Prinsip Hemodialisis........................................................................................... 5
F. Akses Sirkulasi Darah ........................................................................................ 5
G. Prosedur Pelaksanaan HD................................................................................... 6
H. Penatalakasanaan Pasien yang Menjalani Hemodialisis ...................................... 7
I. Komplikasi ......................................................................................................... 7
J. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodialisis merupakan terapi pendukung keberlangsungan dari penyakit
gagal ginjal kronis. Pasien yang menjalani hemodialisis terus meningkat seiring
dengan peningkatan penderita gagal ginjal kronik. Pada tahun 2014 Indonesia
Renal Registry (IRR) mengemukakan bahwa di Indonesia terdapat 17.193 orang
yang menjalani terapi hemodialisa dan meningkat sebanyak 3.857 pasien pada
tahun 2015. Cairan yang diminum penderita gagal ginjal harus diawasi dengan
seksama karena rasa haus bukan lagi petunjuk yang dapat dipakai untuk
mengetahui hidrasi tubuh. Insiden penyakit gagal ginjal meningkat sebesar 15.353
pada tahun 2011 dan naik sebesar 17.193 pada tahun 2014 (Tampake & Shafira,
2021).
Global epidemik dari gagal ginjal telah diakui sebagai masalah besar pada
kesehatan, tidak hanya pada negara maju, tetapi juga terjadi di Asia. Data dari
Western Australia menunjukkan bahwa glomerulonephritis, nefropati diabetikum
dan hipertensi terhitung sebanyak 80% menyebabkan Chronic Kidney Disease
(CKD). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gagal ginjal ini terbentuk dari
campuran masalah diabetes dan hipertensi, dimana angka kejadian diabetes dan
hipertensi sangat besar di Asia (Agustian et al., 2020).
Pasien yang menjalani terapi hemodialisa jangka panjang sering merasa
khawatir akan kondisi sakitnya. Perubahan gaya hidup dan pembatasan asupan
makanan dan cairan pada pasien GGK, sering menghilangkan semangat hidup
pasien sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pembatasan asupan
cairannya, seperti yang didukung oleh penelitian Karundeng (2016), adanya
hubungan yang sangat bermakna antara kepatuhan pasien dengan keteraturan
tindakan haemodialisa. Hal ini menunjukkan, pasien yang patuh dalam melakukan
tindakan pengobatan sebagai perilaku seseorang untuk menjaga dan memelihara
kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit (Sompie &
Kaunang, 2019).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan
bagaimana konsep dasar dan konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
hemodialisis.

C. Tujuan
Tujuannya Untuk mengetahui pengertian dari hemodialisis serta mengetahui
bagaimana konsep dasar serta konsep asuhan keperawatan pada pasien
hemodialisis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah proses pembuangan zat zat sisa metabolisme, zat toksik
lainnya melalui membran 2semi permeabel sebagai pemisah antara darah dan cairan
diaksat yang sengaja dibuat dalam dializer. Hemodialisis merupakan suatu proses
yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi
dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang
memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Rahayu et al., 2019).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hemodialisa adalah
suatu tindakan yang digunakan pada klien gagal ginjal untuk proses pembuangan
zat-zat sisa metabolisme, zat toksik dan untuk memperbaiki ketidakseimbangan
elektrolit lainnya melalui membran 2semi permeabel sebagai pemisah antara darah
dan cairan diaksat yang sengaja dibuat dalam dializer.

B. Tujuan Hemodialisis
Hemodialisis bertujuan Membuang sisa produk metabolisme protein : urea
kreatinin dan asam urat, Membuang kelebihan cairan dengan mempengaruhi
tekanan banding antara darah dan bagian cairan, Mempertahankan atau
mengembanlikan sistem buffer tubuh, Mempertahankan atau mengembalikan kadar
elektrolit tubuh. Hemodialisa menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi
(membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan
tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan
kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal serta menggantikan
fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain (Pardede et al.,
2021).

3
C. Indikasi Pasien Hemodialisis
Menurut Zasra (2018), indikasi pasien untuk dilakukan hemodialisa antara
lain :
a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien gagal ginjal kronik dan
gagal ginjal akut untuk sementara samapai fungsi ginjal pulih (laju filtrasi
glomerulus <5 ml).
b. Pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi:
Hiperkalemia (K+ darah>6 meq/l), Asidosis, Kegagalan terapi konservatif,
Kadar ureum /kreatinin tinggi dalam darah (ureum>200mg%, kreatinin
serum>6mEq/l, Kelebihan cairan, Mual dan muntah yang hebat
c. Intoksikasi obat dan zat kimia
d. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
e. Sindrom hepatorenal dengan kriteria : K+pH darah <7,10 asidosis, Oliguria/an
uria >5 hari, GFR <5ml/i pada CKD, ureum darah >200mg/dl.
Pada umumnya indikasi dialisis pada CKD adalah bila laju filtrasi
glomerulus (LFG sudah kurang dari 5 mL/menit, yang di dalam praktek dianggap
demikian bila (TKK) <5 mL/menit. Keadaan pasien yang hanya mempunyai TKK
<5mL/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai bila
dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah :
a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
b. K serum >6 mEq/L
c. Ureum darah 200mg/dl
d. pH darah <7,1
e. Anuria berkepanjangan (>5 hari)
f. Fluid overloaded (PERNEFRI, 2020).

D. Kontra Indikasi Hemodialisis


a. Hipertensi berat (TD >200/100 mmHg)
b. Hipotensi (TD <100 mmHg)
c. Adanya perdarahan hebat
d. Demam tinggi (Ariyani et al., 2019).

4
E. Prinsip Hemodialisis
Prinsip hemodialisa dengan cara difusi dihubungkan dengan pergeseran
partikel-partikel dari daerah konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah oleh tenaga
yang ditimbulkan oleh perbedahan konsentrasi zat-zat terlarut di kedua sisi
membran dialisis, difusi menyebabkan pergeseran urea kreatinin dan asam urat dari
darah ke larutan dialisat. Osmosa adalah Mengangkut pergeseran cairan lewat
membran semi permiabel dari daerah yang kadar partikel partikel rendah ke daerah
partikel lebih tinggi, osmosa bertanggung jawab atas pergeseran cairan dari klien
terutama pada pada. Ultrafiltrasi Terdiri dari pergeseran cairan lewat membran semi
periabel dampak dari bertambahnya tekanan yang dideviasikan secara buatan,
Hemo:darah, dialisis memisahkan dari yang lain (Tampake & Shafira, 2021).

F. Akses Sirkulasi Darah


a. Kateter dialisis perkutan yaitu pada vena pulmoralis atau vena subklavikula
b. Cimino : dengan membuat fistula interna arteriovenosa~ operasi (LA.Radialis
dan V. Sefalika pergelangan tangan) pada tangan non dominan. Darah dipirau
dari A ke V sehingga vena membesar hubungan ke sistim dialisi dengan 1 jarum
di distal (garis arteri) dan diproksimal (garis vena), lama pemakaian -+ 4 tahun,
masalah yang mungkin timbul: Nyeri pada punksi vena,trombosis, Aneurisme,
kesulitan hemostatik post dialisa, Iskemia tangan. Kontra indikasi : Penyakit
perdarahan, Kerusakan prosedur sebelumnya, Ukuran pembuluh darah
klien/halus.
c. AV Graft : tabung plastik dilingkarkan yang menghubungkan arteri ke vena.
operasi graf seperti operasi fastula AV, digunakan 2-3 minggu setelah operasi
(Andra, & Yessie, 2018).

5
G. Prosedur Pelaksanaan HD

Gambar 2.5 Prosedur Hemodialisa


Hemodialisa dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung
ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompertemen yang terpisah. Darah
pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen yang dibatasi oleh selaput
semipermeabel buatan (artifisial) dengan komposisi elektrolit mirip serum normal
dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang
terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari
konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah, sampai konsentrasi zat terlarut
sama di kedua kompartemen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah
dari kompartemen darah ke konpartemen cairan dialisat dengan cara menaikkan
tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan dialisat. Perpindahan air ini
disebut ultrafiltrasi.
Besar pori pada selaput akan menentukan besar molekul zat pelarut yang
berpindah. Molekul dengan berat molekul lebih besar akan berdifusi lebih lambat
dibanding molekul lebih rendah. Kecepatan perpindahan zat pelarut tersebut makin
tinggi bila konsentrasi di kedua kompartemen makin besar, diberikan tekanan
hidrolik dikompartemen darah, dan bila tekanan osmotik di kompartemen cairan
dialisis lebih tinggi. Cairan dialisis ini mengalir berlawaan arah dengan darah untuk
meningkatkan efisiensi. Perpindahan zat terlarut pada awalnya berlangsung cepat
tetapi kemudian melambat sampai konsentrasinya sama dikedua kompartemen
(Helms & Barone, 2018).

6
H. Penatalakasanaan Pasien yang Menjalani Hemodialisis
Pasien hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap
dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting untuk
terjadinya kematian pada pasien hemodialisis. Status cairan menentukan kecukupan
cairan dan terapi cairan selanjutnya. Status cairan pada pasien CKD dapat
dimanifestasikan dengan pemeriksaan edema, tekanan darah, kekuatan otot, lingkar
lengan atas, nilai IDWG dan biochemical marker yang meliputi natrium, kalium,
kalsium, magnesium, florida, bikarbonat dan fosfat.
Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri atas
asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70
meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium
seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah
asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah insensible
water loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 mEq.hari guna mengendalikan tekanan
darah dan edema. Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang
selanjutnya mendorong pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka
selama periode di antara dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian melalui ginjal.
Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,
antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar
kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa
menimbulkan akumulasi toksik. Resiko timbulnya efek toksik akibat obat harus
dipertimbangkan (Ipo et al., 2021).

I. Komplikasi
Komplikasi hemodialisa sebagai berikut : (Andra & Yessie, 2018)
1. Hipotensi
Merupakan komplikasi akut yang sering terjadi, dimana insiden 15-30%. Dapat
disebabkan oleh karena penurunan volume plasma, disfungsi otonom,
vasodilatasi karena energy panas dan obat anti hipertensi.

7
2. Kram otot
Terjadi 20 % pasien yang menjalankan hemodialisa, dimana penyebab idiopatik,
namun diduga karena kontraksi akut yang dipacu oleh peningkatan volume
ekstrasluler.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Biografi :identitas pasien, nama, umur, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan, alamat, ruang, identitas
penaggung jawab, hubungan dengan pasien, no telepon, asuransi kesehatan
(jika ada).
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama/alasan masuk Rumah sakit
2) Riwayat kesehatan sekarang : dimulai dari akhir masa sehat, ditulis dengan
kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan
penyakitnya seperti : faktor pencetus, sifat keluhan (mendadak/berlahan-
lahan/terus menerus/hilang timbul atau berhubungan dengan waktu,
lokalisasi dan sifarnya ( menjalar /menyebar/berpindah/menetap), berat
ringannya keluhan (menetap/cenderung bertambah atau berkurang),
lamanya keluhan, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, keluhan saat
pengkajian, diagnosa medic
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya untuk
mengatasi, riwayat masuk RS), Alergi, Obat-obatan yang pernah
digunakan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit menular/tidak menular/keturunan dalam keluarga, disertai
genogram.
5) Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan rumah, lingkungan klien bekerja, fokus pada
upaya keamanan klien, informasi tentang lingkungan rumah dan tempat

8
bekerja meliputi:tata ruang, kebersihan, resiko cidera, paparan polusi,
pencahayaan, susasana rumah,
c. Pola fungsional gordon
2) Pola management kesehatan/persepsi kesehatan
Persepsi terhadap penyakit yang dialaminya, Riwayat penggunaan
tembakau, alkohol, alergi (obat-obatan, makanan, reaksi alergi),
mengatur dan menjaga kesehatannya, pengetahuan dan praktik
pencegahan penyakit.
3) Pola nutrisi dan metabolik
Kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum dan
sesudah sakit meliputi : jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi,
frekuensi makan dan minum, porsi makan, makanan yang disukai, nafsu
makan (normal,meningkat, menurun), pantangan atau alergi, penurunan
sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis, kesulitan menelan (disfagia).
riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam, kering, keringat berlebihan,
penyembuhan abnormal, jumlah minum/24 jam dan jenis (kehausan yang
sangat), mengkaji ABCD yaitu :A (Antropometri) : BB, TB, sebelum
dan sesudah sakit fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun), B
(Biocemicle): Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Hematoktit (cairan),
Albumin edema, C (Clinicel) : turgor kulit, konjungtiva, CRT, D (Diet) :
diet/suplment khusus, Instruksi diet sebelumnya.
4) Pola eliminasi
Buang air besar (BAB) : Frekuensi, waktu, Warna, konsistensi,
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia), Buang Air Kecil (BAK) :
Frekuensi, Kesulitan/keluhan (disuria, noktiria, hematuria, retensia,
inkontinensia).
5) Pola aktivitas dan kebersihan diri kemampuan perawatan diri
0 : Mandiri
1: dengan alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan peralatan
4: ketergantian / ketidakmampuan

9
6) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : (jam/malam, tidur siang , tidur sore), waktu kebiasaan
menjelang tidur, masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk),
perasaan setelah bangun (merasa segar / tidak setelah tidur).
7) Pola kognitif dan Persepsi sensori
Status mental (sadar / tidak, orientasi baik atau tidak ), bicara:
normal, genap, aphasia ekspresif, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan memahami, tingkat ansietas , Pendengaran: DBN, Tuli,
tinitis, alat bantu dengar, Penglihatan (DBN, Buta, katarak, kacamata,
lensa kontak, dll), vertigo, ketidaknyamanan/nyeri /akut/ kronis,
penatalaksaan nyeri
8) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang dirinya, gambar dirinya, ideal dieinya, harga
dirinya, peran dirinya, ideal dirinya.
9) Pola hubungan peran
Pekerjaan, sistem pendukung : (pasangan, tetangga, keluarga
serumah, keluarga tinggal berjauhan, maslah keluarga berkenaan dengan
perawatan RS, kegiatan sosial : bagaimana hubungan dengan masyarakat.
10) Pola seksual dan reproduksi
Tanggal Menstruasi Terakhir (TMA), masalah-masalah dalam pola
reproduksi, Pap smear terakhir, kepuasan dan tidak puasan klien dalam
pola seksualitas, kesulitan dalam pola seksualitas, masalah seksual B. D
penyakit
11) Pola koping dan toleransi stres
Perawat mengkaji kemampuan klien dalam mengelola stess,
Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu, Hal yang dilakukan saat ada
masalah, Pengguanaan obat saat menghilangkan stres, Keadaan emosi
dalam sehari-hari (santai/tegang), keefektifan dalam mengelola stress.
12) Pola nilai dan Keyakinan
Keyakinan Agama, budaya, Pengaruh agama dalam kehidupan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Kesadaran, Klien tampak sehat/ sakit/sakit berat

10
2) Tanda –tanda vital : TD, ND, RR, S
3) Kulit : Warna kulit (sianosis, ikterus, pucat eritema), Kelembaban,
Turgor kulit, Ada/tidaknya edema
4) Kepala/rambut : Inspeksi, Palpasi
5) Mata : Fungsi penglihatan, Ukuran pupil, Konjungtiva, Lensa/iris,
Odema palpebra, Palpebra, Sklera
6) Telinga : Fungsi pendengaran, Kebersihan, Daun telinga, Fungsi
keseimbangan, Sekret, Mastoid
7) Hidung dan sinus : Inspeksi, Fungsi penciuman, Pembengkakan,
Kebersihan, Pendarahan, Sekret
8) Mulut dan tenggorokan : Membran mukosa, Keadaan gigi, Tanda radang
(gigi,lidah,gusi), Trismus, Kesulitan menelan, Kebersihan mulut
9) Leher : Trakea simetris atau tidak, Kartoid bruid, JVP, Kelenjar limfe,
Kelenjar tiroid, Kaku kuduk
10) Thorak atau paru : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
11) Jantung : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
12) Abdomen : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
13) Ekstremitas : Vaskuler perifer, Capilari refil, Clubbing, Perubahan warna
14) Neurologis : Status mental/GCS, Motorik, Sensori, Tanda rangsangan
meningkat, Saraf kranial, Reflek spikologis, Reflek patologis (Nurarif &
Kusuma, 2019).

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2016)


a. Resiko perfusi serebral tidak efektif jaringan berhubungan dengan penyakit
ginjal (D.0017).
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolisme
(D.0129).
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056).

11
3. Intervensi Keperawatan (SLKI, 2018)
Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 Resiko perfusi serebral Perfusi Serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan
tidak efektif jaringan Setelah dilakukan tindakan Tekanan Intracranial (I.06194)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi penyebab
penyakit ginjal (D.0017). jam masalah dapat teratasi peningkatan TIK (misalnya:
dengan kriteria hasil: lesi, gangguan metabolism,
1. Tingkat kesadaran edema serebral)
meningkat 2. Monitor tanda/gejala
2. Sakit kepala menurun peningkatan TIK (misalnya:
3. Gelisah menurun tekanan darah meningkat,
4. Tekanan intra kranial tekanan nadi melebar,
membaik bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
3. Monitor MAP (mean arterial
pressure) (LIHAT:
Kalkulator MAP)
4. Monitor CVP (central venous
pressure)
5. Monitor PAWP, jika perlu
6. Monitor PAP, jika perlu
7. Berikan posisi semi fowler
8. Hindari manuver valsava
9. Cegah terjadinya kejang
10. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika perlu

12
2 Gangguan integritas kulit Integritas kulit/jaringan Perawatan Integritas Kulit
berhubungan dengan (L.14125) (I.11353)
gangguan metabolisme Setelah dilakukan tindakan 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika
(D.0129). keperawatan selama 3x24 tirah baring
jam masalah dapat teratasi 2. Lakukan pemijatan pada area
dengan kriteria hasil: penonjolan tulang, jika perlu
1. Kerusakan jaringan 3. Bersihkan perineal dengan
menurun air hangat, terutama selama
2. Kerusakan lapisan periode diare
kulit menurun 4. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
5. Anjurkan minum air yang
cukup
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
8. Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
3 Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan (L.05047) 1. Identifikasi gangguan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan fungsi tubuh yang
antara suplai dan keperawatan 3x24 jam mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen diharapkan masalah dapat 2. Monitor kelelahan fisik dan
(D.0056). teratasi dengan kriteria emosional
hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan Lelah 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
2. Dispnea saat aktivitas melakukan aktivitas
menurun 5. Sediakan lingkungan

13
3. Dispnea setelah nyaman dan rendah
aktivitas menurun stimulus (mis: cahaya,
4. Frekuensi nadi suara, kunjungan)
membaik 6. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
7. Anjurkan tirah baring
8. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

4. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah mengakhiri
rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan
dan meneruskan rencana tindakan keperawatan (Nursalam, 2008).
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP. Pengertian SOAPadalah
sebagai berikut :
1. S : data subjektif
Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
2. O : data objektif
Hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien dan
yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. A : analisis
Interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status

14
kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
4. P : planning
Perencanaan perawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemodialisis adalah proses pembuangan zat zat sisa metabolisme, zat toksik
lainnya melalui membran 2semi permeabel sebagai pemisah antara darah dan cairan
diaksat yang sengaja dibuat dalam dializer. Hemodialisis merupakan suatu proses
yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi
dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang
memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Rahayu et al., 2019).
Prinsip hemodialisa dengan cara difusi dihubungkan dengan pergeseran
partikel-partikel dari daerah konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah oleh tenaga
yang ditimbulkan oleh perbedahan konsentrasi zat-zat terlarut di kedua sisi
membran dialisis, difusi menyebabkan pergeseran urea kreatinin dan asam urat dari
darah ke larutan dialisat. Osmosa adalah Mengangkut pergeseran cairan lewat
membran semi permiabel dari daerah yang kadar partikel partikel rendah ke daerah
partikel lebih tinggi, osmosa bertanggung jawab atas pergeseran cairan dari klien
terutama pada pada. Ultrafiltrasi Terdiri dari pergeseran cairan lewat membran semi
periabel dampak dari bertambahnya tekanan yang dideviasikan secara buatan,
Hemo:darah, dialisis memisahkan dari yang lain (Tampake & Shafira, 2021).

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehinggga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.
Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga
kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, D., Wahyudi, K., Riono, P., & Roesli, R. M. A. (2020). Survival Analysis of
Chronic Kidney Disease Patients with Hemodialysis in West Java . Indonesia ,
Year 2007 – 2018 Ketahanan Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan
Hemodialisis di Jawa Barat Indonesia tahun 2007 – 2018. 52(38).
Andra, F. ., & Yessie, M. . (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika. Aru, &
et al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Penyakit Dalam. Interna Publishing.
Ariyani, H., Hilmawan, R. G., Nurdianti, R., Hidayat, R., & P., P. (2019). Gambaran
Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa Di Rumah Sakit
Umum dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan & Kebidanan, 3(2),
1–6.
Helms, & Barone. (2018). Physiology and Treatment of Pain, Critical Care Nursing.
Jurnal Nursing, 3(2), 11–16.
Ipo, A., Aryani, T., & Suri, M. (2021). Hubungan Jenis Kelamin dan Frekuensi
Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. Jurnal
Akademika Baiturrahim, 5(2), 46–55. http://stikba.ac.id/medias/journal/46-
55_Manuskrip_Martasuri.pdf
Nurarif, H., & Kusuma, A. H. (2019). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction.
Pardede, A., Safitra, N., & Simanjutak, Y. E. (2021). Konsep Diri Berhubungan Dengan
Kejadian Depresi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal PPNI, 5(3), 1–
8. https://doi.org/10.32419/jppni.v5i3.240
PERNEFRI. (2020). Integrated Collaboration for Excellent Kidney Care.
Rahayu, F., Wulandari, D., & Hermiati, D. (2019). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap
Kekuatan Otot Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Ruang Hemodialisa. The Indonesian
Journal of Health Science, 11(1), 78. https://doi.org/10.32528/ijhs.v11i1.2241
Sompie, M., & Kaunang, E. (2019). Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisis
Dengan Depresi Pada Pasien Dengan Penyakit Ginjal Kronik DI RSUP. PROF. Dr.
R. D. KANDOU MANADO. Jurnal E-Clinic, 5(1), 306–312.
Tampake, R., & Shafira, A. D. (2021). Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

17
Menjalani Hemodialisa. Lentora Nursing Journal, 1(2), 39–43.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.
Zasra, R. (2018). Indikasi dan Persiapan Hemodialis Pada Penyakit Ginjal Kronis
Tinjauan Pustaka. 2(Supplement 2), 183–186.

18

Anda mungkin juga menyukai