Disusun Oleh:
Zudha Mauliyani J510185011
Riski Ima Rahmawati J510185031
RSUD KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS REFERAT
TERAPI CAIRAN PADA PASIEN ANAK/NEONATUS, PASIEN SECTIO
CAESAREA, DAN PASIEN ILEUS/PERITONITIS
Diajukan Oleh :
Zudha Mauliyani J510185011
Riski Ima Rahmawati J510185031
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari………………….
Penguji :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Terapi Cairan ............................................................................................ 3
B. Terapi Cairan pada Pasien Anak/Neonatus .............................................. 4
C. Terapi Cairan pada Pasien Sectio Caesarea.............................................. 5
D. Terapi Cairan pada Pasien Ileus/Peritonitis .............................................. 9
BAB III PENUTUP ...............................................................................................15
Kesimpulan ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkanrahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat dengan judul “TERAPI CAIRAN PADA PASIEN ANAK/NEONATUS,
PASIEN SECTIO CAESAREA, DAN PASIEN ILEUS/PERITONITIS”.Referat
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh kepaniteraan di
bagian Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang turut
memberikan bantuan, bimbingan, kritik maupun saran dalam penyusunan
referat ini.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih ada
banyak kekurangan,karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis. Semoga
referat ini dapat memberi tambahan pengetahuan bagi penulis khususnya, dan
manfaat bagi pembaca umumnya.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh dikelilingi cairan interfisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang
konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan
keseimbangan volume, komposisi, dan keseimbangan asam, basa cairan tubuh
selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalitas seperti penyakit
atau trauma.Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan
komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan
mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan elektrolit dan
asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraselular dan intraselular.
Dalam tubuh yang sehat 60% dari berat badan terdiri dari air. Air terdapat
dalam 2 komponen (cairan intraselular dan cairan ekstraselular). Ekstraselular
dibagi menjadi 2 yaitu interstisial dan intravaskuler. Dari sejumlah cairan dalam
tubuh, 2/3 berada dalam intraselular, 1/3 ekstraselular (65% interstisial,
intravaskuler 35%). Misalnya, seseorang dengan berat badan 60 kg, cairan dalam
tubuhnya 40L yang terdiri dari cairan intraselular 27L, dan cairan ekstraselular
13L (cairan interstisial 8L, cairan intravaskular 5L).
Dengan mengetahui persentase air dalam tubuh harus dipahami bahwa
hilangnya sejumlah air dalam tubuh dengan presentase yang sama akan
menimbulkan akibat yang berbeda. Kehilangan cairan dalam tubuh bayi lebih
berakibat serius karena menggoyahkan homeostatis 60% dari BB.
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit memerlukan
pemahaman tentang komposisi cairan di dalam tubuh, kompartemen serta
metabolisme air dan elektrolit. Sebagian besar komposisi tubuh adalah air.
Hampir 60% pada pria dan 50% pada wanita adalah air. Keseluruhan jumlah air
ini disebut sebagai total body water (TBW). TBW dibagi menjadi 2 bagian
1
2
volume yaitu volume cairan ekstraselular (ECF) dan volume cairan intraselular
(ICF).
ECF didefinisikan sebagai seluruh cairan di dalam tubuh yang terdapat di
luar sel. ECF dibagi dalam cairan plasma dan cairan interstisial. Normalnya ECF
adalah 40% dari TBW. Intraselular fluid (ICF) didefinisikan sebagai volume
cairan yang berada di dalam sel. ICF mencapai 60% dari TBW. Keseimbangan air
dipertahankan dengan merubah intake dan ekskresi air. Intake dikontrol oleh rasa
haus, sedangkan ekskresi air dikendalikan oleh ginjal melalui hormon ADH (Anti
Diuretik Hormon). Kebutuhan cairan ditentukan oleh berat badan. Rata-rata
membutuhkan 25-30 cc/kgBB/hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana terapi cairan pada pasien Anak/Neonatus?
2. Bagaimana terapi cairan pada pasien section caesarea?
3. Bagaimana terapi cairan pada pasien Ileus/Peritonitis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui terapi cairan pada pasien Anak/Neonatus
2. Untuk mengetahui terapi cairan pada pasien section caesarea
3. Untuk mengetahui terapi cairan pada pasien ileus/peritonitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Cairan
Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah.
Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien dengan tindakan bedah.
Gangguan cairan yang terjadi dikarenakan kombinasi dari faktor-faktor sebelum
pembedahan, selama pembedahan dan sesudah pembedahan.Faktor sebelum
bedah berhubungan dengan kondisi penyerta, prosedur diagnostic yang dilakukan
sebelum operasi, pemberian obat sebelum proses operasi dan restriksi cairan
sebelum operasi. Faktor selama pembedahan berhubungan dengan perlakuan
anestesi, kehilangan akibat perdarahan, dan kehilangan cairan akibat proses
penguapan oleh karena proses operasi yang lama.
Berdasarkan jenisnya, cairan intravena ada 3 macam :
3
4
Volume darah
Hematokrit
1. Neonatus : 55%
2. Bulan ke 3 : 30%
3. Bulan ke 6 :35 %
CAIRAN
ELEKTROLIT
Tabel 2 : Kebutuhan elektrolit yang dianjurkan pada neonatus
Kalium 1–4
Natrium 2–5
Klorida 1–5
Kalsium 3–4
Fosfor 1 – 2 mmol/kg
sekitar 75 ml antara awal dan akhir kehamilan. Peningkatan isi sekuncup dapat
mencapai 30% dengan frekuensi denyut sampai 15%. Sedangkan peningkatan
curah jantung dapat meningkat sampai 40%. Uterus yang besar dapat menekan
aorta abdominal dan vena cava, sehingga pada posisi terlentang tekanan yang
diberikan juga besar. Hal ini dapat menurunkan curah jantung yang
mengakibatkan tensi menurun.
Satu diantara terapi cairan pengganti yang umum digunakan dalam preload
pada operasi bedah sesar adalah :
1. Ringer Lactat
Ringer laktat adalah cairan yang isotonis dengan darah dan dimaksudkan
untuk cairan pengganti. Ringer laktat merupakan cairan kristaloid. Ringer laktat
digunakan diantaranya untuk luka bakar, syok, dan cairan preload pada operasi.
Ringer laktat merupakan cairan yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan
plasma. Satu liter cairan ringer laktat memiliki kandungan 130 mEq ion natrium
setara dengan 130 mmol/L, 109 mEq ion klorida setara dengan 109 mmol/L, 28
mq laktat setara dengan 28 mmol/L, 4 mEq ion kalium setara dengan 4 mmol/L, 3
mEq ion kalsium setara dengan 1,5 mmol/L. Anion laktat yang terdapat dalam
ringer laktat akan dimetabolisme di hati dan diubah menjadi bikarbonat untuk
mengkoreksi keadaan asidosis, sehingga ringer laktat baik untuk mengkoreksi
asidosis. Laktat dalam ringer laktat sebagian besar dimetabolisme melalui proses
glukoneogenesis. Setiap satu mol laktat akan menghasilkan satu mol bikarbonat.
Pasien dengan kondisi hamil memiliki kadar laktat yang berbeda karena plasenta
menghasilkan laktat yang akan menuju sirkulasi maternal.
bikarbonat. Asetat dan malat akan dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat, satu
mol asetat akan diubah menjadi satu mol bikarbonat sedangkan satu mol malat
akan dirubah menjadi dua mol bikarbonat.Malat bekerja dalam waktu lebih lama
dibandingkan asetat, oleh karena itu kombinasi asetat dan malat merupakan
pilihan yang baik dalam suatu cairan.17 B.Braun mengatakan bahwa ringer asetat
malat lebih baik dari ringer laktat karena ringer asetat malat lebih isotonis. Ringer
asetat malat memiliki kadar natrium, kalium dan magnesium yang hampir sama
dengan plasma, sedangkan konsentrasi klorida memilki kadar yang sedikit lebih
tinggi dalam rangka mencapai osmolaritas fisiologis.
Ringer Asetat malat menunjukkan fitur sebagai berikut:
kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water
losses.
Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu :
pada jam kedua berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup
diganti dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan
Dextrose. Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi
yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih
dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami
pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam lama puasa. Defisit karena perdarahan atau kehilangan
cairan (hipovolemik, dehidrasi) yang seringkali menyertai penyulit
bedahnya harus segera diganti dengan melakukan resusitasi cairan atau
rehidrasi sebelum induksi anestesi.
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung
berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat
pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau
evaporasi). Jenis cairan yang diberikan tergantung kepada prosedur
pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.
Dewasa 1,5 – 2
Anak 2–4
Bayi 4–6
Neonatus 3
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:
1. Konservatif/ Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu
diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang
keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan
nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.
Penatalaksanaan konservatif ileus antara lain :
a. Penderita dirawat di rumah sakit & dipuasakan.
b. Penderita dipuasakan (tidak makan & minum) sampai krisisnya
teratasi. Biasanya minimal 3 hari, luka operasi pada saluran cerna
dapat sembuh.
c. Kontrol status airway, breathing and circulation.
d. Dekompresi dengan nasogastric tube.
e. Intravenous fluids and electrolyte.
f. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
14
Kesimpulan
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh
ini didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam
metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama
pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi
cairan amat diperlukan untuk pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan
terlalu banyak yang bisa membahayakan.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi
membran sel. Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar
sel atau masuk ke dalam sel.
Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan
pasien, serta cairan infus itu sendiri. Pemberian infus yang tidak sesuai untuk
keadaan tertentu akan sia-sia dan tidak bisa menolong pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anuektangse. Terapi Cairan Intravena pada Syok Hipovolemik. 2009. Diunduh dari
URL: aneuktangse.multiply.com/journal/item/130. (Diakses pada tangal 25
Oktober 2012)
Dachlan M uswan, Suryadi A. Kartini, Latief Said A. Petunjuk praktis anestesiologi:
terapi cairan pada pembedahan. Edisi-Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi
intensif. Jakarta: FKUI. 2002. Hal 133-140
Dobson MB. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC. 1994. Hal 41-46
Gwinnutt Carl L. Catatan Kuliah Anastesi Klinis. Edisi ke-3. Jakarta; EGC. 2011. Hal
49-50, 98-102.
Hall Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC. 1997. Hal 56-
69, 375-393
Muhiman Muhardi, Thaib Roesli, Sunartio. Anastesiologi: Bagian Anestiologi dan
Terapi Intensif. Jakarta: FKUI. Hal 87-92
Utama Yudha Herry, SP.B, MHKes. Terapi Cairan dan Elektrolit. 2008. Di unduh dari
http://wwwherryyudha.com/terapi-cairan-elektrolit.html (Diakses pada tanggal
25 Oktober 2012)
Wrobel Marc, Werth Marco. Pokok-Pokok Anstesi, Kompendium untuk Praktik Sehari-
hari. Jakarta: EGC. 2010. Hal 57-62
16