Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MTE (MEET THE EXPERT)

STASE KEPERAWATAN ANAK


DI RSUP SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Oleh :
SHINTA ARY MURTY, S.Kep
P1905033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KLATEN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat Nya, MTE
Keperawatan Anak ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun untuk memberikan
gambaran proses pembelajaran selama satu semester untuk mata ajar MTE Keperawatan
Anak. Laporan ini diharapkan menjadi pedoman pembelajaran bagi mahasiswa
khususnya dalam hal mata ajar MTE Keperawatan Anak.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung
dalam terselesaikannya Laporan ini. Terakhir, Laporan ini belum sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan, penulis mengharapkan adanya masukan ataupun revisi dan
penyempurnaan secara periodik seiring dengan kemajuan ilmu dan tehnologi serta
perkembangan zaman.

Semoga Bermanfaat
Koordinator,

Suyami, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.An


NPP. 129.118

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................1


KATA PENGANTAR ......................................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................3
LATAR BELAKANG ......................................................................................................4
TUJUAN PELAKSANAAN ............................................................................................5
WAKTU PELAKSANAAN ............................................................................................5
LAPORAN MTE...............................................................................................................6
EVALUASI KEGIATAN ................................................................................................17
PENUTUP ........................................................................................................................18
LAMPIRAN .....................................................................................................................19

3
A. Latar Belakang
Secara umum terapi cairan dan elektrolit bisa secara enteral maupun
parenteral. Dalam konteks perawatan anak sakit, maka pembahasan terutama pada
terapi secara parenteral, karena biasanya intake peroral sangat tidak memadai dan hal
ini hampir rutin dikerjakan dalam sehari-hari di ruang perawatan anak.
Dalam keadaan sakit sering didapatkan gangguan metabolisme termasuk
metabolisme air dan elektrolit. Dikatakan bahwa perburukan maupun perbaikan
keadaan klinis penderita berjalan parallel dengan perubahan-perubahan pada variable
fisiologis. Sebagaimana kita ketahui bahwa anak bukanlah miniature dewasa,
sehingga terapi cairan dan elektrolit pada anak haruslah didasarkan pada prinsip-
prinsip fisiologi sesuai tahapan tumbuh kembangnya dan patofisiologi terjadinya
gangguan metabolism air dan elektrolit.

4
B. Tujuan Pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan MTE adalah sebagai berikut:
1. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
2. Terapi cairan dan kebutuhan cairan pada anak
3. Intake dan Out Put
4. Cara menghitung kebutuhan cairan dan balance cairan pada anak

C. Waktu Pelaksanaan
Hari : Selasa
Tanggal pelaksanaan        : 14 Januari 2020
Waktu                               : 13.00 WIB

5
D. Laporan pelaksanaan/ Materi MTE
1. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler(CIS)
dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di
dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial, dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma)
adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang
terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Perbandingan CIS dengan CES: Dewasa = 2:1; Anak-Anak = 3:2; Bayi = 1:1.
Pada tubuh terdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan.
Persentasi cairan tubuh manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan
tubuh pada bayi sekitar 75%, anak 70%, pria dewasa 57%, wanita dewasa 55%
dan dewasa tua 45% dari berat tubuh total. Persentasi yang bervariasi tersebut
dipengaruhi oleh lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit, paru-paru dan gastrointestinal.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas.

6
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
insensible water loss ± 400ml/hari.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam
keadaan normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa
haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic
hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

2. Terapi cairan dan kebutuhan cairan pada anak


a. Terapi rumatan (maintenance)
Terapi rumatan (maintenance)adalah mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang dalam keadaan normal (biasa). Pada periode perioperatif,
pemberian cairan rumatan tidak untuk meningkatkan kebutuhan cairan oleh
kehilangan cairan yang pindah ke rongga ke tiga masuk ke jaringan intersisiel
dan usus.
Kebutuhan cairan untuk rumatan dapat diperkirakan dengan
menggunakan formula yang sudah sering digunakan (lihat table). Selama
pemberian terapi rumatan, kondisi pasien harus sering di “assess”. Bila
estimasinya benar maka kadar elektrolitnya stabil dan secara klinis selalu
dalam keadaan euvolemic. Bila kadar elektrolitnya tidak normal atau terdapat
tanda-tanda klinis dsari hipervolemia atau hipovolemia,m maka harus
dilakukan “re-assess” dari sejumlah komponen dari terapi rumatan pasien.
b. Panduan cairan untuk terapi rumatan untuk bayi normal aterm dan anak-anak:
1) Bayi baru lahir :
- Hari – 1 : infuse D10 dengan rate 50-60 ml/kg/24 jam
- Hari – 2 : infuse D10 dengan 0.2% NaCl, infused rate 100 ml/kg/24
jam
- Setelah hari ke-7 : D5%dengan 0.45% NaCl , atau D10 dengan 0.45%
NaCl, infused rate 100 ml- 150 ml/kg/24 jam

7
2) Pemberian cairan pada anak
- BB 0-10 kg : 100 ml/kg/24jam
- BB 10-20 kg : 1000 ml/ 24jam + 50 ml/kg/24jam atau 40ml/jam + 2
ml/kg/24jam
- BB > 20 kg : 1500 ml/.24jam + 25ml/kg/24jam atau 60ml/jam + 1
ml/kg/24jam
3) Kebutuhan total cairan per hari seorang anak dihitung dengan formula
berikut:
- 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg
berikutnya,
- selanjutnya 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya.
- Contoh: seorang bayi dengan berat 8 kg mendapatkan 8 x 100 ml =
800 ml setiap harinya, dan bayi dengan berat 15 kg (10 x 100) + (5 x
50) = 1250 ml per hari.
c. Terapi replacement cairan
Terapi cairan pengganti dirancang untuk mengganti kehilangan
abnormal cairan dan elektrolit yang sedang berlangsung. Konstituen dari
kehilangan cairan-elektrolit tersebut secara substansial berbeda dari komposisi
cairan rumatan, maka bila hanya meningkatkan volume cairan rumatan saja
akan sangat berbahaya. Secara umum para peneliti mengganti sejumlah besar
volume cairan untuk mengganti cairan yang keluar dari stoma atau kehilangan
cairan oleh sebab lain dengan cairan fisilogis secara equivalent.
d. Cairan Rumatan (Maintenance)
Cairan rumatan adalah kebutuhan cairan untuk menganti kehilangan cairan
sehari-hari
1) Kebutuhan Cairan Anak
a) 10Kg I   —  100cc/Kg BB/24 jam
b) 10Kg II —  50cc /Kg BB/24 jam
c) Selebihnya —  20cc /Kg BB/24 jam
d) Tetesan/ Menit :   Otsuka — 1cc   = 15 tetes, Terumo — 1 cc =  20
tetes
e) Setiap kenaikan suhu tubuh 1 derajatcelcius + 12% dari kebutuhan
tubuh

8
(Kebutuhan cairan x faktor tetes)  = Jumlah tetesan/menit
(jumlah jam x 60menit)
f) Kebutuhan Natrium (Na+)    3-5 mEq/Kg BB/24 jam
- RL memiliki kandungan Na+ sebesar 130 meq/L   (1 flash = 65 meq)
- Ns memiliki kandungan Na+ sebesar 154 meq/L  (1 flash = 77 meq)
- 1L(liter) = 1.000 cc, 1Flash = 500 cc
e. Cairan Hipotoik
Bukkan cairan resusitasi,pegunaannya pada kelainan kesembangan
elektrolit yang meliputi : ½ DaD, KaEN3B, Tridex27B. D5+1/2NS, D51/4NS
Cairan ini didistribusikan ke ekstra dan intraseluler yang digunakan pada
kehilangan cairan tubuh yang diserrai kurangnya cairan intraseluler.
Digunakan untuk kebutuhan rumatan :
a) Cairan rumatan bertujuan untuk mengganti kehilangan air lewat urine,
feses, paru dan keringat\
b) Cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekai mengandung elektrolit
f. Cairan Isotonik
Diapakai sebagai cairan resusitasi yang meliputi : Nacl 0,9%, RL, Ringer
Asetat. Cairan ini hanya mengisi ruang eksternal :
a) ¼ Dari jumlah cairan yang diberikan akan tingga dalam ruang
intravaskuler
b) Selebihnya akan mengisi ruang interstisial
c) Sehingga untuk mencukupi kebutuhan cairan darah/plasma dibutuhkan
jumlah cairan 4 kali
d) Dapat menyebabkan edema perifer sampai edema paru
g. Cairan Hipertonik
a) Nacl 6% (1000-2500 mosm/L)
b) Natrium merupakan ion ekstraseluler utama
c) Cairan ini bermanfaat pada luka bakar karena dapat mengurangi edema
pada luka, edema perifer, dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan
d) Efektif sebagai volume expander dengan sifat anti edea
e) Efek samping : hipernatremia, hiperchloremia, asidosis, hipookalemia,
dehidrasi sel otak dengan perdarahan otak.

9
h. Terapi deficit : Terapi deficit adalah penatalaksanaan terhadap kehilangan
cairan dan elektrolit yang terjadi, sebelum tampak klinisnya pada pasien.
Terapi deficit mempunyai 3 komponen: Estimasi derajat dehidrasi yang
terjadi, Menentukan tipe dari deficit cairannya dan Perbaiki defisitnya.
Derajat dehidrasi : Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik
a) Dehidrasi ringan (deficit cairan 1-5% volume cairan tubuh), sebagian
besar didasarkan pada riwayat penyakit : muntah dan diare dengan sedikit
(minimal) hasil pemeriksaan fisik
b) Dehidrasi sedang (kehilangan 6-10% volume cairan tubuh) mempunyai
riwayat kehilangan cairan dan pemeriksaan fisik antara lain : turgor kulit,
kehilangan berat badan, kelopak mata cekung dan ubun-ubun besar,
letargi ringfan, membrane mukosa kering.
c) Dehidrasi berat (11-15%) kardiovaskuiler tidak stabil (turgor <<<,
takhikardia, hipotensi) disertai keterlibatan neurologis (iritabel, koma.

Tipe dehidrasi : Tipe deficit cairan bisa diperkirakan dari riwayat


penyakit dan pemeriksaan fisik, nilai elektrolit, dan tonusitas serum.
a) Dehidrasi Isotonus (osmolaritas serum 270-300 mOsm/L, konsentrasi Na
serum 130-150 mEq/L)
b) Dehidrasi Hipotonus (osmolaritas serum < 270 mOsm/L, konsentrasi Na
serum < 130 mEq/L)
c) Dehidrasi Hipertonus (osmolaritas serum > 130 mOsm/L, konsentrasi Na
serum >150 mEq/L)
d) Pasien dengan dehidrasi hipertonik memerlukan perhatian khusus, karena
komplikasinya ; diantara nya : edema serebral bisa terjadi selama re-
hidrasi
e) Pemulihan fungsi kardiovaskuler, fungsi SSP, dan perfusi ginjal
merupakan perhatian utama pada perbaikan deficit cairan. Terapi awal
dengan cairan isotonus untuk menambah volume. Memperbaiki seluruh
deficit cairan mungkin memerlukan waktu. Pada praktisnya, kehilangan
kalium tidak bisa segera dipuilihkan secara cepat. Setelah anak
mengeluarkan kencing, berikan sejumlah kecil kalium (<40 mEq/L)
kedalam cairannya. Minitor adekwat secara terus menerus harus

10
dikerjakan pada terapi deficit cairan dengan menilai kondisi klinis,
produksi urine dan berat jenis urine.
i. Terapi rehidrasi cepat
Pada anak dengan deplesi volume cairan tubuh, sangat penting
meningkatkan volume cairan dengan cepat untuk mengganti cairan ekstrasel
yang hilang, ini sangat bertolak belakang dengan terapi deficit yang klasik
seperti diatas. Contohnya; pada luka bakar berat, dilakukan resusitasi cepat
cairan ekstra sel, maka mortalitasnya menurun. Seluruh cairan diberikan
dalam 8-12 jam sekitar 100 ml/kg sesuai dengan cairan ekstra sel, yakni; NS
atau RL.
Pada dehidrasi sedang yang tidak bisa direhidrasi secara oral, maka
cairan ekstrasel dipulihkan dengan pemberian RL dengan dosis 40 ml/kg
dalam 1-2 jam, rehidrasi oral diberikan setelah rehidrasi intra vena selesai.
Pada dehidrasi berat; cairan ekstra sel dipulihkan dengan cairan intra vena;
RL, NS, atau keduanya dengan kecepatan 40 ml/kg dalam 1-2 jam. Bila turgor
belum pulih, kesadaran belum pulih, atau nadi masih belum teraba pulih
sampai ahir cairan diberikan, maka berikan cairan tambahan dengan dosis20-
40 ml/ kg harus diberikan > 1-2 jam
Panduan pemberian cairan pasca bedah dini dan rumatan :
1) umur < 6 bulan :
< 12 jam post-op:D10-0,45% NaCl diberikan 1,5 x maintenence rate
cairan maintenece : D10 dengan 0,2% NaCl + KCl 10-20 mEq/L pada
maintenence rate\
2) umur > 6 bulan : 
< 12 jam post-op : D5% dg RL diberika 1,5 x maintenece rate
cairan maintenence: D10 dg 0,45% NaCl + KCl 10-20 mEq/L pada
maintenence rate
Cairan untuk terapi maintenance (rumatan) digunakan untuk
mengganti cairan yang hilang dari 2 proses :
a) Kehilangan cairan akibat evaporasi : kehilangan air bebas melalui kulit dan
pernafasan (uap) berupa insensible water loss ± 30%-35% dari volume
total cairan rumatan, jadi sekitar sepertiga dari cairan rumatan yang
diberikan tergantung kelembaban udara dan temperature lingkungan.
Pasien dengan hipertermia atau takhipnea IWL lebih besar

11
b) Kehilangan urine : dalam keadaan euvolemic, kehilangan urine adalah
280-300 mOsm/kg dari air dengan berat jenis urine antara 1.008 – 1.015.
dalam keadaan tertentu (Diabetes insipidus, prematuritas) kehilangan
cairan dari urin yang terdilusi menjadi lebih banyak, jadi volume yang
diberikan pun harus dinaikan. Dalam keadaan lain misalnya; secresi ADH
yang eksesif, stress fisiologis pasien mungkin tidak mampu menurunkan
osmolalitas urine sampai mencapai 300 mOsm/kg air dan volume cairan
rumatan harus diturunkan. Dalam kondisi dibawah euvolemic, kehilangan
cairan melalui urine 2/3 dari volume total cairan rumatan.

3. Intake dan Out Put


a. Intake Cairan
Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan

No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)


2. 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3. 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 2200 – 270

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat


haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang
setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.

b. Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine

12
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar
30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan
mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat. IWL
Dewasa : 15 cc/kg BB/hari. Sedangkan IWL Anak : (30-
usia{tahun}cc/kgBB/hari

Besar IWL menurut usia.

Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)


Baru lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40
Remaja 30
Dewasa 20

3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
4) Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Hal hal yang perlu di perhatikan:
a) Rata-rata cairan per hari
- Air minum : 1500-2500 ml

13
- Air dari makanan :750 ml
- Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
b) Rata- rata haluaran cairan per hari
- Urin : 1400 -1500 ml
- Iwl
- Paru : 350 -400 ml
- Kulit : 350 400 ml
- Keringat : 100 ml
- Feses : 100 -200 ml

4. Cara menghitung kebutuhan cairan dan balance cairan pada anak


a. Kebutuhan cairan
 10kg I x 100 : 1000
 10Kg II x 50 : 500
 10Kg – dst x 20 : 300
Soal An.K umur 10 tahun dengan BB 25 kg, berapa kebutuhan cairannya?
Jawaban :
 10 Kg I x 100 : 1000
 10 Kg II x 50 : 500
 5 Kg – dst x 20 : 100
: 1600 /24 jam
1600 : 24 Jam : 66 x 20
60
: 22 tpm

b. Balance Cairan
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur,  untuk menentukan
Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko
do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
- Usia Balita (1 – 3 tahun)      : 8 cc/kgBB/hari
- Usia 5 – 7 tahun                    : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
- Usia 7 – 11 tahun                  : 6 – 7 cc/kgBB/hari
- Usia 12 – 14 tahun               : 5 – 6 cc/kgBB/hari

14
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam
tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
Contoh Soal :
An.H dengan BB 35 kg, makanan yang dimakan 300cc, minum : 600cc, Bab :
80 cc, urin : 570 cc. Hitung balance cairan pada An.H selama sift pagi 7 jam?
IWL : 10x36 : 360
: 360/24 jam : 15 cc
: 15cc x 7 jam : 105 cc

Jadi : Intake : Makan : 300 cc

Minum : 600 cc

: 900 cc

Output : Bab : 80 cc

Urin : 570 cc

: 650 cc

IWL : 105 cc

Jadi Intake – Output – Iwl

900 -650- 105 : 145 cc

Diurisis : Jumlah urin : BB : jam Sift

: 570 : 36 : 7

: 2,2 cc/KgBB/jam

CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat
data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100
x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6

15
sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; muntah /24 jam 100 cc; BAK/24 jam :
1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr
terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!

Jawaban
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc


Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !


Penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) à36,8 °C adalah konstanta.
IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc

Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc


Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc = 34 cc.

16
E. Evaluasi Kegiatan
1. Evalusi Struktur
a. Mahasiswa semua hadir diruangan.
b. Penyelenggaraan MTE dilakukan di ruang Kenanga
2. Evaluasi Proses
a. Mahasiwa mampu memahami tentang kebutuhan cairanpada anak
b. Mahasiswa mampu bersikap kooperatif selama MTE berlangsung
3. Kriteria Hasil
a. Mahasiswa mampu memahami tentang rumus kebutuhan cairan dan
mampu mengaplikasikan ke pasien
b. Mahasiswa mampu mengajukan pertanyaan
c. Mahasiswa menjawab pertanyaan yang di berikan oleh pembicara

17
F. Penutup

Penderita anak sering mengalami gangguan homeostasis, termasuk


homeostasis air dan elektrolit. Perbaikan maupun perburukan keadaan klinis
berjalan parallel dengan perubahan-perubahan pada variable fisiologis. Total
cairan tubuh dapat diperkirakan dari berat badan. Kebutuhan rumatan air dan
elektrolit tergantung pada banyaknya air yang keluar melalui urine, feses, dan
insensible losses. Jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil dari
pengaturan keseimbangan antara intake dan output. Penatalaksanaan cairan dan
elektrolit pada penderita anak didasarkan pada prinsip-prinsip fisiologi. Meskipun
demikian ini tidaklah sama halnya dengan membuat normal semua variable
fisiologis, tetapi harus mempertimbangkan dasar penyebab gangguannya.

18
G. Lampiran

19

Anda mungkin juga menyukai