Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga,
dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau
memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Perawat bekerja dalam berbagai besar spesialisasi di mana mereka bekerja
secara independen dan sebagai bagian dari sebuah tim untuk menilai,
merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi perawatan.
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang
oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari
segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah
globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan.
Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan
diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk,
semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa
perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di
lingkungan yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa itu konsep Transkultural Nursing ?
2. Bagaimana keseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh manusia ?
3. Bagaimana mengaplikasikan konsep Transkulturan Nursing dalam praktek
keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dan darah ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Pembahasan ini bertujuan agar pembaca sekaligus penyusun dapat mengenal
lebih jauh mengenai Konsep Transkultural Nursing, Implikasi dalam praktek
keperawatan pada pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dan darah agar dapat
menjalankan asuhan keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Transkultural Nursing


Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya
(Leininger,1978). Keperawatan Transkultural merupakan ilmu dan kiat yang
humanis , yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses
untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit
secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya ( Leininger, 1984).
Pelayanan Keperawatan Transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya.
2.2 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen yang berbeda. Cairan
ekstersel (CES) dan cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan
interstisial (CIS) dan cairan intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan
yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar
lingkungan cairan tubuh sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan interstisial.
Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air
dan tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit dan
trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.
Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi substansi
terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen
cairan interasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama dengan cairan yang
berada di ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi-substansi tersebut berbeda.
Misalnya, proporsi kalium lebih besar di dalam cairan intrasel daripada dalam
cairan ekstrasel.

2.1.1 Komposisi Cairan Tubuh


Cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel
dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral, dan sel.
Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika dilebur atau larut di
dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan
listrik. Elektrolit yang memeilki muatan positif disebut kation. Sedangkan
elektrolit yang memilki muatan negatif disebut anion. Konsentrasi setiap elektrolit
di dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda. Namun jumlah total anion dan
kation di dalam setiap kompartemen cairan harus sama.
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Elektrolit umumnya diukur dalam
milliekuivalen perliter, yang digunakan untuk mengukur aktivitas kimiawi yang
mencerminkan jumlah kation atau anion yang akan bereaksi terhadap kation atau
anion lain yang diberika (Wekdi, 1992).
Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi
di dalam tubuh. Seperti oksigenisasi jaringan, respons terhadap penyakit,
keseimbangan asam basa, dan respon terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan
elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi.
Perpindahan tersebut bergantung pada permeabilitas membrasn sel atau
kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit
2.1.1 Pengaturan Cairan Tubuh
1. Asupan Cairan
Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat
pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus di otak. Stimulus fisiologis
utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan
penurunan volume darah. Sel-sel reseptor yang disebut osmoreseptor secara terus
menerus memantau osmolalitas. Apabila kehilangan cairan terlalu banyak,
osmoreseptor akan mendeteksi kehilangan tersebut dan mengaktifkan pusat rasa
haus. Akibatnya, seseorang akan merasa haus kemudian mencari air. Faktor lain
yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah kerinnya membran mukosa faring dan

mulut, angiotensin II, kehilangan kalium, dan faktor faktor psikologis (Potter dan
Perry 1995).
2. Haluan Cairan
Cairan terutama dikeluarkan melalui gonjal dan saluran gastrointestinal.
Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk
disaring dan memproduksi urine sekitar 60 ml (40 sampai 80 ml ) dalam setiap
jam atau totalnya sekitar 1,5 liter dalam satu hari (Horne et al, 1991). Jumlah
urine yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon antidiuretik dan aldosteron.
Hormon-hormon ini mempengaruhi ekskresi air dan natrium serta distimulasi oleh
perubahan volume darah.
Kehilangan air tak kasat mata terjadi terus menerus dan tidak dapat dirasakan oleh
individu. Kehilangan air kasat mata terjadi melalui keringat yang berlebihan dan
dapat dirasakan oleh individu.
3.Hormon
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan aldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan
osmolalitas darah dan keadaan ini akan direspon ileh kelenjar hipofisis dengan
melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urine dengan cara
meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.
2.1.2 Pengaturan Elektrolit
1. Kation
Kation utama yaitu Natrium, Kalium, Kalsium dan Magnesium. Natrium
merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel terlibat
dalam mempertahankan keseimbangan air, mentransmisi implus saraf, dan
melakukan kontraksi otot.
Kalium

merupakan

kation

intrasel

utama,

yang

mengatur

rangsangan

neuromuskular dan kontraksi otot. Sumber kalium terdapat pada gandum utuh,
daging, polong-polongan, buah-buahan, sayur-mayur.
Terdapat banyak kalisum di dalam tubuh. Tubuh membutuhkan kalsium untuk
integritas dan struktur membran, dan magnesium merupakan kation terpenting
kedua dalam cairan intasel dan sangat pentinh untuk aktivitas enzim, neurokimia,
dan eksitabilitas otot.

2. Anion
Anion utama adalah klorida, bikarbonat dan fosfat. Klorida ditemukan di
dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Keseimbangan klorida dipertahankan melalui
asupan makanan dan eksresi serta reabsorpsi renal. Bikarbonar adalah bufer dasar
kimia yang utama di dalam tubuh. Ion bikarbonat ditemukan dalam cairan
ekstrasel dan intrasel. Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Fosfat dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang
dan gigi.
2.3 Aplikasi konsep Transkultural Nursing dalam praktek keperawatan
pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dan darah.
2.3.1 Konsep Transkultural Nursing dalam Pemenuhan kebutuhan Cairan
Elektrolit
Seorang balita berumur 15 bulan mengalami diare, ia dibawa ke Instalasi
Gawat Darurat setelah dilakukan pemeriksaan fisik balita tersebut mengalami
terlihat gelisah, rewel, sangat haus, dan buang air kecil mulai berkurang. Mata
agak cekung, tidak ada air mata, turgor (kekenyalan kulit) menurun, dan mulut
kering Setelah perawat mengkaji ternyata si Ibu dari balita tersebut tidak
memberikan ASI nya karena menurut budaya yang berlaku di lingkungannya bila
anak diare tidak boleh diberi ASI karena bisa saja penyebab utama dari diare yang
dialami anaknya karena meminum ASI si Ibu. Dalam kasus ini perawat
melakukan restrukturisasi budaya gaya hidup klien dan memberi pemahaman
dengan bahasa yang sederhana karena pada kenyataannya bayi memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan
hiperosmolar karena per kilogram berat tubuhnya akan kehilangan air yang lebih
besar secara proposional.

2.3.2 Konsep Transkultural Nursing dalam Pemenuhan darah

Seorang klien membutuhkan transfusi darah sedangkan pihak keluarga


menolak karena menurut budaya yang dipercaya oleh keluarga klien, apabila
melibatkan transfusi darah biaya akan mahal dan banyak orang setelah menerima
transfusi darah akan meninggal. Pada kasus ini perawat melakukan negosiasi
budaya membantu klien memilih budaya yang dapat menentukan dalam
peningkatan kesehatan. Saat melakukan transfusi, perawat menjelaskan prosedur,
meminta klien melaporkan setiap efek samping yang timbul, dan memastikan
bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus

pada

perilaku

individu

atau

kelompok,

serta

proses

untuk

mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik
dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Keperawatan transkultural dalam
pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dan darah merupakan upaya kesehatan
untuk mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit dan darah serta pengaturan
komponen-komponen tersebut menuju peningkatan kesehatan.
3. 2 Saran
Dari kesimpulan diatas, penyusun berharap para pembaca dapat lebih
memahami tentang konsep Transkultural Nursing pada pemenuhan kebutuhan
cairan elektrolit dan darah serta dapat mengaplikasikannya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai