Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat sehingga makalah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan
Cairan Pada Manusia dan Anak” dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai
oleh penulis. Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai definisi,perhitungan, dan tindakan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak.
Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan bagi penulis.
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat
membuahkan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mohon maaf, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah
milik Tuhan Yang Maha Esa.

Yogyakarta, 25 Oktober 2016

Asia Novita
2

DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
B. Jenis Cairan
C. Rumus Berat Cairan Pada Anak
D. Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
E. Intake dan Output
F. Mengukur Intake dan Output
G. Kebutuhan Elektrolit
H. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
I. Penyebab Terjadinya Gangguan Keseimbangan pada Cairan Tubuh
dan Elektrolit
J. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Cairan dan elektrolit
K. Perhitungan Kebutuhan Cairan Pada Anak Menurut WHO
L. Menghitung Balance Cairan Pada Anak
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum terapi cairan dan elektrolit bias secara enteral maupun
parenteral. Dalam konteks perawatan anak sakit maka pembahasan terutama pada
terapi secara parenteral, karena biasanya intake peroral sangat tidak memadai dan
hal ini hampir rutin dikerjakan dalam sehari-hari di ruang perawatan anak.
Dalam keadaan sakit sering didapatkan gangguan metabolism termasuk
metabolisme air dan elektrolit. Dikatakan bahwa perburukan maupun perbaikan
keadaan klinis penderita berjalan parallel dengan perubahan-perubahan pada
variable fisiologis. Sebagaimana kita ketahui bahwa anak bukanlah miniature
dewasa, sehingga terapi cairan dan elektrolit pada anak haruslah didasarkan pada
prinsip-prinsip fisiologi sesuai tahapan tumbuh kembangnya dan patofisiologi
terjadinya gangguan metabolism air dan elektrolit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Ada berapa saja jenis-jenis dari cairan?
4

3. Bagaimana rumus menghitung kebutuhan cairan pada anak?


4. Apa-apa saja gangguan dari pemenuhan kebutuhan cairan?
5. Apa saja yang tergolong kedalam intake dan output cairan serta
bagaimana rumus perhitungannya?
6. Apa yang dimaksud dengan elektrolit?
7. Faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
8. Apa-apa saja gangguan dari pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit?
9. Bagaimana tindakan yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Mengetahui jenis-jenis dari cairan
3. Mengetahui rumus menghitung kebutuhan cairan pada anak
4. Mengetahui gangguan dari pemenuhan kebutuhan cairan
5. Mengetahui intake dan output cairan serta bagaimana rumus
perhitungannya
6. Memahami definisi dari elektrolit
7. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
8. Mengetahui gangguan dari pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
9. Memahami tindakan yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Sebagai informasi mengenai kebutuhan cairan pada anak.
5

2. Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-


penulisan berikutnya.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan
intraseluler(CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah
cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial, dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Perbandingan CIS dengan CES:
Dewasa = 2:1; Anak-Anak = 3:2; Bayi = 1:1.
Pada tubuh terdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan.
Persentasi cairan tubuh manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan
tubuh pada bayi sekitar 75%, anak 70%, pria dewasa 57%, wanita dewasa
55% dan dewasa tua 45% dari berat tubuh total. Persentasi yang bervariasi
tersebut dipengaruhi oleh lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
7

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-
paru dan gastrointestinal.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
insensible water loss ± 400ml/hari.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam
keadaan normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus
yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone
(ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

B. Jenis Cairan
1. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari.
Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat,
Nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan
nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
 Karbohidrat dan air
 Asam amino
8

 Lemak

Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Air pada Anak


UMUR BB ( Kg ) AIR TOTAL 24 Jam( ml ) NUTRIEN 24 Jam( ml )
1 Tahun 9,5 1350 – 1500 120 – 135
2 Tahun 11,8 1600 – 1800 115 – 125
4 Tahun 16,2 1800 – 2000 100 – 110
6 Tahun 20,0 2000 – 2500 90 – 100
10 Tahun 28,7 2200 – 2700 70 – 85
14 Tahun 45,0 2200 – 2700 50 – 60

2. Blood volume expanders


volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan
volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma.

C. Rumus Berat Cairan Pada Anak


Tabel 2.Kebutuhan air pada anak:
BERAT BADAN KEBUTUHAN AIR/ HARI
1- 10 KG 100 ML/ KG BB
11- 20 KG 1000 ML + 50 ML / KG DIATAS BB 10 KG
> 20 KG 1500+ 20 ML / KG DIATAS BB 20 KG

Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:


 Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka
kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari.
 Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan
ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka
1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya
9

 Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada
20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, misal seseorang dengan BB 40
Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml =
400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 +
400 ml = 1900 ml/hari
Contoh soal:
1. Berapa kebutuhan cairan normal per hari untuk anak dengan berat 7 kg?
Diketahui: kebutuhan air/hari untuk BB 1-10 kg = 100 ml/kg BB
Jawab : 7 kg x 100 ml/kg = 700 ml/hari
2. Berapa kebutuhan cairan normal per hari untuk anak dengan berat 12 kg?
Diketahui:
Kebutuhan air/hari untuk BB 11-20 kg = 1000 ml + 50 ml/ kg
12 kg = 10 kg + 2 kg = 1000 ml + 2 kg
Jawab : 1000 ml + (2 kg x 50 ml) = 1000 + 100 = 1100 ml/hari
3. Berapa kebutuhan cairan normal per hari untuk anak dengan berat 50 kg?
Diketahui:
Kebutuhan air/hari untuk BB > 20 kg = 1500 ml + 10 ml/kg
50 kg = 20 kg + 30 kg = 1500 ml + 30 kg
Jawab: 1500 ml + (30 kg x 20 ml) = 1500 + 600 = 2100 ml/ha
D. Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
1. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang.
b. Dehidrasi Dehidrasi hipertonik terjadi jika kehilangan sejumlah air yang
lebih banyak dari pada elektrolitnya.
10

c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan


elektrolitnya daripada air.

2. Hipervolume atau overhidrasi


Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu,
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstisial).

E. . Intake dan Out Put


1) Intake Cairan
Tabel 3. Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)

2. 1 tahun 9,5 1150 – 1300


3. 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 2200 – 2700

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri.
11

Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
gastrointestinal.
2) Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui
traktus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama.
Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam,
atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b) IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan
mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat. IWL Dewasa : 15 cc/kg BB/hari. Sedangkan IWL Anak :
(30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
c) Tabel 4. Besar IWL menurut usia.
Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)
Baru lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40
Remaja 30
Dewasa 20
12

d) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
e) Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
Hal hal yang perlu di perhatikan:
1. Rata-rata cairan per hari
a). Air minum : 1500-2500 ml
b). Air dari makanan :750 ml
c.). Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
2. Rata- rata haluaran cairan per hari
a). Urin : 1400 -1500 ml
b). Paru : 350 -400 ml
c). Kulit : 350 400 ml
d). Keringat : 100 ml
f). Feses : 100 -200 ml
13

F. Mengukur Intake Dan Output


1. Definisi
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam
tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put).
2. Tujuan
Menentukan status keseimbangan cairan tubuh dan tingkat dehidrasi klien.
3. Prosedur
a). Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air
minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra
vena.
b). Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine,
keringat, feses, muntah, insensible water loss (IWL).
c). Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE =
OUTPUT.
d). Mendokumentasikan

G. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut dengan ion.
1. Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
 Natrium : 135 – 145 m Eq/L
 Kalium : 3,5 - 5,3 m Eq/L
 Klorida : 100 – 106 m Eq/L
 Bikarbonat arteri : 22 - 26 m Eq/L
 Bikarbonat vena : 24 - 30 m Eq/L
 Kalsium : 4 – 5 m Eq/L
14

 Magnesium : 1,5 - 2,5 m Eq/L


 Fosfat : 2,5 - 4,5 mg/100ml

2. Jenis Cairan Elektrolit


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan.
3. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
a). Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang
dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b). Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,
yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
c). Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada
pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d). Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah
tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual,
hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e). Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,
kejang,bingung, dll.

H. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1. Usia
15

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas ermukaan tubuh, kebutuhan metabolic, serta
berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya
kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolic yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum matur dibandingkan ginjal orang dewasa.
Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan.
Tabel 3. Perkiraan kebutuhan cairan tubuh berdasarkan usia.
Usia Berat badan (kg) Kebutuhan (ml)/24 jam
3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1150-1300
2 tahun 11,8 1350-1500
6 tahun 20,0 1800-2000
10 tahun 18,7 2000-2500
14 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun 54,0 2200-2700

2. Temperature yang tinggi


Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi penggerakan cairan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
16

4. Stress
Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui
proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air
5. Sakit.
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya
sel membutuhkan proses pemenuhan cairan yang cukup.

I. Penyebab Terjadinya Gangguan Keseimbangan pada Cairan Tubuh dan


Elektrolit

1. Diare
Diare adalah frekwensi buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali, dalam
satu hari .Biasanya berlangsung dua hari atau lebih, selain itu tinja atau feses penderita
masih memiliki kandungan air berlebihan, kira – kira 200 gram.Diare merupakan
keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar.Di
seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
2. Nefritis
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulusginjal akibat infeksi kuman
umumnya bakteristreptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan menderita uremia
atau edema. Uremia adalah masuknya kembali urine (C5H4N4O3) dan urea ke dalam
pembuluh darah sedangkan edema adalah penimbunan air di kaki karena terganggunya
reabsorpsi air.
3. Anoreksia
Anoreksia nervosa(AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang
berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang
menyimpang.Karena kekurangan asupan makan inilah, tubuh mengalami kekurangan
17

garam mineral yang berakibat terjadi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh


penderita.
4. Gagal ginjal akut (GGA)
Gagal ginjal adalah keadaan dimana ginjal tidak dapat melakukan kerja sesuai dengan
fungsinya. Berkaitan dengan keseimbangan cairan, dengan ketidakmampuan ginjal
melakukan fungsinya maka keseimbangan cairan dalam darah tidak akan di filtrasi
ataupun di reabsorbsi oleh ginjal sehingga cairan tersebut masih akan bercampur dalam
darah.
5. Gangguan pernafasan seperti kanker oesofagus
Pada kasus kanker oesofagus maka akan menganggu system pencernaan terutama
proses penelanan makanan yang mengandung garam mineral dan air.

I. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan


Kebutuhan Cairan dan elektrolit
1. Pemberian cairan melalui infuse
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse.
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
a. Persiapan Bahan dan Alat :
 Standar infuse
 Perangkat infuse
 Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
 Pengalas
 Tourniquet/pembendung
 Kapas alkohol 70%
 PlesterGunting
18

 Kasa steril
 Betadine
 Sarung tangan

b. Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
 Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol
infuse (cairan).
 Isi airan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan
keluar udaranya.
 Letakkan pengalas
 Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
 Gunakan sarung tangan
 Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
 Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
 Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum
infus/abocath.
 Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.
 Buka tetesan.
 Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasa steril.
 Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
 Catat respons yang terjadi.
 Cuci tangan
19

c. Cara menghitung tetesan infuse untuk anak:


Tetesan per menit (mikro)=(Jumlah cairan yang masuk)/(Lamanya infus (jam)
Contoh: seorang pasien anak memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu
2 jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah tetesan/menit =250/2=125 tetes mikro/menit.

2. Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
 Persiapan Alat dan Bahan :
 Standar infuse
 Perangkat transfuse
 NaCl 0,9%
 Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
 Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
 Pengalas
 Tourniquet/pembendung
 Kapas alcohol 70%
 Plester
 Gunting
 Kasa steril
 Betadine
 Sarung tangan
 Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan.
20

 Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan


menusukkannya.
 Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan
bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian
buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
 Letakkan pengalas.
 Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
 Gunakan sarung tangan
 Desinfeksi daerah yang akan disuntik
 Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
 Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui
jarum infus/abocath.
 Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi.
 Buka tetesan.
 Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasa steril.
 Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
 Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang
sudah disiapkan.
 Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas
pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa.
 Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
 Catat respons yang terjadi.
 Cuci tangan

J. Perhitungan Kebutuhan Cairan Pada Anak Menurut WHO


1. < 2 tahun
System 24 jam
4 jam I : 5 tts / KgBB / menit
21

20 jam II : 3 tts / KgBB / menit

2. > 2 tahun
System 8 jam
1 jam I : 10 tts / KgBB / menit
7 jam II : 3 tts / KgBB / menit

3. PEM
System 24 jam
1 jam I : 7 tts / KgBB / menit
13 jam II : 1½ tts / KgBB / menit

K. Menghitung Balance Cairan Pada Anak


Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan
Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy
Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
 Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
 Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
 Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
 Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari. Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari.

CONTOH : An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan


pasien menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data:
Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T
22

37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan,
Minum/24 jam 1000 cc; muntah /24 jam 100 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat
Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah
balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc


Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc


Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !


Penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:

IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.


IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
23

Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc


Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc = 34 cc.
24

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penderita anak sering mengalami gangguan homeostasis, termasuk homeostasis air
dan elektrolit. Perbaikan maupun perburukan keadaan klinis berjalan parallel dengan
perubahan-perubahan pada variable fisiologis.
Total cairan tubuh dapat diperkirakan dari berat badan. Kebutuhan rumatan air dan
elektrolit tergantung pada banyaknya air yang keluar melalui urine, feses, dan
insensible losses. Jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil dari
pengaturan keseimbangan antara intake dan output.
Penatalaksanaan cairan dan elektrolit pada penderita anak didasarkan pada prinsip-
prinsip fisiologi. Meskipun demikian ini tidaklah sama halnya dengan membuat normal
semua variable fisiologis, tetapi harus mempertimbangkandasar penyebab
gangguannya. Kegagalan dalam melakukan ini dapat mengakibatkan harm kepada
penderita.

B. SARAN
Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu
kita sebagai manusia harus selalu bisa menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh.
Jika terdapat ketidakseimbangan dalam cairan dan elektrolit di dalam tubuh akan
berakibat pada terganggunya semua sistem yang berkerja karena ketidakseimbangan
ini akan langsung mengganggu kerja sel yang merupakan penyusun terkecil dari
jaringan. Penjagaan keseimbangan cairan dalam tubuh ini bisa dimulai dengan minum
air putih 18 gelas sehari. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati.
25

DAFTAR PUSTAKA

Lorin, Martin I.Kumpulan Soal-soal Pediatri. Jakarta: EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tamsuri, Anas. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: EGC.
Uliyah,Musrifatul. 2008.Keterampilan Dasar Kebidanan Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Terapi Inravena. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai