Di susun oleh :
ARINI KURNIA
NIM..................
Jember, ................................
MAHASISWA
Arini Kurnia
1. Pengertian Hipovolemia
Hipovolemia merupakan penipisan volume cairan ekstraseluler.
Hipovolemia dapat terjadi karena kekurangan pemasukan air (anoreksia, mual,
muntah, tidak mampu menelan, depresi) atau pengeluaran yang berlebihan
(kehilangan melalui kulit, GI, ginjal, perdarahan). Kekurangan cairan dapat
terjadi sendiri atau kombinasi dengan ketidakseimbangan elektrolit. Mekanisme
kompensasi hipovolemia termasuk peningkatan rangsang sistem saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan aldosteron (Andi, 2012).
Hipovolemia adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstraselular, tetapi proporsi antara
kedua (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Hipovolemia dikenal juga
dengan sebutan dehidrasi atau defisit volume cairan 18 (fluid volume defisit
atau FVD). Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan
jumlah elektrolit yang hilang.
b. Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar dari pada
jumlah elektrolit yang hilang.
c. Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit dari pada
jumlah elektrolit yang hilang.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan
penurunan volume ekstrasel (Hipovolemia) dan perubahan hematokrit.
Berdasarkan derajat keparahan dehidrasi dapat dibagi menjadi :
a. Dehidrasi ringan Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5%
dari berat badan atau sekitar 1,5-2 L. kehilangan cairan yang berlebihan
dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, saluran kemih, paru,
atau pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang tubuh kehilangan cairan sebesar 5-
10% dari berat badan atau sekitar 2-4 L. natrium serum dalam tubuh 19
mencapai 152-158 mEq/L. salah satu ciri-ciri fisik dari penderita dehidrasi
sedang adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6
liter atau lebih dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai 159-166
mEq/L. penderita dehidrasi berat dapat mengalami hipotensi, oliguria, turgor
kulit buruk, serta peningkatan laju pernapasan.
2. Etiologi Hipovolemia
Menurut Andi, 2012 secara ringkas penyebab hipovolemia adalah sebagai
berikut.
a. Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan seperti daire dan muntah
b. Poliuria atau BAK berlebihan
c. Demam
Demam merupakan peningkatan suhu tubuh sehingga dapat meningkatkan
metabolisme tubuh dan pengeluaran air dalam tubuh.
d. Keringat yang berlebihan
Keringat yang berlebihan dapat meningkatkan pengeluran cairan tubuh
melalui keringat yang dikeluarkan
e. Kurang intake cairan
Kurang minum dan makan dapat menurunkan volume asupan cairan
dalam tubuh sehingga tidak dapat memenuhi kebutan cairan.
4. Patofisologi
Kekurrangan volume cairan atau hipovolemia terjadi ketika tubuh
kehilangan cairan dan elektrolit ekstraselular dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Umumnya gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interstitial menunju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstaseluler. Untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraselular.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan beberapa hal yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan, dan
pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindan dan tidak
mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Pada saat kekurangan cairan dan elektrolit, tekanan
osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstitial kosong dan cairan
intrasel masuk kedalamnya.
Pathway
Kekurangan cairan di
ekstra sel
Proses kompensasi
tubuh
Tubuh memindahkan cairan
intrasel ke ekstrasel
Otak merespon
Kompensasi eksresi Cairan dalam sel Percepat aliran darah Mukosa/ Bibir kering
cairan oleh ginjal kulit berkurang di vaskuler
6. Pencegahan Hipovolemia
Pada beberapa kasus penyebab hipovolemia mengganti kehilangan cairan
dan elektrolit merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya
hipovolemia, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan banyak minum air,
larutan gula-garam, kuah sup, sari buah, oralit, atau bila kondisi klien buruk
biasanya diberi cairan infus. Berikan juga susu yang berkadar penuh ataupun
yang sedikit diencerkan, lewat mulut atau dengan sonde lambung bila ada
muntah dan hilangnya nafsu makan (Irianto Koes, 2013).
7. Penatalaksaan Medis
Berikut penatalaksanaan yang dapat dilakukan apabila terjadi
hipovolemia menurut Arfandi, 2008 dalam Andi, 2012.
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa
dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik. Tindakan berupa hidrasi harus secara
berhati-hati dengan cairan intravena sesuai pesanan / order dari medis.
Catatan : Rehidrasi pada kecepatan yang berlebihan dapat menyebabkan
GJK (gagal ginjal jantung kongestif)
d. Tindakan terhadap penyebab dasar.
Andi, Eka P. 2012. Management Cairan & Elektrolit. Yogyakarta: Nuha Medika.
Irianto, Koes. 2013. Anatomi Dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan. Jakarta: PPP PPNI.