Anda di halaman 1dari 50

KONSEP & PRINSIP KEBUTUHAN

CAIRAN, ELEKTROLIT DAN


KESEIMBANGAN CAIRAN-
ELEKTROLIT

Ns. Ana Maryana, S.Kep, MKM


PUSKESMAS MUARA DUA
KOTA LHOKSEUMAWE
Biografi

Pendidikan:
 SD N I Bayu, SMPN II Lsm ,SMUN I Lsm
 S1 Keperawatan + Ners Stikes Muhammadiyah Lsm Tahun 2016
 S2 KesMas(Kespro)Inkes Medan Tahun 2020

Riwayat Pekerjaan:
 Staf & Ka. Asrama SPK Kesdam IM Lhokseumawe tahun 2001s/d 2005
 Staf Akper Muhammadiyah Lhokseumawe tahun 2003 s/d 2006
 Dosen Stikes Muhammadiyah Lhokseumawe 2021 s/d sekarang
 Tim Penilai Angka Kredit Perawat Dinkes Kota Lsm 2019 s/d sekarang
 Ketua Tim Penguji Jafung Perawat Dinkes Kota Lsm 2018 s/d sekarang
 Staf PKM BS Kota Lhokseumawe 2005 s/d Juni 2022:
Ka. UGD ,Ka.PMKP Akreditasi, Ka.Pustu, Ka UKM/ Penjab Program KRR, Satgas
Covid 19, Ka. Tata Usaha
 Kapus PKM Muara Dua Kota Lhokseumawe Juni 2022 s/d sekarang:

Riwayat Organisasi :
Sekretaris/Bendahara Komsat PPNI PKM BS
1. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

 Suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh


membutuhkan perubahan yg tetap utk berespon
terhadap stresor fisiologi dan lingkungan
 Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
 Cairan tubuh larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut).
Definisi Cairan tubuh :
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut).

Cairan tubuh  cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.


 Cairan intraseluler  berada di dalam sel di seluruh tubuh,
 Cairan akstraseluler  cairan yang berada di luar sel: cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

 Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem


vaskuler,
 cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
 sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna.
KOMPARTEMEN
CAIRAN TUBUH

CES : cairan
CIS:cairan ekstraseluler
intraseluler (dlm (diluar Sel)
Sel)

CES terbagi 3 :
*Cairan intravaskuler (CIV) : Plasma di dalam
sistevaskuler
* Cairan intersitial (CIT) diantara sel
* Cairan Transeluler (CTS)  cairan sekresi dlm rongga
khusus dari tubuhseperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
KONSEP ELEKTROLIT

 Elektrolit zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel


bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
 Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh.

 Keseimbangan cairan dan elektrolit  adanya distribusi yang


normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
2. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh

a. Volume cairan tubuh


 Total jumlah volume cairan tubuh (total body
water/TBW) : 60% dari BB pria dan 50% dari BB
wanita.
 Jumlah volume ini tergantung pada kandungan
lemak badan dan usia.
 Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan,
dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria.
 Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin
tua usia makin sedikit kandungan airnya.
Contoh ;

Karakteristik Volume Cairan Tubuh(Total Body


Water/TBW)
Bayi Baru Lahir 70%-80& dari BB
Usia 1 tahun 60% dari BB
Pubertas s/d usia 39 Tahun
a. Pria 60% dari BB
b. Wanita 52% dari BB

Usia 40 s/d 60 tahun


a. Pria 55% dari BB
b. Wanita 47% dari BB
Usia diatas 60 tahun
a. Pria 52% dari BB
b. Wanita 46% dari BB
b. Sumber Air Tubuh

 Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi


dan bersifat polar (senyawa elektron) sehingga berkohesi
satu dengan yang lainnya membentuk benda cair.
 Fungsi vital air adalah pelarut yang sangat baik karena
molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat arang,
gula, dan zat yang terlarang lainnya.
 Dalam homeostatis jumlah air tubuh  konstan (air tubuh
yang keluar = jumlah air yang masuk.)
Sumber Jumlah
Air Minum 1.500 – 2000 ml/hari
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dari metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2400 – 2900 ml/hari
Jenis dan Jumlah cairan tubuh

Cairan Tubuh
60%

Cairan Membran Sel Cairan Ekstraseluler


Intraseluler (CIS) (CES) 20%
40%

Cairan
Plasma
Interstitial 15
Darah 5%
%
Distribusi Cairan tubuh
Kompartemen % terhadap BB Volume (Liter)
CIS 40 28
CES 20 14
a. Interstitial 15 11
b. Intravaskuler 5 3

Ket :
 Untuk laki-laki dgn BB 70 kg
 Ada kompartemen CES lain, : limfe & cairan
transeluler (1-2% dari BB) cairan pleura,
cerebrospinal, pericardial, intraokular dan
sekresi lambung .
3. Fungsi cairan

 Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke


sel-sel
 Mengeluarkan buangan-buangan sel
 Mmbentu dalam metabolisme sel
 Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
 Membantu memelihara suhu tubuh
 Membantu pencernaan
 Mempemudah eliminasi
 Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel
darah putih, sel darah merah)
4. Keseimbangan cairan

Ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan.


Intake : dari minuman dan makanan.
 Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500ml/hari. Sekitar 1.200 ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Output :
 melalui ginjal dalam bentuk urin 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru
300-500 ml dan kulit 600-800 ml.

Prinsip dasar keseimbangan cairan:


a. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler
dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit
setelah perubahan salah satu kompartemen.
b. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena
jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi konstan,
kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen
ekstraseluler.
Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi cairan
abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
osmolaritas cairan intraseluler.
5. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan
pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
 a.Air
 b. Solut (terlarut)
 c. Elektrolit
 d. Non-elektrolit : Substansi seperti
glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan
a.Air
 Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia.
 Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari BB dan rata-rata
wanita mengandung 55% air dari BB
b. Solut (terlarut)
 dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-
elektrolit.
c. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di
dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit
berdisosiasi menjadi ion positif (kation) dan negatif (Anion)
Contoh elektrolit : Na, K , Cl, ion fosfat (PO4ɜ), Bicarbonat ,
Magnesium , protein dll
d. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan
 secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
6. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit

a.Usia
b. Aktivitas
c. Iklim
d.Diet
d. Stress
e. Penyakit
f. Tindakan Medis
g. Pengobatan
h.Pembedahan
a.Usia
 Bayi dan anak di masa pertumbuhan  proporsi cairan tubuh >
dibandingkan orang dewasa. jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah
cairan yang hilang juga > dibandingkan orang dewasa.
 Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi
oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal
 Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.

b. Aktivitas
 Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit.
 Aktivitas peningkatan proses metabolisme dalam tubuh yg
mengakibatkan pennigkatan haluaran cairan melalui keringat.
 Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan
dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
 lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan.
 Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah
deangan kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami
kehilangan cairanmdan elektrolit.
 Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari
melalui keringat.

d.Diet
 Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit.
 Jika asupan maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah
simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan
lemak dan glikogen.
 Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
d. Stress
 Saat tress tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.
 Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi
hormon antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.

e. Penyakit  menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit


 Trauma pada jaringann yang rusak (mis. luka robek, atau
luka bakar).
 Pasien diare  peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan
cairan melalui saluran gastrointestinal.
 Gangguan jantung dan ginjal , Saat aliran darah ke ginjal
menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh
akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga
terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia).
Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru.
f. Tindakan Medis
 Tindakan pengisapan cairan lambung  penurunan
kadar kalsium dan kalium.

g. Pengobatan
 Penggunaan beberapa obat seperti diuretik
maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan
dalam tubuh.
 Penggunan diuretik menyebabkan kehilangan
natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.

 Penggunaan kortikostreroid dapat pula


menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
h.Pembedahan
Beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan.
 kehilangan banyak darah selama periode
operasi,
 Dan mengalami kelebihan beban cairan
akibat asupan
 cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH
selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.
7. Pergerakan cairan tubuh

 Cairan di dlm tubuh tidak statis, tetapi


mengalami pergerakan.
 Bergerak dari satu kompartemen ke
kompartemen lain utk memfasilitasi
proses-proses yang terjadi di dlm tubuh,
 seperti :
oksigenasi jaringan, respon thdp penyakit,
keseimbangan asam basa, dan respon thd
terapi obat.
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah
melalui:
a. Difusi,
b. osmosis,
c. transportasi aktif,
d. filtrasi.

tergantung pada permeabilitas membran


sel atau kemampuan membran untuk
ditembus cairan dan elektrolit.
Membran semipermiabel tubuh :

a) Membran sel : memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas lipid
dan protein
b) Membran kapiler : memisahkan CIV dari CIT
c) Membran epithelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS.
Contoh : epithelium mukosal dari lambung dan usus membran
sinovial, dan tubulus ginjal.

Selectively permeable  Kapiler dan membran sel


 karena tidak semua substansi bisa melewati membran ini
dengan mudah, seperti glikogen dan protein
 Bahan organik asam amino dan glukosa dapat dengan
bebas melewati membran seluler, meskipun terkadang
membutuhkan bantuan traspor aktif.
a. Difusi
Proses Difusi O2 dan CO2
 kecenderungan alami dari
suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area
dengan konsentrasi yang
lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih
rendah.
 Difusi terjadi melalui
perpindahan tidak teratur
(random) dari dari ion dan
molekul.
 contoh : pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara
kapiler dan alveoli.
Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sbb :

(a) Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein
(misal air dan urea), maka akan terjadi difusi sederhana
(b) Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan
karbondioksida), maka akan terjadi difusi sederhana
(c) Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke
dalam sel melalui substansi pembawa, maka akan terjadi difusi
dipermudah.

Faktor yang meningkatkan difusi:


(a) Peningkatan suhu
(b) Peningkatan konsentrasi partikel
(c) Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
(d) Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
(e) Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi
b. Osmosis
 Perpindahan pelarut murni,seperti air
melalui membran semipermeabel yg
berpindah dari larutan yang memiliki
konsentrasi solut rendah ke larutan yg
memiliki konsentrasi solut tinggi.
 Membran tersebut permeable terhadap zat
pelarut, tetapi tidak permeable terhadap
solut (zat terlarut), yang berupa materi
partikel.
 Kecepatan osmosis tergantung pada
konsentrasi solut di dalam larutan, suhu
larutan, muatan listrik solut, dan
perbedaan antara tekanan osmosis
yang dikeluarkan oleh larutan.
 Konsentrasi larutan diukur dalam osmol,
yang mencerminkan jumlah substansi
dalam larutan yang berbentuk molekul, ion
atau keduanya. Hipotonica Hipertonica
 Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran
semipermiabel lebih besar, maka laju osmosis akan lebih
cepat sehingga terjadi percepatan transfer zat pelarut
menembus membran semipermiabel. terus berlanjut
sampai tercapai keseimbangan.
 Osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan untuk
menciptakan tekanan osmotik dan dengan demikian akan
mempengaruhi gerakan cairan.
 Osmolalitas juga menggambarkan konsentrasi larutan,
menunjukkan jumlah partikel dalam satu liter larutan dan diukur
dengan miliosmol per liter (mOsm/L).
 Suatu larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma
disebut isotonik.
 Pemberian larutan isotonik melalui IV akan mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel.
 Larutan hipotonik : osmolalitas lebih rendah
dari pada plasma,larutan ini akan
mengakibatkan air berpindah ke dalam
sel.
 Larutan hipertonik : memiliki osmolalitas lebih
tinggi dari plasma, sehingga membuat air
keluar dari sel.
Perubahan osmolalitas ekstraseluler dapat
mengakibatkan perubahan pada volume
cairan ekstraseluler dan intraseluler.
a. Penurunan osmolalitas CES ------gerakan air
dari CES ke CIS
b. Peningkaan osmolalitas CES-----gerakan air
dari CIS ke CES
 Air akan terus bergerak sampai
osmolalitas dari kedua kompartemen
mencapai ekuilbrium.
Dalam osmosis ada tiga istilah penting, yaitu:
a. Tekanan osmotik :
 Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini bergantung pada
jumlah molekul di dalam larutan.
 Tekanan ini diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini
tergantung kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.

b. Tekanan onkotik :
 Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin), tekanan onkotik
akan menjaga cairan tetap berada di dalam kompartemen intravaskuler.

c. Diuretik osmotik :
 Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkanTekanan
onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin), tekanan
onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam kompartemen
intravaskuler.
 Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang
diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau agen kontras
dalam urin.
c. Transpor aktif

 Memerlukan aktivitas metabolik & pengeluaran


energi utk menggerakkan berbagai materi guna
menembus membran sel
 Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari
larutan dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
 Contoh : pompa natrium dan kalium. Natrium dipompa
keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel,
melawan gradien konsentrasi.
Perpindahan cairan & elektrolit tubuh terjadi dalam 3 fase :

1) Fase I :
 Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2) Fase II :
 Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3) Fase III :
 Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel pembuluh darah kapiler dan membran
sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak
semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
 Pada arah sebaliknya, cairan dan komponennya akan bergerak
balik dari sel ke ruang interstisiel dan kemudian ke
kompartemen intravaskuler akan membawa cairan ke ginjal 
produk metabolik akan diekskresikan.
d. Filtrasi

 Proses pemindahan air dari substansi yang dapat larut secara bersamaan
sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.
 Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler  tempat perbedaan
tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit,
dan substansi terlarut lain yang berada di antara cairan kapiler dan cairan
interstisiel.
 Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan
tekanan rendah.

 Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu liquid di dalam
sebuah ruangan.
 Darah dan cairan arteri akan memasuki ruang kapiler jika tekanan hidrostatik
lebih tinggi dari tekanan interstisiel  cairan dan solut berpindah dari kapiler
menuju sel.
 Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan produk-produk sisa metabolisme
berpindah dari sel menuju kapiler , karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil
dari tekanan interstisiel.
8. Pengaturan cairan

System organ yg banyak berperan :


 a. Ginjal
 b. Kardiovaskuler
 c. Paru-paru
 d. Kelenjar pituitari
 e. Kelenjar adrenal
 f. Kelenjar parathyroid
a. Ginjal

 Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit


tubuh.
 Total body water (TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan
oleh apa yang disimpan oleh ginjal.
 Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan
fungsinya.

Fungsi utama ginjal dlm mempertahankan keseimbangan cairan adalah:


1) Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan
ekskresi selektif cairan tubuh.
2) Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif
substansi yang dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak
dibutuhkan
3) Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen
4) Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik,
Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya umur.
b. Kardiovaskuler
 Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan
yang sesuai untuk menghasilkan urine.
 Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal, sehingga akan
mengganggu pengaturan air dan elektrolit.

c. Paru-paru
 Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari
pada orang dewasa normal. Kondisi-kondisi abnormal, seperti hiperpnea
(respirasi dalam yang abnormal) atau batuk yang terus menerus
meningkatkan kehilangan air, ventilasi mekanik dengan air yang
berlebihan menurunkan kehilangan air.
 Paru-paru mempunyai peran penting dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa.
 Perubahan pada proses penuaan yang normal menghasilkan
penurunan fungsi pernafasan, menyebabkan kesukaran dalam
pengaturan pH pada individu usia lanjut yang menderita penyakit gawat
atau mengalami trauma.
d. Kelenjar pituitari
 Hipotalamus menghasilkan suatu substansi antidiuretik hormon (ADH), yang
disimpan dalam kelenjar pituitary posterior dan dilepaskan jika diperlukan.
 Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotik sel dengan
mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume
darah.

e. Kelenjar adrenal
 Aldosteron, suatu mineralkortikoid yang disekresikan oleh zona glumerosa dari
korteks adrenal.
 Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan retensi natrium dan kehilangan
kalium, sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan kehilangan
natrium dan air serta retensi kalium.

f. Kelenjar parathyroid
 Kelenjar parathyroid yang terletak di sudut kelenjar tiroid, mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon parathyroid (PTH).
 PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus, dan
resorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
9. Mekanisme Homeostasis yang Mengatur Cairan dan
Elektrolit Tubuh
1) Baroreseptor
 merupakan reseptor syaraf kecil, mendeteksi perubahan-perubahan pd
tekanan dlm pembuluh darah dan menyampaikan informasi kepada
saraf pusat.
 bertanggung jawab untuk memonitor volume yang bersirkulasi dan
mengatur aktivitas neural simpatis dan parasimpatis.
2) Renin
 Enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang
dibentuk oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II.
 Suatu enzim yang dilapaskan dalam kapiler paru-paru merubah angiotensin
I menjadi angiotensin II. Angiotensin II, dengan kemampuan
vasokonstriktornya, meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi
rasa haus.
 Jika system saraf simpati distimulasi, aldosteron dilepaskan sebagai respon
terhadap adanya peningkatan dari pelepasan rennin. Aldosteron
merupakan pengaturan volume dan juga akan dilepaskan jika kalium
serum meningkat, natrium serum menurun, ACTH meningkat.
3) ADH dan mekanisme rasa haus
 Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi
natrium dan masukan cairan oral. Masukan air dikendalikan oleh
pusat rasa haus yang berada di hipotalamus.
 Jika konsentrasi serum atau osmolalitas meningkat atau jika volume
darah menurun, neuron dalam hipotalamus distimulasi oleh
dehidrasi intraseluler, rasa haus kemudian timbul dan orang
tersebut meningkatkan asupan cairan oral.

4) Osmoreseptor
 Terletak pada permukaan hipotalamus, merasakan perubahan
dalam konsentrasi natrium. Jika tekanan osmotik meningkat,
neuron mengalami dehidrasi dan dengan cepat melepaskan impuls
ke pituitary posterior yang meningkatkan pelepasan ADH.
 Pengembalian tekanan osmotik normal memberikan umpan balik ke
osmoreseptor untuk mencegah pelepaan ADH lebih lanjut.
10. Output Cairan dan Elektrolit
Terdapat empat rute pengeluaran cairan :
a) Ginjal  Urine
b) Kehilangan air tak kasat mata  Kehilangan
evaporatif dari kulit seperti demam atau luka bakar,
olah raga berat, pada bayi dgn BBLR dimana luas
permukaan kulit yang lebih besar dan peningkatan
kandungan air kulit.
c) Keringat tingkat aktivitas individu (misalnya
banyaknya olah raga), aktivitas metabolik dan suhu
lingkungan.
d) Saluran gastrointestinal (GI Track) Sakit : muntah,
diare
e) Hormon ADH dan aldosteron
 terjadi muntah , diare atau perdarahan, jumlah ADH
di dlm darah meningkat  reabsorpsi air oleh
tubulus ginjal meningkat dan air akan dikembalikan ke
dalam volume darah sirkulasi, keluaran urine akan
berkurang
 Aldosteronmengatur keseimbangan natrium dan
kalium dgn menyebabkan tubulus ginjal
mengekskresikan kalium dan mengabsorpsi natrium
 Akibatnya air juga akan direabsorpsi dan
dikembalikan ke volume darah.
 Kekurangan volume cairan, misal karena
perdarahan atau kehilangan cairan pencernaan,
dapat menstimuli sekresi aldosteron ke dalam darah.
Elektrolit
Elektrolit merupakan substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik.
 Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter/ atau mEq/L)
atau dengan berat molekul dalam gram (milimol/liter atau mol/L).

Kation merupakan ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan.


 Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation
intraseluler utama adalah kalium (K+).
 Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan
kalium ke dalam.

Anion adalah ion-ion, yang membentuk muatan negatif dalam larutan


 Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl, sedangkan anion intraseluler utama
adalah ion fosfat (PO43).
 Kerja ion-ion ini mempengaruhi transmisi neurokimia dan transmisi neuromuskuler,
yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan
(mood) dan perilaku, fungsi pencernaan serta fungsi-fungsi yang lain.
Elektrolit berhubungan minimal dengan
empat proses fisiologis dasar, yaitu:
1) Distribusi air dalam kompartemen CIS dan
CES
2) Iritabilitas neuromuskuler
3) Keseimbangan asam-basa
4) Pemeliharaan tekanan osmotik
Elektrolit yang Penting dalam Tubuh
1) Natrium
 mempengaruhi distribusi air tubuh lebih kuat daripada elektrolit lain.
 Natrium mampu menarik air, sehinggga natrium merupakan faktor utama yang
menentukan volume ekstraseluler.
2) Kalium
 Kalium adalah kation utama intraseluler.
 Kalium memegang peranan penting dalam metabolisme sel,mengatur
eksitabilitas (rangsangan)neuromuskuler, kontraksi otot, mempertahankan
keseimbangan osmotik dan potensial listrik membran sel dan untuk
memindahkan glukosa ke dalam sel
3) Kalsium
 Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama terdapat
dalam tulang.
 Kalsium dijumpai dalam darah dalam dua bentuk yaitu kalsium bebas terionisasi
yang terdapat dalam sirkulasi dan kalsium yang berikatan dengan protein.
 Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status
jantung, dan pembentukan tulang, integritas dan struktur membran sel, koagulasi
darah dan relaksasi otot.
4) Klorida
 merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah
secara pasif berhubungan dengan kadar natrium,
 bila natrium serum meningkat, klorida juga meningkat.

5) Natrium
 merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan intrasel
setelah kalium, diperoleh secara normal dari asupan diet.
 merupakan ion utama intrasel dgn peran vital fungsi seluler
normal.
 Secara khusus, berperan dalam mengaktifkan enzim yang terlibat
dalam metabolisme karbohidrat dan protein, dan mencetuskan
pompa kalium-natrium.
 juga berperan dalam transmisi aktivasi neuromuskular, transmisi
dalam sistem saraf pusat dan fungsi miokard.
6) Bikarbonat
 merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh yang
berperan dalam kesimbangan asam-basa
 ditemukan dalam CES dan CIS, diatur oleh ginjal,
 apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan
mereabsorpsi bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan
bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam cairan ekstrasel.

7) Fosfat
 merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
 membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi.
 meningkatkan kerja neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam
metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa.
 Fosfat secara normal diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal.
 Konsentrtasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon parathyroid
dan vitamin D teraktivasi.
Nilai normal

NO UNSUR ELEKTROLIT Normal


1. Natrium 135 - 145
mEq/L
2 Kalium 3,5 - 5,3
(mEq/L)
3 Kalsium 4,5 – 5
mg/100 ml
4 Klorida 100-106
(mEq/L)
5 Magnesium 1,5 - 2,5
(mEq/L)
6 Bikarbonat 24-30
(mEq/L)
7 Fosfat 2,5-4,5
mg/100 ml
Intake dan Output Rata-rata Harian
INTAKE(RANGE) OUTPUR (RANGE)

Air (ml)
1. Air Minum : 1400-1800 1. Urine : 1400-1800
2. Air dalam makanan : 7000-1000 2. Feces : 100
3. Air Hasil reduksi :300-400 3. Kulit : 300-500
4. Paru-paru : 600-800
Thank You.....!

Anda mungkin juga menyukai