Anda di halaman 1dari 22

KESEIMBANGAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Cairan dan Elektrolit


1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan
di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Air terdiri dari kurang lebih 60% berat dari tubuh manusia, dan penting untuk
kehidupan karena beberapa alasan:

1. Air adalah pelarut; yaitu, banyak zat (disebut zat terlarut) dapat larut
dalam air. Nutrisi seperti glukosa dilarutkan dalam plasma darah untuk
diangkut ke seluruh sel tubuh. Indera pengecap bergantung pada
kemampuan pelarut air liur; makanan terlarut merangsang reseptor di
perasa. Ekskresi limbah produk metabolisma dimungkinkan karena
dilarutkan air kencing.
2. Air merupakan pelumas, dimana mencegah terjadinya gesekan
permukaan dan pergerakan. Di saluran pencernaan, menelan
tergantung pada keberadaan air liur, dan lendir adalah cairan licin
yang memungkinkan terjadinya perjalanan lancar makanan melalui
usus. Cairan sinovial di dalam rongga sendi mencegah gesekan saat
tulang bergerak.
3. Air mengubah suhu secara perlahan. Air memiliki ketinggian
kapasitas panas, yang artinya akan menyerap banyak panas sebelum
suhunya naik secara signifikan, atau harus kehilangan banyak panas
sebelum suhunya turun secara signifikan. Ini salah satunya faktor-
faktor yang membantu tubuh mempertahankan suhu konstan. Air juga
memiliki kalor penguapan yang tinggi, yang penting untuk proses
berkeringat. Panas tubuh yang berlebihan menguapkan keringat pada
permukaan kulit, dan karena panas penguapan air yang tinggi, banyak
panas dapat dilepaskan dengan kehilangan sejumlah kecil air.

KOMPOSISI AIR DALAM TUBUH

Semua air di dalam tubuh terus bergerak, tetapi air diberi nama secara
spesifik sesuai lokasi tubuh, yang disebut kompartemen (Gb 1). Komposisi
cairan tubuh dibedakan :
a. Cairan intraseluler (ICF) —air di dalam sel; sekitar 65% dari total air
tubuh
b. Cairan ekstraseluler (ECF) —semua sisa air di dalam tubuh; sekitar
35% dari total. Lebih spesifik kompartemen cairan ekstraseluler
meliputi:
a. Plasma — air ditemukan di pembuluh darah
b. Limfatik — air yang ditemukan di pembuluh limfatik (getah
bening)
c. Cairan jaringan atau cairan interstisial — air ditemukan di ruang
kecil antar sel
d. Cairan khusus — cairan sinovial, serebrospinal, aqueous
humor di mata, dan lain-lain.

Komposisi cairan dalam tubuh seperti tampak pada table :

Karakteristik Volume Cairan Tubuh (Total Body


Water/TBW)
Bayi baru lahir 70%-80% dari Berat Badan
Usia 1 tahun 60% dari Berat Badan
Pubertas s.d usia 39
tahun:
a. Pria 60% dari Berat Badan
b. Wanita 52% dari Berat Badan
Usia 40 s.d 60 tahun :
a. Pria 55% dari Berat Badan
b. Wanita 47% dari Berat Badan
Usia diatas 60 tahun:
a. Pria 52% dari Berat Badan
b. Wanita 46% dari Berat Badan
a. Sumber air tubuh

Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari

Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau


ruang utama dalam upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara
kedua ruang tersebut. Kehilangan cairan tubuh dapat mengganggu
keseimbangan ini.
Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua
kompartemen utama, yaitu:
1) Cairan intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang
dewasa, kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler,
sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). sebaliknya,
hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
2) Cairan ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun
dengan meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah
cairan tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun,
volume relatif CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume
total. CES dibagi menjadi:
a) Cairan interstisiel (CIT)
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam
volume interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih
besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
b) Cairan intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif
dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata
volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu
adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM),
sel darah putih (SDP) dan trombosit.
c) Cairan transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan
CTS meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial,
cairan intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini
dapat bergerak ke dalam dan ke luar ruang transeluler setiap
harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara normal
mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.

Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar : Skema jenis dan jumlah cairan tubuh

Tabel : Distribusi Cairan Tubuh


Kompartemen (%) terhadap BB Volume (Liter)
CIS 40 28
CES 20 14
- Interstitial (15) (11)
- Intravaskuler (5) (3)

Keterangan :
- Untuk laki-laki dengan berat badan 70 Kg
Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan
transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan
sinovial, pleura, intraokuler, dll.
Tabel : Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (CES) Dan Cairan Intraseluler
(CIS)
Pada Dewasa Normal Terhadap BB
Usia (Tahun) CES (% BERAT CIS (% BERAT
BADAN) BADAN)
Pria :
1. 20-39 tahun 26,7 33,9
2. 40-59 tahun 23,3 31,4
3. > 59 tahun 25,3 26,2
Wanita :
1. 20-39 tahun 25,1 25,1
2. 40-59 tahun 23,3 23,4
3. > 59 tahun 23,9 21,6

3. Fungsi cairan
1) Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2) Mengeluarkan buangan-buangan sel
3) Membantu dalam metabolisme sel
4) Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5) Membantu memelihara suhu tubuh
6) Membantu pencernaan
7) Mempemudah eliminasi
8) Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah putih, sel darah
merah)

4. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan
dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500ml/hari. Sekitar
1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urin 1.200-
1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.

Prinsip dasar keseimbangan cairan:


a. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan
interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain
kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
b. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut
karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler
tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi
dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat
menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume
dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan
intraseluler.
5. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat
terlarut)
a. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa
hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita
mengandung 55% air dari berat badannya.
b. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat
terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
c. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif
dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu
sama lain(miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur
dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L) atau dengan
berat molekul dalam garam (milimol/liter, mEq/L)
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh
yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara
esensial sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan
komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan
interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu
menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman
perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi
gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa.
Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam
atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.
d. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per
100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin.
Tabel : Unsur Utama Kompartemen Cairan Tubuh
Berat INTRA EKSTRASELULER
Unsur
Gram- SELULER Intravaskuler Interstitial
Elektrolit
molekul
Natrium 23,0 10 145 142
(mEq/L)
Kalium 39,1 140 4 4
Kalsium 40,1 <1 3 3
Magnesium 24,3 50 2 2
Klorida 35,5 4 105 110
Bikarbonat 61,0 10 24 28
Fosfat 31,0 75 2 2
Protein (g/dl) 16 7 2

TABEL : Intake dan Outut Rata-rata Harian


INTAKE (RANGE) OUTPUT (RANGE)
AIR (ml)
1. Air minum = 1400-1800 1. Urine = 1400-1800
2. Air dalam = 700-1000 2. Feces = 100
makanan
3. Air hasil oksidasi = 300-400 3. Kulit = 300-500
4. Paru-paru = 600-800
TOTAL = 2400-3200 TOTAL = 2400-3200
Natrium (mEq) = 70 (50-100)  Urine = 65 (50-100)
 Feces = 5 (2-20)
Kalium (mEq) = 100 (50-  Urine = 90 (50-120)
120)
 Feces = 10 (2-40)
Magnesium (mEq) = 30 (5-60)  Urine = 10 (2-20)
 Feces = 20 (2-50)
Kalsium (mEq) = 15 (2-50)  Urine = 3 (0-10)
 Feces = 12 (2-30)
Protein (g) = 55 (30-80)
Nitrogen (g) = 8 (4-12)
Kalori = 1800-3000

 Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut


Insensible Water Loss (IWL)
 Bila ingin mengetahui “Insensible Water Loss (IWL)” maka dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
a) Dewasa = 15 cc/kg BB/hari
b) Anak = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)
Tabel : Jumlah Kehilangan Air Dan Elektrolit Per 100 Kcal Bahan
Metabolik
Dalam Keadaan Normal Maupun Sakit
KEADAAN NORMAL KEADAAN SAKIT
CARA
H2O Na K H2O Na K
HILANG
(ml) (mEq) (mEq) (ml) (mEq) (mEq)
Evaporasi
1. Paru 15 0 0 10-60 0 0
2. Kulit 40 0,1 0,2 20-100 0,1-3,0 0,2-1,5
Tinja 5 0,1 0,2 0-50 0,1-4,0 0,2-3,0
Air Kemih 65 3 0,2 0-400 0-30,0 0-30,0
TOTAL 125 3,2 2,4

6. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


a.Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang
hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan
cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal
orangdewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada lansia, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan
ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran
cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible
water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi
kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak disadari (insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap
individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu
tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang
yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima litersehari melalui keringat. Umumnya,
orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan
orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan
hingga dua liter per jam.
d.Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah
simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan
glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
d. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormon antidiuritik yang dapat
mengurangi produksi urin.
e. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal.
Gangguan jantung dan ginjal
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat
aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun,
tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi
retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut,
kondisi ini dapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urin
akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan
dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urin akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkan produksi urin dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan
menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis. gagal ginjal) individu
dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urin kurang dari 200 ml/ 24 jam).
f. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung
dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
g. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
h.Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui
intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa
stress akibat obat- obat anastesia.

7. Pergerakan cairan tubuh


Cairan di dalam tubuh tidak statis, tetapi mengalami pergerakan. Cairan
dan elektrolit bergerak dari satu kompartemen ke kompartemen lain untuk
memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti oksigenasi
jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam basa, dan respon
terhadap terapi obat. Pergerakan cairan dan elektrolit melalui tiga fase. Pada
fase pertama plasma darah bergerak dalam tubuh melalui sistem sirkulasi,
nutrisi dan cairan diambil dari paru dan traktus gastrointestinal. Pada fase
kedua, cairan interstisiel dan komponennya bergerak diantara kapiler darah
dan sel. Pada fase ketiga cairan akan bergerak dari interstisiel ke sel. Pada
arah sebaliknya, cairan dan komponennya akan bergerak balik dari sel ke
ruang interstisiel dan kemudian ke kompartemen intravaskuler. Cairan
intravaskuler kemudian akan membawa cairan ke ginjal, dimana produk
metabolik akan diekskresikan.
Kapiler dan membran seluler dalam tubuh dikenal sebagai selectively
permeable, karena tidak semua substansi bisa melewati membran ini dengan
mudah. Bahan seperti glikogen dan protein tidak bisa dengan mudah
melewati kapiler dan membran seluler. Bahan organik seperti asam amino
dan glukosa dapat dengan bebas melewati membran seluler, meskipun
terkadang membutuhkan bantuan traspor aktif. Membran semipermiabel
tubuh meliputi:

a) Membran sel : memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas


lipid dan protein
b) Membran kapiler : memisahkan CIV dari CIT
c) Membran epithelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS.
Contoh membran ini adalah epithelium mukosal dari lambung dan
usus, membran sinovial, dan tubulus ginjal.
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis,
transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada
permeabilitas membran sel atau kemampuan membran untuk ditembus
cairan dan elektrolit.

a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi
untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area
dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan
tidak teratur (random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler dan alveoli. Proses
difusi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar : Proses Difusi O2 dan CO2

Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:

(a) Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein
(misal air dan urea), maka akan terjadi difusi sederhana
(b) Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan
karbondioksida), maka akan terjadi difusi sederhana
(c) Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam sel
melalui substansi pembawa, maka akan terjadi difusi dipermudah.
2) Faktor yang meningkatkan difusi:
(a) Peningkatan suhu
(b) Peningkatan konsentrasi partikel
(c) Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
(d) Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
(e) Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi

b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui
membran semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki
konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut tinggi.
Membran tersebut permeable terhadap zat pelarut, tetapi tidak permeable
terhadap solut (zat terlarut), yang berupa materi partikel. Kecepatan osmosis
tergantung pada konsentrasi solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan
listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh
larutan. Konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah
substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau keduanya. Dalam
osmosis ada tiga istilah penting, yaitu:

Tekanan : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini
osmotik bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan ini
diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini
tergantung kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh
membran.
Tekanan : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin),
onkotik tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam
kompartemen intravaskuler.
Diuretik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang
osmotik diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol,
atau agen kontras dalam urin.
Contoh osmosis adalah sebagai berikut:

Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran semipermiabel


lebih besar, maka laju osmosis akan lebih cepat sehingga terjadi percepatan
transfer zat pelarut menembus membran semipermiabel. Hal ini akan terus
berlanjut sampai tercapai keseimbangan.
Osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan untuk
menciptakan tekanan osmotik dan dengan demikian akan mempengaruhi
gerakan cairan. Osmolalitas juga menggambarkan konsentrasi larutan,
menunjukkan jumlah partikel dalam satu liter larutan dan diukur dengan
miliosmol per liter (mOsm/L). Suatu larutan yang osmolalitasnya sama
dengan plasma disebut isotonik. Pemberian larutan isotonik melalui IV akan
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel.
Larutan hipotonik IV memiliki osmolalitas lebih rendah daripada plasma,
larutan ini akan mengakibatkan air berpindah ke dalam sel. Larutan
hipertonik memiliki osmolalitas lebih tinggi dari plasma, sehingga membuat
air keluar dari sel.
Perubahan osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan
pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler.
a. Penurunan osmolalitas CES ------gerakan air dari CES ke CIS
b. Peningkaan osmolalitas CES-----gerakan air dari CIS ke CES
Air akan terus bergerak sampai osmolalitas dari kedua kompartemen
mencapai ekuilbrium.

c. Transpor aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini
memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut,
selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah
berkonsentrasi tinggi. Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari
larutan dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Transport aktif
ditingkatkan oleh molekul pembawa (carrier molecule) yang berada di antara
sel, yang akan mengikat diri mereka sendiri dengan molekul yang masuk ke
dalam sel. Transport aktif merupakan mekanisme sel-sel yang mengabsorbsi
glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolik.
Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan kalium. Natrium dipompa
keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel, melawan gradien
konsentrasi.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2) Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3) Fase III :
4) Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel pembuluh darah kapiler dan membran sel
yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak
semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang
dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan
cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat perbedaan
tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit,
dan substansi terlarut lain yang berada di antara cairan kapiler dan cairan
interstisiel. Perpindahan terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area
dengan tekanan rendah.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu liquid di
dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki ruang
kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstisiel, sehingga
cairan dan solut berpindah dari kapiler menuju sel. Pada ujung bantalan vena
kapiler, cairan dan produk-produk sisa metabolisme berpindah dari sel
menuju kapiler , karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan
interstisiel.

8. Pengaturan cairan
Air penting untuk kehidupan, orang dapat hidup beberapa minggu tanpa
makanan, tetapi hanya dapat hidup beberapa tanpa air. Air mempertahankan
volume darah, mengatur suhu, mengantarkan elektrolit dan nutrien ke dan
dari sel, dan merupakan bagian dari banyak reaksi biologis. Secara kimiawi,
air dan elektrolit bekerja sama untuk mempertahankan keseimbangan air.
Masukan air diatur melalui sensasi haus, air dan elektrolit secara terus-
menerus hilang dan diganti. Keseimbangan air diatur terutama oleh ginjal
yang berespon terhadap konsentrasi solut yang terdapat dalam cairan tubuh
yang telah disaring.
Pada kondisi normal, intake cairan mengimbangi kehilangan cairan.
Kondisi sakit keseimbangan cairan akan mengalami gangguan, sehingga
akan terjadi tubuh kekurangan cairan atau kelebihan cairan. Secara normal,
kehilangan cairan terjadi untuk mempertahankan fungsi tubuh. Kehilangan
cairan itu bisa melalui udara pernafasan, penguapan dari kulit, pengeluaran
dari ginjal sebanyak 500 ml, dan cairan yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan sampah metabolik. Total pengeluaran perhari kira-kira 1300
ml perhari.
Kandungan air tubuh yang aktual tergantung dari variabel, seperti umur,
jenis kelamin, komposisi tubuh, dan proses penyakit. Orang dewasa terdiri
dari kira-kira 60 % air, bayi kira-kira 77 %. Wanita mempunyai kandungan
air yang sangat sedikit daripada pria karena jumlah lemak yang lebih banyak.
Terdapat hubungan terbalik antara air tubuh dan jaringan adipose (lemak),
makin banyak jaringan adipose, makin sedikit air tubuh. Banyak proses
penyakit mempengaruhi air tubuh, contohnya gagal ginjal, gagal jantung
kongestif, dan disfungsi gastrointestinal. Kondisi abnormal ini mempengaruhi
konsentrasi elektrolit yang terdapat dalam CIS dan CES dan menyebabkan
perpindahan cairan antar kompartemen.
Sejumlah mekanisme homeostatik bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi
juga volume cairan total tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit normal
adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman
yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar system
organ. Yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar
hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru.
a. Ginjal
Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit
tubuh. Total body water (TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat
ditentukan oleh apa yang disimpan oleh ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh
sejumlah hormon dalam menjalankan fungsinya. Fungsi utama ginjal
dalam mempertahankan keseimbangan cairan adalah:
1) Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi
selektif cairan tubuh.
2) Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif
substansi yang dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak
dibutuhkan
3) Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen
4) Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik,
Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya umur.
b. Kardiovaskuler
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan
yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini
mengganggu perfusi ginjal, sehingga akan mengganggu pengaturan air
dan elektrolit.
c. Paru-paru
Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari
pada orang dewasa normal. Kondisi-kondisi abnormal, seperti hiperpnea
(respirasi dalam yang abnormal) atau batuk yang terus menerus
meningkatkan kehilangan air, ventilasi mekanik dengan air yang
berlebihan menurunkan kehilangan air. Paru-paru mempunyai peran
penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa. Perubahan
pada proses penuaan yang normal menghasilkan penurunan fungsi
pernafasan, menyebabkan kesukaran dalam pengaturan pH pada
individu usia lanjut yang menderita penyakit gawat atau mengalami
trauma.
d. Kelenjar pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi antidiuretik hormon (ADH),
yang disimpan dalam kelenjar pituitary posterior dan dilepaskan jika
diperlukan. Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotik sel
dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan
mengatur volume darah.
e. Kelenjar adrenal
Aldosteron, suatu mineralkortikoid yang disekresikan oleh zona
glumerosa dari korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron
menyebabkan retensi natrium dan kehilangan kalium, sebaliknya
penurunan sekresi aldosteron menyebabkan kehilangan natrium dan air
serta retensi kalium.
f. Kelenjar parathyroid
Kelenjar parathyroid yang terletak di sudut kelenjar tiroid, mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon parathyroid (PTH).
PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus,
dan resorpsi kalsiumdari tubulus ginjal.

9. Mekanisme Homeostasis yang Mengatur Cairan dan Elektrolit Tubuh


1) Baroreseptor
Baroreseptor merupakan reseptor syaraf kecil, mendeteksi perubahan-
perubahan pada tekanan dalam pembuluh darah dan menyampaikan
informasi kepada saraf pusat. Baroreseptor bertanggung jawab untuk
memonitor volume yang bersirkulasi dan mengatur aktivitas neural
simpatis dan parasimpatis.
2) Renin
Enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang
dibentuk oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Suatu
enzim yang dilapaskan dalam kapiler paru-paru merubah angiotensin I
menjadi angiotensin II. Angiotensin II, dengan kemampuan
vasokonstriktornya, meningkatkan tekanan perfusi arteri dan
menstimulasi rasa haus. Jika system saraf simpati distimulasi, aldosteron
dilepaskan sebagai respon terhadap adanya peningkatan dari pelepasan
rennin. Aldosteron merupakan pengaturan volume dan juga akan
dilepaskan jika kalium serum meningkat, natrium serum menurun, ACTH
meningkat.
3) ADH dan mekanisme rasa haus
Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium
dan masukan cairan oral. Masukan air dikendalikan oleh pusat rasa
haus yang berada di hipotalamus. Jika konsentrasi serum atau
osmolalitas meningkat atau jika volume darah menurun, neuron dalam
hipotalamus distimulasi oleh dehidrasi intraseluler, rasa haus kemudian
timbul dan orang tersebut meningkatkan asupan cairan oral.
4) Osmoreseptor
Terletak pada permukaan hipotalamus, merasakan perubahan dalam
konsentrasi natrium. Jika tekanan osmotik meningkat, neuron mengalami
dehidrasi dan dengan cepat melepaskan impuls ke pituitary posterior
yang meningkatkan pelepasan ADH. Pengembalian tekanan osmotik
normal memberikan umpan balik ke osmoreseptor untuk mencegah
pelepaan ADH lebih lanjut.

ASAM, BASA, DAN pH


Asam dapat diartikan sebagai zat yang meningkat konsentrasi ion hidrogen
(H) dalam air. Basa adalah zat yang menurunkan konsentrasi ion H.
Keasaman atau alkalinitas (kebasaan) suatu larutan diukur pada skala nilai
yang disebut pH (bagian hidrogen). Nilai skala pH berkisar dari 0 hingga 14,
dengan 0 menunjukkan tingkat paling asam dan 14 paling banyak basa.
Larutan dengan pH 7 bersifat netral karena mengandung jumlah ion H dan
OH yang sama ion. Air murni memiliki pH 7. Larutan dengan konsentrasi ion
H yang lebih tinggi dari ion OH adalah larutan asam dengan pH di bawah 7.
Larutan basa oleh karena itu, memiliki konsentrasi OH yang lebih tinggi ion O
lebih banyak daripada ion H dan memiliki pH di atas 7. Skala pH, dengan
konsentrasi relative ion H dan ion OH, ditunjukkan pada Gambar berikut. Sel
dan cairan internal tubuh manusia memiliki pH mendekati netral. PH
intraseluler cairan sekitar 6,8, dan kisaran pH normal darah adalah 7,35
sampai 7,45. Cairan seperti getah lambung dan urine secara teknis adalah
cairan eksternal, karena ada di dalam saluran tubuh yang terbuka terhadap
lingkungan. PH cairan ini mungkin lebih asam atau basa tanpa
membahayakan tubuh. Namun, pH darah harus dijaga dalam kisaran yang
sangat sempit, sedikit basa. PH normal cairan internal dipertahankan oleh
ginjal, sistem pernapasan, dan penyangga sistem.

Gambar : Skala pH. Nilai pH beberapa cairan tubuh ditunjukkan di atas


skala.

10. Output Cairan dan Elektrolit


Secara umum, terdapat empat rute pengeluaran cairan, yaitu:
a) Ginjal
Ginjal adalah regulator utama keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kira-kira 180 L plasma difilter setiap hari oleh ginjal. Dari volume ini,
kira-kira 1500 ml urine diekskresikan setiap hari. Pada orang dewasa,
ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring
dan memproduksi urine sekitar 60 ml 940 sampai 80 ml) dalam setiap
jam atau totalnya sekitar 1,5 L dalam satu hari. Volume, komposisi,
dan konsentrasi urine sangat bervariasi dan akan tergantung pada
penambahan dan kehilangan cairan. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dipengauhi oleh Anti Diuretic Hormon (ADH) dan aldosteron.
Hormon-hormon ini mempengaruhi ekskresi air dan natrium serta
distimulasi oleh perubahan volume darah.
Pada konsentrasi urine maksimal (1400 m Osm/kg), sedikitnya 400
ml urine harus diproduksi untuk mengekskresi sisa metabolik setiap
hari. Bayi, lansia, dan individu dengan gangguan ginjal yang tidak
dapat memekatkan urinenya secara maksimal akan mengalami
kehilangan air yang lebih besar. Sehingga, mereka harus
menghasilkan urine dalam jumlah yang sangat besar untuk
mengekskresikan kelebihan sisa metaboliknya setiap hari.
b) Kehilangan air tak kasat mata
Kehilangan evaporatif dari kulit dan terjadi tanpa kesadaran individu.
Kehilangan cairan ini terjadi pada kecepatan 6 ml/kg/24 jam rata-rata
pada orang dewasa, tetapi dapat meningkat secara bermakna pada
demam atau luka bakar. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah,
khususnya dengan berat badan kurang dari 1 kg, cenderung
mengalami kehilangan cairan takkasat mata sangat cepat karena
beberapa faktor, termasuk luas permukaan kulit yang lebih besar dan
peningkatan kandungan air kulit. Penggunaan penghangat radian
akan secara bermakna meningkatkan kehilangan cairan takkasat
mata pada bayi. Cairan takkasat mata hampir bebas elektrolit dan
harus dipertimbangkan semata-mata kehilangan air.
Kira-kira 400 ml cairan takkasat mata hilang melalui paru setiap hari.
Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya
perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan, seperti seseorang
yang melakukan olah raga berat dan orang yang mengalami demam.
Alat untuk memberikan oksigen juga dapat meningkatkan kehilangan
air yang tidak dirasakan dari paru-paru (oksigen lebih kering daripada
udara di ruangan).
c) Keringat
Keringat merupakan cairan kasat mata yang keluar dari tubuh.
Keringat ini penting untuk menghilangkan panas tubuh, cairan ini
bersifat hipotonik. Cairan ini tidak mengandung elektrolit dalam jumlah
yang bermakna. Kehilangan cairan melalui keringat sangat bervariasi
dengan tingkat aktivitas individu (misalnya banyaknya olah raga),
aktivitas metabolik dan suhu lingkungan.
d) Saluran gastrointestinal (GI Track)
Saluran gastrointestinal dalam kondisi normal bertanggung jawab
pada 100-200 ml kehilangan air setiap hari. Gastrointestinal
memegang peranan penting dalam pengaturan cairan, karena hampir
semua cairan didapatkan di GI. Pada kondisi sakit, gastrointestinal
bisa menjadi sisi kehilangan cairan mayor, karena kira-kira 6-8 L
cairan isotonik disekresikan dan direabsorpsi keluar dari saluran
gastrointestinal setiap hari. Kehilangan gastrointestinal abnormal
(misal penghisapan naso gastrik, muntah, diare) dapat menimbulkan
kehilangan cairan yang sangat besar. Komposisi sekresi GI bervariasi
sesuai lokasi dalam saluran GI. Di atas pylorus, kehilangan adalah
isotonik dan kaya natrium, kalium, klorida dan hydrogen. Di bawah
pylorus, kehilangan adalah isotonik dan kaya natrium, kalium, dan
bikarbonat. Diare dari usus besar adalah hipotonik.
e) Hormon
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah ADH dan aldosteron. Keadaan kekurangan air akan
meningkatkan osmolalitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh
kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan
produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorsi air oleh tubulus
ginjal. Selama periode sementara kekurangan volume cairan, seperti
yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan, jumlah ADH di
dalam darah meningkat , akibatnya reabsorpsi air oleh tubulus ginjal
meningkat dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah
sirkulasi. Dengan demikian , keluaran urine akan berkurang sebagai
respon terhadap kerja hormon ADH.
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh
korteks adrenal. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan
kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresikan kalium
dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya air juga akan direabsorpsi dan
dikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misal
karena perdarahan atau kehilangan cairan pencernaan, dapat
menstimuli sekresi aldosteron ke dalam darah.
Glukokortikoid mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.
Sekresi hormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan
ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormon di dalam
sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang
kita kenal sebagai sindrom Cushing.
11. Elektrolit
Elektrolit merupakan substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam
larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi
ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan
satu sama lain (miliekuivalen/liter/ atau mEq/L) atau dengan berat molekul
dalam gram (milimol/liter atau mol/L). Kation merupakan ion-ion yang
membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah
natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K+).
Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar
dan kalium ke dalam. Anion adalah ion-ion, yang membentuk muatan negatif
dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl, sedangkan
anion intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43).
Kerja ion-ion ini mempengaruhi transmisi neurokimia dan transmisi
neuromuskuler, yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas
jantung, perasaan (mood) dan perilaku, fungsi pencernaan serta fungsi-
fungsi yang lain. Elektrolit berhubungan minimal dengan empat proses
fisiologis dasar, yaitu:
1) Distribusi air dalam kompartemen CIS dan CES
2) Iritabilitas neuromuskuler
3) Keseimbangan asam-basa
4) Pemeliharaan tekanan osmotik

a. Elektrolit yang Penting dalam Tubuh adalah:


1) Natrium
Natrium mempengaruhi distribusi air tubuh lebih kuat daripada elektrolit
lain. Natrium mampu menarik air, sehinggga natrium merupakan faktor
utama yang menentukan volume ekstraseluler. Gangguan pada natrium
dianggap sebagai gangguan volume ekstraseluler. Natrium terlibat dalam
mempertahankan keseimbangan air, mentransmisi impuls syaraf, dan
melakukan kontraksi otot. Air mengikuti natrium dalam dalam keseimbangan
cairan dan elektrolit. Apabila ginjal menahan natrium, maka cairan juga
ditahan, sebaliknya jika ginjal mengekskresikan natrium, maka air juga akan
diekskresikan.
Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan keluaran urine.
Sumber utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah,
makanan ringan dan makanan kaleng. Rata-rata masukan natrium setiap
hari jauh melebihi dari kebutuhan tubuh setiap hari. Ginjal bertanggung
jawab untuk mengekskresikan kelebihan dan dapat menyimpan natrium
selama periode pembatasan natrium ekstrem. Individu yang memiliki fungsi
ginjal normal akan dapat mempertahanakan kadar natrium serum dalam
batas normal melalui ekskresi natrium dala urine. Konsentrasi natrium
dipertahankan melalui pengaturan masukan dan ekskresi natrium.
Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135 sampai 145
mEq/L. Konsentrasi natrium yang tinggi (hipernatremia), osmolalitas serum
meningkat, merangsang pusat haus dan menyebabkan peningkatan hormon
antidiuretik (ADH) oleh kelenjar hipofisis posterior. Peningkatan natrium
dapat ditemui pada kondisi hiperventilasi, cidera kepala, demam, diabetes
insipidus, penurunan sekresi ADH, dan ketidakmampuan ginjal berespon
terhadap ADH. Konsentrasi natrium yang rendah (hiponatremia), membuat
ginjal mengeluarkan air. Kondisi hiponatremia bisa dijumpai pada kondisi
adanya gangguan mekanisme sekresi ADH (misal pada cidera kepala, stess
fisiologis dan psikologis yang berat).
2) Kalium
Kalium adalah kation utama intraseluler. Kalium memegang peranan
penting dalam metabolisme sel, mengatur eksitabilitas (rangsangan)
neuromuskuler, kontraksi otot, mempertahankan keseimbangan osmotik dan
potensial listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel.
Kalium dalam jumlah banyak terletak dalam sel, dan dalam jumlah relatif
kecil (kira-kira 2% ) terletak dalam cairan ekstraseluler. Rasio kalium dalam
CES dan CIS membantu menentukan potensial istirahat membran sel otot
dan syaraf, maka perubahan pada kadar kalium plasma dapat
mempengaruhi fungsi neuromuskuler dan jantung.
Distribusi kalium antara CES dan CIS dipengaruhi oleh pH darah,
masukan diet, hormon (aldosteron, insulin dan efinefrin), dan terapi diuretik.
Tubuh menambah kalium dari makanan (gandum utuh, daging, polong-
polongan, buah-buahan dan sayur mayur) dan obat-obatan. Selain itu, CES
manambah kalium kapan saja ketika ada kerusakan sel-sel (katabolisme
jaringan) atau gerakan kalium ke luar sel. Biasanya gangguan kalium tidak
terjadi kecuali terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal.
Kalium hilang dari tubuh melalui ginjal, saluran gastrointestinal (GI) dan kulit.
Kalium dapat hilang dari CES karena perpindahan intraseluler dan
anabolisme jaringan.
Pengatur kadar kalium adalah ginjal, dengan cara mengatur jumlah
kalium yang diekskresikan melalui urine. Suatu kondisi yang menurunkan
pengeluaran urine akan menurunkan pengeluaran kalium. Mekanisme
pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium di
tubulus ginjal, apabila natrium dipertahankan, kalium diekskresikan. Hormon
aldosteron juga meningkatkan ekskresi kalium, jadi kondisi yang
meningkatkan kadar aldosteron (seperti pemberian kortikosteroid atau stress
pasca bedah) akan meningkatkan ekskresi kalium dalam urine. Kemampuan
ginjal untuk menyimpan kalium tidak sekuat dalam menyimpan natrium,
sehingga masih ada kemungkina kalium hilang dalam urine pada kondisi
kekurangan kalium. Kadar kalium normal adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L.
Kadar kalium yang rendah (hipokalemia) bisa terjadi karena kondisi alkalosis
(alkalosis mendorong kalium masuk ke dalam sel), sedangkan kalium tinggi
(hiperkalemia) terjadi pada asidosis (asidosis mendorong kalium keluar sel).
3) Kalsium
Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama
terdapat dalam tulang. Kalsium dijumpai dalam darah dalam dua bentuk
yaitu kalsium bebas terionisasi yang terdapat dalam sirkulasi dan kalsium
yang berikatan dengan protein. Bentuk yang berikatan ini berikatan dengan
priotein plasma (albumin) dan zat-zat kompleks lainnya seperti fosfat. Kurang
dari 1% dari kalsium tubuh dikandung dalam cairan ekstraseluler,
konsentrasi ini diatur oleh hormon paratiroid dan parathyroid. Berikut adalah
bentuk-bentuk kalsium yang terdapat di dalam cairan tubuh:
a) Terionisasi (4,5 mg/100 ml)
b) Tidak dapat berdifusi, yang merupakan kalsium kompleks terhadap anion
protein (5 mg/100 ml)
c) Garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100ml).

Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status


jantung, dan pembentukan tulang, integritas dan struktur membran sel,
koagulasi darah dan relaksasi otot. Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur
oleh hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon parathyroid (PTH) mengontrol
keseimbangan kalsium, absorpsi kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi
kalsium di ginjal. Hormon parathyroid (PTH) dilepaskan oleh kelenjar
parathyroid dalam respon terhadap kadar kalsium serum rendah. Ia
meningkatkan resorpsi tulang (gerakan kalsium dan fosfor keluar tulang)
mengaktivasi vitamin D, meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran
gastrointestinal, dan merangsang ginjal menyimpan kalsium dan
mengekskresi fosfor. Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tyroid bila kadar
kalsium serum meningkat, ini akan menghambat resopsi tulang. Gangguan
dalam keseimbangan kalsium akibat perubahan pada metabolisme tulang,
sekresi hormon parathyroid, disfungsi ginjal, dan masukan diet berkurang.
4) Klorida
Klorida merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah
secara pasif berhubungan dengan kadar natrium, sehingga bila natrium
serum meningkat, klorida juga meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penurunan atau penambahan klorida seringkali mempengaruhi kadar
natrium. Keseimbangann klorida dipertahankan melalui asupan makanan
dan ekskresi serta reabsorpsi renal. Kadar klorida yang meningkat
disebabkan oleh dehidrasi, gagal ginjal, atau asidosis. Kadar klorida yang
menurun disebabkan oleh hilangnya cairan dalam saluran gastrointestinal
(mual, muntah, diare, atau pengisapan lambung).
Klorida diatur melalui ginjal, jumlah yang diekskresikan berhubungan
dengan asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang
mengkonsumsi klorida dalam jumlah besar, akan mengekskresikan klorida
yang lebih tinggi dalam urine.Nilai laboratorium normal untuk klorida serum
adalah 100-106 mEq/L.
5) Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan intrasel
setelah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet.
Magnesium tubuh, kira-kira 50-60% terletak dalam tulang dan kira-kira 1%
terletak di CES. Kira-kira seperempat sampai sepertiga dari magnesium
plasma terikat pada protein, sebagian kecil berikatan dengan substansi lain
(kompleks), dan bagian sisanya terionisasi atau bebas.
Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia memainkan perana vital
fungsi seluler normal. Secara khusus, magnesium berperan dalam
mengaktifkan enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan
protein, dan mencetuskan pompa kalium-natrium. Magnesium juga berperan
dalam transmisi aktivasi neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat
dan fungsi miokard.
Magnesium diatur oleh beberapa faktor, yaitu absorpsi gastrointestinal,
vitamin D dan ekskresi ginjal. Secara normal, hanya sekitar 30-40% diet
magnesium diabsorpsi. Ekskresi ginjal terhadap perubahan kadar
magnesium untuk mempertahankan keseimbangan magnesium, dipengaruhi
oleh ekskresi natrium dan kalium, volume CES, serta adanya hormon
parathyroid (PTH). Ekskresi menurun dengan peningkatan PTH, penurunan
ekskresi kalsium-natrium, dan kekurangan volume cairan. Nilai normal
magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L. Kondisi defisit magnesium
(hipomagnesemia), dijumpai pada malnutrisi, alkoholisme, dan terapi IV
jangka panjang tanpa pemberian suplemen magnesium. Sedangkan kondisi
kelebihan magnesium (hipermagnesemia) paling sering dijumpai pada
pasien yang menderita gagal ginjal, mereka yang menderita ketoasidosis
diabetik, dan mereka yang menggunakan antasid dan laksatif dalam jumlah
berlebihan.
6) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh.
Ion bikarbonat ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh ginjal,
apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorpsi
bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan
dikembalikan ke dalam cairan ekstrasel. Bikarbonat merupakan ion penting
dalam sistem buffer asam karbonat-bikarbonat yang berperan dalam
kesimbangan asam-basa.
Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/L. Dalam darah vena,
bikarbonat diukur melalui karbondioksida dan nilai bikarbonat normal pada
dewasa adalah 24-30 mEq/L.
7) Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
Fosfat dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan
gigi. Fosfat juga meningkatkan kerja neuromuskuler normal, berpartisipasi
dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa.
Fosfat secara normal diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal.
Konsentrtasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon parathyroid dan vitamin
D teraktivasi. Nilai normal fosfat serum adalah 2,5-4,5 mg/100 ml.

Anda mungkin juga menyukai