Anda di halaman 1dari 23

A.

Cairan dan Elektrolit

1. Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV)
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna.

2.  Volume dan Distribusi Cairan Tubuh

Volume cairan tubuh

                 Total jumlah volume cairan tubuh (total body water/TBW) kira-kira 60% dari berat badan
pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan
dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak
dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW
dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh;

Karakteristik

Volume Cairan Tubuh (Total Body Water/TBW)

Bayi baru lahir

70%-80% dari Berat Badan

Usia 1 tahun

60% dari Berat Badan


Pubertas s.d usia 39 tahun:

Pria

60% dari Berat Badan

Wanita

52% dari Berat Badan

Usia 40 s.d 60 tahun :

Pria

55% dari Berat Badan

Wanita

47% dari Berat Badan

Usia diatas 60 tahun:

Pria

52% dari Berat Badan

Wanita

46% dari Berat Badan

Sumber air tubuh

Sumber

Jumlah
Air minum

1.500 2.000 ml/hari

Air dalam makanan

700 ml/hari

Air dari hasil metabolisme tubuh

200 ml/hari

Jumlah

2.400 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa elektron)
sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vital air adalah pelarut
yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat arang, gula, dan zat
yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air
tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

Distribusi cairan

Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan (BB) dan jenis kelamin. Jumlah cairan
tergantung pada jumlah lemak tubuh, lemak tubuh tidak berair, jadi semakin banyak lemak maka
semakin kurang cairan. Air adalah komponen tubuh yang paling utama. Air merupakan pelarut bagi
semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air tubuh total (Total
Body Water/TBW) yaitu presentase dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi
menurut jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Pada orang dewasa 60% dari berat
badan adalah air (air dan elektrolit).

Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : cairan intraseluler (cairan dalam sel) dan
ruang ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih dua pertiga (2/3) dari cairan tubuh berada dalam
kompartemen cairan intraseluler, dan kebanyakan terdapat pada masa otot skelet. Pada orang
dewasa cairan intraseluler ±25 liter dengan ukuran rata-rata atau ±40 % BB. Kompartemen
ekstraseluler dibagi menjadi ruang intravaskuler, interstisiel, dan transeluler. Cairan ekstraseluler di
dalam tubuh berjumlah sepertiga (1/3) dari TBW (Total Body Water) atau sekitar 20% BB. Ruang
intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah) mengandung plasma (5%). Kurang lebih 3 liter dari
rata-rata 6 liter cairan darah terdiri dari plasma, tiga liter sisanya terdiri dari eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Ruang interstisiel mengandung cairan yang mengelilingi sel dan berjumlah sekitar 8 liter
pada orang dewasa. Cairan ini terletak di antara sel sebanyak 15%. Limfe merupakan contoh cairan
interstisiel. Ruang transeluler merupakan bagian terkecil dari cairan ekstraseluler yang mengandung
±1 liter cairan setiap waktu (1% sampai 2% BB). Contoh dari cairan transeluler adalah cairan
serebrospinal, pericardial, sinovial, intraocular, dan pleural, keringat serta sekresi pencernaan.

Cairan ekstraseluler (CES) mengelilingi dan dapat masuk ke dalam sel, membawa bahan-bahan yang
diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel dari saluran pencernaan dan paru-paru,
kemudian mengangkat sampah bekas metabolisme ke paru-paru, hepar, ginjal untuk dibuang.
Sebagai contoh plasma membawa oksigen dalam hemoglobin sel darah merah dari paru dan
membawa glukosa dari gastrointestinal ke kapiler. Oksigen dan glukosa berpindah melintasi
membran kapiler ke ruang interstisiel kemudian melintasi membran sel ke dalam sel. Plasma juga
akan membawa produk sampah seperti karbondioksida dari sel ke paru dan sampah metabolik ke
ginjal.

Cairan intestisiel merupakan bagian terbesar dari cairan ekstraseluler dan berhubungan erat dengan
plasma. Cairan ini dipisahkan dengan plasma oleh selaput kapiler, yang dapat dilalui oleh semua
bahan kecuali sel-sel dan molekul protein yang besar. Kurang lebih 93 % dari plasm adalah air,
terlarut di dalamnya sel-sel darah merah, darah putih dan trombosit.

Cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung
elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa, yang jika melebur atau
larut di dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.
Elektrolit yang mempunyai muatan positif disebut kation dan yang bermuatan negatif disebut anion.
Konsentrasi setiap elektrolit di dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda, namun jumlah total
anion dan kation dalam setiap kompartemen cairan harus sama. Elektrolit sangat penting pada
banyak fungsi tubuh, termasuk neuromuskuler dan keseimbangan asam basa.

Mineral, yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal dengan nama logam, non-logam, radikal
atau fosfat, bukan dengan nama senyawa, yang mana mineral tersebut menjadi bagian di dalamnya.
Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan
proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon syaraf, kontraksi otot, dan
metabolisme zat gizi yang terdapat dalam makanan serta mengatur keseimbangan elektrolit dan
produksi hormon, menguatkan struktur tulang. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua
jaringan hidup. Contoh sel adalah sel darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP).

Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama dalam upaya
untuk mempertahankan keseimbangan antara kedua ruang tersebut. Kehilangan cairan tubuh dapat
mengganggu keseimbangan ini.

Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompartemen utama, yaitu:

Cairan intraseluler (CIS)

CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira-kira dua per tiga dari cairan
tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). sebaliknya, hanya
setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.

Cairan ekstraseluler (CES)

CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan meningkatnya usia. Pada bayi
baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume
relatif CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. CES dibagi menjadi:

Cairan interstisiel (CIT)


Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Volume CIT kira-kira
sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

Cairan intravaskuler (CIV)

Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa
dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu adalah
plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.

Cairan transeluler (CTS)

Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan CTS meliputi cairan cerebrospinal,
pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat
bergerak ke dalam dan ke luar ruang transeluler setiap harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI)
secara normal mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.

Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 11.1. Skema jenis dan jumlah cairan tubuh

Tabel 11.1. Distribusi Cairan Tubuh

Kompartemen

(%) terhadap BB

Volume (Liter)

CIS

40

28

CES

20

14

Interstitial
(15)

(11)

Intravaskuler

(5)

(3)

Keterangan :

Untuk laki-laki dengan berat badan 70 Kg

Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler. Cairan transelular hanya 1-
2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura, intraokuler, dll.

Tabel 11.2. Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (CES) Dan Cairan Intraseluler (CIS)

Pada Dewasa Normal Terhadap BB

Usia (Tahun)

CES (% BERAT BADAN)

CIS (% BERAT BADAN)

Pria :

20-39 tahun

26,7

33,9

40-59 tahun

23,3

31,4
> 59 tahun

25,3

26,2

Wanita :

20-39 tahun

25,1

25,1

40-59 tahun

23,3

23,4

> 59 tahun

23,9

21,6

3. Fungsi cairan

Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel

Mengeluarkan buangan-buangan sel

Mmbentu dalam metabolisme sel

Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit

Membantu memelihara suhu tubuh

Membantu pencernaan

Mempemudah eliminasi

Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah putih, sel darah merah)
4.  Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan.


Pemasukan cairan berasal  dari  minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-
2.500ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan  pengeluaran cairan  melalui ginjal dalam bentuk urin 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml,
paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.

Prinsip dasar keseimbangan cairan:

Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler  dan ekstraseluler tetapi
hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.

Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam
cairan ekstraseluler atau  intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau
dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai
kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas
cairan intraseluler.  

5. Komposisi Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)

Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.

Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-
elektrolit.

Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk
saling berikatan satu sama lain(miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L) atau dengan berat molekul dalam garam
(milimol/liter, mEq/L)

Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah
natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam

Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah
klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).

Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama (lihat Tabel. 1-
2), nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan
intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan
komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini
penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-
basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara
bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.

Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur
berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin.

Tabel 11.3. Unsur Utama Kompartemen Cairan Tubuh

Unsur Elektrolit

Berat

Gram-molekul

INTRA

SELULER

EKSTRASELULER

Intravaskuler

Interstitial

Natrium (mEq/L)

23,0

10

145

142

Kalium

39,1

140

Kalsium
40,1

<1

Magnesium

24,3

50

Klorida

35,5

105

110

Bikarbonat

61,0

10

24

28

Fosfat

31,0

75

Protein (g/dl)
16

TABEL 11.4 Intake dan Outut Rata-rata Harian

INTAKE (RANGE)

OUTPUT (RANGE)

AIR (ml)

Air minum

= 1400-1800

1. Urine

= 1400-1800

Air dalam makanan

= 7000-1000

2. Feces

= 100

Air hasil oksidasi

= 300-400

3. Kulit

= 300-500

4. Paru-paru
= 600-800

TOTAL

= 2400-3200

TOTAL

= 2400-3200

Natrium (mEq)

= 70 (50-100)

Urine

= 65 (50-100)

Feces

= 5 (2-20)

Kalium (mEq)

= 100 (50-120)

Urine

= 90 (50-120)

Feces

= 10 (2-40)

Magnesium (mEq)

= 30 (5-60)

Urine

= 10 (2-20)
Feces

= 20 (2-50)

Kalsium (mEq)

= 15 (2-50)

Urine

= 3 (0-10)

Feces

= 12 (2-30)

Protein (g)

= 55 (30-80)

Nitrogen (g)

= 8 (4-12)

Kalori

= 1800-3000
Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Water Loss (IWL)

Bila ingin mengetahui Insensible Water Loss (IWL) maka dapat menggunakan penghitungan sebagai
berikut :

Dewasa = 15 cc/kg BB/hari

Anak = (30 usia (th)) cc/kg BB/hari

Jika ada kenaikan suhu :

IWL = 200 (suhu badan sekarang 36.8C)

(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)

Tabel 11.5 Jumlah Kehilangan Air Dan Elektrolit Per 100 Kcal Bahan Metabolik

Dalam Keadaan Normal Maupun Sakit

CARA HILANG

KEADAAN NORMAL

KEADAAN SAKIT

H2O

(ml)

Na

(mEq)

(mEq)

H2O

(ml)

Na

(mEq)

(mEq)

Evaporasi
1. Paru

15

10-60

2. Kulit

40

0,1

0,2

20-100

0,1-3,0

0,2-1,5

Tinja

0,1

0,2

0-50

0,1-4,0

0,2-3,0

Air Kemih
65

0,2

0-400

0-30,0

0-30,0

TOTAL

125

3,2

2,4

6. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

a.Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di
masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak  juga dipengaruhi
oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal
orangdewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan.   Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh  masalah
jantung atau gangguan ginjal.

b. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas
menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini  mengakibatkan penigkatan
haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selain itu,kehilangan cairan yang tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan
laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

c. Iklim

Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas   tidak   akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan
yang keluar umumnya tidak disadari (insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang rendah akan lebih sering
mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit. Demikian pula  pada orang yang bekerja berat
di  lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litersehari melalui
keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa  berada di
lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

d.Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan    maknan tidak
seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih  dahulu memecah simpanan
lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.

d. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis
otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormon antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.

e. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel   atau jaringan
yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita    diare  juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga  dapat   menyebabkan      ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan   penimbunan   cairan   dan   natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urin
akan   dikeluarkan dalam jumlah yang cukup  untuk menyeimbangkan cairan dan
elektrolit   serta   kadar   asam   dan   basa   dalam   tubuh.

Apabila   asupan   cairan   banyak,  ginjal   akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH


sehingga produksi urin akan  meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkan      produksi urin dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus,
retensi  natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan
ginjal   untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis. gagal
ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria
(produksi urin kurang dari  200 ml/ 24 jam).

f. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan  elektrolit
tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan
kalium.

g. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat   menyebabkan
peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defisit   cairan tubuh. Selain itu,
penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga    kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

h.Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko  tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa


klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi, sedangkan    beberapa klien lainya
justru mengalami kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan   berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

7.  Pergerakan cairan tubuh

Cairan di dalam tubuh tidak statis, tetapi mengalami pergerakan. Cairan dan elektrolit bergerak dari
satu kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam
tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam basa, dan respon
terhadap terapi obat. Pergerakan cairan dan elektrolit melalui tiga fase. Pada fase pertama plasma
darah bergerak dalam tubuh melalui sistem sirkulasi, nutrisi dan cairan diambil dari paru dan traktus
gastrointestinal. Pada fase kedua, cairan interstisiel dan komponennya bergerak diantara kapiler
darah dan sel. Pada fase ketiga cairan akan bergerak dari interstisiel ke sel. Pada arah sebaliknya,
cairan dan komponennya akan bergerak balik dari sel ke ruang interstisiel dan kemudian ke
kompartemen intravaskuler. Cairan intravaskuler kemudian akan membawa cairan ke ginjal, dimana
produk metabolik akan diekskresikan.

Kapiler dan membran seluler dalam tubuh dikenal sebagai selectively permeable, karena tidak
semua substansi bisa melewati membran ini dengan mudah. Bahan seperti glikogen dan protein
tidak bisa dengan mudah melewati kapiler dan membran seluler. Bahan organik seperti asam amino
dan glukosa dapat dengan bebas melewati membran seluler, meskipun terkadang membutuhkan
bantuan traspor aktif. Membran semipermiabel tubuh meliputi:

Membran sel : memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas lipid dan protein

Membran kapiler : memisahkan CIV dari CIT

Membran epithelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS. Contoh membran ini adalah epithelium
mukosal dari lambung dan usus, membran sinovial, dan tubulus ginjal.

Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi.
Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran sel atau kemampuan membran
untuk ditembus cairan dan elektrolit.

Difusi

Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk bergerak dari suatu area
dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi
melalui perpindahan tidak teratur (random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler dan alveoli. Proses difusi dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 11.2 Proses Difusi O2 dan CO2

Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:

Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein (misal air dan urea), maka akan
terjadi difusi sederhana

Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan karbondioksida), maka akan terjadi difusi
sederhana

Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam sel melalui substansi pembawa,
maka akan terjadi difusi dipermudah.

Faktor yang meningkatkan difusi:

Peningkatan suhu

Peningkatan konsentrasi partikel

Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel

Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi

Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi

Osmosis

Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran semipermeabel yang
berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi
solut tinggi. Membran tersebut permeable terhadap zat pelarut, tetapi tidak permeable terhadap
solut (zat terlarut), yang berupa materi partikel. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi
solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis
yang dikeluarkan oleh larutan. Konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah
substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau keduanya. Dalam osmosis ada tiga istilah
penting, yaitu:

Tekanan osmotik

Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul di
dalam larutan. Tekanan ini diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini tergantung
kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.

Tekanan onkotik

Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin), tekanan onkotik akan menjaga cairan
tetap berada di dalam kompartemen intravaskuler.

Diuretik osmotik
:

Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti
glukosa, manitol, atau agen kontras dalam urin.

Contoh osmosis adalah sebagai berikut:

Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran semipermiabel lebih besar, maka laju
osmosis akan lebih cepat sehingga terjadi percepatan transfer zat pelarut menembus membran
semipermiabel. Hal ini akan terus berlanjut sampai tercapai keseimbangan.

Osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan osmotik dan
dengan demikian akan mempengaruhi gerakan cairan. Osmolalitas juga menggambarkan konsentrasi
larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam satu liter larutan dan diukur dengan miliosmol per liter
(mOsm/L). Suatu larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma disebut isotonik. Pemberian
larutan isotonik melalui IV akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen
intrasel. Larutan hipotonik IV memiliki osmolalitas lebih rendah daripada plasma, larutan ini akan
mengakibatkan air berpindah ke dalam sel. Larutan hipertonik memiliki osmolalitas lebih tinggi dari
plasma, sehingga membuat air keluar dari sel.

Perubahan osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume cairan


ekstraseluler dan intraseluler.

Penurunan osmolalitas CES ------gerakan air dari CES ke CIS

Peningkaan osmolalitas CES-----gerakan air dari CIS ke CES

Air akan terus bergerak sampai osmolalitas dari kedua kompartemen mencapai ekuilbrium.

Transpor aktif

Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang
lebih besar dari sel tersebut, selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah
berkonsentrasi tinggi. Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari larutan dengan
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Transport aktif ditingkatkan oleh molekul pembawa
(carrier molecule) yang berada di antara sel, yang akan mengikat diri mereka sendiri dengan molekul
yang masuk ke dalam sel. Transport aktif merupakan mekanisme sel-sel yang mengabsorbsi glukosa
dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolik. Contoh transport aktif adalah
pompa natrium dan kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam
sel, melawan gradien konsentrasi.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
Fase I :

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil
dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

Fase II :

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

Fase III :

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel
pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Filtrasi

Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang dapat larut secara bersamaan
sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler,
tempat perbedaan tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit,
dan substansi terlarut lain yang berada di antara cairan kapiler dan cairan interstisiel. Perpindahan
terjadi dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah.

Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu liquid di dalam sebuah ruangan.
Darah dan cairan arteri akan memasuki ruang kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari
tekanan interstisiel, sehingga cairan dan solut berpindah dari kapiler menuju sel. Pada ujung
bantalan vena kapiler, cairan dan produk-produk sisa metabolisme berpindah dari sel menuju
kapiler , karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.

8.  Pengaturan cairan

Air penting untuk kehidupan, orang dapat hidup beberapa minggu tanpa makanan, tetapi hanya
dapat hidup beberapa tanpa air. Air mempertahankan volume darah, mengatur suhu, mengantarkan
elektrolit dan nutrien ke dan dari sel, dan merupakan bagian dari banyak reaksi biologis. Secara
kimiawi, air dan elektrolit bekerja sama untuk mempertahankan keseimbangan air. Masukan air
diatur melalui sensasi haus, air dan elektrolit secara terus-menerus hilang dan diganti.
Keseimbangan air diatur terutama oleh ginjal yang berespon terhadap konsentrasi solut yang
terdapat dalam cairan tubuh yang telah disaring.

Pada kondisi normal, intake cairan mengimbangi kehilangan cairan. Kondisi sakit keseimbangan
cairan akan mengalami gangguan, sehingga akan terjadi tubuh kekurangan cairan atau kelebihan
cairan. Secara normal, kehilangan cairan terjadi untuk mempertahankan fungsi tubuh. Kehilangan
cairan itu bisa melalui udara pernafasan, penguapan dari kulit, pengeluaran dari ginjal sebanyak 500
ml, dan cairan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sampah metabolik. Total pengeluaran perhari
kira-kira 1300 ml perhari.

Kandungan air tubuh yang aktual tergantung dari variabel, seperti umur, jenis kelamin, komposisi
tubuh, dan proses penyakit. Orang dewasa terdiri dari kira-kira 60 % air, bayi kira-kira 77 %. Wanita
mempunyai kandungan air yang sangat sedikit daripada pria karena jumlah lemak yang lebih
banyak. Terdapat hubungan terbalik antara air tubuh dan jaringan adipose (lemak), makin banyak
jaringan adipose, makin sedikit air tubuh. Banyak proses penyakit mempengaruhi air tubuh,
contohnya gagal ginjal, gagal jantung kongestif, dan disfungsi gastrointestinal. Kondisi abnormal ini
mempengaruhi konsentrasi elektrolit yang terdapat dalam CIS dan CES dan menyebabkan
perpindahan cairan antar kompartemen.

Sejumlah mekanisme homeostatik bekerja tidak hanya untuk mempertahankan konsentrasi


elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga volume cairan total tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang
masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar system organ. Yang banyak berperan
adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-
paru.

Ginjal

Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit tubuh. Total body water
(TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang disimpan oleh ginjal. Ginjal sendiri
diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan fungsinya. Fungsi utama ginjal dalam
mempertahankan keseimbangan cairan adalah:

Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selektif cairan tubuh.

Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan dan
ekskresi selektif substansi yang tidak dibutuhkan

Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen

Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik,

Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya umur.

Kardiovaskuler

Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk
menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal, sehingga akan
mengganggu pengaturan air dan elektrolit.

Paru-paru

Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa normal.
Kondisi-kondisi abnormal, seperti hiperpnea (respirasi dalam yang abnormal) atau batuk yang terus
menerus meningkatkan kehilangan air, ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan
kehilangan air. Paru-paru mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-
basa. Perubahan pada proses penuaan yang normal menghasilkan penurunan fungsi pernafasan,
menyebabkan kesukaran dalam pengaturan pH pada individu usia lanjut yang menderita penyakit
gawat atau mengalami trauma.

Kelenjar pituitari

Hipotalamus menghasilkan suatu substansi antidiuretik hormon (ADH), yang disimpan dalam
kelenjar pituitary posterior dan dilepaskan jika diperlukan. Fungsi ADH termasuk mempertahankan
tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan
mengatur volume darah.

Kelenjar adrenal
Aldosteron, suatu mineralkortikoid yang disekresikan oleh zona glumerosa dari korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan retensi natrium dan kehilangan kalium, sebaliknya
penurunan sekresi aldosteron menyebabkan kehilangan natrium dan air serta retensi kalium.

Kelenjar parathyroid

Kelenjar parathyroid yang terletak di sudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsium dan
fosfat melalui hormon parathyroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari
usus halus, dan resorpsi kalsiumdari tubulus ginjal.

                                          

Anda mungkin juga menyukai