Anda di halaman 1dari 36

Hasanah619's Blog

November 13, 2009


KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Filed under: Gizi Dasar — hasanah619 @ 6:32 pm

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis
dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

A. Komposisi Cairan Tubuh

Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)

1.  Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh
seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).

2.  Solut (substansi terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu berupa
elektrolit dan non-elektrolit.

 Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan


menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan
diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (mEq/L) atau
dengan berat molekul dalam garam (mmol/L). Jumlah kation dan anion, yang diukur
dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. Bila garam larut dalam air, misalnya
garam Nacl, akan terjadi disosiasi sehingga terbentuk ion-ion bermuatan positif dan
negatif. Ion positif dinamakan kation, sedangkan ion negatif dinamakan anion. Ion
mengandung muatan listrik dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air
dan garam dalam keadaan disosiasi dinamakan larutan elektrolit. Dalam semua
larutan elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion dan kation.
o Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama
adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
o Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama
adalah ion fosfat (PO43-).
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh
memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan klorida) dan didalam sel
(terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Molekul air, karena bersifat polar, menarik
elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit bermuatan negatif,
sedangkan hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan
elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif menarik molekul air disekitarnya.

 Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

B. Kompartemen Cairan

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg,
Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase
ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas (Guyton & Hall,
1997)

 Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total

Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan
tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya,
hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

 Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total

Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada
bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume
relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan
15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).

Cairan Ekstraseluler terdiri dari :

 Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang
dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding
orang dewasa.
 Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah.
Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume
darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut
adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau
eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel
darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada
orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-
faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :

–       Pengiriman nutrien (misal ; glokusa dan oksigen) ke jaringan

–       Transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru


–       Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi

–       Transpor hormon ke tempat aksinya

–       Sirkulasi panas tubuh

 Cairan Transelular (CTS)

Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi
cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi
lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan
dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh,
saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-
hari.

Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

C. Fungsi dan Kebutuhan Cairan Tubuh

Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari
bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung jumlah lemak
yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.

Prosentase Total Cairan Tubuh Dibandingkan Berat Badan


Distribusi Cairan Tubuh

Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (Ces) Dan Cairan Intraseluler (Cis) Pada Dewasa
Normal Terhadap Berat Badan

Maxwell, Morton H.
Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.

Bagi manusia, air berfungsi sebagai bahan pembangunan disetiap sel tubuh. Cairan manusia
memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu untuk mengontrol suhu tubuh dan menyediakan
lingkungan yang baik bagi metabolisme. Cairan tubuh bersifat elektrolit (mengandung atom
bermuatan listrik) dan alkalin (basa). Dengan demikian air digunakan dalam tubuh sebagai
pelarut, bagian dari pelumas, pereaksi kimia, mengatur suhu tubuh, sebagai sumber mineral,
serta membantu memelihara bentuk dan susunan tubuh. Air yang dibutuhkan manusia berasal
dari makanan dan minuman serta pertukaran zat dalam tubuh.

Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu :

 Pelarut dan alat angkut. Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang
diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
 Katalisator. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk didalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.
 Pelumas. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
 Fasilitator pertumbuhan. Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk
pertumbuhan. Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.
 Pengatur suhu. Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang
peranan dalam mendistribusikan panas didalam tubuh.
 Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan dalam
kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.

Kebutuhan air sehari dikatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan
tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1.0-1.5
ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1.5 ml/kkal.

D. Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan
intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan
berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler
terdiri atas cairan interstisial atau intraseluler (sebagian besar) yang terdapat disel-sel dan
cairan intravaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan
mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen
dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostatik / tetap. Keseimbangan cairan di
tiap komportemen menentukan volume dan tekanan darah.

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi
kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan
komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel. Mineral makro terdapat dalam
bentuk ikatan garam yang larut dalam cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur kemana garam
harus bergerak dengan demikian menetapkan kemana cairan tubuh harus mengalir, karena
cairan mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan
keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap
waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi
(kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri
atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air
didalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru. Keseimbangan air rata-
rata berupa masukan dan ekskresi dapat dilihat pada tabel berikut :

Masukan Air Jumlah (ml) Ekskresi /Keluaran Jumlah (ml)


Air
Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400
Makanan 700-1000 Kulit 450-900
Air metabolik 200-300 Paru-paru 350
Feses 150
Jumlah 1450-2800 1450-2800

Sumber : Almatsier (2001) disitasi dari Whitney et al. (1993) Understanding Nutrition

Air dibuang dari tubuh melalui air seni, keringat, dan penguapan air melalui alat pernapasan
yaitu sebagai sarana transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh akan
selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan nafas. Tubuh akan
kehilangan cairan sekitar 2.5 liter setiap hari. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan
tubuh tidak terganggu, kehilangan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup
mendapatkan air atau kehilangan air maka akan menimbulkan dehidrasi.

Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu fungsi normal
organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air
kurang atau keluaran air berlebihan. Dehidrasi karena keluaran air berlebihan disebabkan
oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik.

Pada aktivitas fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar
(60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya berolahraga,
kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%) dikeluarkan melalui keringat.
Banyaknya air yang hilang tergantung pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan
kelembaban. Makin besar intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar
kehilangan air.

Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari
berat badan dapat menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat
terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya
kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air, dehidrasi
menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60
mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan
mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.

Dehidrasi akan mengakibatkan menurunnya volume plasma sehingga menimbulkan


gangguan termoregulasi dan kerja jantung. Selanjutnya akan mempengaruhi kinerja tubuh
secara keseluruhan. Dehidrasi juga menurunkan kemampuan sistem kardiovaskuler dan
pengaturan suhu tubuh. Dehidrasi berat menyebabkan kerja otak terganggu sehingga
cenderung mengalami halusinasi.

Rehidrasi dengan memberikan air minum biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan
elektrolit. Air minum biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke
CIS. Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipoosmolaritas CES dan
menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang
dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus mengandung
elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.

E. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit

Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila
terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari
makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi
semua mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi
garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika
(ADH), Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air
dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut.

Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :

Ginjal                                                                                            Otak

ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah
atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap air
kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan
tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume
darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin
mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah
akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar
adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya
bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :

1.  Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan
disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2.  Jenis kelamin

Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh

3.  Sel-sel lemak

Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh

4.  Stres

Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine

5.  Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan

6.  Temperatur lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari

7.  Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.

DAFTAR PUSTAKA

Yuniastuti, ari, 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta

Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta


http//. www. keperawatankita.wordpress.com weblog

http://www.lokasifitness.com

Tentang iklan-iklan ini


Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan sebuah Komentar »


Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan Balasan

 Arsip
o Januari 2010 (2)
o Desember 2009 (2)
o November 2009 (1)
o Oktober 2009 (4)
 Gizi dalam Siklus Kehidupan 2 Gizi Dasar Mikrobiologi Makanan
Penilaian Status Gizi
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

 Ikuti

Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa

oleh: Kuntarti, S.Kp., M. Biomed #

Pendahuluan

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-
laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh
sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut
homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan
keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan


mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.

Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih
kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara
individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa,
cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini
relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh
berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan
ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES
atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari
total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati
oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu
cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na + dan Cl- terutama
terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak
tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan
intrasel dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan
normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi
perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Perpindahan Substansi Antar Kompartmen

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi
zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat
tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk
substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.

Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif
membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

Difusi

Partikel (ion atau molekul) suatu substansi  yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut
difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum
Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.


2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.

Osmosis

Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat
pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini
disebut dengan osmosis.

Filtrasi

Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.

Transport aktif

Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif
dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang.

 Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange,
pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange,
pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi
di kapiler ginjal.
 Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan
cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.

ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi
Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain
sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium
jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium
dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal. 

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang
tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.

pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

 Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang
pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara
keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa
recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis
air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.
Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada
tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di
keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

 Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di


hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan
berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di
duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke
vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.

selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas


cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk
perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit


diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di
atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume
natrium dan air.

perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain
yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

Keseimbangan Asam-Basa

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan
tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH
<7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama
diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat.
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:

1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. mempengaruhi konsentrasi ion K

bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:

1. mengaktifkan sistem dapar kimia


2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar:

1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk


perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion
H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
amonia.

Ketidakseimbangan Asam-Basa

 Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:

1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan


H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H
menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru,
diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi
asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi
karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis.
Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.

untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan


dan ginjal sangat penting.

KESIMPULAN

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume


cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga
turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan
ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
“KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT”

1.Konsep Dasar
1.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.2 Proportion Of Body Fluid


Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa
hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No. Umur Prosentase
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun) 60 %
b.Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam
sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada
di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler
dan 1-2 % transeluler.

1.3 Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg+
+), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang
lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas
listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-
muatan positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci
dalam tabel di bawah ini :

No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler


Plasma Interstitial
1. Kation :
• Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
• Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
• Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
• Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq

2. Anion :
• Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
• Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
• Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
• Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
• Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

a. Kation :
• Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium
di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.

• Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

• Calcium (Ca++) :
- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk
membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion :
• Chloride (Cl -) :
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan natrium
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
- Sumber : garam dapur

• Bicarbonat (HCO3 -) :
Bagian dari bicarbonat buffer sistem
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH.

• Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :


- Bagian dari fosfat buffer system
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

1.4 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah
dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel
dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah
tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air
terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan
konsenterasi zat terlarut yang tinggi.

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi
dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan
transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah
satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian
cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi
air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler,
terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama
disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial
disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan
dinamis atau homeostatis.

1.5 Regulating Body Fluid Volumes


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan
fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).


1. 3 hari 3,0 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama
dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang
setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per
24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per
hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

1.6 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan
5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

1.7 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
• Volume
• Osmolalitas
• Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan
menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama,
sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan


menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak
seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia
sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai
perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik
sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh
isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama.
Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk
kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang
dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.

• Kelebihan Volume ECF :


Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan
pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial
sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan.
Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional


Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.
Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar
natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.
Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan
5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

2. Proses Keperawatan
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di
ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

2.4 Evaluasi/Kreteria hasil :


Kreteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.

# Rujukan :

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition,
Addison Wsley Nursing, California, 1995

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition,


Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.
2
Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dal
am tubuh meliputi lebih kurang
60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan
tubuh ini bervariasi antara individu
sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wa
nita dewasa, cairan tubuh
meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, pr
osentase ini relative lebih
besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel
. Dua pertiga bagian (67%) dari
cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS)
dan sepertiganya (33%) berada di luar
sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intrav
askuler atau plasma darah yang meliputi
20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersis
ial yang mencapai 80% CES atau
5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut,
ada kompartmen lain yang
ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, v
olumenya diabaikan karena kecil, yaitu
cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencer
naan, dll. Ion Na
+
dan Cl
-
terutama
terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K
+
di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak
dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit
dibandingkan dengan intrasel dan
plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjad
i karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intr
asel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial den
gan plasma. Dalam keadaan
normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan da
n elektrolit antar kompartmen.
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah
satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terja
di keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran ya
ng membatasi mereka. Setiap zat
yang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran ters
ebut. Bila substansi zat
3
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut per
meabel terhadap zat tersebut.
Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak perme
able untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selekti
f) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara akt
if atau pasif. Transport aktif
membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan ene
rgi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut sel
alu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindah
an partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan ses
uai dengan hukum Fick (
Fick’s
law of diffusion
). Faktor-faktor tersebut adalah:
1.
Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2.
Peningkatan permeabilitas.
3.
Peningkatan luas permukaan difusi.
4.
Berat molekul substansi.
5.
Jarak yang ditempuh untuk difusi
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam
larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan v
olume yang sama. Hal ini
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air
akan menurun.
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semi
permeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terl
arut, maka terjadi perpindahan air/
zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut ya
ng rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seper
ti ini disebut dengan osmosis.
4
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua
ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan t
inggi ke daerah bertekanan rendah.
Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi
filtrasi ini disebut
tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang
telah berdifusi secara pasif dari
daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentras
inya lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: Pompa
Na-K.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) paramet
er penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel
. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengo
ntrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam ur
in sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
1.
Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan t
ekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cai
ran ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak
volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengatura
n tekanan darah jangka
panjang.
5
Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara
sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (
intake & output
) air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih t
etap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dala
m tubuh. Hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan an
tara tubuh dengan lingkungan
luarnya.
Water turnover
dibagi dalam:
1.
External fluid exchange
, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar. (Gambar 3)
1.1. Pemasukan air melalui makanan dan minuman
2200 ml
ai
r metabolisme/oksidasi 300 ml
-------------
2500 ml
1.2. Pengeluaran air melalui
insensible loss
(paru-paru & kulit) 900 ml
ur
in
1500 ml
f
eses
100 ml
-------------
2500 ml
2.
Internal fluid exchange
, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses
filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga per
lu dipertahankan
sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya
adalah seseorang
hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia
konsumsi sehingga sesuai
dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam
sesuai dengan seleranya
dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang diko
nsumsi harus
diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan
garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan c
ara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi
dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/
Glomerulus Filtration Rate(GFR)
.
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginja
l
6
Jumlah Na
+
yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan m
engontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na
+
dan
retensi Na
+
di tubulus distal dan
collecting
. Retensi Na
+
meningkatkan retensi air
sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan
tekan
an darah
arteri .
Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron,
Atrial Natriuretic Peptide
(ANP) atau
hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air
. Hormon ini disekresi oleh
sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkata
n volume plasma.
Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal
meningkatkan eksresi urin
sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut
(zat terlarut) dalam suatu
larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konse
ntrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan be
rpindah dengan cara osmosis
dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentra
si air lebih tinggi) ke area yang
konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih re
ndah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentra
si solut yang tidak dapat menembus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium
merupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan
penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cair
an intrasel, ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan in
trasel. Distribusi yang
tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua ko
mpartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakuk
an melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron
7
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi pe
rubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan keadaan c
airan tubuh
secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasil
kan cairan yang isosmotik
di tubulus proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle
pars desending sangat
permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabs
orbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan
di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap
air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsor
bsi garam tanpa
osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal da
n duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus kol
igen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang
dibentuk di
duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter
juga bergantung
pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic ho
rmone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan m
erangsang osmoreseptor
di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypo
thalamus yang
menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hi
pofisis posterior ke dalam
darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ika
tan vasopressin
dengan resptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin,
yaitu kanal air di
membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini me
mungkinkan
terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini me
nyebabkan urin yang terbentuk di
duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehin
gga cairan di dalam
tubuh tetap dapat dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus ak
ibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat
haus di hypothalamus
sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dal
am tubuh kembali
normal.
8
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektr
olit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektro
lit diperankan oleh
system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di
arkus aorta dan sinus karotiikus,
osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau resept
or regang di atrium.
Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berpera
n saat tubuh mengalami
kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan V
asopresin/ ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika t
erjadi peningkatan volume
cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatka
n ekskresi volume
natrium dan air .
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi p
ada beberapa keadaan. Sebagai
contoh
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan el
ektrolit diantaranya
ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit.
Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan ko
nsentrasi ion H bebas
dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah
arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45
dikatakan alkalosis. Ion H
terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. I
on H secara normal dan kontinyu
akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1.
pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi m
enjadi ion H dan
bikarbonat
2.
katabolisme zat organik
3.
disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, mis
alnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam
ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.
9
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fun
gsi normal sel, antara lain:
1.
perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi
depresi susunan saraf pusat,
sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2.
mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3.
mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusah
a mempertahankan ion H seperti
nilai semula dengan cara:
1.
mengaktifkan sistem dapar kimia
2.
mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3.
mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1.
Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel
teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2.
Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel.
3.
Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit
untuk perubahan asam
karbonat.
4.
Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan
cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-ba
sa sementera. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengont
rolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap
perubahan kadar ion H dalam
darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan,
kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan terseb
ut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan io
n H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat
dan ammonia
Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1.
Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akiba
t hipoventilasi. Pembentukan
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentr
asi ion H.
2.
Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang be
rlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion
H menurun.
3.
Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh ganggu
an ventilasi paru.
Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat
, dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat se
hingga kadar ion H
bebas meningkat.
4.
Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam p
lasma karena defisiensi
asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningka
t. Hal ini terjadi
karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum oba
t-obat alkalis.
Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk m
enetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fu
ngsi pernapasan dan
ginjal sangat penting.
Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) paramet
er penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel
. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengo
ntrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam ur
in sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
11
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan
asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan
. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru de
ngan mengekskresi ion
hidrogen dan CO
2
, dan sistem dapar (
buffer
) kimia dalam cairan tubuh.
Daftar Pustaka
1.
Sherwood, Lauralee. (2004).
Human physiology: From cells to systems.
5
th
ed.
California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.
2.
SIlverthorn, D.U. (2004).
Human physiology: An integrated approach.
3
rd
ed. San
Francisco: Pearson Education

Anda mungkin juga menyukai