PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air (HO) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik
dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air beserta unsur-unsur di dalamnya yang
diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh dan cairan ini sebagian
berada di dalam dan sebagian di luar sel. Air membentuk sekitar 60% dari total
berat badan orang dewasa. Pada orang tua, air tubuh total (TBW, Total Body
Water) 40-50% dari berat badannya. Namun, bergantung kepada kandungan
lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai presentase ini dapat bervariasi
antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Oleh karena itu, tubuh yang
terlatih dan terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan
mengandung lebih banyak air jika di bandingkan tubuh non-atlet.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara
lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau
jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah
sel-sel jaringan seprti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk
memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air
untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan
estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh
orang dewasa akan kehilangan 2,5 liter cairan perharinya. Sekitar 1.5 liter cairan
tubuh keluar melalui urine, 500ml melalui keluarnya keringat, 400ml keluar
dalam bentuk uap air melalui proses respirasi ( pernasafan ) dan 100ml keluar
bersama feses (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10
gelas ( 1 gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan
kebutuhan cairan perhariannya. Secara prposional, wanita mengandung lebih
banyak lemak dan sedikit otot dibandingkan dengan laki-laki, sehingga
kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya. Karena
memang pada dasarnya lemak itu bebas air, maka makin sedikit
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
pendarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
2.
3.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Susunan Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis
didalam tubuh. Dapat dikatakan, kemampuan kita untuk bertahan hidup sangat
tergantung dari cairan yang terdapat dalam tubuh kita. Oleh karena itu, terdapat
berbagai mekanisme yang berfungsi untuk mengatur volume dan komposisi cairan
tubuh agar tetap dalam keadaan seimbang atau disebut juga dalam keadaan
homeostasis. Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mensuplai berbagai bahan
yang penting melalui darah keseluruh jaringan. Sistem-sistem lainya seperti ginjal,
paru-paru dan hati berfungsi untuk menjaga jumlah dan komposisi caiaran tubuh
agar selalu dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara
cairan yang ada dalam tubuh dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka akan
terjadi ketidak seimbangan atau terjadi gangguan pada berbagai system yang
berhubungan dengan kebutuhan cairan tersebut. Kelainan tersebut dapat berupa
kelebihan caiaran maupun kekurangan cairan. Cairan yang kita bahas adalah
caiaran tubuh yang salah satu komposisinya adalah elektrolit, dimana cairan
tersebut menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel.
Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsur didalamnya diperlukan untuk
kesehatan sel. Cairan ini sebagian berada di luar sel (ekstraselular) dan yang
sebagian lagi berada di dalam sel (intraselular). Sel membangun tubuh secara
sederhana yang hidup dalam laut interna yang merupakan cairan ekstra sel (CES)
yang dibungkus oleh kulit tubuh. Dari cairan ini sel menerima oksigen dan bahan
makanan, ke dalam cairan ini juga sel mengeluarkan sampah metabolisme. Cairan
ekstrasel bergerak secara tidak tetap di seluruh tubuh dan cepat bercampur dengan
sirkulasi darah, difusi darah dan cairan jaringan. Dalam cairan ekstrasel terdapat
ion dan zat gizi yang diperlukan oleh sel untuk pemeliharaan fungsi sel. Sel tubuh
hidup, tumbuh dan melakukan fungsi khusus selama terjadinya konsentrasi
oksigen, glukosa, berbagai ion asam amino, dan asam lemak yang sesuai dengan
lingkungan interna.
Cairan tubuh dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Cairan intraseluler (CIS): cairan
dlm sel (60% air tubuh) 2. Cairan ekstraseluler (CES): cairan luar sel (40% air
tubuh) Ces dibagi menjadi: a. Cairan interstisial (CIT): cairan disekitar sel (20%
cairan ekstra seluler) b. Cairan intravaskuler (CIV) : cairan dlm pembuluh darah
(80% cairan ektraseluler) c. Cairan transeluler (CTS) : cairan yg terkandung di
dlm rongga khusus dari tubuh (jumlah kecil, sering diabaikan) Di dalam tubuh
manusia terdapat empat macam cairan, yaitu: 1. Cairan Empedu Sifatnya panas
kering yang berasal dari unsur api alami. Letaknya dalam empedu manusia. 2.
Cairan Darah Sifatnya panas lembab yang berasal dari unsur udara alami.
Letaknya dalam hati manusia. 3. Cairan Lendir Sifatnya dingin lembab yang
berasal dari unsur air alami. Letaknya dalam paru-paru. 4. Cairan Empedu Hitam
Sifatnya kering yang berasal dari unsur tanah alami. Letaknya dalam limpa kecil
(spleen) Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki
dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan
jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh
meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase
ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga
bagian (67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan
sepertiganya (33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan
intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat
badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat
badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang
ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena
kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll.
Ion Na+dan Cl-terutama terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+di
cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena
jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena
adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan
intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan
cairan
intersisial
dengan
plasma.
Dalam
keadaan normal,
terjadi
keseimbangan kembali.
keseimbangan
cairan
perlu
memperhatikan
(dua)
2200 ml
300 ml
------------2500 ml
900 ml
urin
1500 ml
feses
100 ml
------------2500 ml
sehingga
asupan
garam
sama
dengan
keluarannya.
Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan
atrium
jantung
jika
mengalami
distensi
akibat
partikel solut
(zat
solute
atau
semakin rendah
konsentrasi
air
dalam
larutan
tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis dari area yang konsentrasi
solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak
dapat menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium
merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama
yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.
Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari
ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen
ini.
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal ( 300 mOsm). Dinding
tubulus ansa Henle pars desending sangat permeable terhadap air, sehingga di
bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini
menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan
secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi
garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan
duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan
duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).
Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke
pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
tersebut
permeabel
menembusnya, maka
terhadap
zat
tersebut. Jika
tidak
dapat
dapat
melaluinya
tetapi
partikel
lain
tidak
dapat
2.3.1 Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang
lebih
tersebut merata.
yang konsentrasinya
rendah ke daerah
yang
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengaturan
keseimbangan
cairan
perlu
memperhatikan
(dua)
DAFTAFR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta.
EGC
Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elekrolit, Asam dan Basa. Jakarta :
Universitas Indonesia
Malik, Al. 2008. Pengertian dan Devinisi Tekanan Hidrostatik. Tersedia pada:
Mil, Athe. 2010. Gangguan Keseimbangan CEU dan CIV. Tersedia pada:
Dosen Pengampu:
Ria R, Ners
Oleh:
1. Khusnul Khotimah (11620072)
2. Nadia Hidayati Rohmana ( 11620043)
3. Syaipul Rijal P ( 116200)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014