Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ANALISIS JURNAL

Pengaruh Terapi Akupresur pada Insomnia dan Pusing diantara Pasien yang Menjalani
Hemodialisa

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Cica Fikrotun Aen 421J0015

Mutiara 421J0026

Nur Dzakaria. P 421J0084

Dwiyanto Rivaldi. K 421J0084

Sriyana Dewi 421J0027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA

CIREBON

2021

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ......................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 3
A. Latar Belakang.................................................................................. 3
B. Rumusan masalah.............................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 5
2.1.................................................................................................Definisi 5
2.2...............................................................................Prinsip Hemodialisa 5
1. Proses Difusi............................................................................. 5
2. Proses Ultrafiltrasi.................................................................... 6
3. Proses Osmosis......................................................................... 6
2.3...............................................................................Tujuan Hemodialisa 6
2.4.............................................................................Indikasi Hemodialisa 6
2.5..................................................................Kontraindikasi Hemodialisa 7
2.6...................................................................Efek Samping Hemodialisa 7
2.7...................................................Komplikasi Pada Pasien Hemodialisa 7
1. Komplikasi akut........................................................................ 7
2. Komplikasi kronis..................................................................... 8
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS............................................................ 9
A. Indetitas Jurnal.................................................................................. 9
B. Isi Jurnal............................................................................................ 9
C. Pembahasan....................................................................................... 9
D. Kritik terhadap Jurnal ....................................................................... 9
E. Manfaat Keperawatan....................................................................... 10
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 11
A. kesimpulan........................................................................................ 11
B. Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Di
Amerika Serikat, diperkirakan pada tahun-tahun mendatang, prevalensi CRF akan meningkat, dan
lebih dari dua juta orang diperkirakan akan menerima terapi penggantian ginjal pada tahun 2030.
CRF menginduksi penurunan fungsi ginjal yang lambat dan progresif. Faktanya, pada CRF,
terjadi penurunan bersihan ginjal atau laju filtrasi glomerulus yang stabil dan berkelanjutan, yang
menyebabkan akumulasi urea, kreatinin, dan bahan kimia lain dalam darah yang dapat
menyebabkan komplikasi serius; Oleh karena itu, pasien ini memerlukan pengobatan yang lama
berupa terapi pengganti ginjal (Amindkk., 2014).
Hemodialisis (HD) adalah salah satu metode terapi pengganti ginjal yang praktis dan
aman, karena dapat meredakan gejala dengan menghilangkan urea, kreatinin, dan air bebas dari
darah. Meskipun HD adalah metode paling umum untuk mengobati gagal ginjal, pasien yang
menjalani HD masih memiliki berbagai masalah dan komplikasi seperti gatal, mual, muntah,
hipotensi, pusing, dan gangguan tidur (Shim dan Cho, 2017).
Insomnia dianggap sebagai gangguan tidur utama di antara pasien HD. Ini didefinisikan
sebagai sensasi subjektif yang ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut: kesulitan tidur
(tidur), , bangun pagi, atau kualitas tidur yang buruk, Dalam kebanyakan kasus, diagnosis
insomnia didasarkan pada adanya gejala-gejala ini setidaknya selama tiga hingga empat kali
seminggu selama beberapa minggu (Hamzidkk., 2017). Salah satu konsekuensi jangka pendek
dari insomnia adalah pusing yang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
berbagai sensasi disorientasi nonspesifik, seperti merasa pusing, pingsan, pusing, dan lemah atau
goyah. Tingkat keparahan pusing dan masalah yang berhubungan dengan tidur terkait erat satu
sama lain (Kimdkk., 2018).
Insomnia dan pusing dapat diobati dengan terapi farmakologis atau nonfarmakologis.
Terapi akupresur adalah teknik kelima yang paling umum digunakan dalam pendekatan kesehatan
komplementer. Ini adalah modalitas pengobatan dalam pengobatan tradisional Tiongkok dan
varian noninvasif dari bentuk akupunktur (Yeungdkk., 2018). Ini didasarkan pada stimulasi
meridian (jaringan jalur energi di seluruh tubuh) untuk meningkatkan aliran energi, kemudian
mengubah pengalaman gejala. Selain itu, membantu meredakan stres dan ketegangan,
mengendurkan otot dan persendian, meningkatkan kualitas tidur, meredakan nyeri kronis,
meminimalkan sakit kepala, serta mengobati gejala pusing dengan mengembalikan keseimbangan

3
aliran energi dalam tubuh. Oleh karena itu, dengan cepat mendapatkan penerimaan sebagai
bentuk terapi yang aman, hemat biaya, non-invasif, dan nonfarmakologis (Carotenutodkk., 2013;
mehtadkk., 2017).
Perawat di unit dialisis dianggap sebagai salah satu anggota tim multidisiplin yang
memainkan peran penting dalam mengurangi tingkat insomnia dan pusing di antara pasien HD
dengan menilai pola dan kualitas tidur (durasi yang cukup; waktu yang tepat; keteraturan dan
tidak adanya gangguan tidur) juga, dengan menilai aktivitas, istirahat dan sirkulasi darah sebagai
indikator pusing (Taha dan Ali, 2015). Sebenarnya, sangat penting bagi perawat untuk
menunjukkan dengan tepat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola dan kualitas tidur pasien
tersebut dan mengembangkan rencana untuk mengurangi gangguan tidur mereka. Selain itu,
perawat harus menyadari terapi nonfarmakologis seperti akupresur untuk memberikan intervensi
yang tepat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek terapi
akupresur pada insomnia dan pusing di antara pasien yang menjalani HD .

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud Hemodialisis?
b. Bagaimana prinsip hemodialisa?
c. Bagaimana tujuan hemodialisa?
d. Apa indikasi hemodialisa?
e. Bagaimana kontraindikasi hemodialisa?
f. Apa efek samping hemodialisa?
g. Apa komplikasi pada pasien hemodialisa?

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Hemodialisa berasal dari kata hemo artinya darah, dan dialisa artinya pemisahan zat-zat
terlarut. Hemodialisa merupakan proses untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari
dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsinya dengan baik (terjadi kerusakan
pada ginjal). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisa jangka pendek beberapa hari hingga beberapa minggu
atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD; end-stage renal disease) yang
membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen (Sudoyo, 2009).

Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk


mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2013).

Hemodialisa yang dilakukan diluar tubuh, darah dikeleuarkan dari tubuh melalui sebuah
kateter arteri, kemudian masuk ke dalam sebuh mesin besar, di dalam mesin tersebut terdapat dua
ruang yang dipisahkan oleh sebuah membran semipermaebal. Darah dimasukkan ke salah satu
ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan perdialisis dan diantara keduanya akan terjadi
difusi (Corwin, 2009).

2.2 Prinsip Hemodialisa

Dialisis berkesinambungan merupakan terapi pengganti (replacement treatment) pada klien


CRF stadium terminal. Dialisis digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk-produk sampah
dari dalam tubuh saat ginjal tidak dapat melakukanya lagi. Prinsip hemodialisis adalah
menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat yang dipisahkan oleh suatu membrane
(selaput tipis) yang disebut membrane semi permeable. Membrane hanya dapat dilalui oleh
air dan zat tertentu (zat sampah) dengan BM kecil sampai sedang. Ada 3 prinsip dasar dalam HD
yang bekerja pada saat yang sama yaitu (Pardede, 2009):

1) Proses Difusi

Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena adanya
perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi
dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan
molekul/zat ini melalui suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen
darah dan kompartemen dialisat. Proses difusi dipengaruhi oleh :

a. Perbedaan konsentrasi

5
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)

c. QB (Blood Pump)

d. Luas permukaan membran

e. Temperatur cairan

f. Proses konvektik

g. Tahanan / resistensi membran

h. Besar dan banyaknya pori pada membran

i. Ketebalan / permeabilitas dari membrane

2) Proses Ultrafiltrasi

Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat perbedaan
tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan
hidrostatik /ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah ke
kompartemen
dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah (positive
pressure) dan tekanan negatif dalam kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut
TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.

3) Proses Osmosis

Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan
osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada
peritoneal dialysis (Haryati, 2010).

2.3 Tujuan Hemodialisa

Tujuan dari hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah klien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh
klien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
Bagi penderita Penyakit Ginjal Kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian,
hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup klien (Pardede, 2009).

2.4 Indikasi Hemodialisa

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang memerlukan terapi dialisis
jangka pendek atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi jangka
panjang / permanen (Smeltzer et al., 2008). Indikasi dilakukan hemodialisis pada penderita gagal
ginjal adalah :

6
1) Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15ml/menit;

2) Hiperkalemia;

3) Kegagalan terapi konservatif;

4) Kadar ureum lebih dari 200mg/dl;

5) Kelebihan cairan;

6) Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali.

2.5 Kontraindikasi Hemodialisa

Menurut PERNEFRI (2013), kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin


didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan
koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer,
demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut.

2.6 Efek Samping Hemodialisa

Menurut James (2010) efek samping yang lazim dialami oleh pasien dengan Hemodialisa
adalah sebagai berikut :
a) Kram otot
b) Masalah tidur
c) Masalah dermatologi
d) Anemia
e) Kelebihan cairan
f) Hiperkalemia
g) Amilodosis
h) Depresi

2.7 Komplikasi Pada Pasien Hemodialisa

Menurut O’Callaghan (2009) ada beberapa komplikasi yang perlu diperhatikan dari terapi
hemodialisa.

1) Komplikasi akut
a. Hipertensi
Pergerakan darah ke luar sirkulasi menuju sirkuit dialisis dapat menyebabkan hipertensi.
Dialisis awal yang terlalu agresif dapat menyebabkan disequilibrium dialysis
(ketidakseimbangan dialisis), sebagai akibat perubahan osmotik di otak pada saat kadar
ureum plasma berkurang.
b. Nyeri kepala
Ketidakseimbangan dialisis menyebabkan efek dari tubuh penderita seperti mual, nyeri
kepala hingga kejang sampai dengan koma. Nyeri kepala selama dialisis dapat disebabkan
oleh efek vasodilator asetat.

7
c. Gatal
Gatal selama atau sesudah hemodilisis dapat merupakan gatal pada gagal ginjal kronik
yang dieksaserbasi oleh pelepasan histamin akibat reaksi alergi yang lebih luas.
d. Hipoksemia
Hipoksemia selama dialisis dapat mencerminkan hipoventilasi yang disebakan oleh
pengeluaran biukarbonat atau pembentukan pirau dalam paru akibat perubahan vasomotor
yang diinduksi oleh zat yang diaktivasi oleh membran dialisis. Kadar kalium yang dikurangi
secara berlebihan menyebabkan hipokalemia dan disrtimia.
e. Emboli paru
Masalah pada sirkuit dialisis dapat menyebabkan emboli paru, yang sebaiknya diobati
dengan memposisikan kepala pasien di sisi kiri bawah dengan menggunakan oksigen 100%.

2) Komplikasi kronis
Masalah yang paling sering berkaitan dengan akses dan termasuk trombosis fistula,
pembentukan aneurisma dan infeksi terutama dengan graft sintetik atau akses vena snetral
sementara. Infeksi sistemik dapat timbul pada lokasi akses atau didapat dari sirkuit dialisis.
Transmisi infeksi yang dilakukan melalui darah seperti virus hepatitis dan virus HIV merupakan
suatu bahaya poytensial. Dialisis jangka panjang sangat rentan dengan deposit protein amiloid
yang mengandung mikroglobulinn –ß2 dapat menyebabkan sindrom terowongan karpal dan
antropati destruktif dengan lesi tulang kistik. Senyawa pengikat fosfat yang mengandung
alumunium dan kontaminasi alumunium dan cairan dialisis dapat menyebabkan toksisitas
alumunium dengan demensia mioklonius, kejang dan penyakit tulang. Keadaan tersebut membaik
dengan pemberian deforoksamin.

8
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

A. Identitas Jurnal
Pengaruh terapi akupresur pada insomnia dan pusing di antara pasien yang menjalani
hemodialisis, Mona H. Ibrahim, Zeinab M. El-Sayed, Salwa H. Abdelaziz nama pengarang, Jurnal
Keperawatan Mesir 2020, 17:64–73, DOI: 10.4103/ENJ.ENJ_27_20, 2020, 17:64–73.

B. Isi Jurnal
Akupresur merupakan pengobatan murah yang berpotensi sebagai terapi insomnia dan pusing,
terutama pada pasien hemodialisis rumatan (HD). Ini membantu untuk meningkatkan kualitas tidur,
menghilangkan stres dan ketegangan, mengendurkan otot dan persendian, meminimalkan sakit
kepala, serta mengobati gejala pusing. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi efek terapi akupresur
pada insomnia dan pusing di antara pasien yang menjalani HD. Penelitian ini dilakukan di lantai dua
Pusat Nefrologi-Dialisis-Transplantasi di Rumah Sakit Kasr Al Aini, berafiliasi dengan Universitas
Kairo. Sampel berturut-turut nonprobability nyaman dari 88 pasien pria dan wanita dewasa yang
telah menjalani HD reguler setidaknya selama 3 bulan terdaftar dalam penelitian ini. Temuan
penelitian mengungkapkan bahwa usia rata-rata dari kelompok studi dan kontrol adalah 47,3±14,5
dan 48,2±14,0 tahun, masing-masing. Ketika menganalisis tingkat insomnia dalam tiga penilaian
pada awal dan setelah 6 dan 12 sesi, sesuai, perbedaan yang signifikan ditemukan antara kedua
kelompok, dengan pengurangan yang lebih tinggi pada kelompok yang menerima akupresur (P
=0,0001). Selain itu, penurunan tingkat pusing yang signifikan secara statistik pada kedua kelompok
juga diamati, tetapi penurunan yang lebih tinggi diamati pada kelompok studi (P =0,02)

C. Pembahasan
Penelitian terkait akpresure dalam meningkatkan kualitas tidur serta memberikan efek
rileks setelah pemberian terapi menunjukkan hasil yang positif salah satunya, yang dilakukan
oleh Shariati et al ( 2012 ) dimana ia melakukan akupresure pada 3 titik yaitu Shenmen
(HT7), Hegu (Li4), dan Sayingjiao (Sp6) dengan hasil responden merasakan adanya
ketenangan atau rasa rileks setelah pemberian terapi, sedangkan peneilitian (Wiyatno, Sri,
Pujiastuti, Suhe ri, & Saha, 2017)

D. Kritik terhadap jurnal

9
Berisi kritik, masukan, atau pengembangan yang perlu dilakukan pada jurnal yang dianalisis
E. Manfaat keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian untuk mencari sebab masalah kesehatan atau
kegagalan yang terjadi dalam pelayanan keperawatan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk mencari
solusi atau alternatif penyelesaian masalah. Reverensi ini bisa di jadikan landasan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan perawat terhadap terapi terhadap pasien.

10
Bab IV

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Insomnia dan pusing dapat diobati dengan terapi farmakologis atau nonfarmakologis. Terapi
akupresur adalah teknik kelima yang paling umum digunakan dalam pendekatan kesehatan
komplementer. Ini adalah modalitas pengobatan dalam pengobatan tradisional Tiongkok dan varian
noninvasif dari bentuk akupunktur (Yeungdkk., 2018). Ini didasarkan pada stimulasi meridian (jaringan
jalur energi di seluruh tubuh) untuk meningkatkan aliran energi, kemudian mengubah pengalaman gejala.
Selain itu, membantu meredakan stres dan ketegangan, mengendurkan otot dan persendian, meningkatkan
kualitas tidur, meredakan nyeri kronis, meminimalkan sakit kepala, serta mengobati gejala pusing dengan
mengembalikan keseimbangan aliran energi dalam tubuh. Oleh karena itu, dengan cepat mendapatkan
penerimaan sebagai bentuk terapi yang aman, hemat biaya, non-invasif, dan nonfarmakologis
(Carotenutodkk., 2013; mehtadkk., 2017).

B. Saran

Mengenai hubungan antara insomnia dan pusing, penelitian saat ini mengungkapkan bahwa, ada
korelasi yang signifikan antara pusing dan insomnia antara peserta kelompok studi dan kontrol.P =0,001).
Temuan ini sesuai dengan Kim .dkk. (2018), ketika mereka melakukan penelitian di Korea berjudul
'Hubungan antara kualitas tidur dan pusing' dan menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara
kualitas tidur dan pusing. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan gangguan tidur pada pasien
HD dengan pusing dan sebaliknya. Selanjutnya, temuan menggambarkan perbedaan yang sangat
signifikan antara kelompok studi dan kontrol Beberapa faktor yang mungkin mungkin memiliki relevansi
dengan fenomena yang diamati dari peningkatan tingkat tidur dan pusing di antara kelompok studi. Salah
satu faktor yang mungkin adalah pasien menerima pengobatan alternatif komplementer karena biayanya
yang rendah. Selain itu, pasien mencari cara untuk menghindari efek samping dan komplikasi obat, serta
putus asa dari manajemen farmakologis, karena ini mungkin cara terakhir dan terakhir untuk
menyelamatkan mereka dari rasa sakit dan ketidaknyamanan yang terus-menerus mereka derita.

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

O’Callaghan, Chris, A. 2009. At a GlanceSistem Ginjal. Edisi Kedua. Jakarta :


Erlangga

Pardede, S., & Chunnaedy, S. (2009). Penyakit Ginjal Kronik. Sari Pediatri, 11(3), 1035–1040.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Sudoyo, Aru. W,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi
5. Jakarta : Internal Publishing

Amin N, Mahmood RT, Asad MJ, Zafar M, Raja AM (2014). Evaluating urea and creatinine
levels in chronic renal failure pre and post dialysis: a prospective study. J Cardiovasc Dis 2:1-4

Shim HY, Cho MK (2017). Factorsinfluencing the quality of life of hemodialysis patients
according to symptom cluster. J Clin Nurs 27:2132-2141.

Hamzi MA, Hassani K, Asseraji M, El Kabbaj D (2017). Insomnia in hemodialy-sis patients :a


multicenter study from morocco. Saudi J Kidney Dis Transplant 28:1112

Aggarwal HK, Jain D, Dabas G, Yadav RK (2017). Prevalensi depresi, kecemasan dan insomnia
pada pasien penyakit ginjal kronis dan hubungannya dengan variabel demografis. Prilozi 38:35–
44.

Allah ESA, Abdel-Aziz HR, El-Seoud ARA (2014). Insomnia: prevalensi, risiko faktor, dan
pengaruhnya terhadap kualitas hidup di kalangan lansia di Zagazig City, Mesir. J Nurs Eduk
Praktek 4:52.

12
Amin N, Mahmood RT, Asad MJ, Zafar M, Raja AM (2014). Mengevaluasi urea dan kadar
kreatinin pada gagal ginjal kronis sebelum dan sesudah dialisis: studi prospektif. J Cardiovasc
Dis 2:1–4.

Arache W, Laboudi F, Ouanass A, El Kabbaj D (2019). Kualitas buruk dari tidur pada pasien
hemodialisis kronis. Ibnosina J Med Biomed Sci 11:20.

Arun RD, Venkateshan M (2019). Efektivitas akupresur pada kualitas tidur pasien hemodialisis.
Int J Nurs Education 11:60–66.

13

Anda mungkin juga menyukai