Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

KONSEP BANTUAN HIDUP LANJUT DAN PRAKTEK RJP

Dosen Pengajar :

Ns. Efa Trisna.,S.Kep.,M.,Kes

Disusun oleh:

1. Auliyah Nabiilah (1914401069)


2. Ayu Anggraeni (1914401097)
3. Rachmat Griya .P (1914401100)
4. Laila Ramadhani A. (1914401087)
5. Arif Sumpeno (1914401066)

Tingkat III Reguler 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun kami juga menyadari
masih ada kekurangan di dalamnya.

Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Giri
Udani.,SKM.,M.Kes dan ibu Ns. Efa Trisna.,S.Kep.,M.,Kes selaku dosen pembimbing
akademik mata kuliah Keperawatan Kritis dan dosen pengajar Keperawatan Kritis yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dan bekerja sama menyelesaikan
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur
dalam makalah-makalah lainnya khususnya bagi mata kuliah Keperawatan Kritis di
masa yang akan datang. Mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 26 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
ISI................................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Banntuan Hidup Lanjut....................................................................................6
2.2 Tindakan-tindakan BHL...............................................................................................6
2.3 Pengertian RJP.............................................................................................................8
2.4 Tahapan RJP.................................................................................................................8
2.5 Teknik Resusitasi Jantung Paru....................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedaruratan medis yang dapat mengancam nyawa biasa terjadi dimana saja, kapan
saja, dan bisa menimpa siapa saja. Keadaan ini dapat disebabkan oleh suatu penyakit
ataupun akibat kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan, dan lain-lain. Keadaan ini
sangat membutuhkan pertolongan segera sejak di tempat kejadian, selama transportasi,
sampai pasien diserahkan kepada petugas kesehatan di rumah sakit. Berbagai kasus
kedaruratan medis yang sering dijumpai meliputi sumbatan jalan napas, henti nafas,
syok, henti jantung. Kasus tersebut dapat teratasi apabila dilakukan tindakan
resusitasisesegera mungkin. Resusitasi yang harus dipertimbangkan dalam setiap kasus
kedaruratan medis adalah resusitasi jantung-paru.

Resusitasi jantung-paru (RJP) adalah suatu usaha kedokteran gawat daruratuntuk


memulihkan fungsi respirasi dan/atau sirkulasi pada pasien yang masih memiliki
harapan hidup. RJPdibagi menjadi tiga tahapan, yaitu bantuan hidup dasar, bantuan
hidup lanjut, dan bantuan hidup jangka panjang. Bantuan hidup dasar bertujuan untuk
oksigenasi darurat dengan tiga langkah, yaitu Airway, Breathing, dan Circulation.
Sedangkan bantuan hidup lanjut bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan
sirkulasi spontan dengan tiga langkah, yaitu Drugs and fluid treatment,
Electrocardiography, dan Fibrillation treatment. Bantuan hidup jangka panjang
bertujuan untuk pengelolaan intensif mentasi manusia yang terdiri dari tiga langkah,
yaitu Gauging, Human mentation, dan Intensive care.

Bantuan Hidup Lanjut (BHL) merupakan tindakan yang dilakukan secara simultan
dengan bantuan hidup dasar dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan fungsi
sirkulasi spontan sehingga perfusi dan oksigenasi jaringan dapat segera dipulihkan dan
dipertahankan. Untuk mengembalikan sirkulasi secara spontan, diperlukan pemberian
obat-obatan serta cairan, diagnosis dengan elektrokardiografi, dan juga terapi fibrilasi.
Ketiga tahapan ini dapat dilakukan dengan urutan yang berbeda-beda tergantung
keadaan yang dihadapi.

Peralatan yang dipakai pada BHL meliputi alat jalan napas (pipa orofaring,
nasofaring, endotrakea, sungkup muka, alat isap, laringoskop, forsep Magil),
perlengkapan untuk memasang infus, EKG monitor dengan defibrillator arus searah,
dan papan datar yang kuat untuk resusitasi. Obat-obatan yang diperlukan adalah
golongan simpatomimetik (adrenalin, noradrenalin, dopamine, ephedrine, efortil,
metaraminol, dan isoproterenol), golongan pelumpuh otot (suksinil kolin, pankuronium,
atau derivate kurare yang lain), golongan sedatif dan anti kejang, lidokain, prokainamid,
atropin, morfin atau petidin, nalokson, bronkodilator, dan cairan infus. Tinjauan pustaka
ini akan membahas lebih lanjut tentang langkah-langkah BHL serta jenis peralatan dan
juga obat-obatan yang dipakai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud bantuan hidup lanjut?
2. Apa saja tindakan yang diberikan pada bantuan hidup lanjut?
3. Apa yang dimaksud RJP?
4. Apa saja tahapan RJP?
5. Bagaimana teknik resusitasi jantung paru ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami defini bantuan hidup lanjut.
2. Mengetahui dan memahamin tindakan-tindakan yang diberikan pada bantuan
hidup lanjut.
3. Mengetahui dan memahami pengertian RJP.
4. Mengetahui dan memahami tahapan pada resusitasi jantung paru.
5. Mengetahui dan memahami teknik resusitasi jantung paru.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Banntuan Hidup Lanjut


Bantuan Hidup Lanjut (BHL) merupakan tindakan yang dilakukan secara
simultan dengan bantuan hidup dasar dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan
fungsi sirkulasi spontan sehingga perfusi dan oksigenasi jaringan dapat segera
dipulihkan dan dipertahankan.BHL memiliki tiga tahapan, yaitu terapi obat dan cairan,
electrokardiografi, dan terapi fibrilasi.

Bantuan hidup lanjut merupakan pertolongan lanjut yang diberikan setelah


bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk memperbaiki serta mengembalikan
ventilasi, sirkulasi spontan, serta stabilitas sistem kardiovaskuler pasien. Tindakan
bantuan hidup lanjut membutuhkan obat-obat tertentu dan peralatan khusus, yang
terdiri dari pemberian obat dan cairan (drug and fluid), elektrokardiografi, dan terapi
fibrilasi (fibrillation treatment) (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).

2.2 Tindakan-tindakan BHL

a) Drugs and fluid

Pemberian obat dan cairan dapat diberikan untuk memperbaiki sistem sirkulasi

spontan serta menstabilkannya. Pemberian obat dapat diberikan dengan

pemasangan infus yang dilakukan bersamaan dengan dimulainya tindakan

resusitasi jantung paru. Obat yang dapat langsung diberikan di antaranya adalah

adrenalin yang dapat diberikan secara intravena, intratrakeal, intrakardiak dan


natrium bikarbonat yang diberikan secara intravena. Masing-masing obat tersebut

diberikan hingga timbul denyut nadi spontan atau mati jantung. Pada pasien yang

mengalami hipotensi, dapat diberikan dopamin atau metaraminol yang dimasukkan

ke dalam infus. Pada pasien yang mengalami asidosis metabolik yang terjadi akibat

henti jantung, diberikan natrium bikarbonat. Pasien dengan asidosis respiratorik

diberikan ventilasi yang adekuat (Alkatiri et al.,2007; Muhiman et al., 2004).

b) Electrocardiography
Pemeriksaan dengan elektrokardiografi dilakukan untuk mengetahui jenis henti
jantung dan aritmia jantung yang dapat berupa fibrilasi ventrikel, asistol, atau
kompleks ventrikuler agonal (Alkatiri et al., 2007).

c) Fibrillation treatment

Terapi fibrilasi atau defibrilasi merupakan terapi yang diberikan dengan

menggunakan listrik yang bertujuan untuk membuat depolarisasi miokard

semaksimal mungkin sehingga dapat mengatasi gangguan irama jantung dan

mengembalikan irama normal jantung. Defibrilasi ini merupakan tindakan utama

yang diberikan pada pasien dengan henti jantung yang seringkali diakibatkan oleh

fibrilasi ventrikel. Semakin lama jarak terjadinya henti jantung dengan pemberian

defibrilasi, prognosisnya akan semakin buruk. Saat ini sudah terdapat alat

defibrilasi yang dapat digunakan secara umum yang dapat memberitahukan

penolong apakah pasien membutuhkan terapi defibrilasi atau tidak yang disebut

dengan Automatic External Defibrilation (Achyar et al., 2011; Alkatiri et al., 2007;

Purwoko, 2012).
2.3 Pengertian RJP
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu cara dan tindakan darurat yang

dilakukan untuk menghidupkan serta memulihkan kembali keadaan henti nafas dan

atau henti jantung agar kembali dapat berfungsi secara optimal dan dapat

menghindarkan dari kematian. Kematian yang dimaksudkan di sini adalah

kematian klinis yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya nadi arteri

karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah,

terhentinya pernafasan, serta terjadi gangguan atau penurunan kesadaran yang

selanjutnya akan diikuti oleh terjadinya kematian biologis yaitu terjadinya

kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki, empat menit setelah terjadinya

kematian klinis (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).

2.4 Tahapan RJP

Resusitasi Jantung Paru (RJP) memiliki tiga tahap, yaitu bantuan hidup dasar

(basic life support), bantuan hidup lanjut (advanced life support), dan bantuan

hidup jangka panjang (prolong life support). Langkah yang paling menentukan

keberhasilan RJP dari rangkaian tersebut adalah bantuan hidup dasar, yang

termasuk dalam survey primer yang harus dapat dilakukan oleh setiap orang.

Kemudian dilanjutkan dengan survey sekunder yang hanya dapat dilakukan

oleh tenaga medis dan paramedis terlatih yang telah mendapatkan pelatihan

mengenai bantuan hidup lanjut. Namun tindakan resusitasi tidak dapat dilakukan

pada beberapa keadaan, seperti: kematian normal, keadaan henti jantung yang telah

berlangsung selama lebih dari lima menit dikarenakan kemungkinan telah


terjadinya kerusakan otak permanen, stadium terminal penyakit yang sudah tidak

dapat disembuhkan, payah jantung refrakter, edema paru refrakter, syok yang

mendahului henti jantung, kelainan neurologi berat (Alkatiri et al., 2007; Muhiman

et al., 2004;Purwoko, 2012).

2.5 Teknik Resusitasi Jantung Paru


Tindakan resusitasi jantung paru menurut Alkatiri dan Bakri (2007) dan Muhiman

(2004) dibagi dalam tiga fase, pada tiap fase terdapat tindakan pokok yang harus

dilakukan yang tersusun sesuai dengan abjad, yaitu:

1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

a) Airway control : pembebasan jalan nafas agar tetap terbuka

b) Breathing support : mempertahankan ventilasi dan oksidasi

paru

c) Circulation support : mempertahankan sirkulasi darah dengan

mengadakan bantuan sirkulasi buatan dengan melakukan pijat

jantung

2. Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support)

a) Drug and fluid : dilakukan pemberian obat dan cairan

b) Electrocardiography : dilakukan segera setelah pijat jantung

untuk penentuan irama jantung

c) Fibrilation treatment : dilakukan untuk mengatasi

keadaan fibrilasi ventrikel


3. Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support)

a. Gaunging: pelaksanaan penilaian dan evaluasi RJP dengan melakukan

pemeriksaan, penentuan penyebab dasar, penilaian pada pasien untuk

mengetahui apakah pengobatan dapat diteruskan atau tidak.

b. Human mentation : penentuan ada tidaknya kerusakan serebral

serta dilakukannya tindakan resusitasi serebral untuk memulihkan

fungsi dari sistem saraf pusat

c. Intensive care : penatalaksanaan selanjutnya untuk perawatan

intensif jangka panjang.

Penjelasan dari ketiga fase tindakan resusitasi jantung paru tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

Bantuan hidup dasar merupakan tindakan pertolongan dasar

pertama setelah terjadinya henti jantung yang dilakukan untuk

membebaskan jalan nafas, membantu pernafasan, serta

mempertahankan sirkulasi darah pada penderita yang dilakukan

tanpa menggunakan alat bantu. Tujuan dari tindakan ini adalah

pemberian oksigenisasi darurat secara efektif pada organ vital untuk

mempertahankan ventilasi paru serta distribusi darah oksigenisasi

ke jaringan dalam tubuh. Indikasi dilakukannya tindakan ini adalah

henti nafas dan henti jantung, pasien dapat ditemukan dalam

keadaan, yaitu: tidak dapat ditemukan denyut nadi tetapi masih ada
pernafasan, denyut nadi ada tetapi pernafasan tidak didapatkan, atau

keadaaan tidak didapatkan baik denyut nadi maupun pernafasan

(Alkatiri et al., 2007; Latief et al., 2007).

2) Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support)

Bantuan hidup lanjut merupakan pertolongan lanjut yang

diberikan setelah bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk

memperbaiki serta mengembalikan ventilasi, sirkulasi spontan, serta

stabilitas sistem kardiovaskuler pasien. Tindakan bantuan hidup

lanjut membutuhkan obat-obat tertentu dan peralatan khusus, yang

terdiri dari pemberian obat dan cairan (drug and fluid),

elektrokardiografi, dan terapi fibrilasi (fibrillation treatment)

(Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).

3) Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support)

Bantuan Hidup Jangka Panjang (BHJP) merupakan tindakan

perawatan yang dilaksanakan setelah tindakan resusitasi yang harus

dilakukan hingga pasien sadar kembali atau pertolongan dihentikan

karena adanya keadaan yang sudah tidak dapat disembuhkan atau

keadaan kematian serebral (Alkatiri et al., 2007).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bantuan hidup lanjut merupakan pertolongan lanjut yang diberikan setelah
bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk memperbaiki serta mengembalikan
ventilasi, sirkulasi spontan, serta stabilitas sistem kardiovaskuler pasien. Tindakan
bantuan hidup lanjut membutuhkan obat-obat tertentu dan peralatan khusus, yang
terdiri dari pemberian obat dan cairan (drug and fluid), elektrokardiografi, dan
terapi fibrilasi (fibrillation treatment) (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).
Tindakan BHL terdiri dari :

- Drugs and fluid


- Electrocardiography
- Fibrillation treatment

Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu cara dan tindakan darurat yang
dilakukan untuk menghidupkan serta memulihkan kembali keadaan henti nafas dan
atau henti jantung agar kembali dapat berfungsi secara optimal dan dapat
menghindarkan dari kematian. Kematian yang dimaksudkan di sini adalah
kematian klinis yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya nadi arteri
karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah,
terhentinya pernafasan, serta terjadi gangguan atau penurunan kesadaran yang
selanjutnya akan diikuti oleh terjadinya kematian biologis yaitu terjadinya
kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki, empat menit setelah terjadinya
kematian klinis (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Tyas, M.D.C., 2016. KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN & MANAJEMEN


BENCANA. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Cyntia Lee terry dan Aurora Weaver. 2014. Keperawatan Kritis Edisi I. Jakarta : Andi
Publisher.

JMS. 2013. Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac Life Support. Jakarta.Kidd,
PamelaS. 2010. Pedoman Keperawatan Emergency Edisi 2.Jakarta : EGC.

Pusat Penanggulangan Krisis. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan


Akibat Bencana (Mengacu pada Standar Internasioal) Edisi Revisi. Jakarta :
KEMENKES.

Anda mungkin juga menyukai