Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STASE DISASTER

BASIC LIFE SUPPORT


Halaman jud ul

Disusun Oleh :
Dita Maizurah (2210306037)
Berliana Yogiyanti (2210306124)

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH STASE DISASTER


BASIC LIFE SUPPORT

Disusun oleh :
Dita Maizurah (2210306037)
Berliana Yogiyanti (2210306124)

Untuk memenuhi tugas profesi Fisioterapi pada Stase

Disaster Program Studi Profesi Fisioterapi

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Tanggal : 20 Januari 2023

Disetujui oleh :

Clinical Edukator

MDMC PP Muhammadiyah

Barori Budi Aji, S.Hut

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat menyelesaikan makalah pada stase disaster dengan

tujuan sebagai dokumentasi serta bentuk evaluasi dari kegiatan selama praktek

profesi.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari

pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran

maupun materinya Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh

lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, Januari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
BAB I ................................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 1
A. Definisi ...................................................................................................................... 1
B. Basic Life Support .................................................................................................... 1
BAB II BASIC LIFE SUPPORT ........................................................................................ 3
A. Langkah-langkah Pemberian BLS .......................................................................... 3
BAB III ................................................................................................................................ 8
KESIMPULAN ................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

iv
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Henti jantung sering sekali terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan. Henti

jantung apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan prognosis

buruk bahkan dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengurangi dampak buruk atau

keparahan dalam henti jantung yang dialami diperlukan suatu pengetahuan yang harus

dimiliki oleh setiap orang untuk melakukan suatu tindakan pertolongan awal.

Pengetahuan tentang basic life support (BLS) pada mahasiswa dirasakan penting

dalam mengurangi angka kematian akibat henti jantung dan dalam pertolongan

pertama bertujuan memberikan efek yang menguntungkan dan hasil akhir pada

penanganan pasien (Nopitasari et al., 2021).

Basic Life Support (BLS) adalah upaya yang diberikan oleh penyedia layanan

kesehatan dan profesional kepada pasien yang mengalami gangguan pernapasan, henti

jantung atau obstruksi jalan napas. BLS mencakup keterampilan psikomotorik untuk

melakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR) berkualitas tinggi, menggunakan

eksternal otomatis defibrillator (AED) dan mengurangi jalan napas yang terhambat

untuk pasien dari segala usia (Widiyanto et al., 2019).

B. Basic Life Support

Ketika melakukan BHD kita berpacu dengan waktu, sebab korban yang akan

kita tolong dalam keadaan terancam nyawanya. Fokus BHD pada tiga dasar

utama: pertama, pengenalan segera adanya henti jantung, aktivasi sistem respon

gawat darurat, resusitasi jantung paru (RJP). BHD merupakan cara sederhana

yang dapat mempertahankan hidup seseorang untuk sementara waktu, karena pada

kondisi henti nafas dan henti jantung maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen

1
berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ tubuh terutama organ vital akan

mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami

kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak

hanya mampu bertahan jika ada asupan glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu 10

menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka akan terjadi mati

batang otak, hal tersebut disebut dengan golden period. Jika waktu itu terlewati,

maka harapan hidup korban akan makin kecil. Adapun pertolongan yang harus

dilakukan adalah dengan melakukan resusitasi Jantung Paru (RJP)/ CPR (Shinta

Arini Ayu et al., 2022).

2
BAB II
BASIC LIFE SUPPORT

A. Langkah-langkah Pemberian BLS

Langkah–langkah bantuan hidup dasar terdiri dari urutan pemeriksaan

diikuti tindakan. Idealnya tindakan dapat dilakukan secara simultan.

1. Mengenali Kejadian Henti Jantung Dengan Segera

Pada saat menemukan orang dewasa yang tidak sadar, setelah

memastikan lingkungan aman, tindakan pertama adalah memastikan

adanya respons, hal tersebut dapat dilakukan dengan menepuk atau

menggoncang korban dengan hati-hati pada bahunya dan bertanya

dengan keras. Pada saat bersamaan penolong melihat apakah pasien

tidak bernapas atau bernapas tidak normal (gasping). Apabila pasien

tidak merespons dan tidak bernapas atau bernapas tidak normal, harus

dianggap bahwa pasien mengalami henti jantung.

2. Pemeriksaan Denyut Nadi

Pemeriksaan denyut nadi pada orang dewasa dapat dilakukan dengan

merasakan arteri karotis. Lama pemeriksaan tidak boleh lebih dari 10

detik, jika penolong secara definitif tidak dapat merasakan pulsasi

dalam periode tersebut, kompresi harus segera dilakukan. Cek nadi

dilakukan secara simultan bersamaan dengan penilaian napas pasien.

Jika pernapasan tidak normal atau tidak bernapas tetapi dijumpai

denyut nadi, berikan bantuan napas setiap 5-6 detik. Nadi pasien

diperiksa setiap 2 menit. Hindari bantuan napas yang berlebihan,

selama RJP direkomendasikan dengan volume tidal 500- 700 mL, atau

terlihat dada mengembang.

3
3. Mengaktifkan Sistem Respons Emergency

Jika pasien tidak menunjukkan respons dan tidak bernapas atau

bernapas tidak normal (gasping) maka perintahkan orang lain untuk

mengaktifkan sistem emergensi dan mengambil AED jika tersedia.

Informasikan secara jelas lokasi kejadian, kondisi, jumlah korban,

nomor telepon yang dapat dihubungi, dan jenis kegawatannya. Bila

pasien bernapas normal, atau bergerak terhadap respons, usahakan

mempertahankan posisi seperti saat ditemukan atau posisikan dalam

posisi recovery, panggil bantuan, sambil memantau tanda-tanda vital

korban secara terus-menerus sampai bantuan dating.

4. Mulai Siklus Kompresi Dada dan Bantuan Napas

Kompresi dada yang efektif sangat penting untuk mengalirkan darah

dan oksigen selama RJP. Kompresi dada terdiri dari aplikasi tekanan

secara ritmik pada bagian sternum setengah bawah. Tindakan

kompresi dada ini akan menyebabkan aliran darah akibat naiknya

tekanan intratorak dan kompresi langsung pada jantung. Hal ini sangat

penting untuk menghantarkan oksigen ke otot jantung dan otak, dan

dapat meningkatkan keberhasilan tindakan defibrilasi.

5. Kompresi Dada

Posisi penolong jongkok dengan lutut di samping korban sejajar dada

pasien. Letakkan pangkal salah satu tangan pada pusat dada pasien,

letakkan tangan yang lain di atas tangan pertama, jari-jari kedua

tangan dalam posisi mengunci dan pastikan bahwa tekanan tidak di

atas tulang iga korban. Jaga lengan penolong dalam posisi lurus.

Jangan melakukan tekanan pada abdomen bagian atas atau ujung

4
sternum. Posisikan penolong secara vertikal di atas dinding dada

pasien, berikan tekanan ke arah bawah, sekurangkurangnya 5 cm.

Gunakan berat badan penolong untuk menekan dada dengan panggul

berfungsi sebagai titik tumpu. Setelah kompresi dada, lepaskan

tekanan dinding dada secara penuh, tanpa melepas kontak tangan

penolong dengan sternum korban (full chest recoil), ulangi dengan

kecepatan minimum 100 kali per menit. Durasi kompresi dan release

harus sama.

B. Kriteria High Quality CPR antara lain:

1. Tekan Cepat (Push Fast)

Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi

minimum 100 kali per menit.

2. Tekan kuat (Push Hard)

Untuk dewasa berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2

inci (5 cm) – 2,4 inhi (6 cm).

3. Full Chest Recoil

Berikan kesempatan agar dada mengembang kembali secara

sempurna. Seminimal mungkin melakukan interupsi baik frekuensi

maupun durasi terhadap kompresi dada.

4. Perbandingan kompresi dada dan ventilasi untuk 1 penolong adalah

30 : 2, sedangkan untuk dua penolong adalah 15 : 2.

C. Bantuan Pernapasan

Tujuan primer bantuan napas adalah untuk mempertahankan

oksigenasi yang adekuat dengan tujuan sekunder untuk membuang CO2 .

Setelah melakukan kompresi dada, buka jalan napas korban dengan head tilt –

5
chin lift baik pada korban trauma ataupun nontrauma. Bila terdapat kecurigaan

atau bukti cedera spinal, gunakan jaw thrust tanpa mengekstensi kepala saat

membuka jalan napas. Penolong memberikan bantuan pernapasan sekitar 1

detik (inspiratory time), dengan volume yang cukup untuk membuat dada

mengembang, hindari pemberian bantuan napas yang cepat dan berlebihan

karena dapat menimbulkan distensi lambung beserta komplikasinya seperti

regurgitasi dan aspirasi. Lebih penting lagi, ventilasi berlebihan juga dapat

menyebabkan naiknya tekanan intratorakal, mengurangi venous return, dan

menurunkan cardiac output.

D. Penggunaan Automated External Defibrillator (AED)

Defibrilasi merupakan tindakan kejut listrik dengan tujuan mendepolarisasi

sel-sel jantung dan menghilangkan fibrilasi ventrikel/ takikardi ventrikel tanpa

nadi. AED aman dan efektif digunakan oleh penolong awam dan petugas

medis, dan memungkinkan defibrilasi dilakukan lebih dini sebelum tim

bantuan hidup lanjut datang. Menunda resusitasi dan pemakaian defibrilasi

akan menurunkan harapan hidup. Penolong harus melakukan RJP secara

kontinu dan meminimalkan interupsi kompresi dada saat aplikasi AED.

Penolong harus konsentrasi untuk mengikuti perintah suara setelah alat

diterima, terutama untuk melakukan RJP sesegera mungkin setelah di

intruksikan.

Langkah –langkah penggunaan AED ;

1. Pastikan korban dan penolong dalam situasi aman dan ikuti langkah-

langkah bantuan hidup dasar dewasa. Lakukan RJP sesuai panduan

bantuan hidup dasar, kompresi dada dan bantuan pernapasan sesuai

panduan.

6
2. Segera setelah AED datang, nyalakan alat dan tempelkan elektroda pads

pada dada korban. Elektroda pertama di line midaxillaris sedikit di bawah

ketiak, dan elektroda pads kedua sedikit di bawah clavicula kanan.

3. Ikuti perintah suara dari AED. Pastikan tidak ada orang yang menyentuh

korban saat AED melakukan analisis irama jantung.

4. Jika shock diindikasikan, pastikan tidak ada seorangpun yang menyentuh

korban. Lalu tekan tombol shock.

5. Segera lakukan kembali RJP.

6. Jika shock tidak diindikasikan, lakukan segera RJP sesuai perintah suara

AED, hingga penolong profesional datang dan mengambil alih RJP,

korban mulai sadar, bergerak, membuka mata, dan bernapas normal, atau

penolong kelelahan (Qonita Imma Irfani, 2019).

7
BAB III

KESIMPULAN

Terkait dengan basic life support, diperlukan kegiatan seperti latihan pemberian

bantuan hidup dasar (BLS) yang dilaksanakan di komunitas masyarakat sehingga semua

mampu serta memiliki kepercayaan diri dalam memberikan BHD sehingga dapat

menyelamat nyawa orang lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nopitasari, B. L., Wardani, A. K., Qiyaam, N., Pradiningsih, A., Andanalusia, M.,

Rahmawati, C., & Wahid, A. R. (2021). Pelatihan Bantuan Hidup Dasar/Basic Life

Support Bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Mataram. SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5(1), 548.

https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6507

Qonita Imma Irfani. (2019). Bantuan Hidup Dasar. Cdk-277, 46(6), 458–461.

Shinta Arini Ayu, Balqis, U. M., & Hartati, S. (2022). Edukasi Pengetahuan dan Pelatihan

Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Siswa Jurusan ASPER SMKS Bunga Persada

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT (PKM), 5(8.5.2017), 2003–2005.

Widiyanto, A., Sindhi Wardani, G., Ardianti Pramesti, R., Tri Atmojo, J., Tri Darmayanti, A.,

Mamba, S., & Surakarta, U. (2019). Perbandingan Bantuan Hidup Lanjut dengan

Bantuan Hidup Dasar (. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 5(2), 152–158.

Anda mungkin juga menyukai