Anda di halaman 1dari 11

MODUL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

PENDIDIKAN KEPERAWATAN SEMARANG PROGRAM DIPLOMA III


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Modul tepat waktu. Modul ini tidak
akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Kami menyadari dalam pembuatan modul ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat demi
peningkatan mutu pendidikan dan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas kesempatan
yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Semarang, 20 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD)............................................................3

B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD).................................................................3

C. Prinsip BHD........................................................................................................4

D. Langkah-Langkah BLS (Sistem CAB)...............................................................4

BAB III PENUTUP...........................................................................................................7

A. Simpulan.............................................................................................................7

B. Saran...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kejadian serangan jantung maupun kecelakaan sangat meningkat


khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Basic Life Support (BLS) atau
dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau
korban mengalami keadaan yang mengancam jiwa. Di luar negeri BLS/BIID ini
sebenamya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang
awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh
masyarakat Indonesia.

Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan saat


penderitamengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atry alat gerak. Pada
kondisi napas dandenyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan tansportasi
oksigen berhenti, sehinggadalam waktu singkat organ- organ tubuh terutama organ
vital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan
mengalami kerusakan.

Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak
hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam
waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka
otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula
kematian si korban. Oleh karena itu, golden period (waktu emas) pada korban yang
mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 15 menit. Artinya dalam
watu kurang dari l5 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung
harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak maka harapan hidup si
korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang
mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi
jantung paru (RIF). Resusitasi jantung paru (RIP) merupakan usaha yang dilakukan
untuk Mengembalikan fungsi pemafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru
otak dibagi

1
dalam tiga fase, antara lain bantuan hidupdasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup
jangka lama.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tindakan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD)?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Makalah ini disusun agar mahasiswa mengetahui dan memahami


serta mampu melaksanakan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD)


b. Mengetahui tujuan dari Bantuan Hidup Dasar (BHD)
c. Mengetahui indikasi dari Bantuan Hidup Dasar (BHD)
d. Memahami langkah-langkah Basic Life Support (BLS)
e. Memahami perbedaan dari Bantuan Hidup Dasar (BHD) menurut AHA
Tahun 2005,2010 dan 2015

2
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu
tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk
menghentikan proses yang menuju kematian.

Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan saat


penderitamengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atry alat gerak. Pada
kondisi napas dandenyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan tansportasi
oksigen berhenti, sehinggadalam waktu singkat organ- organ tubuh terutama organ
vital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan
mengalami kerusakan.

Bantuan hidup dasar merupakan kombinasi berbagai manuver dan


ketrampilan dengan atau tanpa peralatan tertentu untuk membantu mengenali orang
yang mengalami henti napas dan jantung serta menggunakan waktu yang ada
sampai pasien mendapatkan tatalaksana lebih lanjut. Tatalaksana harus dilakukan
secara berkesinambungan meliputi RJP dan aktivasi sistem EMS terutama jika ada
lebih dari 1 penolong di tempat kejadian.

B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ vital


(otak,jantung dan paru)
2. Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
3. Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
4. Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
5. Melindungi orang yang tidak sadar
6. Mencegah terhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
7. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP)

3
C. Prinsip BHD

1. Melakukan sesegera mungkin tindakan penyelamatan dengan seminimal


mungkin interupsi
2. Mempertahankan kehidupan bukan sebaliknya
3. Memperbaiki kesehatan
4. Mengurangi penderitaan
5. Membatasi disabilitas dan yang penting “Tanpa melapukan hak dan keputusan
pribadi”

D. Langkah-Langkah BLS (Sistem CAB)

1. Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak


adanya nafas secara visual tanpa teknik Look Listen and Feel.
2. Melakukan panggilan darurat.
3. Circulation
Meraba dan menetukan denyut nadi karotis. Jika ada denyut nadi maka
dilanjutkan dengan memberikan bantuan pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan
denyut nadi, maka dilanjutkan dengan melakukan kompresi dada. Untuk
penolong non petugas kesehatan tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi
korban. Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik. Lokasi
kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum). Penentuan
lokasi ini dapat dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama
diletakkan di atas sternum, kemudian tangan yang satunya diletakkan di atas
tangan yang sudah berada di tengah sternum. Jari-jari tangan dirapatkan dan
diangkat pada waktu penolong melakukan tiupan nafas agar tidak menekan
dada. Posisi tangan. Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri
disamping korban jika korban berada di tempat tidur Chest compression
Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik)
Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit.
Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi (5 cm), sedangkan untuk
bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 ½
inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm).

4
4. Airway
Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang maka
bebaskan jalan nafas melalui head tilt– chin lift. Caranya dengan meletakkan
satu tangan pada dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke belakang agar
kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head Tilt) Pertolongan ini dapat
ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift). Namun jika korban dicurigai
cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust yaitu
dengan mengangkat dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke
depan daripada deretan gigi Rahang Atas.
5. Breathing

Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan 1 detik


diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume
tidal yang masuk adekuat. Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai
berikut :

 Pastikan hidung korban terpencet rapat


 Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)
 Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin
 Berikan satu ventilasi tiap satu detik
 Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu
detik.

Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut


korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban. Untuk pemberian
melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2
L agar dapat memeberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.
Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 –
8 detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat
dilakukan tanpa interupsi. Jika pasien mempunyai denyut nadi namun
membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5-6
detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali
setiap 2 menit. Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah
30 : 2, setelah

5
terdapat advance airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan
100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali.

6. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau
petugas ahli datang. Bila harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya
tidak memakan lebih dari 10 detik, kecuali untuk pemasangan alat defirbilasi
otomatis atau pemasangan advance airway.
7. Alat defibrilasi otomatis. Penggunaanya sebaiknya segera dilakukan setelah alat
tersedia/datang ke tempat kejadian. Pergunakan program/panduan yang telah
ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan
terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme
kembali. Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2
menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas
ACLS (Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau korban mulai bergerak.

6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu
tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk
menghentikan proses yang menuju kematian. Bantuan Hidup Dasar
(BHD)dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan henti napas dan henti jantung.

Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat
dengan teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas, breathing atau
memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung pada posisi shock.
Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation, breathing,
airway). Pembaruan pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC didasarkan pada
proses evaluasi bukti internasional yang melibatkan 250 orang pemeriksa bukti dari
39 negara.

B. Saran

Dengan mempelajari dan memahami tentang Bantuan Hidup Dasar,


diharapkan mahasiswa mengetahui perkembangan BHD menurut AHA dari 2005,
2010, dan 2015. Kami mohon maaf jika ada kesalahan kata-kata dalam penulisan
makalah ini, penulis juga meminta kritik dan saran agar bisa memperbaiki. Terima
kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Annas, D. S. (2016). Hubungan Pengetahuan Bantuan Hidup dasar (BHD) dengan


kesiapan Menolong Siswa Anggota PMR di Madrasah Aliyah Negeri Purworejo.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1Desember
2013

Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. (A. Suslia, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Carsel, H. S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan. Yogyakarta:


Penebar Media Pustaka.

Bala, Rakhmad & Junadi. (2014). Gambaran Pengetahuan Dan Pelaksanaan Bantuan
Hidup Dasar Perawat Gawat Darurat Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD
Labuang Baji Makasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis volume 4. ISSN
:2302-1721

Anda mungkin juga menyukai