Tindakan Bantuan Hidup Jantung Dasar bukan merupakan suatu satu jenis
keterampilan tindakan tunggal semata, melainkan suatu kesinambungan tidak
terputus antara pengamatan serta intervensi yang dilakukan dalam
pertolongan. Keberhasilan pertolongan yang dilakukan ditentukan oleh
kecepatan dalam memberikan tindakan awal Bantuan Hidup Jantung Dasar.
Para ahli berpikir bagaimana cara untuk melakukan suatu Tindakan Bantuan
Hidup Jantung Dasar yang efektif serta melatih sebanyak mungkin orang awam
dan paramedis yang dapat melakukan tindakan tersebut secara baik dan benar
Tindakan bantuan hidup dasar dilakukan pada saat ditemukan kasus
terhentinya jantung dan pernafasan serta kondisi yang disebabkan karena
kondsi tersebut. Kejadian yang sering terjadi di masyarakat antara lain: kondisi
sakit (henti nafas dan henti jantung), cedera (keracunan, kemasukan benda
asing, sumbatan jalan nafas), dan kecelakaan (patah tulang, luka bakar,
perdarahan).
BAB II
TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB III
POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
BAB V
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran
materi ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan (sesuai dengan
metode yang telah dipilih pada GBPP).
Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan metode yang akan disampaikan.
Materi ini disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
Fasilitator menjelaskan terlebih dahulu materi, lalu diskusi dan tanya jawab.
Langkah 3.
1. Fasilitator menjelaskan materi kepada peserta. Selama penyampaian
materi peserta diperbolehkan bertanya dan dijawab oleh fasilitator.
2. Setelah materi selesai dijelaskan dilakukan diskusi tanya jawab antar
peserta dan fasilitator.
BAB VI
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1.
KONSEP BANTUAN HIDUP DASAR
SUB POKOK BAHASAN 1.
DEFINISI BANTUAN HIDUP DASAR
a. Definisi henti nafas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien.
Pada awal henti napas oksigen masih terdapat di dalam darah untuk
beberapa saat dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak
dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas
akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah
henti jantung.
Pada awal henti jantung, darah langsung berhenti bersirkulasi dan jantung
masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya
dengan bantuan tindakan kompresi dada agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah terhentinya suplai oksigen ke seluruh tubuh, yang
berdampak kematian.
Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap
peristiwa atau penyakit apapun yang menyebabkan berkurangnya
oksigen dalam tubuh dapat menimbulkan keadaan henti napas dan henti
jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat menyebabkan henti napas
dan henti jantung antara lain:
1. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.
2. Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, dan
penyakit jantung lainnya.
3. Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.
4. Penyakit-penyakit yang mngenai susunan saraf.
5. Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak
6. Tenggelam
Henti nafas dan Henti Jantung merupakan kasus yang harus dilakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Rantai Keselamatan
Gambar 1. Rantai Keselamatan
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal
yang harus dilakukan adalah memastikan/mengetahui apakah korban
mengalami henti jantung atau tidak. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong
secepatnya mengaktifkan system keselamatan lingkungan (SPGDT), guna
meminta bantuan. Dan meminta alat kejut jantung otomatis (AED), dan
segera lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan di area dada,
setelah penolong memastikan kondisi Aman diri, Aman korban dan Aman
lingkungan (poin 1 dan 2)
Lalu jika alat kejut jantung otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada
korban untuk melakukan kejut jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung.
Untuk poin nomor 3, 4 dan 5 dari Rantai Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup
Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung secara terintegrasi dilakukan
oleh tenaga medis lanjutan.
3.1. Prinsip bantuan hidup dasar pada kondisi sakit, seperti : henti napas
dan henti jantung
Henti Napas
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat
korban, hal yang harus dilakukan adalah:
1. Memastikan/mengetahui apakah korban mengalami henti napas.
2. Setelah mengenali tanda-tanda(tidak ada pergerakan dada),
penolong secepatnya mengaktifkan system keselamatan
lingkungan (SPGDT), guna meminta bantuan.
3. Posisikan korban terlentang dan di lingkungan yang aman
4. Lakukan pembukaan jalan napas (mulut) dengan tengadah kepala
dan mengangkat dagu
5. Buka mulut korban dengan jari telunjuk dan ibu jari (teknik finger
slip)
6. Lakukan pembersikan dengan jari telunjuk berbentuk huruf U jika
ada benda asing
7. kompresi dada secara periodic, hingga bantuan petugas
kesehatan datang
8. Melonggarkan semua bagian tubuh yang mengikat (ketat) guna
meningkatkan sirkulasi
Henti Jantung
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat
korban, hal yang harus dilakukan adalah:
1. Memastikan/mengetahui apakah korban mengalami
henti jantung.
2. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan system keselamatan lingkungan (SPGDT), guna
meminta bantuan.
3. Posisikan korban terlentang dan di lingkungan yang
aman
4. Lakukan kompresi dada secara periodic, hingga
bantuan petugas kesehatan datang
5. Melonggarkan semua bagian tubuh yang mengikat
(ketat) guna meningkatkan sirkulasi
3.2. Prinsip bantuan hidup dasar pada kondisi cedera, seperti : keracunan,
kemasukan benda asing, dan sumbatan jalan nafas
a. Keracunan
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat
korban, hal yang harus dilakukan adalah:
a.1. Memastikan/mengetahui apakah korban mengalami keracunan
(kenali tanda-tandanya)
a.2. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan system keselamatan lingkungan (SPGDT), guna
meminta bantuan.
a.3. Melakukan upaya Minimalisir
a.3.1. Terpapar dengan:
- Membersihkan zat toksik bubuk dengan menyingkirkan
tanpa air.
- Membersihkan zat toksik cair disingkirkan dengan air
mengalir.
a.3.2. Tertelan, dengan:
- Upaya memuntahkan, jika zat tidak korosif
- Pemberian susu murni/larutan arang/ air kelapa/air
matang
a.3.3. Terhirup, dengan:
- Mengevakuasi korban, ke tempat terbuka
- Ajarkan teknik napas dalam
- Berikan oksigen (jika ada)
a.4. Melonggarkan semua bagian tubuh yang mengikat (ketat) guna
meningkatkan sirkulasi
a.5. Posisikan korban setengah duduk dengan tenang
a. Perdarahan
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat
korban, hal yang harus dilakukan adalah:
a.1. Memastikan/mengetahui apakah korban mengalami perdarahan
ringan, sedang atau berat.
a.2. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan system keselamatan lingkungan (SPGDT), guna
meminta bantuan.
a.3. Posisikan korban terlentang dan di lingkungan yang aman
a.4. Hentikan luka perdarahan dengan menggunakan kain bersih
a.5. Lakukan pembalutan sesuai kondisi
a.6. Posisikan area yang mengalami perdarahan lebih tinggi dari
posisi jantung.
a.7. Tinggikan posisi kaki lebih tinggi 30-45 o
a.8. Berikan korban minum sesuai kebutuhan
b. Patah tulang
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat
korban, hal yang harus dilakukan adalah:
b.1. Memastikan/mengetahui apakah korban mengalami patah
tulang terbuka atau tertutup
b.2. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan system keselamatan lingkungan (SPGDT), guna
meminta bantuan.
b.3. Lakukan tindakan penghentian perdarahan seperti pada kasus
perdarahan
b.4. Immobilisasi area yang patah dengan bidai, tanpa merubah
posisi saat ditemukan
b.5. Posisikan area yang mengalami patah tulang bebas dari
tekanan
c. Luka bakar
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat
korban, hal yang harus dilakukan adalah:
c.1. Memastikan/mengetahui apakah korban mengalami luka bakar
yang membahayakan
c.2. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan system keselamatan lingkungan (SPGDT), guna
meminta bantuan.
c.3. Hentikan sumber penyebab luka bakar (tutup dengan selimut
basah)
c.4. Rendam area tubuh yang mengalami luka bakar di air mengalir
dalam 30-60 menit
c.5. Tutup area luka dengan kain bersih
c.6. Berikan korban air minum sesuai kebutuhan
REFERENSI
Pedoman Bantuan Hidup Dasar untuk awam, American Heart Association, 2010
Soal:
1. Tindakan bantuan hidup dasar dilakukan saat ditemukan korban yang
mengalami:
A. Henti napas
B. Kelaparan
C. Kematian
D. Keguguran
2. Pada saat ditemukan korban tersiram air panas, tindakan yang harus
dilakukan saat ditemukan:
a. Buka pakaian korban
b. Siram perlahan korban dengan air suhu normal
c. Berikan pijatan luar jantung
d. Berikan minum semampu korban
3. Pada saat ditemukan korban mengalami luka bakar akibat knalpot kendaraan
bermotor, tindakan yang dilakukan saat korban ditemukan:
A. Berikan posisi aman
B. Balur dengan minyak kelapa
C. Berikan pasta gigi
D. Rendam luka bakar pada air mengalir
4. Pada saat ditemukan korban tidak sadar, tindakan segera yang dapat
penolong lakukan:
A. Lakukan pijatan jantung luar
B. Berikan cubitan yang kuat
C. Minta pertolongan
D. Pindahkan korban