Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


MELAKUKAN PERTOLONGAN TERHADAP ORANG YANG
MENGALAMI GANGGUAN PERNAPASAN

DISUSUN OLEH :
Limrah Hidayanur / 1600033

KELAS:
VC

DOSEN PEMBIMBING:
Armon Fernando, M. Si., Apt

ASISTEN DOSEN:
Indah Permata Sari
Lisa Kartika, Amd., Farm
Rofika Rustam, Amd., Farm

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT


karena rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Dalam makalah ini, kami mengangkat topik “ Melakukan Pertolongan
Terhadap Orang yang Mengalami Gangguan Pernapasan ”.
Penulis menyadari bahwa tidak mungkin tugas ini dapat selesai bila
dilakukan tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan nasihat dari berbagai pihak
yang telah membantu kami. Karena itu kami ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang bersangkutan dalam
pembuatan tugas ini .
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan sehingga tugas ini tidak
sempurna karena masih banyak kekurangannya. Terlepas dari itu , saya berharap
agar tugas ini dapat bermanfaat dikemudian hari untuk segala pihak yang
membutuhkan.
Sekian yang dapat kami sampaikan semoga tugas ini dapat bermanfaat.
Akhir kata, ‘Wasalamualaikum Wr.Wb.’

Pekanbaru, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................. 2
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) .................................... 3
2.2 Langkah- Langkah Pertolongan P3K ................................................... 3
2.3 Menangani Orang yang Mengalami Gangguan Pernapasan ............. 6
2.4 Pertolongan Pertama pada Orang yang Tidak Bisa Bernapas .......... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan kerja sanagat penting bagi kita untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja tetapi juga dapat merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat
dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah
capek dan tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang.
P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita
hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka
mental kita tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya.
Sebaliknya jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar
kita akan melakukan pertolongan yang salah pada korban. Sebagai seorang
pecinta alam, materi ini penting untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali
tidak dapat diduga dan sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita
harapkan. Sedangkan tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk
dijangkau. Maka satu-satunya pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan
sementara korban kerumah sakit atau dokter terdekat.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
pertolongan dengan memberi pernapasan buatan. Ada dua cara pernapasan buatan,
yaitu pernafasan buatan dengan metode holger nielson dan silbester. Kesehatan
dan keselamatan.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan
pertolongan pertama terhadap orang yang mengalami gangguan pernapasan dan
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan yang nyata.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)


Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan
terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si
korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan
Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari
suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami.
Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang
diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus
diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat
buruk, cacat tubuh bahkan kematian.
Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau
pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai
pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di
alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan
sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun
lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban.
Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini
kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan
mampu menguasai setiap keadaan.

2.2 Langkah- Langkah Pertolongan P3K


2.2.1 Langkah Pertama
Ketika sedang menghadapi atau menangani orang yang mengalami cedera,
ada tiga hal yang harus dipastikan atau diperhatikan terhadap korban sebelum
melakukan langkah-langkah pertolongan. Ketiga hal tersebut adalah:
a. Pernapasan
Pastikan bahwa saluran napas korban tidak tersumbat oleh lidahnya atau
saluran pernapasannya tidak tersumbat lendir atau benda benda lain yang
mungkin masuk dan ada di saluran dan lubang pernapasan.

3
b. Napas
Setelah mendapatkan kepastian pada bagian pernapasannya maka alihkan
perhatian pada diri korban. Perhatikan dan carilah kepastian, apakah korban
masih bisa bernapas, meski tidak lancar. Cara untuk dapat memastikan napas
korban adalah dengan menempatkan sebuah cermin atau mata pisau yang terbuat
dan bahan stainless di depan mulut atau hidungnya. Apabila cermin atau pisau
itu berkabut, hal itu menandakan bahwa korban masih bisa bernapas. Dan
indikasi korban itu tidak dapat bernapas tentu jika cermin atau pisau itu tidak
berkabut. Jika situasinÿa mengarahkan pada keadaan yang terakhir, segera
lakukan tindakan untuk membuat pernapasan buatan.

c. Peredaran darah
Hal selanjutnya yang harus diketahui dan dipastikan adalah pada peredaran
darah korban. Upaya untuk mengetahui dan memastikannya adalah dengan
memeriksa nadi korban, apakah masih berdenyut, berdenyut dengan tidak
normal, atau terhenti. Caranya adalah dengan menggenggam pergelangan tangan
korban dari luar, di mana jari tengah Anda menekan pada urat nadi pergetangan
tangan korban.Cara lainnya adalah dengan metakkanlah ujung jari telunjuk Anda
ke urat nadi pada sudut rahang bawah korban. Kemudian rasakan, apakah nadi
dari korban masih berdenyut atau tidak. Jika masih berdenyut maka Anda bisa
melakukan langkah-langkah pertolongan selanjutnya.
Namun jika nadi rahang korban tidak berdenyut, segeralah untuk melakukan
langkah pembangkitan fungsi jantung melalui cara Kardio Pulmonar (jantung
paru-paru) yang disingkat CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation). Jika akan
melakukan upaya CPR pada korban, sebelumnya Anda harus memeriksa ada
pendarahan atau tidak pada korban.

2.2.2 Langkah Kedua


Suatu tindakan yang cepat harus dilakukan pada korban-korban yang
mengalami pendarahan berat, keracunan atau denyut jantung dan napasnya
terhenti. Ketiga hal pokok ini sangat menentukan atas jaminan kelangsungan
hidup korban. Anda harus melakukan sesuatu sebagai upaya pertolongan utama

4
dan pertama dalam situasi-situasi ini, karena setiap detik waktu yang ada sangat
berharga.

2.2.3 Langkah Ketiga


Ketika sedang mengangkat korban cedera maka ada satu hal yang harus
diingat dan diperhatikan, yaitu cara mengangkatnya jangan dengan mengangkat
pada bagian leher atau tulang punggungnya. Teknik mengangkat dengan cara
memegang pada kedua organ tubuh ini (leher dan tulang punggung) akan
diperbolehkan jika tindakan ini dipandang perlu, bahkan harus guna
menghindarkan korban dan dampak susulan yang lebih parah.

2.2.4 Langkah Keempat


Dalam keadaan darurat dimana bantuan medis belum datang di tempat
kecelakaan, langkah yang bisa dilakukan adalah membiarkan korban berbaring
tenang tanpa gangguan. Jika korban mengalami muntah-muntah dan dipastikan
tidak menimbulkan bahaya pada organ lehernya, Anda bisa memutar kepalanya
secara perlahan dan hati-hati. Tujuannya untuk menghindari tersumbatnya saluran
pernapasan. Selain itu diusahakan agar tubuh korban dalam keadaan hangat. ini
bisa dilakukan dengan cara menyelimuti korban dengan selimut, kain, baju atau
yang lainnya. Namun begitu, Anda harus mempunyai perkiraan korban tidak
kepanasan.

2.2.5 Langkah Kelima


Mintalah bantuan pada orang-orang di sekitar kejadian untuk memanggilkan
ambulan atau dokter yang paling dekat dan tempat kejadian, sementara itu Anda
tetap menjaga korban dan melakukan langkah-langkah pertolongan pertama.
Jika dokter sudah datang ke tempat kejadian, Anda periu memberitahukan
tentang keadaan korban dan langkah-langkah pertolongan yang telah Anda
lakukan. Akan sangat baik jika Anda meminta saran dari dokter mengenai apa
yang sebaiknya dilakukan selanjutnya saat menunggu datangnya ambulans.

5
2.2.6 Langkah Keenam
Periksa dengan hati-hati keadaan korban. Jika situasinya mengharuskan
untuk memotong pakaian korban karena dinilai menghambat usaha pertolongan
pertama, maka lakukanlah pemotongan. Tindakan ini ditujukan sebagai langkah
untuk mencegah atau mengurangi rasa sakit yang diderita korban sebagai akibat
dari gerakan-gerakan spontan yang dilakukannya. Pengecualian dilakukan
terhadap korban yang mengalami luka bakar, di mana Anda dilarang menyobek
atau memotong pakian korban, karena hal ini malah akan memperparah luka
korban.

2.2.7 Langkah Ketujuh


Langkah-langkah ini bersifat psikologis, yakni dengan cara menenangkan
perasaan korban. Upaya ini akan berhasil dengan syarat Anda terlebih dahulu
menenangkan diri sendiri. Jika kita dapat menguasai dan menenangkan diri
sendiri, maka hal ini akan menjadi unsur yang sangat mendukung untuk dapat
menenangkan korban. Dengan ketenangan yang Anda tunjukkan, maka dapat
membuat korban merasa tenang serta rasa panik dan takut pun akan hilang,
sehingga diharapkan sanggup menumbuhkan perasaan besar hati pada diri korban.
Katakan dan yakinkan pada korban bahwa semuanya akan menjadi baik dan
segera dapat diatasi.

2.2.8 Langkah Kedelapan


Jika korban masih sepenuhnya dalam keadaan sadar, sangat baik jika diberikan
minum. Tindakan ini membantu pada proses ketenangan diri korban. Namun
tindakan untuk membeni minum jangan dilakukan jika korban sudah dalam
keadaan pingsan atau setengah pingsan. Tindakan memberi minum kepada korban
yang sudah pingsan atau setengah pingsan akan sangat fatal, karena dapat
menyumbat saluran pernapasan dan menimbulkan rasa tercekik pada leher korban.

2.3 Menangani Orang yang Mengalami Gangguan Pernapasan


1. Pernapasan Buatan Metode Holger Nielson
 Bebaskan jalan napas korban

6
 Korban ditelungkupkan dengan kedua telapak tangannya
 Penolong berlutut dengan salah satu lutut (15 cm) sebelah telinga korban.
 Kaki yang lain diletakkan 5 cm dari siku korban
 Tekan punggung korban pada tulang belikat dengan kedua tangan sambil
menghitung, satu, dua, dan tiga.
 Pada hitungan keempat tekanan dilepaskan dan lengan penolong digeser
ke arah lengan korban.
 Tarik lengan korban ke arah perut penolong sehingga rongga dada
mengembang sambil menghitung: lima, enam, dan tujuh.
 Hitungan kedelapannya, tangan penolong kembali digeser ke arah tulang
belikat korban dan seterusnya. Dilakukan terus menerus sampai ada tanda
hidup kecepatan 10 – 15 kali per menit.
 Jika setelah 30 menit belum ada tanda kehidupan, hentikan pernapasan
buatan.
 Jika tulang lengan patah, cukup dikerjakan dengan menggerakan bahu
korban naik turus 12 kali per menit.

2. Pernapasan Buatan Metode Silbester


 Bebaskan jalan napas korban.
 Korban ditelengtangkan dan letaka sebuah bantal dipunggunggnya
 Penolong berlutut dengan salah satu kaki di sebelah atas korban
menghadap kaki korban. Kedua siku korban disilangkan di atas dadanya,
tekan ke dadanya dengan menghitung dua puluh satu, dua puluh dua (
mengeluarkan napas )
 Kedua siku diturunkan melalui samping kepala dan ditekankan ke dada
dengan menghitung dua puluh satu, dua puluh dua, dan seterusnya.
 Hal ini dilakukan

2.4 Pertolongan Pertama pada Orang yang Tidak Bisa Bernapas


1. Periksa saluran pernapasannya
Memeriksa dan memastikan bahwa saluran pernapasannya tidak tersumbat
sesuatu. Untuk mengetahuinya, buka mulut orang yang mengalami kesulitan

7
bernapas untuk dilihat apakah ada sesuatu yang lain dalam mulut atau
tenggorokannya yang dapat menghambat pernapasannya.

2. Periksa hembusan udara di saluran pernapasannya


Perhatikan dada orang yang mengalami sulit bernapas, apakah masih
mengembang dan mengempis atau tidak. Selain itu, periksa hembusan udara
yang ada di hidung dan mulut dengan menggunakan jari. Ini dilakukan untuk
mengetahui tiupan napas, masih ada atau tidak. Periksa juga denyut nadi pada
pergelangan tangannya.

3. Berikan bantuan pernapasan


Jika seseorang tidak dapat bernapas karena tenggelam, terkena arus listrik,
terkena asap dan bahan kimia atau karena sebab yang lain namun jantungnya
masih berdetak dan berdenyut, maka lakukan bantuan pernapasan dari mulut ke
mulut.
Namun, kalau seseorang tidak bisa bernapas karena sengatan arus listrik,
sebelum menyentuh dan melakukan upaya napas buatan dari mulut ke mulut,
pastikan dahulu bahwa kontak orang yang mengalami sulit bernapas dengan
sumber arus listrik telah diputuskan.

4. Pindahkan ke ruang terbuka yang sirkulasi udaranya baik


Jika di sekitar orang yang kesulitan bernapas terdapat gas dan uap, maka
sebaiknya pindahkan korban ke tempat yang terbuka dan terdapat udara bebas
serta segar. Jangan mengerumuni orang yang tidak bisa bernapas karena hal
tersebut akan menghambat sirkulasi udara di sekitarnya.
Jika Anda menemukan seseorang yang pingsan akibat tidak bisa bernapas,
jangan panik dan segera cari bantuan medis. Kemudian, berikan napas buatan.

5. Periksa denyut nadinya


Jika mendapati seseorang pingsan karena hal-hal yang sudah disebut di atas,
periksa apakah nadi masih berdenyut. Bila tidak ada denyut, berikan resusitasi

8
jantung paru. Bila masih ada denyut, namun tidak bernapas, maka berikan napas
buatan saja tanpa pijat jantung.

6. Bantu orang yang kena serangan cemas atau serangan panik untuk
menarik napas dalam
Caranya, bawa orang yang kena serangan cemas atau serangan panik ke
tempat yang sepi dan punya sirkulasi udara yang baik. Kemudian, pandu orang
tersebut untuk bernapas perlahan-lahan, misalnya dengan menghitung satu
sampai sepuluh pelan-pelan.
Usahakan untuk tidak memberikan instruksi yang terlalu berbelit atau
panjang lebar. Bicaralah dengan kalimat yang sederhana dan dengan nada suara
yang tenang.

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Dalam hal menghadapi atau menangani orang yang mengalami cedera, ada
tiga hal yang harus dipastikan atau diperhatikan terhadap korban sebelum
melakukan langkah-langkah pertolongan. Ketiga hal tersebut adalah:
Pernapasan, Nafas, dan Peredaran darah
 Metode pertolongan pernafasan ada dua, yaitu :
a. Pernafasan dengan metode Holger Nielson
b. Pernafsan dengan metode silbester
 Dalam melakukan pertolongan pada kecelakaan kerja perlu dilakukan
berdasarkan langkah-langkah atau prosedur yang telah ditetapkan

10
DAFTAR PUSTAKA

Adi Syakdani, S.T., M.T,dkk.2012.Modul Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja


dan Hukum Ketenagakerjaan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

Cahyono, AB. 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press
Mashoed dan Djonet Soetatmo. 1981. Massage olahraga, Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan dan Pendidikan Keselamatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Mohamad, Kartono. 1983. Pertolongan Pertama. Jakarta: PT. Gramedia

Trikasjono, Toto dkk. 2015. Petunjuk praktikum k3. Yogyakarta:STTN-BATAM

11

Anda mungkin juga menyukai