PROPOSAL
Oleh:
PENDAHULUAN
pengaruh yang besar terhadap makhluk hidup. Salah satunya berperan dalam
Sinar matahari yang dapat memberikan pengaruh buruk pada kulit yakni
sinar radiasi ultraviolet (UV). Radiasi UV ini terdiri dari UV-A (320-400 nm),
UV-B (290-320 nm) serta UV-C (200-290 nm). UV-C di saring oleh ozon pada
lapisan stratosfer, sehingga hanya UV-A dan UV-B yang dapat mencapai
permukaan bumi (Suda, 2013). Moloney dkk (2002) dalam Pradika (2016)
mengemukakan bahwa sinar UV-B lebih merusak kulit daripada UV-A karena
pemicu terjadinya kanker kulit dan berbagai kelainan pada kulit (Suda, 2013).
Mambro dan Fonseca (2004), menyatakan bahwa senyawa fenolik dan
flavonoid yang ada pada tumbuhan diduga dapat menangkal radikal bebas
akibat induksi ultraviolet (UV). Flavonoid juga diduga dapat memberikan efek
al. (2010) dan Ismail (2010) dalam Pradika (2016) mengemukakan bahwa
surya.
kerjanya terbagi menjadi dua yaitu tabir surya fisik (UV blocker), bekerja
dengan memantulkan radiasi sinar UV dan tabir surya kimia (UV absorbent),
bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV (Shai A., et al, 2009). Besarnya
potensi tabir surya dalam menyerap atau memantulkan sinar ultraviolet dapat
tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV protector,
semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau zat aktif tabir surya maka
semakin efektif untuk melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV. Untuk
melihat potensi suatu produk tabir surya dalam menyerap sinar ultraviolet maka
dapat ditentukan dengan menentukan nilai SPF dan mengukur persen transmisi
Biasanya sediaan tabir surya yang beredar dipasaran terdiri atas bahan-
bahan sintetik misalnya PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang popular
dinegara barat karena efektif menyerap sinar UV-B dan cepat mencokelatkan
kulit. Tetapi untuk kulit Asia khususnya Indonesia, tabir surya yang
untuk mencari senyawa aktif yang berasal dari alam yang diharapkan dapat
tanaman obat yang memiliki potensi sebagai bahan tabir surya. Pada penelitian
sebelumnya tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan oral dan topikal,
yang berpotensi sebagai detoksifikasi, obat luka bakar, mengurangi edema, dan
mengobati diare (Anderson, 1986; Cheng, 1994). Senyawa aktif dari tanaman
Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun petai belalang tersebut
dilaporkan memiliki nilai IC50 ekstrak metanol 3,125 µg/ml, IC50 ekstrak etil
asetat 4,272 µg/ml dan IC50 ekstrak n-heksana 34,570 µg/ml. Ketiga ekstrak
nilai % transmisi eritema (% Te), nilai % transmisi pigmentasi (% Tp), dan nilai
SPF (Sun Protection Factor) ekstrak etanol daun petai belalang secara in vitro
dan in vivo dengan menguji aktivitas tabir surya yang diharapkan memiliki
profil tabir surya yang potensial, nilai SPF yang tinggi, serta didapatkan
TINJAUAN PUSTAKA
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Adapun taksonomi tumbuhan ini
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Archidendron
2.1.3 Morfologi
cm. Batang petai belalang ini berwarna coklat dan tegak horizontal atau
vertikal. Daun petai belalang ini sekitar 30 cm berbentuk datar, elips atau
India dan Cina Selatan. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di hutan primer dan
sekunder, hutan mangrove, hutan rawa, hutan rawa gambut, lahan terbuka,
hutan keranga. Tetapi juga umum di lereng bukit dan pegunungan. Pada tanah
berpasir dan liat atau lumpur abu-abu pada ketinggian 0-1.850 m (Ser, 1979)
2.1.5 Kegunaan
1994).
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Proses awal
tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu
ekstrak dengan dasar semakin halus serbuk simplisia maka proses ekstraksi
semakin efektif dan efisien, namun semakin halus serbuk maka rumit teknologi
aktif simplisa nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
a. Maserasi
merendam sampel dalam pelarut selama waktu tertentu yang dilakukan pada
suhu kamar, sehingga sampel menjadi lunak dan larut. Jumlah pelarut yang
lunak, seperti bunga dan daun.Senyawa organik metabolit sekunder yang ada
dalam bahan alam tersebut umumnya dalam persentase yang cukup banyak,
disaring dan filtrat yang didapat diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai
b. Perkolasi
pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator.
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan bisa dilakukan untuk zat
tersebut dilewatkan secara perlahan (tetes demi tetes) kepada bahan alam yang
bagian tumbuhan yang keras seperti akar, biji dan batang. Cara perkolasi
digunakan apabila kandungan kimia sedikit. Filtrat yang didapat diuapkan
a. Refluks
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
pada residu pertama 3-5 kali. Metode ini termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Sokletasi
dengan menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia
dipakai lebih sedikit. Bila penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan
c. Digestasi
50°C.Cara ini dilakukan untuk simplisia pada suhu biasa tidak tersari dengan
baik.Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90°C, sambil sesekali diaduk. Kalau tidak dikatakan lain
e. Dekokta
mencapai 90°C sedangkan infusa hanya 15 menit. Cara ini dapat dilakukan
untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri atau simplisia yang
pemenang Nobel, Albert Szent Gyorgyl. Nama flavonoid berasal dari kata
“Flavon” yaitu salah satu anggota flavonoid yang terbanyak ditemukan pada
bagian-bagian seperti buah, daun, biji, akar, kulit kayu, batang dan
bunga.(Raharjo, 2013).
Secara in vitro, senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek
pertumbuhan sel kanker (Winarsih, 2007). Selain itu, beberapa aktivitas yang
merupakan zat warna merah tua, merah, biru kehijauan dan biru pada bunga dan
jaringan lain. Flavon dan flavonol merupakan pigmen pada bunga dan tersebar
luas pada daun berwarna kuning.Calcon merupakan zat warna kuning pada
bunga, kadang terdapat pada familia legumminaseae dan tidak berwarna (Sirait,
glikosida adalah flavonoid yang satu atau lebih gugus hidroksilnya berikatan
dengan satu atau lebih gula dengan ikatan hemiasetat, yang lebih mudah terurai
dengan adanya asam. Akibatnya ikatan ini, flavonoid menjadi kurang reaktif
dan lebih mudah larut dalam pelarut polar (air, etanol, dan metanol) flavonoid
C-glikosida adalah flavonoid yang memilki gugus gula yang terikat langsung
pada atom karbon pada inti benzene, ikatan ini tahan terhadap asam. Ikatan ini
terjadi pada C-6 dan C-8, serta jenis gula yang terikat lebih terbatas (Hanani,
2015).
kompleks antara AlCl3 dengan senyawa flavonoid pada gugus orto hidroksi
dilihat (visibel) maupun yang tidak dapat dilihat. Sinar matahari yang dapat
dilihat adalah sinar yang dipancarkan dalam gelombang lebih dari 400 nm,
disebut dengan sinar ultraviolet (UV), tidak dapat dilihat dengan mata
(Anonimb, 2009).
Dalam beberapa hal sinar matahari bermanfaat untuk manusia yaitu
matahari dapat merugikan manusia apabila terpapar pada kulit terlalu lama
(Anonimb, 2009).
Sinar matahari terdiri atas sinar inframerah, sinar tampak, dan sinar UV.
A. Sinar UV-A
B. Sinar UV-B
puncak efektivitas pada 297,6 nm. Sinar UV-B adalah daerah UV eritemogenik
C. Sinar UV-C
dapat menyebabkan kerusakan jaringan, akan tetapi sinar UV ini sebagian besar
Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang
kulit sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit
manusia dari kerusakan akibat sinar UV (Anonim, 2003). Produk tabir surya
kerusakan kulit, Tabir surya topikal dapat dibuat dalam sediaan salep, gel,
1. Physical Blockers
2. Chemical Absorber
organic (PhisycalBlocker) /
UV A UV B komponen
anorganik
c. Dioksibenzon 4. CaCO
a.Avobenzon a. Oktinosate
3, Anthranilate 3. Salisilat
a. Meradimate a. Oktisalat
b. Homosalat
c. Salisilat
4. Lainnya
a. Anthranilat
b. Ensulizole
Efektivitas sediaan tabir surya dapat dinyatakan dengan nilai SPF (Sun
dose (MED) pada kulit manusia yang terlindungi tabir surya dengan MED kulit
untuk mencegah kerusakan kulit. Tabir surya dengan SPF menyatakan lamanya
kulit seseorang berada dibawah sinar matahari tanpa mengalami luka baka,
sedangkan angka SPF menyatakan berapa kali daya tahan alami kulit seseorang
dilipat gandakan sehingga aman dibawah matahari tanpa terkena luka bakar.
SPF dapat ditentukan melalui perbandingan energi sinar yang dipaparkan untuk
(FDA) mensyaratkan tiap tabir surya harus mencantumkan nilai SPFnya. Nilai
2002).
SPF = CF x ∑320
290 𝐸𝐸(𝜆)𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝐴𝑏𝑠 (𝜆)…………(Persamaan 1)
gelombang
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180
Total 1
kemampuan tabir surya melindungi kulit. Tabir surya dengan SPF menyatakan
lamanya kulit seseorang berada di bawah sinar matahari tanpa mengalami luka
bakar. Sedangkan angka SPF menyatakan berapa kali daya tahan alami kulit
seseorang dilipat gandakan sehingga aman dibawah matahari tanpa terkena luka
bakar.
SPF 15, maka akan dapat bertahan 15 kali lebih lama, yaitu selama 15 x 30
B. Evaluasi %Te
dengan cara mengukur intensitas sinar yang diteruskan bahan tabir surya pada
Efektivitas eritema adalah efek dari sejumlah radiasi pada panjang gelombang
gelombang 296,7 nm dengan energi yang sama. Energi matahari pada panjang
296,7 nm diperoleh dari hasil perkalian antara intensitas radiasi matahari pada
panjang gelombang tersebut dengan faktor efektivitas eritemanya(Hasanah et
al, 2015).
sediaan yang dibuat pada panjang gelombang 292,5 – 317,5 nm. Dengan jarak
perubahan skala setiap kali pengamatan 5 nm. Nilai serapan diperoleh dari tiga
replikasi yang dihitung nilai serapan untuk 1g/L (A) dan persen nilai transmisi
A = -log T…………(Persamaan 2)
eritema. Nilai yang diperoleh kemudian dibagi dengan total incident erithemal
∑ (T,Fe)
% Transmisi Eritema = … … … … (Persamaan 3)
∑Fe
diteruskan oleh sediaan tabir surya pada spektrum pigmentasi dengan jumlah
nm. Jarak perubahan skala setiap kali pengamatan 5 nm. Nilai serapan yang
diperoleh, kemudian dihitung untuk 1g/L/cm dan %Tp 1g/L dengan rumus
A = -log T
∑(T x Fp)
% Transmisi Pigmentasi = …………(Persamaan 4)
∑Fp
nilai fluks eritema (Fe) dan fluks pigmentasi (Fp) untuk sediaan tabir surya.
1 290-295 0,1105
2 295-300 0,6720
3 300-305 1,0000
4 305-310 0,2008
5 310-315 0,1364
6 315-320 0,1125
1 320-325 0,1079
2 325-330 0,1020
3 330-335 0,0936
4 335-340 0,0798
5 340-345 0,0669
6 345-350 0,0570
7 350-355 0,0488
8 355-360 0,0456
9 360-365 0,0356
10 365-370 0,0310
11 370-375 0,0260
2010).
menyatakan potensi proteksi kulit terhadap sinar matahari pada radiasi (UV) A
(320-400 nm) dan (UV) B (290-320 nm) yang dimanfaatkan sebagai bahan
kelompok, yaitu :
total kulit yang sangat sensitif terhadap sinar (UV) A dan sinar
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi
(Dachriyanus, 2004).
Spektrum ini timbul dari transisi elektron suatu molekul, Bagian dari molekul
yang bertanggung jawab dalam transisi ini adalah kromofor. Kromofor adalah
gugus tak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah-daerah UV
spektrofotometri UV dan sinar tampak sebagai salah satu peralatan yang sering
dua maupun rangkap tiga, khususnya untuk ikatan rangkap terkonjugasi dan
2007).
1. Sumber Radiasi
elektroda yang terselubung dalam tabung gelas dan diisi dengan gas
radiasi yang kontinue dalam daerah sekitar 180 dan 350 nm.
2. Monokromator
3. Tempat cuplikan
Cuplikan pada daerah ultraviolet atau terlihat biasanya berupa gas atau
larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet. Kuvet yang digunakan untuk
4. Detektor
menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga tersebut untuk
dapat diukur secara kuantitatif. Seperti sebagai arus listrik atau perubahan-
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua
molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu
mereka mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat
dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi
(Wunas,2011).
suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”.
konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.
A = a.b.c
dimana : A = absorbansi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet
c = konsentrasi