Anda di halaman 1dari 71

PARASITOLOGI

TREMATODA
Klasifikasi Trematoda
• Trematoda Usus
• Trematoda Hati
• Trematoda Paru
• Trematoda Darah
TREMATODA UMUM
Trematoda (cacing hisap) :
- Bentuk seperti daun, pipih dorsolateral sehingga disebut cacing daun
- Badannya diliputi intergumen mesenkimatus, aseluler halus seringkali
ditumbuhi semacam sisik atau duri yang tampak jelas terutama pada bagian
anterior tubuh.
- Terdapat otot dengan 3 serabut (longitudinal, oblik dan sirkuler) untuk dapat
bergeraknya parasit dengan mengubah bentuk badan cacing.
- Memiliki alat pengisap (batil isap) ada 2 batil isap yaitu batil isap mulut dan
batil isap perut.
- Trematoda memiliki saluran pencernaan berbentuk huruf Y terbalik
- Tidak memiliki alat pernapasan khusus karena hidup secara anaerob
- Saluran ekskresi terdapat simetris bilateral dan berakhir di bagian posterior.
- Susunan saraf dimulai dengan ganglion di bagian dorsal esofagus, kemudian
terdapat saraf yang memanjang di bagian dorsal, ventral dan lateral badan.
Siklus Hidup Trematoda
Trematoda
Usus
Fascialopsis buski

Metagonimus Yokogawai

Echinostoma ilocanum

Gastrodiscoides hominis

Heterophyes heterophyes

Watsonius watsoni
Fasciolopsis buski
Hospes definitif : Manusia, babi, anjing, kucing
Hospes perantara pertama : Keong air tawar (Segmentina,
Hippeutis)
Hospes perantara kedua : Tumbuh-tumbuhan air (Morning glory,
Elichoris Eichornia grassipes, Trapa natans, Trapa bicornis,
tuberosa, Zizania)
Habitat : Usus halus
Penyakit : Fasciolopsiasis
Distribusi geografik : China, Taiwan, Thailand, Malaysia, Laos,
India, Vietnam dan Indonesia
• Bentuk ovoid berwarna kemerahan
• Ukuran (20–75) x ( 8–20) x (1–3) mm
• Mempunyai dua batil isap
• Batil isap mulut < batil isap perut
e wa sa
i Ca c ing D • Testis bercabang-cabang, atas bawah
ol o g
Morf
• Ovarium bercabang-cabang di atas testis
• Kelenjar vitalaria di bagian lateral
• Sekum tidak bercabang
• Uterus berkelok kelok
Life Cycle
Patofisilogi & Gejala Fasciolopsis
buski
Perubahan patologi yang disebabkan oleh cacing ini ada
tiga bentuk yaitu toksik, obstruksi dan traumatik.
Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan
hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga
menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai
akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada
dinding usus.

Gejala :
 Diare kronis
 Toksemia terjadi sebagai akibat dari absorpsi sekresi
metabolit dari cacing, hal ini dapat mengakibatkan
Diagnosis & Pengobatan Fasciolopsis buski

 Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan ditemukan
telur cacing dalam feses.

 Pengobatan
Diklorofen, niklosamide dan praziquantel,
Echinostoma revolutum & E.
ilocanum
 Penyakit : Ekinostomiasis
 Hospes : Manusia, tikus, anjing, burung, ikan
 Habitat : Usus halus (cacing dewasa)
 Penyebaran Geografis : Filipina, Cina,
Indonesia dan India
 Duri-duri leher (collar sines) 37-51 buah letaknya dua baris berupa
tapal kuda melingkari bagian belakang dan samping batil isap mulut.
 Bentuk loanjong dengan ukuran 2,5 mm – 15 mm x 0,4 – 3,5 mm.
Warna agak merah ke abu-abuan.
 Testis agak bulat, berlekuk-lekuk tersusun tandem di bagian
posterior.
Patofisiologi
 Kerusakan ringan pada mukosa usus tidak
menimbulkan gejala.
 Pada infeksi berat : radang kataral pada dinding
usus, atau ulserasi.
 Pada anak-anak : diare, sakit perut, anemia dan
edema.

Diagnosis : Menemukan telur dalam tinja.


Pengobatan: Tetrakloroetilen dan Prazikuantel

Epidemiologi :
Keong sawah merupakan sumber infeksi apabila
tidak dimasak sampai matang.
Heterophyes heterophyes
 Penyakit : Heterophyliasis
 Habitat : Dinding usus halus
 Hospes defenitif : manusia, anjing, kucing, mamalia pemakan
ikan, dll
 Hospes perantara : 1) siput air tawar Pironella conica dan
Cerithidea cingulata. 2) Ikan Mugil chepalus, M. Japonicus,
Tilapia nilotica, Acanthogobius sp, Alphaniun fasciatus
 Distribusi Geografik : Lembah sungai Nil, Turki, dan Timur
Jauh RRC, Jepang, Korea, Taiwan dan Philipina
Cacing Dewasa
 Bentuk : memanjang, piriformis, ujung
MORFOLOGI
posterior bundar, ujung anterior lebih
lebar
 Ukuran : (1-1,7) x (0,3-0,4) mm
 Batil isap kepala, kecil, diameter 90 mm,
batil isap perut 230 mm di 1/3 anterior
tubuh tengah, batil isap genital 150 mm.
 Testis berbentuk oval sebelah
menyebelah pada daerah subcaudal,
terletak sebelah posterior Ovarium yang
kecil

Telur
 Kecil, berkulit tebal, memiliki
operkulum
 Ukuran : (28-30) x (15-17) mm
Pengobatan
 Obat tetrachloroethylen dosis
Gejala Klinik
tunggal 0,12 mL/KgBB (DM
Reaksi radang dan lesi pada
5mL) stlh puasa, tanpa diberi
mukosa usus.
pencahar
Iritasi ringan, kolik dan diare,
 niclosamid, anak-anak 100-
tinja mengandung lendir ,
125mg/KgBB
nekrosis permukaan mukosa.
 Hexylresorcinol dosis tunggal
Miokarditis, kelemahan jantung,
0,4g(1-7th). 1g(>12th)
penyebaran kejaringan otak, dsb
 Praziquantel 75mg/KgBB 3x
per 4-6 jam
Diagnosis
Ditemukan telur berembrio pada
Pencegahan
tinja hospes
Mengobati penderita, memasak
ikan dengan baik.
Metagonimus yokogawi
 Penyakit : Metagonimiasis
 Habitat : Jejunum bagian atas dan tengah. Pada lumen usus, mungkin
menembus villi atau melekat pada mukosa usus.
 Hospes defenitif : manusia, kucing, anjing, babi, burung pemakan ikan
dan binatang lain pemakan ikan.
 Hospes perantara : 1) siput air tawar Semisulcospira libertina atau spesies
lain dan Thiara granifera 2) jenis ikan Plecoglossus altivelis, Odontobutis
obscurus, Salmo perryi dan Tribolodon hakonensis
 Distribusi Greografik : Timur Jauh RRC, Philipina, Korea, Thailand,
Siberia.
Morfologi
Telur
Ukuran 28x17m
Cacing
Memiliki operkulum
Ukuran : (1,0-2,5) x (0,4-0,75)
Kulit tipis
mm
Berbentuk piroformis dengan
ujung posterior lebih bundar .
Batil isap perut (66-165m) x
(55-114m)
Diameter oral sucker 90m.
Testis, ovoid berdampingan
pada 1/3 posterior tubuh,
terletak sebelah posterior dari
ovarium.
Diagnosis
Gejala Klinik
Ditemukan telur cacing dalam tinja.
Peradangan sedang pada mukosa
Ditemukan cacing setelah suatu
usus
pengobatan
Nekrosis sel mukosa
Keluarnya lendir dari mukosa
Pengobatan
usus dan erosi sel mukosa
 Tetrachloroethylen
Infiltrasi sel eosinofil dan
 niclosamid dan Hexylresorcinol
neutrofil pd dinding usus.
 Praziquantel
Telur dapat terbawa ke
miokardium, otak, medula
Pencegahan
spinalis dan jaringan lainnya dan
Mengobati penderita, memasak ikan
dibentuk jaringan granulotus.
dengan baik.
Diare ringan.
Gastrodiscoides hominis
 Penyakit : Gastrodisciasis
 Habitat : caecum dan colon ascendens
 Hospes defenitif : Manusia, babi, tikus dan menjangan
 Hospes perantara : 1) keong air 2) tumbuhan air
 Distribusi Geografik : India, Malaysia, Philipina, Kazaktsan,
Jepang, dan Vietnam
Telur
Berbentuk ovoid, kumparan
Cacing Terdapat Operculum
Bagian anterior berbentuk Ukuran : (150-152) x (60-72) m
seperti kerucut dan bagian
posterior bulat
Ukuran : (5-8) x (3-5) mm
Batil isap perut tebal,
memiliki piringan tebal
melebar keluar
Caecum pendek sampai pada
pertengahan tubuh
Testis berlobus, berurutan
sebelah anterior ovarium
yang berlobus
Gejala Klinis
• Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala
• Infeksi berat terjadi peradangan dalam mukosa usus besar, caecum,
colon ascendens >>>>> diare

Diagnosis
• Menemukan telur dalam tinja

Pengobatan
• Tetrachloroethylen
• Hexylresorcinol
• Piraziquantel
Watsonius watsoni
 Habitat : Usus Halus
 Hospes defenitif : Kera, baboon, dan primata lain, manusia
 Epidemiologi : tersebar di Asia Timur dan Afrika
 Morfologi :
- Ukuran : (8-10) x (4-5) mm
- testis berlobus, berurutan
- ovarium kecil, uterus berkelok- kelok
- telur : ovoid, beroperkulum, (122-130) x (75-80) m, dikeluarkan bersama
tinja, belum matang
 Gejala Klinis : Diare berat
 Diagnosis : ditemukan telur dalam tinja
Cacing
Bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan bagian posterior bulat
Ukuran : (5-8) x (3-5) mm
Batil isap perut tebal, memiliki piringan tebal melebar keluar
Caecum pendek sampai pada pertengahan tubuh
Testis berlobus, berurutan sebelah anterior ovarium yang berlobus

Telur
Berbentuk ovoid
Ukuran : (150-152) x (60-72) m

Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja
Trematoda
Hati
Opisthrochis felineus

Fasciola hepatica

Dicrocoelium dendriticum

Opisthorchis viverini

Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensis
• Hospes : Manusia, kucing, anjing
• Habitat : saluran empedu hati dan sal. pankreas
• Hospes perantara I : keong Bulimus, Alocinma,
Parafossarulus
• Hospes perantara II : ikan Cyprinoid
• Penyakit : Klonorkiasis
• Penyebaran Geografik : Pada daerah timur pedalaman
• Cara infeksi : Makan ikan yang mengandung
metaserkaria yang tidak dimasak dengan baik.
• Seluruh siklus hidup berlangsung selama 3 bulan.
Morfologi
Patofisiologi & Gejala
• Iritasi saluran empedu dan penebalan dinding saluran.
• Luasnya kerusakan bergantung pada jumlah cacing, dan
lamanya infeksi.
• Adanya Clonorchis ataupun Opithorchis dalam waktu yang
lama dapat mengakibatkan perubahan metaplastik pada epitel
saluran empedu yang beresiko menjadi cholangiocarcinoma
• Gejala  3 stadium:
– Stadium ringan : tanpa gejala klinis
– Stadium progressif : nafsu makan menurun, perut rasa
penuh, diare, edema dan hepatomegali
– Stadium lanjut : sindroma hipertensi portal
(hepatomegali, ikterus, asites, sirosis hepatis).
– Kadang-kadang timbul keganasan dalam hati.
Epidemologi dan Pengobatan
Epidemologi
 Kebiasaan makan ikan yang diolah kurang
matang
 Cara pemeliharaan ikan dan pembuangan
tinja di kolam ikan penting dalam
penyebaran penyakit.

Pengobatan
Prazikuantel merupakan obat pilihan
Fasciola hepatica & F. gigantica
 Hospes : kambing dan sapi, kadang-
kadang manusia.
Hospes perantara I : keong air (Lymnea
truncatula)
Hospes perantara II : tumbuh-tumbuhan air
(slada air, watercress, water chestnut)
 Penyakit : fasioliasis
 Penyebaran geografik : Amerika Latin,
Perancis, negara-negara sekitar Laut Tengah.
 Cara infeksi : makan tumbuhan air
mentah yang mengandung metaserkaria.
Morfologi F. hepatica Morfologi F. Gigantia
• Bersifat hermaprodit.
• Sistem reproduksinya ovivar. Tubuhnya pada umumnya
Bentuknya menyerupai daun
berukuran 20 – 30 mm x 8 – 13
lebih besar dibandingkan F.
mm. hepatika dengan panjang 25 –
• Mempunyai tonjolan konus 75 mm dengan lebar 12 mm.
(cephalis cone) Bentuk yang lebih spesifik lebih
pada bagian anteriornya. langsing dan bahu yang lebih
• Memiliki batil isap mulut dan sempit. Ventral sucker lebih
batil isap perut. besar dibanding oral sucker. F.
• Uterus pendek berkelok-kelok. gigantica terlihat lebih
• Testis bercabang banyak, letaknya transparan jika dibandingkan
di pertengahan badan berjumlah dengan F. hepatica
2 buah
Live Cycle
Patologi dan Gejala Klinis
Migrasi cacing muda ke sal. empedu menimbulkan
kerusakan parenkim hati.Peradangan dan penebalan
saluran empedu mengakibatan sumbatan sehingga terjadi
sirosis periportal.
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja, cairan duodenum atau
cairan empedu.
Bila infeksi ektopik : CT scans, ultrasonografi
Pengobatan
Bithionol , Triclabendazol, Praziquantel
Opisthorchis felinus & O. viverrini
 Penyakit: Opisthorchiasis – infeksi pada traktus biliaris intrahepatik
 Habitat : saluran empedu dan pankreas
 HD : anjing, kucing, anjing hutan, babi dan manusia
 HP : 1) keong air (Bulimus- Bithynia- leachi) 2) ikan Cyprinus carpio, Idus
melantos, Tinca tinca, Barbus barbus, Abramis brama & sapa, Alburnus
lucidus dan Aspius aspius
 Epidemiologi : Eropa timur, tengah dan tenggara, Asia: Jepang dan Turki
• Cacing Dewasa hidup dalam saluran empedu dan
saluran pankreas
• Berukuran 7-12mm
• Memiliki batil isap perut dan mulut
• Bentuk lancet, pipih dorsoventral
• Telur mirip C. sinensis hanya saja lebih langsing
Pengobatan
• Praziquantel dosis tunggal 4omg/KgBB pc. Eso : nyeri
abdomen, mual muntah, diare, nyeri otot dan kepala
• Pencahar 4 jam stlh pemberian praziquantel (cacing
keluar bersama tinja dalam 1-2jam)
• Klorokuin

Pencegahan
• Mengurangi sumber infeksi, pengobatan penderita,
menghindari penularan melalui TRP dg memasak ikan dg
sempurna, pendidikan sanitasi lingkungan
Dicrocoelium dendriticum
 Penyakit: Dicrocoeliasis
 HD : kaming
 HP : 1) siput tanah genus Abida, Cochlicopa, Helicella dan
Zebrina 2) semut Formica fusca
 Epidemiologi : kosmopolit pada kambing dan herbivora lain di
Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara-Selatan
Morfologi
Cacing dewasa
Bentuk: pedang langsing, pipih, badan tanpa duri
Ukuran: (5-15) x (1,5-2,5) mm
2 buah testis besar agar berlobang, berdampingan pada anterior ovarium
yang kecil dn agak berlobus
Uterus berkelok-kelok

Telur
Coklat gelap
Ada operkulum
Dinding tebal
Ukuran: ( 38-45) x (22-30) m
Diisi mirasidium yang telah berkembang sempurna
Live Cyle
Patologi dan Simtomatologi
Pada hewan : Pembesaran duktus biliaris, hiperplasia epitel bilier, ada
jaringan ikat pada daerah periduktal, atropi sel hati, infeksi berat terjadi
portalsirosis.
Manusia : ggn. Sal. Pencernaan, flatualens, muntah, kolik bilier,
konstipasi kronik atau diare, keracunan jarang.

Diagnosis dan Pengobatan


Telur pada tinja
Menghindari sumber infeksi, dsb
Pengobatan sama dg chlonorchiasis
Trematoda
paru
Paragonimus westermani

 Penyakit: Paragonimiasis
 HD : manusia, anjing dan kucing
 HP : 1) keong air tawar (semissulcaspira libertlina, Brotia asperata,
B. Costula episcopalis, Syncera spp, dan Melania 2) ketam air tawar
genus Patom, Eriocheir, Sesarma spp. Dan udang batu (crayfish)
 Epidemiologi : Timur Jauh Jepang, Philipina, Korea, India, Muang
Thai, Taiwan, Afrika, dll
SEJARAHNYA
Pertama ditemukan berparasit pada
harimau Bengali di kebun binatang di
Eropa tahun 1878.
Pada dua tahun kemudian infeksi cacing
ini pada manusia dilaporkan di Formosa.
Ditemukan cacing pada organ paru-paru,
otak dan viscera pada orang di Jepang,
Korea dan Filipina, sekarang parasit ini
telah menyebar ke India Barat, New
lo g i
rfo
Mo
Live Cycle
PATOLOGI
• Cacing muda tidak menimbulkan gejala klinis
• Cacing dewasa membentuk kista di paru-paru. Di
dalam kista cacing terdapat dalam bentuk diploid
(berpasangan) maupun triploid
• Gejala : batuk dengan sputum bergaris merah
(endemic hemoptysis) disertai nyeri pleura dan
sesak napas(dyspnea).

• Epidemiologi : Berhubungan erat dengan


kebiasaan makan ketam yang tidak dimasak dengan
baik.
• Pengobatan : Praziquantel, Bitionol, Triclabendazol
Trematoda
Pembuluh
Darah
(SCHISTOS
OMA)
Trematoda Usus
Schistosoma haematobium

Schistosoma mansoni

Schistosoma japonicum
Schistosoma Schistosoma Schistosoma
haematobium mansoni japonicum

dilaporkan menginfeksi dilaporkan menginfeksi orang di


orang di Mesir, Eropa menginfeksi orang di daerah Jepang, China,
dan Timur Tengah Mesir, Eropa dan Taiwan, Filippina,
Timur Tengah Sulawesi, Laos,
Kamboja dan Thailand
hidup dalam venula yang hidup dalam venula hidup dalam venula
mengalir ke kantong porta hepatis yang yang mengalir ke usus
kencing (vesica urinaria) mengalir ke usus halus
besar (dalam hati),

Hospes intermediernya Hospes hospes intermediernya


spesies siput: Bulinus sp, intermediernya pada siput
Physopsis sp. atau bergantung pada Oncomelania
Planorbis sp. lokasi mereka hidup
S. japonicum
Schistosoma japonicum
i um
t ob
ma
a e
a h
so m
st o
hi
Sc
n i
s o
a n
a m
o m
o s
h is t
Sc
SKISTOSOMIA
FASE PENYEBARAN PENYAKIT :
SIS
1. FASE AWAL (3-4 minggu setelah infeksi) yang
menunjukkan gejala demam, toksik dan alergi.
2. FASE INTERMEDIATE (2,5 bulan sampai beberapa
tahun setelah infeksi), yaitu adanya perubahan patologi pada
saluran pencernaan dan saluran kencing
3. FASE TERAKHIR adanya komplikasi gastro-intestinal,
renal dan sistem lain, sering tak ada telur cacing yang keluar
tubuh.

Proses permulaan fase –fase ini dari ke 3 spesies cacing ini


adalah sama yaitu: Demam yang berfluktuasi, kulit kering,
sakit perut, bronchitis, pembesaran hati dan limpa serta
gejala diare.
1.Schistosoma haematobium, hematobium,
Gejala yang terlihat adalah adanya gangguan
pada sistem urinaria saja yaitu: cystitis,
hematuria dan rasa sakit pada waktu kencing.
2. Schistosoma mansoni, menyebabkan
nekrosis dan ulserasi
3. Schistosoma japonicum
Telur cacing japonicum terlihat lebih sering
mencapai jaringan otak dari pada dua spesies
lainnya, sehingga menyebabkan gangguan
saraf yaitu : koma dan paralysis (99% kasus).
Etiologi
Menemukan telur dalam tinja atau jaringan biopsi
Reaksi serologi :
– COPT (circumoral precipitin test)
– IHT (Indirect haemagglutinination test)
– CFT (complement fixation test)
– FAT (Fluorescense antibody test)
– ELISA(Enzyme linked immunosorbent assay)

Pengobatan
Sangat sulit (masih dalam perbincangan) karena belum efektif dalam
penggunaanya. Namun yang sering digunakan seperti Lucanthone
hydroksoid dan miridazole.
Dalam penelitian penggunaan obat : hycanthone, metriphonat,
oxamniquine, praziquantel.

Anda mungkin juga menyukai