Anda di halaman 1dari 73

Berdasarkantaksonomi, cacing yang

hidup pada manusia dibagi menjadi :

A. NEMATHELMINTHES = cacing benang,


terdiri atas.
Nematoda Intestinal
Nematoda Jaringan
B. PLATYHELMINTHES = cacing pipih,
terdiri atas :
Trematoda = cacing daun
(berbentuk daun, tidak bersegmen, mempunyai
alat pencernaan)
Cestoda = cacing pita
dr. Shinta Nareswari
Terbagi dalam 2 ordo :
Ordo Pseudophyllidea
Bentuk kepala lonjong, memiliki 2 lekuk/celah yang
disebut bothrium sebagai alat menempel pada hospes
Ordo Cyclophyllidea
Bentuk kepala bulat, memiliki 4 buah batil isap
berbentuk seperti mangkok
Habitat : Usus halus, terutama ileum

Hospes definitif : manusia, juga


ditemukan pada anjing, kucing
Hospes perantara 1 : Cyclops atau
Diaptomus
Hospes perantara 2 : ikan air tawar
Morfologi cacing dewasa :
Panjang 3-10 m, bahkan dapat mencapai 60 m
Terdiri dari 3.000-4.000 proglotid
Scolex lonjong seperti sendok, dengan dua buah
bothria pada bagian ventral dan dorsal
Ukuran bothria 2,5 x 1 mm
Morfologi telur :
Berbentuk oval
Ukuran 58-76 x 40-51 m
Mempunyai selapis kulit telur tipis, dengan
operkulum pada satu kutub
Telur keluar bersama tinja. Dalam air, sel
telur menjadi Oncosphere dan menetas,
lalu keluar CORACIDIUM yaitu embrio
yang bersilia.
CORACIDIUM dimakan oleh Hospes
perantara 1, kemudian berubah menjadi
PROCERCOID.
Bila
Hospes perantara 1 dimakan oleh
Hospes perantara 2, maka PROCERCOID
akan tumbuh menjadi PLEROCERCOID
(SPARGANUM) yang merupakan bentuk
infektif.

Manusiaterinfeksi bila ikan yang


mengandung larva dimakan mentah atau
kurang matang.
Penyakitnya : diphyllobothriasis

Gejala klinik tidak sama untuk setiap


penderita, umumnya tanpa gejala yang
berarti, tapi dapat pula timbul gejala
berupa gangguan gastrointestinal
berupa diare, hilang nafsu makan. Karena
cacing mengambil vitamin B12 akan
terjadi anemia hiperkrom makrositer.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
ditemukannya telur cacing atau proglotid
di dalam tinjua

Pengobatan dengan
Niclosamide (Yomesan) dosis tunggal peroral 2
gr, dikunyah
Praziquantel, dosis 5-10 mg/kgBB
Bithionol, dosis 30 mg/kgBB
Pencegahan dengan
Menghindari memakan ikan mentah atau kurang
matang
Menjaga pencemaran air oleh tinja manusia
Habitat
: 2/3 atas ilium dengan scolex
terbenam di dalam mukosa usus

Hosper definitif : manusia, juga pada


tikus dan mencit
Morfologi cacing dewasa :
Panjang 25-40 mm, lebar 0,1-0,5 mm
Jumlah proglotid 200 buah
Scolex bulat dengan 4 batil isap seperti
mangkok
Memiliki rostelum pendek dan refraktil, berkait
kecil dalam satu baris
Morfologi telur
Berbentuk oval atau bulat
Ukuran 47 x 37 m
Memiliki dinding berupa 2 lapis membran
Manusia tertular jika memakan telur
cacing
Oncospher keluar di usus halus,
menembus vili usus, menjadi larva
cysticercoid pada tunica propria usus
halus
Kemudian kembali ke lumen usus,
menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu
Dalam 30 hari setelah infeksi, dapat
ditemukan telur dalam tinja hospes
Kadang-kadang telur meneas dalam
lumen usus, oncospher menembus vili
dan lingkaran hidupnya berulang.
Cara infeksi tsb disebut autoinfeksi
interna.
Penyakitnya : hymenolepsiasis nana

Biasanya tidak menimbulkan gejala yang


berarti. Pada infeksi berat dapat
menimbulkan enteritis.
Pada anak, infeksi berat dapat
menimbulkan asteni akibat kurang nafsu
makan, mual muntah, sakit perut yang
disertai ataupun tanpa diare.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
telur dalam tinja

Pengobatan dengan
Niclosamide (Yomesan), dosis 2 gr, dikunyah, sekali
sehari, selama 5-7 hari
Praziquantel peroral, dosis tunggal 15mg/kgBB

Pencegahan dengan
Menghindari makanan dan minuman terkontaminasi
tinja
Habitat : usus halus

Hospes definitif : tikus dan mencit,


dilaporkan banyak kasus pada manusia
Hospes perantara : pinjal tikus (larva)
dan kumbang tepung (dewasa), antara
lain Xenopsylla cheopis, Pulex irritans
Morfologi cacing dewasa :
Ukuran (10-60) x (3-5) mm
Mempunyai 800-1.000 proglotid
Scolex bulat dengan 4 batil isap kecil seperti
cawan
Mempunyai rostellum tanpa kait
Morfologi telur:
Agak bulat, berwarna kuning/kuning coklat
Ukuran 56 x 86 m, yang mempunyai tiga pasang
kait
Di dalam tubuh hospes perantara, embrio
keluar dari telurnya berkembang
menjadi cysticercoid
Manusia terinfeksi apabila secara
kebetulan menelan hospes perantara
Larva keluar dan menempel pada
mukosa usus untuk menjadi dewasa
dalam 18-20 hari
Penyakitnya : hymenolepsiasis diminuta

Umumnya asimtomatik. Jika terjadi gejala


berupa kelainan ringan seperti tidak
enak di perut atau diare ringan.

Diagnosis
ditegakkan dengan
menemukan telur di dalam tinja.
Pengobatan dengan
Niclosamide (Yomesan) dosis tunggal peroral 2
gr, dikunyah

Pencegahan dengan
Membasmi tikus dan serangga yang dapat
berfungsi sebagai Hospes perantara
Habitat : jejunum bagian atas

Hospes definitif : manusia


Hospes perantara : sapi serta binatang
herbivora lain

Dalamtubuh sapi ditemukan larva yang


disebut cysticercus bovis terdapat pada
otot
Morfologi cacing dewasa :
Panjang 5 m, dapat sampai 25 m atau lebih.
Lebih panjang dari T. solium.
Proglotid lebih banyak dan lebih panjang.
Jumlah proglotid 1.000-2.000
Scolex berdiameter 1.5-2 mm, dilengkapi 4 batil
isap seperti mangkuk ukuran 0,7-0,8 mm, tidak
mempunyai rostellum ataupun kait.
Morfologi telur :
Tidak dapat dibedakan dengan telur T. solium
Memiliki embriopor yang bergaris radier
Ukuran 30-40 x 20-30 m
Morfologi larva :
Ukuran 5 x 9 mm
Bentuk oval dengan warna merah muda
Mempunyai scolex dilengkapi 4 batil isap yang
melipat ke dalam (invaginasi)
Telur infektif termakan oleh Hospes
perantara bersama rumput atau tanah
yang terkontaminasi.
Di dalam lambung telur akan menetas
dan embrio akan menembus dinding
usus masuk ke kapiler darah atau saluran
limfe, kemudian sampai ke jaringan otot.
Di dalam otot akan menjadi Cysticercus
bovis.
Jikaotot yang mengandung larva tadi
dimakan manusia, cyicercus bovis
mengadakan evaginasi (penonjolan
keluar).
Protoskoleks akan melekat pada mukosa
usus untuk menjadi cacing dewasa.
Penyakitnya : taeniasis saginata
Umumnya tanpa gejala berarti, kadang
mengeluh gangguan usus atau gejala obstruksi
intestinal akut.
Proglotid dapat menyumbat appendix
menimbulkan appendisitis, diare, berat badan
menurun.
Sering kali penderita datang berobat karena
proglotid bergerak sendiri menuju ke anus.
Diagnosis ditegakkan dengan
Menemukan telur dalam tinja
Menemukan proglotid hidup yang keluar dari
anus

Pengobatan dengan
Niclosamide (Yomesan) dosis tunggal peroral 2
gr, dikunyah
Praziquantel, dosis 10 mg/kgBB
Pencegahan dengan
Memakan daging sapi yang telah dimasak di
atas suhu 56oC
Pemeriksaan daging sapi yang ketat sebelum
dijual, tidak boleh mengandung cysticercus
bovis
Habitat : Usus halus (jejunum bagian atas)

Hospes definitif : manusia


Hospes perantara : babi, babi hutan dan
beruang. Jarang ditemukan pada
kambing, rusa, anjing dan kucing.

Dalam hospes perantara ditemukan


bentuk larva yang disebut cysticercus
cellulosae.
Morfologi cacing dewasa
Panjang 2-4 m, dapat mencapai 7 m
Proglotid berjumlah 800-1.000 buah
Scolex berbentuk globuler, berdiameter 1 mm
dengan 4 batil isap berbentuk cawan
Memiliki rostellum dengan 2 deret kait yang
berjumlah 25-30 buah
Morfologi telur
Tidak dapat dibedakan dengan telur T. saginata
Berbentuk sperik atau subsperik, berdiameter
(31-43) m
Berdinding tebal
Morfologi larva
Biasanya berukuran 5 x (8-10) mm
Terdapat sampai beribu-ribu dalam jaringan
manusia
Larva sering menyerang otak, otot, ginjal, paru-
paru dan mata.
Telur infektif bila termakan hospes
perantara, keluar Oncospher, menembus
dinding usus menuju venul mesenterik,
selanjutnya terbawa aliran darah ke
seluruh tubuh dan sampai di otot.
Dalam 60-70 hari membentuk cysticercus
cellulosae.
Manusia terinfeksi jika memakan daging
babi mengandung larva yang dimasak
kurang sempurna.
Larva akan dilepaskan di dalam usus
halus, melekatkan bagian scolexnya
pada mukosa usus kemudian menjadi
dewasa.
T. solium dan T. saginata biasa terdapat
bersama-sama pada seorang penderita.
Penyakitnya : taeniassis solium

Cacing dewasa menimbulkan iritasi


mukosa pada tempat melekatnya ataupun
menimbulkan obstruksi usus.
Biasanya tanpa gejala, kadang
menimbulkan gangguan pada perut
diikuti diare dan sembelit, anoreksi
sehingga penderita merasa lemah.
Jikamanusia menelan proglotid atau
telur T. solium, larva cysticercus
cellulosae dapat tumbuh, menimbulkan
penyakit cysticercosis cellulosae.
Diagnosis dengan
Menemukan telur dalam tinja
Pemeriksaan proglotid dan scolex
Reaksi imunologis
Pengobatan dengan
Niclosamide (Yomesan) dosis tunggal peroral 2 gr,
dikunyah
Untuk cycticercosis dosis 25 mg/kgBB perhari
selama 3-4 hari

Pencegahan dengan
Hindari memakan daging babi mentah atau kurang
matang
Pemeriksaan daging babi sebelum dijual
Menghindarkan makanan atau minuman tercemar
tinja babi
Habitat : Usus halus

Hospes definitif : anjing, anjing hutan,


serigala, jarang pada kucing
Hospes perantara : kambing, lembu, serta
binatang piaraan lainnya
Manusia bertindak sebagai Hospes
Paratenik, larvanya (kista hydatid)
ditemukan pada berbagai organ tubuh.
Morfologi cacing dewasa :
Panjang 3-8 mm
Scolex bulat dengan 4 buah batil isap, menonjol
dan dilengkapi rostellum berkait dalam 2 baris,
yang berjumlah 30-36 buah.
Proglottid berjumlah 3 buah, bagian proximal
proglotid immatur, bagian tengah mengandung
alat reproduksi yang sudah lengkap, bagian
distal proglotid gravid yang berisi 500 butir
telur.
Larva(Kista Hydatid) sering ditemui
pada hati, paru-paru, otot, ginjal, limpa,
mata, otak, jantung, serta tulang.

Telur
menyerupai telur Taenia lainnya,
berukuran 30-37 m
Manusia terinfeksi melalui makanan
yang terkontaminasi telur. Embrio keluar
menembus usus, masuk saluran limfe dan
aliran darah, sampai organ-organ tubuh,
tumbuh menjadi kista hydatid
(berukuran 1 mm dalam 1 bulan, 10-50
mm dalam 5 bulan).
Kista hydatid pada manusia dapat
mencapai diameter 20 cm.
Kista
hydatid tumbuh lambat. Gejala baru
timbul bila ada pendesakan pada organ.

Diagnosa ditegakkan dengan


Menemukan kista
Menemukan scolex
Reaksi imunologi

Pengobatan dengan
Ekstirpasi kista dengan pembedahan

Anda mungkin juga menyukai