Anda di halaman 1dari 154

HELMINTHES

Sister Sianturi, S.Si, M.Si.


Institut Sains dan Teknologi Nasional
Klasifikasi Kingdom Animalia
Helmintologi adalah ilmu tentang cacing (helminthes). Ada
beberapa filum yang dapat digolongkan ke dalam dunia
cacing
Yang akan dibahas 2 filum penting:
• Filum Platyhelminthes (cacing pipih/flat worm)
• Filum Nemathelminthes/Nematoda (cacing bulat/cacing
gilig/round worm)
1. Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes (cacing pipih)
Ada 3 kelas :
• Kelas Planaria ; non parasit, hidup bebas
• Kelas Cestoda ; banyak yang parasit
• Kelas Trematoda ; banyak yang parasit

Planaria Cestoda
A. CESTODA
CIRI – CIRI CESTODA :
Tubuh pipih dorsoventral
Panjang seperti pita
Tidak mempunyai Tractus
Digestivus
Tidak mempunyai Saluran Pembuluh
Darah
Hermaphrodite
Tubuh terdiri dari :
1.Scolex
2.Leher
3.Strobila :
mempunyai banyak segmen
(proglottid)  proglottid
immature, mature & gravid
Terdiri dari 2 ordo :
1.Pseudophyllidea (mempunyai
lubang uterus)
2.Cyclophyllidea (tidak mempunyai
lubang uterus)
Klasifikasi cestoda berdasarkan habitat:
1. Cestoda Usus :
• Taenia solium
• Taenia saginata
• Diphyllobothrium latum
• Hymenolepis nana
• Hymenolepis diminuta
• Dipylidium caninum
2. Cestoda Jaringan (dalam bentuk larva)
• Echinococcus granulosus  kista hidatid
• Taenia solium  cysticercus cellulosae
• Diphyllobothrium  sparganum
CESTODA USUS
Taenia solium
(Pork Tape Worm = cacing pita babi)

• Penyebab Taeniasis solium pada manusia


• Distribusi geografis : Kosmopolit
Di Indonesia, endemis di
Irian Jaya, Bali, dan
Sumatera Utara
• Lifespan : sampai 25 tahun
• Hospes / host : DH : Manusia
IH : Babi
• Habitat : Usus halus (jejunum bagian atas)
Telur & Larva:
• TELUR: 30-40µm, bulat, kulit telur tebal dan
mempunyai garis-garis radial, berisi embrio
hexacanth

• LARVA: berupa cysticercus cellulosae (pada


jaringan organ tubuh babi), 5 x10 mm
Dewasa
• Panjang 2-4 m
• Scolex : segi 4, Ø 1 mm, mempunyai 4 buah
sucker & rostellum dengan 2 baris kait 25-30
kait

• Strobila: tdd 800-1000 proglotid immature ,


mature & gravid (uterus gravid memp 7-12
cabang lateral)
GEJALA KLINIS

• Rasa tidak enak di perut


• Diare bergantian dengan konstipasi
• Anemia
• Peritonitis (jarang)
Taenia saginata
(Beef Tape Worm = Cacing pita sapi)

Penyebab Taeniasis saginata pada manusia


Distribusi geografis : Kosmopolit
Lifespan : sampai 10 tahun
Hospes : DH : manusia
IH : sapi/kerbau
Habitat : Usus halus (jejunum) bagian atas
MORFOLOGI
• TELUR : mirip telur T. solium
• LARVA : Cysticercus bovis (Pada jaringan
organ tubuh sapi), 5 x 9 mm
• DEWASA : panjang 4-10 m
Scolex : segi 4, Ø 1-2 mm, mempunyai 4 buah
sucker, tidak mempunyai rostelum & kait

• Strobila : tdd 1000 – 2000 proglotid immature,


mature, gravid (uterus gravid tdd 15-30 cabang
lateral)
Gejala klinis

- Rasa tidak enak di perut, mual,


muntah, diare.
- Bila cacing dewasa banyak 
obstruksi usus  ileus.
- Eosinofilia ringan.
Life cycle Taenia
DIAGNOSA TAENIASIS
• Pemeriksaan feces :
Diagnosis pasti ditetapkan jika ditemukan skoleks,
proglottid gravid.
Ditemukannya telur belum dapat memastikan
diagnosis spesies cacing.
PENGOBATAN TAENIASIS
• Praziquantel 50 mg/kgBB, dosis tunggal
• Mebendazol, 2x200 mg/hari, 4 hari
• Abendazol
• Dewasa: 400 mg/hari, 3 hari
• 1-2 th : 200 mg dosis tunggal
• Atabrin
PENCEGAHAN TAENIASIS
• Pengobatan penderita
• Pengawasan daging babi & sapi
• Memasak daging di atas 50°C selama 30’
• Pembekuan daging pada minimal -2°C
• BAB pada jamban
• Note : Pengawetan daging dengan cara pengasinan tidak
selalu berhasil dengan baik
CYSTICERCOSIS CELLULOSAE
• Adalah Infeksi yang disebabkan oleh Larva
Taenia solium

• Morfologi:
• oval (lonjong)
• 5 x 8-10 mm
• berwarna putih susu ; mempunyai invaginasi scolex ke dalam
kantung
Skoleks (“kepala”) Taenia saginata
Taenia solium
Skoleks Taenia solium
• Cara infeksi : tertelan telur Taenia solium,
misalnya:
• Menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh
tinja penderita taeniasis
• Melalui mulut karena tangan yang tercemar tinja
• Autoinfeksi interna karena tertelan muntahan
berasal dari lambung yang mengandung telur
cacing akibat terjadinya gerak peristaltik balik usus

• Predileksi : Jaringan SC, otot gerak,


mata, otak
Gejala klinis
• Tergantung lokasi larva 
pada SC & Otot  gejala ringan
pada Otak  epilepsi & hydrocephalus
pada Mata  keradangan pada iris, retina & conjunctiva
Image: Center is an image of a Taenia egg at a high magnification of 400x. When consumed by humans
Taenia eggs can lead to cysticercosis, including a serious condition known as neurocysticercosis. On the
left and right are x-ray images of humans with neurocysticercosis. The darker regions are cysts in the
brain of the patient.
Credit (L to R): Westchester Medical Center, PHIL, The Cysticercosis Working Group in Peru.
Siklus Hidup

TELUR HOSPES
Larva ONCOSPHERE menembus
dinding usus  Pembuluh darah

Predileksi

LARVA CYSTICERCUS
• Pengobatan :
• Prazikuantel 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
• Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
• Operasi

• Pencegahan :
- pengobatan penderita taeniasis
- personal hygiene (mencegah
autoinfeksi)
HYMENOLEPIS NANA
HYMENOLEPIS
DIMINUTA
Hymenolepis nana
• Family : Hymenolepididae
• Ordo : Cyclophyllidea
• Nama lain : Dwarf Tapeworm (cacing
pita kerdil)
• Infeksi : -Hymenolepiasis nana
-Dwarf Tapeworm Infection
-Infeksi cacing pita kerdil
Hymenolepis nana …
• DH : Manusia, mencit, tikus
• IH :-
H. nana var. fraterna memakai pinjal &
kumbang sebagai IH
Siklus hidup H. nana
Hymenolepis nana …
Penyebaran:
kosmopolit
►prevalensi tinggi untuk daerah tropik
dan subtropik, juga ditemukan di
Indonesia.
►sering dijumpai pada anak-anak
Hymenolepis nana …
Penularan :
• Direk
• Indirek
• Autoinfeksi
Hymenolepis nana …
Morfologi
• Ukuran 20-40 mm x 0,5-1 mm
• Tubuh terdiri dari
• Scolex
• Leher
• Proglottid
Hymenolepis nana …

Scolex :
• Bulat kecil
• Rostelum pendek & refraktil dilengkapi
dengan sebaris kait (20-30 kait)
• Mempunyai 4 batil isap ~ mangkuk
Leher :
panjang & permukaannya halus
Hymenolepis nana …

Proglottid
• ± 200 proglottid
• Proglottid matang berbentuk trapezium, lebarnya 4
X panjangnya
• Mempunyai 3 testis yang bulat, ovarium berlobus
dua, lubang kelamin hanya satu di sebelah kiri.
• Proglottid gravid berisi 80-180 telur di dalam
kantung uterus.
Hymenolepis nana …

Telur :
• 47 x 37 µ
• Bujur atau bulat
• Mempunyai 2 membran yg meliputi
embrio hexacanth
• Membran sebelah dalam mempunyai
2 penebalan pada kedua kutub dari
mana keluar 4 - 8 filamen halus.
Hymenolepis nana …
• Cacing dewasa hidup dalam usus halus (ileum 2/3 bagian
atas)
• Life span : beberapa minggu
Hymenolepis nana …
GEJALA KLINIK
• Infeksi ringan
asimptomatis atau hanya gangguan perut
yang tidak nyata
• Infeksi berat
BB berkurang, anorexia, insomnia, sakit
perut disertai diare, muntah, sakit kepala,
gangguan pada saraf.
Hymenolepis nana …
Pada orang yang peka dapat terjadi gx alergi
(ringan sampai berat) :
• Pruritus pada kulit
• Urticaria
• Sesak

DX : menemukan telur pada tinja


Hymenolepis nana …
TX :
• Atabrin (Kuinakrin HCL)
Single dose 35 mg/kg BB
• Bithionol
30 – 50 mg/kg BB
• Praziquantel
Single dose 25 mg/kg BB
• Niclosamid
2 gr/hari selama 6 hari
Hymenolepis nana …
PENCEGAHAN
• Perbaikan kebiasaan kebersihan pada anak.
• Pengobatan orang yang mengandung cacing ini.
• Sanitasi lingkungan.
• Menghindarkan makanan dari kontaminasi tinja.
• Rodent Control
Hymenolepis diminuta
• Merupakan parasit pada tikus dan mencit, juga dapat
menimbulkan infeksi pada manusia.
• Penyebaran : kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia.
Hymenolepis diminuta…
MORFOLOGI
Cacing dewasa
• Panjang 10 – 60 cm, lebar 3 – 5 mm
• Mempunyai 800 – 1000 segmen
• Tubuh tdd scolex, leher, proglottid
Hymenolepis diminuta…

• Scolex :
 Seperti gada
 Rostelum apikal rudimenter, kait –
 Mempunyai 4 batil isap kecil
Hymenolepis diminuta…

• Proglottid
• Proglottid matur 0,8 x 2,5 mm mirip proglottid H. nana
• Proglottid gravid tdp uterus berbentuk kantung yang dipenuhi
telur
Hymenolepis diminuta…

Telur
• 58 – 86 µ
• Oval
• Transparan atau kuning pucat
• Kulit sangat tebal, filamen –
• Isi embrio hexacanth
Hymenolepis diminuta…
Habitat : usus halus
DH : - Tikus, mencit
- Manusia (accidental host)
IH : - Pinjal
Nosopsyllus fasciatus
Xenopsylla cheopis
Pulex Irritans
Hymenolepis diminuta…
Leptopsylla segnis
Ctenocephalides canis
Ctenocephalides felis
- Kumbang
Tenebrio molitor
- Myriapoda
Fontaria virginiensis
- Lipas
- Lepidoptera
Hymenolepis diminuta…
GEJALA KLINIK
• Umumnya cacing ini tidak menimbulkan kelainan
sehingga gejala klinik jarang terjadi.
• Jika terjadi berupa kelainan ringan seperti tidak enak di
perut atau diare ringan.
Hymenolepis diminuta…
DX:
• Ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja.

TX:
• Atabrin, Niclosamide, Praziquantel.

PENCEGAHAN:
• Membasmi tikus & serangga yang dapat berfungsi
sebagai hospes perantara.
Perbandingan morfologi H. nana dan H. diminuta

H. nana H. diminuta
4 batil isap rostelum 4 batil isap tanpa
Skoleks
dengan kait kait

Penebalan polar Penebalan polar


Telur
dengan filamen tanpa filamen

Segmen Ovarium
Dua lobus Dua lobus
yang matang

Testis 3 globulus 3 globulus

Gravid Segmen Seperti kantong Seperti kantong


Uterus ireguler ireguler
ECHINOCOCCUS
GRANULOSUS
ECHINOCOCCUS GRANULOSUS 01

Echinococcus granulosus

Phyllum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoidea
Subkelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae

Penyakit : Echinococcosis
Hydatid disease
Hydatid cyst
Hydatidosis

DH : Anjing, serigala, kucing (jarang), carnivora lain


IH : Herbivora, manusia
Distribusi geografik
• Penyebaran terjadi hampir di seluruh dunia terutama di
daerah peternakan lembu, kambing, domba.
• Parasit ini ditemukan di Australia, Selandia Baru, Afrika,
Amerika Selatan, Eropa, RRC, Jepang, Filipina, Arab.
ECHINOCOCCUS GRANULOSUS 02
MORFOLOGI

Cacing dewasa :
 Panjang 2,5–9 mm
 Tdd
 Skoleks (bulat, mempunyai 4 batil
isap dan rostellum yang
dilengkapi dengan dua deret kait
yang tdd. 30 – 36 kait)
 Leher: pendek dan lebar
 Proglottid :
 Immature
 Mature
 Gravid (mengandung uterus di
tengah dengan 12 -15 cabang
yang melebar, dengan kira-kira
500 telur)
Telur :
 30 – 38 µ
 Menyerupai telur Taenia lainnya
S.H. E. granulosus
Echinococcus granulosus (siklus hidup)
Kista hidatid : ECHINOCOCCUS GRANULOSUS 03

 Bentuk :
 Unilokuler
 Osseus
 Alveoler (E. multilocularis)
 Mempunyai
 Lapisan kutikulum
 Lapisan germinativum
 Cairan steril
 Brood capsule
 Kista sekunder
Kista hidatid
Telur E. granulosus
Larva hydatid E.granulosus
Diphyllobothrium latum

Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan); parasit,


panjang bisa sampai 10 meter, hidup di usus
halus, difilobotriasis, tidak terdapat di indonesia
Diphyllobothrium latum
Diphyllobothrium latum
Diphyllobothrium latum
B. Trematoda
Kelas Trematoda (cacing daun)
• Pada umumnya cacing ini bersifat hermafrodit,
kecuali cacing Schistosoma
• Mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut
(asetabulum)
• Spesies yang merupakan parasit pada manusia
termasuk subkelas Digenea yang hidup sebagai
endoparasit
• Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai
hospes definitif cacing Trematoda, antara lain ;
kucing, anjing, sapi, kambing, babi, tikus, burung,
luwak, harimau dan manusia
Spesies2 penting yang parasit pada manusia
antara lain ;

Clonorchis sinensis
• Clonorchis sinensis (cacing hati Cina) ; manusia, kucing,
anjing, beruang kutub dan babi merupakan hospes
parasit ini, memiliki 2 hospes perantara, siput air dan ikan
(Famili Cyprinidae)
• Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang
di saluran pankreas
• Pada stadium lanjut bisa menimbulkan sirosis hati
• Penyakitnya disebut klonorkiasis
Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensis (kiri ; cacing dewasa,
kanan ; telur cacing)
Clonorchis sinensis
Fasciola hepatica
• Fasciola hepatica ; hospes cacing ini adalah kambing dan
sapi, kadang-kadang dapat ditemukan pada manusia,
hospes perantaranya siput air dari marga Lymnaea dan
tumbuhan air
• Cacing dewasa berbentuk pipih seperti daun, besarnya
sekitar 30 x 13 mm
• Infeksi terjadi dengan makan tumbuhan air yang
mengandung larva metaserkaria
• Cacing dewasa hidup di saluran empedu
• Penyakitnya disebut fasioliasis
Fasciola hepatica
Fasciola hepatica (cacing dewasa)
Fasciola hepatica (kiri ; telur, kanan ;
larva serkaria)
Paragonimus westermani
• Hospes definitif, selain manusia, juga mamalia peliharaan
dan mamalia liar.
• Hospes perantara pertama siput, hospes perantara kedua
ketam air tawar
• Cacing dewasa berada dalam paru-paru dalam bentuk
kista , dapat bermigrasi ke organ-organ lain dan
menimbulkan abses pada organ tersebut (a.l. hati, limpa,
otak, otot, dinding usus)
• Nama penyakitnya paragonimiasis
Paragonimus westermani
Paragonimus westermani
Hospes untuk Paragonimus westermani

Siput

Ketam
Fasciolopsis buski

• Fasciolopsis buski ; trematoda yang paling besar ukurannya ;


panjang 2 – 7,5 cm, lebar 0,8 – 2,0 cm, bentuk agak lonjong dan tebal
• Manusia, babi dan kadang2 anjing merupakan hospes definitif
• Cacing dewasa hidup di dalam usus halus, kadang-kadang
ditemukan dalam lambung atau usus besar
• Hospes perantara pertama sejenis siput air dan hospes perantara
kedua tumbuhan air
• Infeksi pada manusia biasanya terjadi dengan tertelannya larva
metaserkaria yang terdapat pada tumbuhan air yang dapat dimakan
• Parasit ini ditemukan di RRC, Taiwan, Thailand, Indo Cina dan
Indonesia
Fasciolopsis buski
Fasciolopsis buski
Fasciolopsis buski ; telur
Schistosoma
• Pada manusia ditemukan 3 spesies penting; Schistosoma
japonicum, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma
haematobium.
• Cacing-cacing ini hidup di pembuluh darah terutama
dalam kapiler darah dan vena kecil dekat permukaan
selaput lendir usus atau kandung kemih
• Cacing dewasa jantan berukuran 9,5-19,5 x 0,9 mm,
betina 16 – 26 mm x 0,3 mm
• Hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu
siput air, tidak terdapat hospes perantara kedua
Siklus hidup Schistosoma
Schistosoma japonicum
• Schistosoma japonicum ; hospes definitifnya manusia dan berbagai
macam binatang, seperti anjing, kucing, rusa, tikus sawah, sapi, babi
rusa dan lain-lain.
• Parasit ini pada manusia menyebabkan “oriental schistosomiasis”
atau skistosomiasis japonika atau penyakit Katayama atau penyakit
demam keong
• Cacing ini ditemukan di RRC, Jepang, Filipina, Taiwan, Muangthai,
Vietnam, Malaysia dan Indonesia
• Di Indonesia hanya ditemukan di Sulawesi Tengah yaitu di daerah
danau Lindu dan lembah Napu
• Cacing dewasa jantan berukuran +/- 1,5 cm, betina +/- 1,9 cm,
hidupnya di vena mesenterika superior, telur ditemukan di dinding
usus halus dan juga di alat2 dalam seperti hati, paru dan otak
• Hospes perantara di danau Lindu dan lembah Napu adalah siput air
Oncomelania hupensis lindoensis
• Kelainan tergantung dari beratnya infeksi
• Kelainan yang ditemukan pada stadium 1 adalah gatal2
(urtikaria), gejala intoksikasi disertai demam,
hepatomegali dan eosinofilia tinggi
• Pada stadium 2 ditemukan pula sindroma disentri
• Pada stadium 3 atau stadium menahun ditemukan sirosis
hati dan splenomegali, biasanya penderita menjadi lemah
Schistosoma japonicum
Schistosoma japonicum (siklus hidup)
Schistosoma japonicum ; telur
Schistosoma mansoni
• Schistosoma mansoni ; hospes definitif adalah manusia, kera baboon
dan kera lain dilaporkan sebagai hospes reservoir
• Cacing ini ditemukan di Afrika, Mesir (sungai Nil) dan beberapa
negara Arab, Amerika Selatan dan Amerika Tengah
• Cacing dewasa jantan berukuran +/- 1,0 cm, betina +/- 1,4 cm
• Hidupnya di vena, kolon dan rektum
• Telur ditemukan di alat-alat dalam (hati, paru dan otak)
• Kelainan dan gejala yang ditimbulkannya kira-kira sama seperti pada
S. japonicum, akan tetapi lebih ringan
• Pada penyakit ini splenomegali dilaporkan dapat menjadi berat sekali
Schistosoma mansoni
Schistosoma mansoni ; dengan SEM (scanning electron
microscope)
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium

• Schistosoma haematobium ; hospes definitif adalah manusia, cacing


ini menyebabkan skistosomiasis kandung kemih, kera baboon dan
kera lainnya dilaporkan sebagai hospes reservoar
• Cacing ini ditemukan di Afrika, Spanyol dan Lembah sungai Nil dan
beberapa negara Arab
• Cacing dewasa jantan berukuran +/- 1,3 cm, betina +/- 2,0 cm,
hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih.
Telur ditemukan di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat
kelamin dan rektum
• Kelainan terutama ditemukan pada dinding kandung kemih. Gejala
yang ditemukan adalah hematuria dan disuria. Sindrom disentri
ditemukan bila terjadi kelainan di rektum
Schistosoma haematobium ; jantan dewasa
Schistosoma haematobium ; kiri : telur,
kanan ; larva serkaria
Perbandingan ukuran telur beberapa cacing
Trematoda
2. NEMATODA
Nematoda
• Mempunyai jumlah spesies terbesar di antara
cacing yg hidup sbg parasit
• Cacing ini berbeda dalam habitat, daur hidup dan
hubungan hospes parasit
• Morfologi
- Besar dan panjang beragam (beberapa
ml – 1 meter
- Mempunyai kepala, ekor, rongga badan
dan alat-alat agak lengkap
- Cacing dewasa tidak bertambah
bertambah banyak di badan manusia
- Dapat mengeluarkan telur 20-200.000/hari dari badan
hospes melalui tinja
- Bentuk infektif dpt memasuki badan manusia dengan
cara:
1. Masuk secara aktif
2. Tertelan
3. Vektor
• Berdasarkan Tempat Hidup Nematoda dibagi ke dalam
2 golongan:

1. Nematoda Usus
2. Nematoda Jaringan
Nematoda Usus
• Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
• Enterobius vermicularis (cacing kremi)
• Taxocara canis dan Taxocara cati
• Cacing tambang (hookworm):
- Necator americanus  manusia
- Ancylostoma duodenale manusia
- Ancylostoma braziliense  kucing, anjing
- Ancylostoma ceylanicum  anjing, kuncing
• Trichuris trichiura (cacing cambuk)
• Strongyloides stercoralis
1/21/2018
118

Ascaris Lumbricoides
Ascaris lumbricoides
• Hospes: manusia
• Penyakit: askariasis
• Distribusi geografik: Survei 70%
• Morfologi dan siklus hidup
Cacing jantan: 10-30 cm
Betina 22-35 cm 100.000-200.00 (dibuahi dan tidak
dibuahi)
Dlm lingkungan yang sesuai telur dibuahi menjadi bentuk
infektif 3 minggu
Masuk ke tubuh manusia tertelan
Siklus hidup: tertelan usus larva pembuluh darah/sal.
Limfa  jantung aliran darah paru dinding
pembuluh darah alviolus  rongga alviolus trakhea
faring rangsangan batuk tertelan ke dlm esofagus,
usus halus cacing dewasa. Dari telur matang sampai
cacing dewasa bertelur 2 bulan.
1/21/2018 121

Ascaris Lumbricoides (Ascariasis)


• Habitat  usus halus
• Manusia  satu2nya hospes definitif
• Merupakan nematoda usus terbesar
• Berwarna putih kekuningan – merah muda, cacing mati
berwarna putih
1/21/2018 122

Larva masuk ke
tubuh melalui
Tlr keluar dr tinja
mulut, cairan
dlm keadaan blm
lambung akan
membelah
mengaktifkan
larva
Proses
pematangan 20-
24 hari, suhu
optimal 30 oC

Ususkapiler darah masuk alat pernafasan kelambungusus halus

Waktu migrasi 10-15 hari, siklus ke 2 di usus dan mulai menghasilkan telur
6-10 minggu
• Gejala
Gejala pada stadium larva
-Ketika larva berada di paru  perdarahan
kecil pada dinding alviolus dan batuk
Gejala pada stadium dewasa
-Biasanya ringan: gangguan usus: mual, nafsu
makan berkurang dan diare
-Pada infeksi berat: anak2 malnutrisi
malobsorbsi obstruksi usus
• Diagnosis
Pemeriksaan tinja secara langsung telur
• Pengobatan
Perorangan dan massal
• Epidemiologi
-Tertinggi pada anak-anak 60-90%
-Kurang pemakain jamban
-Tanah liat, kelembaban tinggi, suhu 25-
35C faktor penting untuk berkembang
biak telur
Enterobius vermicularis
(Cacing Kremi)

• Hospes : Manusia
• Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis
• Distribusi geografik
Kospololit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah
dingin dengan daerah panas
Daerah dingin jarang mandi/mengganti
baju dalam
 Morfologi dan Daur Hidup
-Cacing betina 8-13 mm; janan 2-5 mm
-Habitan daerah sekum
-Makanannya isi usus
-Telur 11.000-15.000 butir matang setelah 6 jam
dikeluarkan
-Telur resisten terhadap desinfektan dan udara
dingin hidup 13 hari
Tertelan telur  menetas di daerah perineal 
bermigrasi ke usus besar
-Waktu untuk siklus hidup 2 minggu s/d 2 bulan
- Dapat sembuh sendiri bila tidak reinfeksi
Siklus Hidup Enterobius vermiculoris
Life Cycle Enterobius vermicularis
1/21/2018 129
 Gejala Klinis
- Enterobiosis relatif tidak berbahaya
- Iritasi pada daerah anus, perinium dan
vagina bermigrasi menggarus anus
pada malam hari
- Kurang nafsu makan, berat badan
menurun, aktivititas meninggi, cepat
marah, insomania
 Diagnosis
Anal swab
Teknik Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan
Epidemiologi
- Penyebaran lebih luas
- Penularannya dapat dipengaruhi oleh:
1.Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk
daerah perianal
2.Debu Yang mengandung telur cacing
3.Retroinfeksi melalui anus: larva dari anus yg menetas
kembali ke masuk ke usus
Pencegahan dan Pemberantasan
• Memutuskan rantai daur hidup dengan :
- Defekasi dikakus
- Menjaga kebersihan
- Pengobatan masal
• Pemberian penyuluhan kepada masyarakat mengenai
sanitasi lingkungan
Toxocara canis dan Toxocara cati
• Hospes T. canis anjing
• Hospes T. cati kucing
• Distribusi geografik
Kosmopolit, di Jakarta pada anjing 38,5%
Pada kucing 26,0%
• Morfologi
T.canis: jantan 3,6-8, cm: betina 5,7-10 cm
T.cati Jantan 2,5-7,8; betina: 2,5-14,0 cm
Bentuknya menyerupai A. lubricoides muda
Life Cycle Toxocariasis
• Gejala Klinis
Pada manusia tidk menjadi dewasa dan mengembara di
alat-alat dalam, khususnya di hati
Penyakit yg disebabkan larva yang mengembara 
visceral larva migrans
Gejala demam dan hepatomegali
Diagnosis
Menemukan larva (sukar ditegakkan)
Cacing Tambang
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Sejarah
Cacing tambang di Eropa dulu ditemukan pd
pekerja tambang
Hospes dan Nama penyakit
Hospes: manusia
Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis
Distribusi Geografik
Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan perkebunan
Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi dan Daur Hidup
• Cacing dewas di rongga usus mulut melekat
pada mukosa dinding usus
• N. americanus 9000 telur/hari
• A. duodenale 10000 telur/hari
• Cacing betina 1 cm, jantan 0,8 cm
• N. americanus seperti huruf S
• A. duodenale seperti huruf C
• Telur dikeluarkan melalui tinja, menetas 1-1,5
hari larva rabditiform, tiga hari larva
filariform tembus kulit (hidup 7-8 minggu)
Life Cycle Necator americanus and Ancylostoma duodenale
Daur Hidup
Telurlarva rabditiform larva filariform menembus
kulitkapiler darah jantung
parubronkustrakhealaringusus halus
Infeksi terjadi bila larva menembus kulit
Infeksi A,duodenale juga mungkin dengan menelan larva
filariform
• Gejala
1. Stadium larva
Terjadi perubahan pada kulit griund itch
2. Stadium dewasa
Tergantung spesies dan keadaan gizi penderita
 N.americanus darah 0,005-0,1cc/hari/ekor
 A. duodenale darah 0,08-0,34 cc/hari/ekor
• Diagnosis: telur dalam tinja
• Epidemiologi
Di Indonesia (pedesaan) perkebunan
pekerjaberubungan dng tanah70%
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai
pupuk penting dalam penyebaran infeksi
Tanah gembur/berpasir/humus suhu 28-32C
N.americanus; A. duodenale suhu 23-25C
Menghindari infeksi sanda/sepatu
Trichuris trichura (cacing cambuk)
• Hospes; manusia trikuriasis
• Distribusi geografik: kospmopolit
• Morfologi
Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm
Bagian anterior spt cambuk 3/5 dr panjang seluruhnya;
posterior lebih gemuk
Cacing dewasa hidup di kolon
Betina3000-10000 butir/hari
Patologi dan Gejala Klinis Trichuris Trichiura
• Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi
dapat juga ditemukan di kolon asendens.
• Pada infeksi berat terutama pada anak, tersebar di seluruh kolon
dan rektum.
• Menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus.
• Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan.
• Menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
• Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan
menahun, menunjukan gejala nyata seperti diare yang sering diselingi
dengan sindrom disehuris yang berat dan menahun
• Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing
lainnya atau protozoa.
• Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau
sama sekali tanpa gejala,
• Parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin
Cacing dewasa dan Telur
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
anterior

Posterior

Betina Jantan
• Daur hidup
TinjaTelurmenjadi infektif 3 minggu
tertelanmukosa usus
• Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus
timbul iritasi
• Epidemiologi/Penyebaran
Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi
dengan tinja.
• Frekuensi di pedesaan antara 30-90%
Life Cycle Trichuris trichura
• Untuk pemeriksaan periksa tinja
• Epidemiologi/Penyebaran
• Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi
dengan tinja.

• Frekuensi di pedesaan antara 30-90%


Strongyloides stercoralis
strongyloides stercoralis
• Hidup bebas di tanah /sbg parasit
• Manusia merupakan hospes utama cacing ini,
walaupun ada yang ditemukan pada hewan tdk
punya perantara
• Cacing ini dapat mengakibatkan penyakit
strongilodiasis.
• Diagnosis dengan menemukan telur pd tinja
• Ditemukan jg pd anjing & kucing
Life cycle
Daur Hidup Strongyloides stercoralis
Menembus kulitvenajantung kanan dan paru2,

Anda mungkin juga menyukai