Order: Cyclophyllidea
= Taenia canina = dog tape worm
Penyakit: dipylidiasis, dog tape worm
infection
Distribusi kosmopolitan
Host definitif kadang2 manusia
(occasional host), anjing, kucing,
karnivora lain
Internediate host adalah dari Flea
(pinjal): Pulex irritans, Ctenocephalides
canis, Tricodeptes canis
Epidemiologi: pada umumnya pada
anak2, secara hand to mouth
transmission atau melaui kontaminasi
makanan oleh flea yang mengandung
larva tadi
Morfologi
• Penykit: heterophyasis
• Distribusi: Mesir, Cina utara dan selatan,
Jepang, Taiwan, Korea dan Filipina
Morfologi
• Praziquantel
• Tetrachlor ethilene
• Hexyl resorcinol
Metagonimus yokogawai
Tetrakloretilen
Hexilresorsinol
Oleoresin
Prognosis umumnya baik
Pencegahan
Terapi penderita
Memberantas siput dengan sulfat
tembaga larutan 1:50.000
Memasak makanan dengan baik
Menjauhkan babi dari tanaman air
Membunuh telur, miracidium dan
cercariae dengan sulfat tembaga 20
ppm atau air kapur 100 ppm
Schistosoma
Famili Schistosomatidae
Penykit: schistosomiasis, birharsiasis
Perbedaan dengan sub kelas
Trematoda yang lain adalah bentuk
silinder bukan daun, dan jenis
kelamin telah terpisah
Duri adalh spina, bukan operculum
seperti pada Trematoda yang lain
Pada manusia spesiesnya adalah
Schistosoma haematobium, S.
mansoni dan S. japonicum
Insidensi masih tinggi karena faktor
ekologi, gagalnya pemberantasan
siput/snail, parasit mmpu survive
dalam tubuh hospes
Termasuk rural disease
Faktor yang berpengaruh
Temperatur air 20-25°C, tropis dan
sub tropis
Kecepatan air 35 cm/detik
Alkalis, hingga keasaman 0,2%
Terarik sinar matahari yang
moderate
Tak suka air yang tercemar bahan
organik
Tak suka air bergelombang, suka tepi
danau/sungai/dam
Daerah endemis di Indonesia adalah
danau Lindu, Poso, snail spesifik
sebagai intermediate hostnya adalah
Onchomelania linduensis
Bulinus dan Planorbarius
(S.haematobium), Biomphalaria
(S.mansoni), dan Onchomelania
(S.japonicum)
Morfologi
Silinder memanjang
Jantan p= 8-16 mm, khas pada
bagian anterior dada ke bawah
terdapat canalis gynecophorus
(untuk menggendong cacing betina)
Betina panjang, langsing, sekitar 25
mm
Pembeda ketiga spesies adalah
dengan melihat pada cacing jantan,
pada kutikulanya.
S.haematobium kutikula jantannya
tonjolan2 halus, S.mansoni kasar,
S.japonicum tidak punya tonjolan
Letak ovarium S.haematobium
posterior, ke arah ekor
S.mansoni anterior, ke arah kepala
S.japonicum sentral
Bentuk telur S.haematobium
terdapat terminal spine
S.mansoni telurnya mempunyi lateral
spine
S.japonicum telurnya mempunyai
knob (duri rudimenter)
Jumlaj telur S.hematobium puluhan,
20-30 butir
S.mansoni < 10 butir
S.japonicum telurnya ratusan butir
Siklus hidup
Telurnya dapat menembus pembuluh
darah karena mempunyai spina,
mensekresi enzim2 proteolisis,
gerakan peristatik usus
Pada umumnya dari telur yang
dikeluarkan host definitif sebagai
penderita yang defekasi di daerah
berair pada suhu sesuai, 2-4 jam
menetas,
Miracidium berenang, mencari snail
yang sesuai, dalam tubuh snail
menjadi kista, sporocyst I lalu
menjadi sporocyst II, tumbuh calon
cercaria, ke kelenjar pencernaan
snail,
Kelenjar pencernaan penuh dan
pecah, cercaria yang bercabang
berenang, menunggu host definitif,
Menempel pada kulit host definitif,
host naik ke atas, air kering,
Cercaria menanggalkan ekornya,
masuk epidermis,
Disebut cystosomula, ikut alirn
pembuluh darah dan limfe, ke hepar
dan jadi dewasa
Setelah dewasa, hidup sesuai habitat
masing2 spesies,
Schistosoma haematobium pada ven
plexus vesic urinaria
S.mansoni pada vena plexus
mesenterica inferior
S.japonicum pada vena plexus
mesenterica superior
Mulai bertelur dalam 3-4 minggu
Gejala klinis
Ketiga spesies pada waktu
menembus kulit menimbulkan
gatal2, kemerahan, bintil2,
dermatitis
Pada waktu migrasi, cystosomula
dapat mati karen terjebak jaringan
yang dituju, timbul reaksi radang
dan timbul bentukan granuloma
Pada stadium perletakan telu,
ketiganya berbeda
Pada stadium tersebut di atas
S.mansoni menimbulkan intestinal
birharsiasis,
Sedangkan S.japonicum
menimbulkan Katayam’s disease
atau oriental schistosomiasis,
Gejalanya adalah demam, penurunan
BB, malaise, kerusakan terutama
pada hepar dan limpa, hepatomegali
dan splenomegali, dalam 6-8 bulan
post infeksi dan bersifat tetap
Sakit perut, diselingi diare, bisa tanp
atau terdapat darah, terlihat dilatasi
pembuluh darah daerah perut,
ikterus,
Edema terjadi karena pembuntuan
saat perletakan telur, ascites,
hematemesis (peningkatan tekanan
vena porta), melena, dan anemia
Diagnosis
Gejala klinis +, S.haematobium
tanpa disertai rasa nyeri, bisa
dijumpai telur pada pemeriksaan
urine, S.mansoni dan japonicum
telur hanya pada tinja
Pemeriksaan parasitologis:
penemuan telur masing2 spesies
dalam tinja secra langsung atupun
konsentrasi
Pemeriksaan imunologi
Terapi
Antimony compound: Tartar emetic,
Athiomaline, Stimocaptate
Non antimony compound:
Lucanthon, Niridazole, Metriponate
D.O.C: Praziquantel (mahal)
Pencegahan
Terapi adekuat penderit
Moluscisida untuk snail
Pada pembuatan dam/irigasi perlu
konsultasi ke ahli ekologi
Referensi
Neva and Brown. 1994. Basic Clinical
Parasitology.
Markell and John. 2006. Medical
Parasitology.
Human Parasitology
Atlas Parasitologi Kedokteran