Anda di halaman 1dari 45

Cestoda Intestinal

Ciri-ciri Umum Cestoda Intestinal

 Disebut sebagai cestoda usus


 Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan tubuh
(proglotid)
 Panjang antara 2-3 m
 Bersifat Hemaprodit
 Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan
 Sistem ekskresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api
 Sistem saraf sama seperti Pianaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang
Ciri-ciri Cestoda
 Tubuh pipih dorsoventral
 Panjang seperti pita
 Tidak mempuyai Tractus Digestivus
 Tidak mempunyai pembuluh darah
 Tubuh terdiri dari:
1. Scolex
2. Leher
3. Strobila: Mempunyai banyak segmen (proglottid) → proglottid immature,
mature, & gravid
 Terdiri dari 2 ordo:
1. Pseudophyllidea (mempunyai lubang uterus)
2. Cyclophyllidea (tidak mempunyai lubang uterus)
Klasifikasi Cestoda Usus

 Diphyllobothrium latum
 Hymenolepis nana
 Hymenolepis diminuta
 Dipylidium caninum
 Taenia saginata
 Taenia solium
Diphyllobothrium latum
Morfologi Diphyllobothrium latum

 Panjangnya mencapai kurang lebih 900 cm


 Lebarnya 2,5 cm
 Terdiri atas 4000 proglotid
 Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) dibagian ventral dan dorsal pada skoleks
 Hemafrodit
Daur Hidup Diphyllobothrium Latum
Patologi

 Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Diphyllobothrium latum adalah Diphyllobothriasis atau
Bothriocephaliasis, Anemia dan kekurangan vitamin B12

 Gejala Diphyllobothriasis:
1. Gangguan saraf
2. Gangguan pencernaan
3. Sakit perut
4. Berat badan turun
5. Lemah
6. Kurang gizi
Pencegahan

 Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya sampai minus 10
derajat celcius selama 24 jam
 Mengeringkannya dan mengasinkan ikan secara baik
 Dilarang membuang tinja di kolam air tawar
 Memberikan penyuluhan pada masyarakat
Hymenolepis nana
 Family: Hymenolepididae
 Ordo: Cyclophyllidea
 Nama lain: Dwarf Tapeworm (cacing pita kerdil)
 DH: Manusia, mencit, tikus
 Hymenolepis nana var. fraternal memakai pinjal dan kumbang sebagai IH
 Penyebaran: Kosmopolit
Prevalensi tinggi untuk daerah tropic dan subtropik, juga
ditemukan di Indonesia
Sering dijumpai pada anak-anak
Morfologi

 Merupakan golongan cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang kurang lebih
25 mm sampai 10 cm dan lebar 1 mm
 Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah
 Strobilla terdiri dari kira-kira 200 proglotid
 Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah kait
 Mempunyai 4 batil isap
 Lehernya panjang dan permukaannya halus
 Dikenal sebagai cacing pita kerdil

 Kosmopolitan

 Terdapat di tikus dan mencit,


menjangkit pada manusia khususnya
anak-anak
Daur Hidup Hymenolepis Nana
Patogenitas

 Infeksi Ringan
Tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata

 Infeksi Berat
1. Menimbulkan enteritis catarrhal
2. Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan,
insomnia, sakit perut dengan atau tanpa diare disertai darah, muntah,
pusing, sakit kepala, gangguan saraf, bila supersensitive terjadi alergi,
obstipasi
Penularan

 Direk (Langsung)
 Indirek (Tidak Langsung)
 Autoinfeksi
Pencegahan

 Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan


 Menghindarkan makanan dari kontaminasi
 Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)
Hymenolepis diminuta
Morfologi

 Cacing dewasa berukuran 20-60 cm

 Skoleks kecil bulat, mempunyai 4


sucker dan rostelum tanpa kait

 Proglotid gravid lepas dari strobila


Daur hidup Hymenolepis Diminuta
Penyakit dan penyebaran

 Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, akan tetapi tidak
menunjukkan gejala apapun
 Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja

 Diagnosis:
1. Ditemukan telur Hymenolepis Diminuta dalam tinja
2. Keluar cacing secara spontan setelah purgasi
Dipylidium Caninum
Morfologi Dipylidium Caninum

 Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)


 Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 beris hook
 Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
Patologi dan Gejala Klinis
 Patogenitas pada hewan
Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan
pencernaan
 Patogenitas pada manusia
1. Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
2. Sakit pada epigastrium
3. Diare dan sesekali reaksi alergi

 Gejala klinis:
1. Hilangnya nafsu makan
2. Kehilangan berat badan secara drastis
3. Diare
Pengobatan dan Pencegahan

 Pengobatan
1. Atabrine
2. Kuinakrin

 Pencegahan
1. Jangan mencium anjing atau kucing
2. Hindari jilatan anjing
3. Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida
Taenia Saginata
Taenia Saginata (Beef Tape Worm = Cacing Pita Sapi)

 Penyebab Taeniasis Saginata pada manusia


 Distribusi geografis: Kosmopolit
 Lifespan: Sampai 10 tahun
 Hospes: Manusia (DH), Sapi atau Kerbau (IH)
 Habitat: Usus halus (Jejunum) bagian atas
Morfologi Taenia Saginata

 Cacing dewasa panjangnya 4-10 m


 Memiliki 1000-2000 proglotid
 Memiliki skoleks dengan diameter 1-2 mm
 Mempunyai 4 penghisap tanpa hook
 Telurnya mirip telur Taenia Solium

 Larva Cysticercus bovis (pada jaringan organ tubuh sapi), ukuranya 5x9 mm

 Dewasa panjangnya 4-10 m

 Skoleks: segiempat, kurang lebih 1-2 mm, mempunyai 4 buah sucker, tidak mempunyai
rostelum dan kait

 Strobila: ttd 1000-2000 proglotid immature, mature, gravid (uterus gravid tdd 15-30
cabang lateral)
Daur Hidup Taenia Saginata
Sumber Penularan

 Penderita Taeniasis sendiri, dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid


 Hewan (terutama) babi, sapi yang mengandung cysticercus
 Makanan atau minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita
Gejala Infeksi Taenia Saginata

 Rasa tidak enak pada lambung


 Mual
 Badan lemah
 Gelisah
 Vertigo
 Berat badan menurun
 Nafsu makan menurun
 Peningkatan eosinophil
 Diare
 Mengeluh sakit di daerah epigastrum
 Epilepsi
Diagnosis Taeniasis

 Pemeriksaan Feces

1. Diagnosa pasti ditetapkan jika ditemukan skoleks, proglottid gravid

2. Ditemukannya telur belum dapat memastikan diagnosis species cacing


Pengobata Taeniasis

 Praziquantel 50 mg/kgBB, dosis tunggal


 Mebendazol, 2x200 mg/hari, selama 4 hari
 Abendazol
Dewasa: 400 mg/hari, selama 3 hari
1-2 tahun: 200 mg dosis tunggal
 Atabrin
Pencegahan

 Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita


 Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia
 Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus
 Memasak daging sampai sempurna
 Mendinginkan sampai minus 10 derajat celcius sampai 5 hari, dengan begitu cycticercus
dapat rusak
 Memasak daging diatas 50 derajat celcius selam 30 menit
 Pembekuan daging pada minimal minus 2 derajat celcius
 BAB pada jamban
Taenia Solium
Taenia Solium (Pork Tape Worm = Cacing Pita Babi)

 Penyebab Taeniasis Solium pada manusia


 Distribusi geografis: Kosmopolit
Di Indonesia, endemis di Irian Jaya, Bali, dan Sumatera Utara
 Lifespan: Sampai 25 tahun
 Hospes/host: Manusia (DH), Babi (IH)
 Habitat: Usus Halus (Jejunum bagian atas)
Morfologi Taenia Solium

 Cacing dewasa panjangnya 4-10 m


 Memiliki 1000-2000 proglotid
 Memiliki skoleks dengan diameter 1-2 mm
 Mempunyai 4 penghisap tanpa hook
Telur dan Larva

 Telur: 30-40 mm, bulat, kulit telur tebal dan mempunyai garis-garis radial, berisi embrio
hexacanth

 Larva: berupa cysticercus cellulosae (pada jaringan organ tubuh babi), berukuran 5x10 mm
Dewasa
 Panjang 2-4 m

 Skoleks: segiempat, kurang lebih 1 mm, mempunyai 4 buah sucker dan rostellum dengan 2
baris kait, kurang lebih 25-30 kait

 Strobilla: tdd 300-1000 proglotid immature, mature gravid (uterus gravid mempunyai 7-12
cabang lateral)
Daur Hidup Taenia Solium
Penyakit

 Ayan (epilepsi)
 Meningo-ensefalitis
 Hidrocephalus internus
Gejala Infeksi Taenia Solium

 Nyeri ulu hati


 Mencret
 Mual
 Obstipasi
 Sakit kepala
 Rasa tidak enak di perut
 Diare bergantian dengan konstipasi
 Anemia
 Peritonitis (jarang)
Cysticercosis Cellulosae
 Adalah infeksi yang disebabkan oleh Larva Taenia Solium
 Morfologi
Oval (Lonjong)
5 x 8 – 10 mm
Berwarna putih susu; mempunyai invaginasi scolex ke dalam kantung
 Cara Infeksi: tertelan telur Taenia Solium, misalnya:
1. Menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja penderita taeniasis
2. Melalui mulut karena tangan yang tercemar tinja
3. Autoinfeksi interna karena tertelan muntahan berasal dari lambung yang
mengandung telur cacing akibat terjadinya gerak peristaltik balik usus
 Predileksi: Jaringan SC, otot gerak, mata, otak
Gejala Klinis

 Tergantung lokasi larva:


pada SC dan otot berupa gejala ringan,
pada otak berupa epilepsy dan hydrocephalus,
pada mata berupa keradangan pada iris, retina dan konjungtiva

Anda mungkin juga menyukai