Anda di halaman 1dari 25

Kelompok B

1. Faiq Anita Rizki Pratiwi (P27834019008)

2. Reva Ayu Karisma (P27834019009)

3. Frestiska Nur Akasya (P27834019010)

4. Suci Istighfarin Maghfiroh (P27834019011)

5. Maulidah Nur Rokhmah (P27834019012)

6. Fairuz Putri Nafisah (P27834019013)

7. Muhammad Fikri Firmansyah


(P27834019014)
TREMATODA USUS
Fasciolopsis buski

Heterophyes Enchistoma
heterophyes ilocanum
Fasciolopsis buski
Klasifikasi
 Kingdom : Animalia
 Phylum : Platyhelminthes
 Class : Trematoda
 Subclass: Digenea
 Ordo : Enchimostomida
 Subordo : Enchinostomata
 Family : Fasciolidae
 Genus : Fasciolopsis Looss, 1899
 Spesies : Fasciolopsis buski
Hospes : Manusia dan babi, anjing serta kelinci.
Penyakit : fasiolopsiasis
Penyebaran Geografik : RRC, Taiwan, Thailand, Vietnam, India dan Indonesia.
Morfologi
Fasciolopsis buski
Cacing Dewasa Telur
 Bentuk ovoid (oval) berwarna kemerahan.  Bentuk lonjong.
 Ukuran (20 – 75 mm) × (8 – 20 mm) × (1 – 3 mm).
 Mempunyai operkulum.
 Mempunyai 2 batil isap.
 Dinding transparan.
 Batil isap mulut lebih kecil daripada batil isap perut.
 Ukuran (130 – 140 µm) × (80 – 85 µm)
 Testis bercabang – cabang, atas bawah.
 Berisi sel telur (unembryonated).
 Ovarium bercabang – cabang di atas testis.

 Mempunyai kelenjar vitalaria di bagian lateral.

 Sekum tidak bercabang.

 Uterus berkelok – kelok.

 Tidak ada anus.


Siklus Hidup
Fasciolopsis buski
1. Telur belum matang dibuang ke dalam usus dan tinja.
2. Telur berembrio berada dalam air ,
3. Telur berubah menjadi Miracidia,
4. Yang menyerang siput hospes perantara yang cocok. Dalam siput parasit
mengalami beberapa tahapan perkembangan (sporocysts, Rediae dan serkaria)
5. Serkaria tersebut dilepaskan dari siput
6. Encyst sebagai metaserkaria pada tanaman air.
7. Host mamalia terinfeksi oleh menelan metaserkaria pada tanaman air. Setelah
konsumsi, yang excyst metaserkaria dalam duodenum

8. Dan melekat pada dinding usus. Di sana mereka berkembang menjadi cacing
dewasa (20 sampai 75 mm dengan 8 sampai 20 mm) pada sekitar 3 bulan,
melekat pada dinding usus dari host mamalia (manusia dan babi). Orang
dewasa memiliki masa hidup sekitar satu tahun.
PATOGENESIS Gejala Klinis
Cacing dewasa fasciolopsis buski,melekat denan Cacing dewasa melekat pada duodenum &
perantara batil isap perut pada mukosa usus muda yeyunum yang dapat menyebabkan :
seperti duodenum dan yeyenum,cacing ini memakan • Peradangan,
isi usus,maupun permukaan mukosa usus,pada tempat
• Ulkus,
pelekatan cacing tersebut terdapat peradangan
tukak(ulkus), maupun abses, apabila terjadi erosi • Abses,
kapiler pada tempat tersebut ,maka timbul • Perdaraahan,
pendarahan,cacing dalam jumlah besar dapat
menyebabkan sumbatan yang menimbulkan gejala • Ileus akut (sumbatan)
ileus akut. • Infeksi berat : intoksikasi & sensitasi karena
metabolit cacing dewasa dapat menyebabkan
kematian.
Diagnosa Laboratorium

Metode Langsung : Cara spesifik


1. Pemeriksaan tinja secara langsung makroskopis ( perlu ( dengan biakan = kultur ) cara Harada-Mori
diperlihatkan kemungkinan adanya cacing dewasa
dimaksudkan untuk mengidentifikasi spesies dari
dalam tinja sedangkan pemeriksaan mikroskopis untuk
cacing
menemukan telurnya ).
2. Metode konsentrasi ( apabila cara langsung tidak
berhasil ). Cara tidak langsung :
3. Menghitung telur cacing ( bertujuan untuk mengetahui o Dengan cara melalui pemeriksaan darah
derajat berat ringannya infeksi)
o Melalui pemeriksaan tinja
4. Aspirasi cairan doudenum ini dilakukan dengan
menggunakan alat dari Ryle
Penularan Pencegahan
• Hospes definitif : Manusia, babi, anjing, kucing • Memakai alas kaki.

• Hospes perantara pertama : Keong air tawar (Segmentina, • Penerangan kepada masyarakat mengenai cara
Hippeutis) penularan dan cara pembuatan serta pemakaian jamban
juga penting untuk pencegahan penyakit cacing ini.
• Hospes perantara kedua : Tumbuh-tumbuhan air (Morning
glory, Elichoris Eichornia grassipes, Trapa natans, Trapa • Mengubah kebiasaan pola makan, seperti tidak
bicornis, tuberosa, Zizania) mengkonsumsi hati mentah maupun sayuran mentah,
serta selalu minum air yang telah direbus terlebih dulu.
Kalaupun tetap harus mengkonsumsi sayuran mentah,
sebaiknya sayuran tersebut dicuci dahulu dengan
larutan cuka atau larutan potassium permanganat
sebelum dikonsumsi.

Pengobatan
Bila upaya pencegahan sudah dilakukan namun tetap terinfeksi fasciolosis, maka kasus ini dapat diobati dengan beberapa macam
anthelmintik, seperti Bithionol, Hexachloro-para- xylol, Niclofolan, Metronidazole dan Triclabendazole (ESTEBAN et al., 1998). Namun
dari semua obat cacing tersebut di atas, hanya Triclabendazole yang paling efektif untuk menyembuhkan fasciolosis pada manusia, dengan
dosis 10 mg/kgBB yang diberikan 2 kali per oral dengan interval.
Heterophyes heterophyes
Heterophyes merupakan trematoda terkecil yang Klasifikasi
menginfeksi manusia, infeksi pertama kali  Kingdom : Animalia
dilaporkan oleh Bilharz pada tahun 1851. Infeksi  Filum : Platyhelminthes
diperoleh karena memakan ikan mentah atau
 Kelas : Trematoda
setengah matang yang mengandung kista
 Order : Opisthorchiida
metaserkaria. Habitat cacing dewasa pada dinding
usus halus. Cacing ini meruoakan penyebab  Family : Heterophydae

heterofiasis.  Genus : Heterophyes


 Spesies :Heterophyes heterophyes
Morfologi Heterophyes heterophyes

Cacing dewasa
 Berukuran kecil dengan panjang 1-1,7 mm dan lebar 0,3-0,4 mm.
 Bentuk seperti buah pear (pyriform), bagian anterior membulat
dan posterior lebih lebar.
 Berwarna abu-abu serta tubuh diselimuti kutikula dan duri.
TELUR
 Mempunyai tiga buah batil isap (sucker) yakni oral sucker, ventral
• Telur berwarna coklat muda,
sucker, dan genital sucker (gonotyl).
• mempunyai operculum,
 Organ reproduksi berupa dua buah testis berbentuk bulat lonjong
• berbentuk bulat lonjong dan berukuran 28-
yang letaknya berdampingan di posterior tubuh,
30 x 15-17 mikron.
 Ovarium bulat di anterior testis dan uterus panjang berkelok-kelok.
• Telur dikeluarkan dari tubuh cacing sudah
 Kelenjar vitelaria merupakan folikel-folikel besar pada latero- mengandung mirasidium, akan menetas
posterior tubuh. setelah dimakan keong air tawar yang cocok
yakni Pirinella conica (Mesir), Cerithidia
cingulata (Jepang) atau Semisulcospira.
Siklus Hidup Heterophyes
heterophyes

1. Habitat cacing dewasa pada usus halus, biasanya pada rongga usus halus tetapi dapat pula pada mukosa usus di antara vili-vili usus.
2. Cacing melepaskan telur berembrio (mengandung mirasidium) dan dikeluarkan ke lingkungan Bersama tinja hospes.
3. Setelah termakan oleh siput yang cocok sebagai hospes perantara pertama, telur menetas dan mirasidium menembus usus siput.
4. Mirasidium dalam tubuh siput mengalami perkembangan menjadi sporokista, redia, dan serkaria. Beberapa serkaria dihasilkan dari sat uredia.
5. Selanjutnya serkaria keluar dari tubuh siput dan berenang bebes di dalam air dan berkembang menjadi kista metaserkaria pada jaringan
hospes kedua yaitu ikan air tawar.
6. Hospes definitif akan terinfeksi bila memakan ikan mentah, setengah matang, atau ikan asin yang mengandung kista metaserkaria. Setelah
termakan, dinding kista akan pecah pada usus halus dan menjadi cacing dewasa berukuran 1-1,7 mm x 0,3-0,4 mm. selain manusia, beberapa
mamalia pemakan ikan dan burung dapat terinfeksi juga.
Patologi klinik o Diagnosis : menemukan telur dalam tinja
Biasanya menyebabkan iritasi ringan pada usus halus. o Pengobatan : Prazikuantel atau tetraklor etilen
Pada infeksi berat terjadi diare kronis berlendir disertai
o Epidemiologi (yang merupakan sumber infeksi) :
nyeri kolik dan rasa tidak enak pada abdomen dan nyeri
tekan. Kadang-kadang cacing menembus dinding usus, Manusia, terutama pedagang ikan dan hewan
sehingga telurnya dapat masuk aliran limfe dan seperti kucing, anjing bila menderita infeksi. Ikan
menyangkut di katup-katup jantung payah jantung. Hal yang diproses kurang sempurna .
ini dilaporkan pada infeksi cacing Metagonimus dan
Haplorchis yokogawai. Telur cacing dewasa dpt bersarang
di jaringan otak & menyebabkan kelainan Infeksi berat tsb
dpt menimbulkan mulas-mulas/kolik, diare berlendir &
nyeri tekan pd perut
Enchistoma ilocanum
Klasifikasi
• Kingdom : Animalia
• Filum : Platyhelminthes
• Kelas : Trematoda
• Ordo : Echinostomida
• Familia : Echinostomatidae
• Genus : Echinostoma
• Spesies : Echinostoma ilocanum
Cacing Dewasa Enchistoma ilocanum
 Cacing Enchistoma ilocanum dewasa berwarna abu – abu
kemerahan dengan bentuk meruncing ke arah posterior.
 Ukuran cacing dewasa memiliki panjang : 2,5 – 6,5 mm dan
lebar 1 – 1,35 mm.
 Oral Sucker dikelilingi deretan duri – duri pada bagian
dorsal dan lateral.
 Ventral sucker lebih besar daripada oral sucker, terletak 1/5
bagian anterior tubuh cacing.
Telur Cacing Enchistoma ilocanum
 Memiliki testis bercabang – cabang.
 Telur cacing Enchistoma ilocanum mempunyai
 Vitelaria mengisi pinggiran lateral, terletak 3/5 bagian
posterior cacing. operculum.
 Ukuran telur ini memiliki panjang : 80 - 115μm
dan lebar 60 -70μm.
 Telur yang keluar dari tubuh cacing
mengandung mirasidium yang belum matang.
Daur Hidup Enchistoma
ilocanum

1. Telur keluar bersama tinja kemudian berkembang di air,


dalam waktu 10 hari telur akan menetas menjadi
mirasidium yang kemudian akan masuk ke hospes perantara
1 yaitu keong air dan berkembang menjadi sporokista →
redia 1 → redia 2 → serkaria.
2. Kemudian akan keluar dari hospes perantara 1 dan masuk ke
hospes perantara 2 yaitu tumbuhan air atau ikan.
3. Hospes definit dapat terinfeksi jika memakan hospes
perantara 2.
Epidemiologi Echinostoma ilocanum
Penyebaran Echinostoma ilocanum paling sering terlihat di Asia
Tenggara dan Asia Timur, seperti di negara Jepang, Taiwan,
China, Korea, India, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Di
Indonesia parasit ini ditemukan di daerah danau Lindu di
Sulawesi Tengah. Insiden tertinggi di daerah di mana siput air
tawar mentah atau setengah matang, kerang, ikan, dimakan.
Patogenesis dan Gejala Echinostomiasis
Patogenisitas kemungkinan bervariasi tergantung pada spesies yang menginfeksi. Lingkaran
duri-duri di sekitar oral sucker dapat menimbulkan iritasi dan kerusakan ringan pada mukosa
usus Infeksi yang hebat dapat menimbulkan peradangan catarrhal, bahkan membentuk ulkus
pada mukosa usus yang menciptakan lesi ulseratif. Gejala usus tak nyata, berupa diare dan
sakit perut. Gejala klinis relatif ringan, dan karenanya tidak memerlukan perawatan medis
khusus yang mendesak. Ringannya gejala mungkin disebabkan oleh beban cacing yang relatif
rendah. Namun, jika beban cacing lebih tinggi, manifestasi klinis yang signifikan dapat terjadi.
Pada infeksi berat, gejala gastrointestinal dapat terjadi. Eosinofilia perifer biasanya ada.
Sejumlah kecil kasus fatal Artyfechinostomum (Echinostoma) malayanum, di mana beban
cacing berat menyebabkan anemia, malnutrisi, atau perforasi usus, telah dilaporkan.
– C
Diagnosis Echinostoma ilocanum
 Menemukan telur pada pemeriksaan feses
 Identifikasi cacing dewasa dari muntahan pasien dapat menunjukkan bentuk cacing seperti daun
memanjang, kecil, berukuran beberapa milimeter, menunjukkan karakteristik gerakan ekstensi dan
fleksi yang mirip dengan daun yang menggulung sendiri dan membuka.
 Pemeriksaan penunjang lain termasuk pemeriksaan urin, tes fungsi hati dan ginjal, elektrolit serum
dan rontgen abdomen dan dada dalam batas normal.
 Pencegahan echinostomiasis dapat dilakukan dengan cara memasak
tumbuhan air sebelum dimakan, serta jangan buang air besar
sembarangan terutama di lokasi perairan yang ditumbuhi tumbuhan
air.
 Pengobatan : Pasien diobati dengan tablet Albendazole 400 mg yang
dapat mengeluarkan cacing mati bersama feses, tetapi pengobatan ini
kurang efektif karena pasien masih mengeluarkan telur bahkan
setelah 15 hari perawatan. Sehingga pengobatan dapat menggunakan
Praziquintal yang diberikan secara oral. Setelah pegobatan dengan
Praziquintal, pemeriksaan feses setelah 2 minggu tidak menunjukkan
adanya telur Echinostoma ilocanum.
ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai