SYOK KARDIOGENIK
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
“Kegawatdaruratan Sistem II” yang berjudul “Syok Kardiogenik“
tugas ini merupakan salah satu tugas mata kuliah kegawatdaruratan sistem 2 di program
studi Sarjana Terapan Keperawatan Medan .Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Sistem II dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan tugas ini.
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I
A. PENGERTIAN........................................................................................................................1
B. KLASIFIKASI.........................................................................................................................5
C. ETIOLOGI...............................................................................................................................5
E. PATOFISIOLOGI....................................................................................................................7
F. PATHWAY..............................................................................................................................8
G. PEMERIKSAAN FISIK..........................................................................................................9
a. B1 (Breathing).......................................................................................................................9
b. B2 (Blood)............................................................................................................................9
c. B3 (brain)..............................................................................................................................9
d. B4 (bladder)........................................................................................................................10
e. B5 (bowel)..........................................................................................................................10
f. B6 (bone).............................................................................................................................10
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.........................................................................................11
a. Terapi oksigen.....................................................................................................................11
b. Terapi farmakologi.............................................................................................................11
a. Electrocardiography (elektrokardiografi)...........................................................................11
b. Radiografi...........................................................................................................................12
c. Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) penderita syok kardiogen……………………
13
d. Ekokardiografi....................................................................................................................14
e. Kateterisasijantung..............................................................................................................15
f. Laboratorium.......................................................................................................................15
g. Studi koagulasi....................................................................................................................16
J. KOMPLIKASI........................................................................................................................17
A. Tinjauan Kasus......................................................................................................................19
B. Pengkajian..............................................................................................................................22
C. Pemerikasaan Fisik................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................35
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK KARDIOGENIK
A. PENGERTIAN
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah
yang memadai. Syok biasanya b.d. tekanan darah rendah dan kematian sel ataupun
jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran
darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume
darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi), atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Curah jantung merupakan fungsi baik untuk volume sekuncup maupun frekuensi
jantung.jika volume sekuncup dan frekuensi jantung menurun atau menjadi tidak
teratur,tekanan darah akan turun dan perfusi jaringan akan terganggu.bersama dengan
jaringan dan orang lain mengalami penurunan suplay darah,otot jantung sendiri
menerima darah yang tidak mencukupi dan mengalami kerusakan ferfusi jaringan.
Basic life support (BLS) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan sebagai
berikut:
Fokus utama RIP 2015 ini adalah kualitas kompresi dada antara lain
sebagai berikut:
3
4
B. KLASIFIKASI
Syok dapat dibagi dalam 3 tahap yang semakin lama semakin berat.
1. tahap I,syok terkompensasi(non-progresif),ditandai dengan respons
kompensatorik,dapat menstabilkan sirkulasi,mencegah kemunduran lebih
lanjut
C. ETIOLOGI
5
D. TANDA DAN GEJALA
b. Hipoperfusi jaringan
Kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh organ atau jaringan tubuh. Oleh
karena distribusi nutrisi endogenus terjadi oleh karena sirkulasi darah, hipoperfusi
terjadi oleh karena penurunan aliran darah yang melewati organ atau jaringan tertentu.
g. Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit, atau bradikardi berat (severe
bradycardia) karena terdapat high-grade heart block.
E. PATOFISIOLOGI
Sekitar 15% kejadian syok kardiogenik merupakan komplikasi dari klien infark
miokardium akut, di mana terjadi penuruan curah jantung karena tidak adekuatnya
tekanan pengisian ventrikel kiri(left ventricular filling pressure –LVFP). Ketika sekitar
40% daerah ventikel mengalami infrak maka terjadi peningkatan kemungkinan terjadinya
syok kardiogenik(perry dan potter,1990)
7
F. PATHWAY
8
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Survey Primer
Survey primer meliputi pemeriksaan patensi jalan napas, pola pernapasan dan ventilasi, serta adanya
gangguan sirkulasi.
a. B1 (Breathing)
Gangguan pernafasan terjadi sekunder akibat syok.Komplikasi yang
mematikan adalah gangguan pernafasan yang berat. Kongesti paru-paru dan
edama intraalveolar akan mengakibatkan hipoksia dan kemunduran gas-gas darah
arteri. Attelektasis dan infeksi paru-paru dapat pula terjadi.Factor-faktor ini
memicu terjadinya syok paru-paru, yang sekarang sering di sebut sebagai sindrom
distress pernapasan dewasa.Takipnea, dispenia,dan ronkhi basah dapat ditemukan,
demikian juga gejala-gejala yang dijelaskan sebelumnya sebagai menifestasi
gagal jantung kebelakang(backward failure).
b. B2 (Blood)
Selain dari bertambahnya kerja miokardium dan kebutuhannya terhadap
oksigen, beberapa perubahan lain juga terjadi. Karena metabolisme anaerobic
dimulai pada keadaan syok, maka miokardium tidak dapat mempertahankan
cadangan fosfat berenergi tinggi(adenosine trifosfat) dalam kadar normal,dan
kontrakifitas ventrikel akan semakin terganggu.hipoksia dan asidosis menghambat
pembentukan energy dan mendorong terjadinya kerusakan lebih lanjut pada sel-
sel miokardium .kedua factor ini juga menggeser kurva fungsi ventrikel ke bawah
dank e kanan yang akan semakin menekan kontraktilitas.
c. B3 (brain)
Dalam keadaan normal,aliran darah serebral biasanya menunjukan
autoregulasi yang baik,yaitu dengan usaha dilatasi sebagai respons terhadap
berkurangnya aliran darah atau iskemia.namun,pengaturan aliran darah serebral
ternyata tidak mampu mempetahankan aliran dan perfusi yang memadai pada
9
tekanan darah dibawah 60 mmHg.selama hipotensi yang berat,gejala-gejala
deficit neurologis dapat ditemukan.kelainan ini biasanya tidak berlangsung terus
jika klien pulih dari keadaan syok,kecuali jika disertai dengan gangguan
serebrovaskular.
d. B4 (bladder)
Perfusi ginjal yang menurun mengakibatkan anuria dengan output urine
kurang dari 20 ml/jam.dengan semakin berkurangnya curah jantung.biasanya
menurunkan pada output urine.karena adanya respons kompensatorik retensi
natrium dan air,maka kadar natrium dalam urine juga berkurang.sejalan dengan
menurunnya laju filtrasi glomerulus,terjadi peningkatan blood urea nitrogen
(BUN)dan kreatinin.bila hipotensi berat dan berkepanjangan ,dapat terjadi
nekrosis tubular kut yang kemudian disusun gagal ginjal akut.
e. B5 (bowel)
Iskemia saluran pencernaan yang berkepanjangan umumnya
mengakibatkan nekrosis hemoragik dari usus besar.cedera usus besar dapat
mengeksaserbasi syok melalui penimbunan cairan pada usus dan absorpsi bakteria
dan endotoksin ke dalam sirkulasi.penurunan motilitas saluran cerna hamper
selalu ditemukan pada keadaan syok.
f. B6 (bone)
Kelemahan dalam kemampuan aktivitas fisik secara umum terjadi akibat
sekunder dari tidak adekuatnya suplai dara ke otot-otot rangka.
10
2. Survey Sekunder
Survey sekunder dapat dilakukan setelah pasien cukup stabil, yakni dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
fisik dari ujung kepala hingga ujung kaki. Adanya jejas dapat menjadi petunjuk pada mekanisme trauma serta
organ yang berkaitan.
Laserasi pada kulit dapat menyebabkan perdarahan yang signifikan karena kulit kepala kaya akan pembuluh darah.
Muka dapat terlihat pucat. Konjungtiva yang anemis dapat menandakan anemia yang kronis. Hidung dan telinga
diperiksa untuk mencari sumber perdarahan.
b. Toraks
Pada hemothorax akan terjadi penurunan suara napas dan perkusi yang redup pada sisi perdarahan. Distensi vena
jugular mengindikasikan tension hemothorax atau hemothorax dengan kompresi paru jantung yang kontralateral.
Pada cardiac tamponade akan muncul Beck’s triad, yaitu bunyi jantung menjauh, distensi vena jugularis, dan
hipotensi.
c. Abdomen
Trauma pada hepar atau limpa adalah penyebab utama syok hemoragik. Tanda-tanda perdarahan intraabdominal
seperti distensi, nyeri saat palpasi, pekak pada perkusi, serta ekimosis dapat mengindikasikan perdarahan
intraabdomen.
Pemeriksaan rektal dilakukan untuk evaluasi hemoroidinternal atau eksternal. Pada pasien dengan riwayat
perdarahan pervaginam, pemeriksaan disertai pemeriksaan panggul dan tes kehamilan untuk menyingkirkan
kehamilan ektopik.
11
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi oksigen
Pada tahap awal syok,suplemen osigen diberiksn melalui kanula nasal 3-5
l/menit.pemantauan gas-gas darah arteri dan oksimetri nadi akan menunjukan
apakahklien membutuhkan metode pemberian kseigen yang agresif.oksigenasi
dapat dilakukan dengan pemberian oksigen tambahan dan pemasangan alat bant
pernafasan jika diperlukan.
b. Terapi farmakologi
Tindakan farmakologi konvensional yaitu dengan mengoptimalkan beban
awal,beban akhir dan kontraktifitas,adalah sebesar 100%.tingkat kelangsungan
hidup tergantung dari efektivitas tindakan untuk membatasi meluasnya infark dan
menyelamatkan miokordium yang terserang dengan demikian mengurangi
kemungkinan gangguan ventrikel yang berat.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Electrocardiography (elektrokardiografi)
Hasil/pembacaan electrocardiogram menurut Fauci AS, et.al. (2008):
Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure),
gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leads atau
left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari
semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior.Global ischemia
karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3
mm) pada multiple leads.
12
b. Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada
mulanya atau menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute
congestive heart failure), yaitu:
13
c. Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
i. Kardiomegali ringan
14
iv. Pulmonary vascular congestion
d. Ekokardiografi
Ini berguna untuk menunjukkan:
i. Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
ii. Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
iii. Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
iv. Selain itu penting untuk menilai hipokinesis berat ventrikel difus atau
segemental (bila berasal dari infark miokard), efusi pericardial, katup
mitral dan aorta, rupture septum dan pintasan intrakardiak.
15
16
e. Kateterisasijantung.
Umumnya tidak perlu kecuali pada kasus tertentu untuk mengetahui
anatomi pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah
pintas koroner atau angioplasty koroner transluminasi perkutan. Untuk
menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitral akibat
disfungsi atauy rupture otot papilaris.
f. Laboratorium
i. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah tetap diperlukan untuk
evaluasi secara keseluruhan meskipun tidak berguna di dalam membuat
diagnosis awal (initial diagnosis).
17
g. Studi koagulasi.
Penemuan laboratorium (Laboratory findings) menurut Fauci AS, et.al. (2008):
i. Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
ii. Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya
normal, namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat
secara cepat (rise progressively).
iv. Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan
anion gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat
(lactic acid level).
18
J. KOMPLIKASI
a. Cardiopulmonary arrest
b. Disritmi
Detak jantung yang tidak normal atau tidak teratur. Jika Anda
mengalami disritmia, jantung Anda mungkin berdetak terlalu cepat
atau terlalu lambat. Atau ritme jantung Anda mungkin terganggu,
membuat Anda merasa seperti jantung Anda berdetak kencang.
Meskipun disritmia tidak berbahaya, disritmia juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani.
19
c. Gagal multisistem organ
Gangguan progresif dan potensial reversibel dari dua sistem organ atau
lebih setelah adanya gangguan homeostasis sistemik yang akut dan
mengancam nyawa.
d. Stroke
e. Tromboemboli
Istilah yang mengacu pada pembentukan gumpalan darah di pembuluh
darah vena.
20
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Tinjauan Kasus
Klien Ny. S usia 64 tahun datang ke IGD RS Sehat Sejahtera diantar
suaminya Tn. M. Dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri seperti terbakar
menjalar ke bahu kiri, skala nyeri 8, memberat ketika beraktifitas. Sehari- hari
klien adalah ibu rumah tangga sementara suaminya bekerja sebagai petani di Desa
Angin Ribut. Suami klien mengatakan klien sempat tidak sadarkan diri dirumah,
lalu suami klien membawa klien ke RS dengan menggunakan mobil, klien tiba di
RS pukul 17.22 WIB langsung dibawa ke IGD. Saat pengkajian di IGD
didapatkan hasil TTV sebagai berikut: TD: 170/100 mmHg, N: 75x/menit, RR:
19x/menit, S: 36,7°C, suami klien mengatakan klien sempat tidak sadarkan diri
dirumah, kaki tidak bisa digerakan, lemas, mual, muntah, lalu perawat IGD
memasangkan infus ditangan kanan klien dengan cairan RL 20 Tpm, dan
memasangkan O2 Masker 10 Lpm, memasangkan DC dan mendapatkan terapi
obat omeprazol, ondansentron, citicolin, mecobalamin dan ceftriaxone. Pukul
17.30 WIB klien sempat kejang 2x lama kejang 30 detik kemudian apneu
didapatkan TTV TD: 60/40 mmHg, N: 120x/menit, RR: 28x/Menit, S: 34,7°C,
klien dipindahkan ke ruang resusitasi lalu dilakukan tindakan RJP dan Bagging
selama 3 siklus didaptkan RR: 18x/Menit, N: 70x/Menit, TD: 109/70 mmHg,
klien kembali sadar. Karena kondisi ini klien tidak dapat melakukan aktifitasnya
secara mandiri, klien memerlukan bantuan dari oranglain. Sedangkan hal yang
meringankan klien adalah saat klien tirah baring dan tidak beraktifitas.
21
.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, pasien nampak pucat,
diaforesis, sulit bernapas, oliguri, GCS: 1-1-1, terdapat sekret dan ada suar napas
tambahan snoring, SPO2: 78%. Hasil pemerikasaan head to toe didapatkan data sebagai
berikut:
1. Kepala
a. Wajah dan kulit kepala:
Simetris, ekspresi nampak lemah, warna kuning pucat
b. Mata:
Sclera ikhterik, konjungtiva anemis, tidak ada benjolan pada mata
c. Hidung:
Tidak ada polip, kotor, tidak ada radang, tidak ada benjolan.
d. Telinga:
Terdapat serumen, tidak menggunakan alat bantu
e. Mulut:
Gigi berwarna kuning, berkaries, tidak memakai gigi palsu, lidah
berwarna putih, bibir kering
2. Leher
Kelenjar thyroid tidak membesar, simetris, tidak ada kelainan kelenjar
getah bening, terdapat distensi vena jugularis, tidak teraba tekanan
vena jugularis.
4. Jantung
Adanya bunyi jantung S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi
jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua,
ditemukan murmur mid sistolik atau late siistolik apikal bersifat
sementara, bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering
terdengar, HR= 159x/menit
22
5. Abdomen
Perut buncit, tidak ada luka, bising usus 3x/ menit
6. Muskuluskeletal
Tangan dan kaki simetris, tidak ada oedema, tidak ada luka, tangan
dan kaki berkeringat
7. Integumen
Warna kulit sawo matang, elastis, tidak ada pengerasan kulit.
23
B. Pengkajian
Ruang : IGD
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S Suami/Istri/Orang Tua :
Suku/Bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa
Pendidikan :-
Status : Menikah
24
1. Keluhan Utama (PQRST)
Nyeri dada sebelah kiri seperti terbakar menjalar ke bahu kiri, skala
nyeri 8, memberat ketika beraktifitas
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 60/40 mmHg
Suhu : 34,7 0C
25
C.Pengkajian Gawat Darurat
A. Primery Survey
1. Airway
Terdapat sekret dan ada suara napas tambahan snoring
2. Breathing
Klien terlihat sesak nafas, RR: 28x/menit, terdapat suara tambahan
whezzing, tidak ada trauma dada, SPO2: 78%, menggunakan otot bantu
nafas retraksi intercostalis, menggunakan alat bantu nafas spontan
breathing 10 lpm
3. Circulation
4. Disability
kesadaran coma, GCS: E=1 M=1 V=1, ROM terbatas
5. Exposure/Environtmental Control
Tidak ada trauma tumpul maupun tajam di dada
6. Triage warning skore
Komponen Skore
Mobilisasi 2
RR 2
HR 3
TD sistole 3
Suhu 2
Kesadaran 3
Trauma 0 26
Interpretasi: Prioritas 1
B. Secondary Survey
a. Kepala
Bentuk : simetris
Kulit kepala : tidak ada kelainan.
Rambut : penyebaran merata
b. Wajah
Wajah : pucat
c. Mata
Bentuk : simetris
Konjungtiva : anemis
Kornea dan Iris : terdapat lesi peradangan
d. Hidung
Lubang : rinorea
e. Telinga
Bentuk : simetris
f. Mulut
Bibir : kering
Gigi dan Gusi : tidak ada kelainan
Lidah : merah merata
g. Leher
Trakea : Simetris
Vena jugularis : Distensi
h. Thorax / Paru
Bentuk : Normal chest
Pernapasan : Dyspnea
Suara napas : Ronchi
Perkusi : Sonor
Palpasi : Kanan = kiri
i. Jantung
Inspeksi : Pulsasi
j. Abdomen
Benjolan/massa pada abdomen :
Turgor kulit : Normal
Perkusi : Timpani
k. Ektremitas
Tulang : Simetris
Palpasi : Pitting edema
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Labratorium (-)
b. Radiologi/USG/CTScan/MRI (-)
c. Elektrokardiografi Sinus
takikardia
28
C. Analisa Data
No Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung ybd Perubahan kontraktilitas myokardium dd TD:
60/40 mmHg, nadi: 156x/ menit, EKG: Sinus takikardia, pitting edema+,
adanya distensi vena junggularis, MAP: 43 mmHg, Konjungtiva anemis,
CRT> 2 detik, Terdapat sianosis perifer
2. Nyeri akut ybd agens cidera biologis iskemik dd Klien mengatakan nyeri
dada sebelah kiri, nyeri seperti terbakar, skala 8, memberat jika beraktifitas.
E. Tindakan Resusitasi
30
F. Perencanaan
Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Jam
29/07/202 Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji KU klien 1. KU sebagai
3 indicator status
Nyeri akut klien 2. Monitor TTV Kesehatan klien
17.25 berkurang setelah (TD, nadi,raut
tindakan wajah,skala nyeri) 2. Perubahan
keperawatan 1×8 status Kesehatan
jam 3. Lakukan RJP diketahui dengan
dan ventilasi monitoring dan
KH: evaluasi
4. Edukasi
1. Raut wajah keluarga tentang 3. Memperbaiki
rileks proses penyakit sirkulasi dan
2. Skala nyeri 1-2 5. Kolaborasi perfusi serta
dengan dokter mengembalikan
3. TD dalam pemberian fungsi jantung
batas normal analgetic dan paru
(systole 100-130 antikoagulasi
mmHg,diastole 4. Pengetahuan
60-85mmHg) merupakan modal
bagi perilaku sehat
4. Nadi 60- lebih permanen
100×/menit
5. Analgetik
berfungsi
menghambat
reseptor
nyeri,sedangkan
antikoagulasi
berfungsi
mencegah
terbentuknya
thrombus dalam
pembuluh darah
coroner
31
29/07/202 Penurunan Curah Tujuan : 1. Kaji KU klien 1. KU sebagai
3 Jantung indicator status
Penurunan curah 2. Monitor TTV Kesehatan klien
17.30 jantung klien (TD,Nadi, RR)
teratasi dalam 2. Perubahan
waktu 1x8 jam 3. Pasang DOC status Kesehatan
4. Catat bunyi diketahui dengan
Kriteria Hasil : monitoring dan
jantung
1.TD systole evaluasi
100-130 mmHg 5. Palpasi nadi
perifer 3. Mempermudah
2. TD diastole perhitungan output
60-85mmHg 6. Pantau adanya urine
output urine
3. Nadi : 60-100 4.Monitor adanya
mmHg 7. Edukasi perubahan
keluarga tentang kontraktilitas
4. RR : 12- proses penyakit myocardium
20X/menit
8. Berikan oksigen 5. Indikator
i. tambahan perfusi jaringan
9. Pasang infus 6. Indikator
RL 20 tpm penurunan kardiak
outfit
7. Pengetahuan
merupakan modal
bagi perilaku sehat
yang lebih
permanen
8. Memenuhi
kebutuhan
oksigenasi
jaringan.
9. Meningkatkan
volume
intravaskuler
32
29/07/202 Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji KU klien 1. KU sebagai
3 perfusi jaringan indikator status
perifer Perfusi jaringan 2. Monitor TTV Kesehatan klien
17.40 perifer klien (Tekanan darah,
efektif dalam nadi dan RR) 2. Perubahan
waktu 1x8 jam status Kesehatan
3. Edukasi diketahui dengan
Kriteria Hasil : keluarga tentang monitoring dan
proses penyakit evaluasi
1.TD systole
100-130 mmHg 4. Kolaborasi 3. Pengetahuan
dengan advis merupakan modal
2. TD diastole pemberian
60-85mmHg bagi perilaku sehat
antikoagulasi lebih permanen
3. Nadi : 60-100 5. Melakukan RJP
mmHg 4.Mencegah
dan ventilasi terbentuknya
4. RR : 12- thrombus dan
20X/menit iskemik pada
pembuluh darah
5. Mengembalikan
fungsi jantung
paru.
33
G. Implementasi
Tgl/Jam Dx. No Tindakan Keperawatan
30-07-2023
17.22 2 1 Mengkaji KU klien : KU lemah
34
H. Evaluasi
P: interfensi dilanjutkan
Nyeri akut 31-07- S. Nyeri dada sebelah kiri, skala 8, seperti
2023 terbakar, menjalar ke bahu kiri,
memberat jika beraktifitas
17.45
O: ekspresi wajah meringis, skala: 8, TD:
65/ 40 mmHg, Nadi: 123 x/ menit
A: masalah keperawatan belum teratasi
P: intrevensi dilanjutkan
Ketidakefektifan 31-07- S: -
perfusi jarngan perifer 2023 O: Nadi: 123x/ menit, TD: 65x/ menit, RR:
P: lanjutkan intervensi
35
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana otot jantung tidak dapat
melakukan kontraktilitas sehingga menyebabkan penurunan curah jantung
2. Penyebab dari syok kardiogenik paling banyak adalah karena infark
miokardium
3. Penatalaksanaan syok kardiogenik adalah revaskularisasi, fakmakologi,
resusitasi cairan, dan memelihara hemodinamik
4. Pengkajian asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan klien Ny. S
didapatkan bahwa Ny. S mengeluh nyeri dada sebelah kiri, skala 8, nyeri
seperti terbakar, menjalar ke bahu sebelah kiri.
5. Diagnosa keperawatan pada Ny. S adalah nyeri akut, penurunan curah
jantung, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan intoleran aktifitas.
36
DAFTAR PUSTAKA
Arya, C., Susanti, E., Ferdian, E., Arina, H. A., & Kusuma, Z. (2016). Asuhan Keperawatan
Syok Kardiogenik. Politeknik Kesehatan RS dr. Soeparaoen Malang.
Black, M. J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.
Kurniawati, D., Mardiana, S., Wibowo, M., O., T. P., Sari, Y., Priyono, & Fahmie, H. (2015).
Makalah Syok Kardiogenik. Stikes Al- Iryad Al- Islamiyyah.
Makiah, Fadhil, M. H., Dianti, P., Rosita, R., Hidayat, R., Qamariyah, S., … Aurora, J.
fransisca. (2018). Askep dengan Patofisiologi Syok Kardiogenik. Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
Mebazaa, A., Combes, A., Diepen, S. Van, Hollinger, A., & Katz, J. N. (2018). Management of
cardiogenic shock complicating myocardial infarction. Intensive Care Medicine, 44(6),
760–773. https://doi.org/10.1007/s00134-
018-5214-9
Zhang, Y. B., Zhang, Z. Z., Li, J. X., Wang, Y. H., Zhang, W. L., Tian, X. L., … Liu, Y. (2019).
Aplication of Pulse Index Continous Cardiac Output System in Elderly Patients with Acute
Myocardial Infarction Complicated by Cardiogenic Shock. World Journal of Clinical
Cases, 7(11), 1291–1301. https://doi.org/10.12998/wjcc.v7.i11.1291
37