Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )

DOSEN PEMBIMBING

Detiana S.Kep Ners M.kes

DI SUSUN OLEH

VERONIKA ANGGRAENI PO7120520047

YINDA KARTIKA PO7120520044

MARLITA PO7120520046

MEILDA KURNIA PO7120520045

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEHNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang tepat pada
waktunya.Makalah ini berisikan tentang ‘‘ Resusitasi Jantung Dan Paru – Paru ’’

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua . Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak terutama dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan kritis yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Lahat ,15 september 2022

Kelompok 02

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

1.1 Latar belakang ................................................................................................ 4


1.2 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian resusitasi jantung paru.................................................................. 5


2.2 Indikasi melakukan Resusitasi Jantung Paru ................................................ 6
2.3 Langkah sebelum memulai resusitasi jantung paru ....................................... 6
2.4 Henti napas .................................................................................................... 7
2.5 Henti jantung ................................................................................................. 8
2.6 Teknik resusitasi jantung paru (kompresi ) .................................................... 8
2.7 Fase Resusitasi Jantung Paru ...................................................................... 10
2.8 Persiapan Resusitasi jantung paru ................................................................ 12
2.9 Pemposisian pasien ...................................................................................... 12
2.10 Bantuan hidup dasar .................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15


3.2 Saran ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan hentijantung
yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan
buatan dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan
substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara mati klinis dan
mati biologis, yaitu sekitar 4 – 6 menit. Dalam waktu tersebut mulai terjadi kerusakan
sel-sel otak rang kemudian diikuti organ-organ tubuh lain. Dengan demikian
pemeliharaan perfusi serebral merupakan tujuan utama pada RJP.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud resusitasi jantung paru ?
2. Apa saja indikasi Resusitasi Jantung Paru ?
3. Apa saja Langkah Sebelum Memulai Resusitasi Jantung Paru ?
4. Apa saja tekhnik Resusitasi Jantung Paru ?
5. Ap aitu henti nafas ?
6. Apa itu henti jantung ?
7. Bagaimana tehnik resusitasi jantung paru ?
8. Apa saja fase resusitasi jantung paru ?
9. Bagaimana persiapan resusitasi jantung paru ?
10. Bagaimana pemposisian pasien ?
11. Apa itu bantuan hidup dasar ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Resusitasi Jantung Paru.

2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Dapat mengetahui tentang RJP
b. Dapat mengetahui tentang Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Resusitasi Jantung Paru


Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibatkegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio
pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan
buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalamihenti jantung dan nafas,
tetapi masih hidup. Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat.
Jika korban mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaanRJP akan
memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korbanmeninggal dunia lebih
besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelahditemukan telah terjadi
henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakansel-sel otak dan lain-lain. Jika
penderita ditemukan bernafas namun tidak sadarmaka posisikan dalm keadaan mantap
agar jalan nafas tetap bebas dan sekretdapat keluar dengan sendirinya.
1. Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat
reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4:6 menit untuk dilakukan resusitasi
tanpakerusakan otak.
2. Mati Biologis
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai
dengankematian sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang
ekstrimdingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan
berhasil).

Catatan:

Pada korban yang sudah tidak ada refleks mata dan terjadi kerusakan batang otak
tidak perlu dilakukan RJP.

5
2.2 Indikasi Melakukan RJP
1. Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan
baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuhakan memberikan
suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akanlebih cepat dari pada
keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akanmemberikan kelelahan pada otot-
otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akanmengakibatkan terjadinya penumpukan
sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2,kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan
pusat napas. Keadaan inilah yangdikenal sebagai henti nafas.

2. Henti Jantung (Cardiac Arrest )


Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darahdapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas,maka oksigen
akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidakdapat berkontraksi
dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest ).

2.3 Langkah Sebelum Memulai Resusitasi Jantung Paru(RJP)


1. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka
ABCdalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera.
2. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil bantuan.
3. Posisikan Korban
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai,
long board). Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaa
n trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
4. Posisi PenolongKorban di lantai,

penolong berlutut di sisi kanan korban

6
5. Pemeriksaan Pernafasan

Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik

1. Tidak terlihat gerakan otot napas


2. Tidak ada aliran udara via hidungDapat dilakukan dengan menggunakan teknik
lihat, dengan dan rasa, bila korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP
6. Pemeriksaan Sirkulasi
1. .Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
2. .Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
3. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
4. Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi
bilaada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila
tidakada pulsasi, dilakukan RJP.

2.4 Henti Napas


Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
1. Mouth to Mouth Ventilation Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya
infeksi (terutama hepatitis,HIV) karena itu harus memakai ”barrier device”(alat
perantara). Dengan cara iniakan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
a. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan
jaritelunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
b. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke
atasmulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan
sambilmemperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan
napaspenolong.
Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolongitu
masuk ke dalam paru-paru korban.
c. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung
korban.Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi
semula.

7
2. Mouth to Stoma Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang
kemudiandihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui
prosedurKrikotiroidektomi tadi.
3. Mouth to Mask ventilation Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita
dengan bantuan facemask
4. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag) Dipakai alat yang ada bag dan mask
dengan di antaranya ada katup. Untuk mendapatkan penutupan masker yang baik,
maka sebaiknya masker dipegang satu petugas sedangkan petugas yang lain
memompa.
5. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP) Pada ambulans dikenal
sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan memberikan oksigen sesuai
ukuran aliran (flow) yang diinginkan.Bantuan jalan napas dilakukan dengan
sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak.
Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.

2.5 Henti Jantung


RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong. Lokasi titik
tumpu kompresi.
1. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
2. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk
mengikuti
3. Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
4. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pij
at jantung
5. Jari-jari tangan dapat dirangkum , namun tidak boleh menyinggung dada korban

2.6 Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)


1. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
2. Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
a. Tekanan tidak terlalu kuat
b. Tidak menyentak
c. Tidak bergeser / berubah tempat
3. Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
4. Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
8
5. Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
6. Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa
sampai korban dapat dibawa atau tunjangan hidup Ianjutan sudah tersedia. Di sini
termasuk langkah-langkah ABC dari RKP :A (Airway) : Jalan nafas terbuka.B
(Breathing): Pernapasan, pernapasan buatan RKP.
C (Circulation) : Sirkulasi, sirkulasi buatan.Indikasi tunjangan hidup dasar terjadi
karena :
a. Henti napas.
b. Henti jantung, yang dapat terjadi karena :
• .Kolaps kardiovaskular
• Fibrilasi ventrikel atau
• Asistole ventrikel.Pernapasan buatan Membuka jalan napas dan pemulihan
pernapasan adalah dasar pemapasan buatan.Cara mengetahui adanya
sumbatan jalan napas dan apne

Resusitasi Jantung Pada Bayi dan Anak . Hal yang harus diperhatikan jika RJP pada
bayi dan anak:

1. Saluran Pernapasan (Airway =A)


Hati-hatilah dalam memengang bayi sehingga Anda tidak mendongakkan
kepala bayi dengan berlebihan. Leher bayi masih terlalu lunak sehingga dongakan
yangkuat justru bisa menutup saluran pernapasan.
2. Pernapasan (Breathing = B)
Pada bayi yang tidak bernapas, jangan meneoba menjepit hidungnya. Tutupimulut
dan hidungnya dengan mulut Anda lalu hembuskan dengan perlahan (1hingga 1,5
detik/napas) dengan menggunakan volume yang eukup untuk membuatdadanya
mengembang. Pada anak kecil, jepit hidungnya, tutupi mulutnya, dan berikan
hembusan seperti pada bayi.

9
3. Peredaran Darah (Circulation = C)
Pemeriksaan Denyut:
Pada bayi, untuk menentukan ada atau tidaknya denyut nadi adalah denganmeraba
bagian dalam dari lengan atas pada bagian tengah antara siku dan bahu.Pemeriksaan
denyut pada anak keeiL sarna dengan orang dewasa.
1. Resusitasi jantung paru pada bayi ( < 1 tahun)
a. 2– 3 jari atau kedua ibu jari
b. Titik kompresi pada garis yang menghubungkan kedua papilla mammae
c. Kompresi ritmik 5 pijatan / 3 detik atau kurang lebih 100 kali per menit
d. Rasio pijat : napas 15 : 2
e. Setelah tiga siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
2. Resusitasi Jantung paru pada anak-anak ( 1-8 tahun)
a. Satu telapak tangan
b. Titik kompresi pada satu jari di atas Proc. Xiphoideus
c. Kompresi ritmik 5 pijatan / 3 detik atau kurang lebih 100 kali per menit
d. Rasio pijat : napas 30 : 2e. Setelah tiga siklus pijat napas, evaluasi sirkulas
i

2.7 Fase Resusitasi Jantung Paru ( RJP )


Resusitasi jantung paru dibagi menjadi 3 fase diantaranya:
a. Fase I : Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur pertolongan
darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti jantung, dan
bagaimana melakukan RJP secara benar.

Terdiri dari :

C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi

jantung paru.

A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.

B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.

10
b. Fase II : Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support); yaitu tunjangan hidup
dasar ditambah dengan :
D (drugs) : Pemberian obat-obatan termasuk cairan.

E (electrocardiography) : Diagnosis elektrokardiografis secepat

mungkin setelah dimulai KJL, untukmengetahui


apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole, atau
agonal ventricular complex.
F (fibrillation treatment) : Tindakan untuk mengatasi fibrilasi

ventrikel.

c. Fase III : Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life Support).

G (Gauge) :Pengukuran dan pemeriksaan untukmonitoring


penderita secara terus menerus, dinilai, dicari
penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkanotak
dan sistim saraf dari kerusakan lebih lanjut
akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat
dicegah terjadinya kelainan neurologic yang
permanen

H (Hypothermia) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan

fungsi susunan saraf pusat yaitu pada suhu


antara 30° - 32°C.
H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong

adalah manusia yang mempunyai perasaan,


karena itu semua tindakan hendaknya
berdasarkan perikemanusiaan.
I (Intensive care) :Perawatan intensif di ICU, yaitu :

tunjangan ventilasi : trakheostomi, pernafasan


dikontrol terus menerus, sonde lambung,
pengukuran pH, pCO2 bila diperlukan, dan
tunjangan sirkulasi, mengendalikan kejang.

11
2.8 Persiapan

1) Anestesi Karena seseorang dalam serangan jantung adalah hampir selalu tidak
sadar, obat-obat anestesi biasanya tidak diperlukan untuk resusitasi
kardiopulmoner (RJP).
2) Peralatan

RJP, dalam bentuk yang paling dasar, dapat dilakukan di mana saja tanpa perlu
peralatan khusus. Terlepas dari peralatan yang tersedia, teknik yang tepat
sangatlah penting. Alat pelindung diri (APD) yaitu, sarung tangan, masker,
gaun, harus digunakan. Namun, pada sebagian besar pasien yang diresusitasi di
luar rumah sakit, RJP dilakukan tanpa perlindungan seperti itu, dan tidak ada
kasus yang telah dilaporkan tentang penularan penyakit melalui pengiriman
pasien yang di RJP. Beberapa rumah sakit dan sistem pelayanan medis darurat,
menggunakan perangkat elektronik untuk memberikan penekanan dada
mekanik, meskipun sampai relatif baru baru ini, perangkat tersebut belum
terbukti lebih efektif daripada kompresi manual yang berkualitas tinggi.

2.9 Pemposisian pasien

RJP adalah yang paling mudah dan efektif dilakukan dengan meletakkan pasien
secara terlentang pada permukaan yang relatif keras, yang memungkinkan kompresi
efektif pada sternum. RJP yang dilakukan di atas bahan yang lembut seperti kasur
atau yang lainnya, umumnya kurang efektif. Petugas kesehatan yang memberikan
penekanan harus ditempatkan cukup tinggi di atas pasien untuk mencapai ketinggian
yang cukup, sehingga ia dapat menggunakan berat badannya untuk kompresi dada
yang cukup.8 Di rumah sakit, di mana pasien berada di atas brangkar atau tempat
tidur, posisi yang tepat sering dicapai dengan menurunkan tempat tidur, operator
RJP yang berdiri di atas bangku pijakan , ataupun keduanya. Dalam RJP di luar
rumah sakit, pasien sering diposisikan di lantai, dengan operator RJP berlutut di
samping pasien.

12
2.10 Bantuan Hidup Dasar
Prinsip utama dalam resusitasi adalah memperkuat rantai kelangsungan hidup
(chain of survival). Keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasi koordinasi rantai
kelangsungan hidup. Urutan rantai kelangsungan hidup pada pasien dengan henti
jantung (cardiac arrest) dapat berubah tergantung lokasi kejadian: apakah cardiac
arrest terjadi di dalam lingkungan rumah sakit (HCA) atau di luar lingkungan rumah
sakit (OHCA). Gambar 1 menunjukkan “chain of survival” pada kondisi HCA
maupun OHCA

13
Gambar 1. Rantai Kelangsungan Hidup HCA dam OHCA

Dalam melakukan resusitasi jantung-paru, AHA (American Heart Association)


merumuskan panduan BLS-CPR yang saat ini digunakan secara global. Gambar 2
menunjukkan skema algoritma dalam tindakan resusitasi jantung-paru pada pasien
dewasa.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya dimaksudkan


usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episodehenti jantung berlanjut
menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiriatas 2 komponen utama yakni :
bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hiduplanjut / BHL Usaha Bantuan Hidup Dasar
bertujuan dengan cepatmempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya sambilmenunggu pengobatan lanjutan. Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obat-
obatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi dilakukan pada : infark jantung “kecil” yang
men gakibatkan “kematian listrik”, serangan Adams -Stokes, Hipoksiaakut, keracunan dan
kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik, refleks vagal,serta kecelakaan lain yang masih
memberikan peluang untuk hidup.

Resusitasitidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu yang tak
dapatdisembuhkan.Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya
padakegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk itu perlu
pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya

3.2 Saran
Mengingat beragamnya masalah dalam bidang pendidikan, terutama pasca
ekonomi, untuk menelitinya pun tidak hanya diperlukan satu teori untuk kita sebagai
seorang peneliti, pahamilah betul masalah yang ada kemudian pilihlah jenis penelitian
yang akan anda gunakan untuk menyelesaikan penelitian tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hardani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Mataram: CV. Pustaka Ilmu
Group.

Ilyas, Muhammad. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Pustaka


Ramadhan.

Pramudyani, Avanti Vera Risti. 2018. Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Suryacahya.

Rasimin. 2018. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Kualitatif. Salatiga: Mitra


Cendekia.

Salim dan Syahrum. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media.

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
https://www.academia.edu/894486/Ebook_metode_penelitian (diakses pada tanggal 06 April
2021).

Udin, Moch. Bahak by Arifin, S.Pd.I., M.Pd.I & Nurdyansyah, S.Pd., M.Pd. 2018.

Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Sidoarjo: UMSIDA Pr

16
17

Anda mungkin juga menyukai